Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Masalah Depok adalah sebuah Kotamadya di provinsi Jawa Barat. Luas wilayahnya 275 km² dengan populasi 1.369.461 jiwa. Terdapat enam Kecamatan di Kotamadya Depok yaitu: Beji, Cimanggis, Sukmajaya, Pancoran Mas, Sawangan dan Limo. Tahun 1999 Depok diresmikan menjadi wilayah kota, yang dikembangkan menjadi pusat Pemukiman, Pendidikan, Perdagangan dan Jasa. Kini Depok menjadi kota yang berkembang pesat, meskipun daerah ini direncanakan dihuni tidak lebih dari 800.000 jiwa pada tahun 2005, akan tetapi, pada tahun 2002 penduduk Depok sudah mencapai 1,2 juta jiwa. Pada saat ini perbandingan lahan terbuka hijau dengan kawasan terbangun yang terdiri dari permukiman, perkantoran, dan sarana kota lainnya adalah 55:45. Sampai tahun 2010, Pemerintah Kota Depok mengalokasikan 50 persen areal kota untuk kawasan terbangun dan mempertahankan 50 persen sebagai lahan terbuka hijau. Di lahan terbuka itu pemanfaatan untuk permukiman hanya diperbolehkan 35 hingga 40 persen saja. Artinya masih ada 60 hingga 65 persen cadangan lahan hijau. Namun sayangnya sebagian besar lahan itu berada jauh dari wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan kota depok. Kecamatan Beji menjadi pusat pertumbuhan Kota Depok. Dengan tingkat kepadatan 10.240,63 jiwa/km2 Kecamatan ini menempati urutan kedua sebagai Kecamatan dengan 1
penduduk terpadat di Kota depok. Sebagian besar kawasan jasa komersil dan jasa pusat Kota berada pada wilayah ini. Mungkin hal ini disebabkan oleh letaknya yang strategis, berada di pintu gerbang Kota Depok dari arah Jakarta. Sejumlah besar Mall, Pusat Perbelanjaan, Perumahan serta Apartemen tumbuh pesat di wilayah ini. Dapat disimpulkan bahwa munculnya sarana sarana tersebut diatas sebagai usaha atas pemenuhan kebutuhan masyarkat yang terus berkembang. Lalu bagaimana Kota Depok menjawab kebutuhan Ruang Hijau bagi masyarakat kotanya? Serta bagaimana keadaan sisa-sisa lahan terbuka hijau yang semestinya dapat menjadi Ruang Hijau Bersama di pusat Kota Depok khususnya? Berdasarkan pengamatan, di pusat Kota Depok ternyata belum ada Ruang Terbuka Hijau baik berupa Hutan Kota atau Taman Kota yang benar-benar direncanakan baik sebagai Landskape Kota maupun sebagai Ruang Hijau Bersama bagi masyarakat pusat Kota Depok khususnya. Hutan Kota atau Taman Kota yang meyuguhkan pesona asri, hijau, dan alami didalamnya, akan lebih baik jika dihadirkan di Kota yang pesat dengan pertumbuhan penduduk ini. Berkaitan dengan kebutuhan ruang hijau diatas, kondisi sisa lahan terbuka hijau yang berada di Pusat Kota Depok secara fisik terbilang terbengkalai dan sangat kurang sekali dalam pemanfaatannya. Salah satunya adalah sebuah Setu-Danau yang berada di Pusat Kota Depok. Karena kurang tepatnya penanganan terhadap lahan ini, berdampak negatif bagi kondisi lahan itu sendiri. Masyarakat memperlakukan lahan ini sebagai Lahan tak 2
Bertuan. Ini bisa dilihat dengan munculnya aktifitas altifitas ilegal yang terjadi didalamnya. Terlepas dari rencana Pemkot Depok dalam rencana pemenuhan kebutuhan akan ruang hijau bagi masyarakat kotanya, akan lebih baik jika sisa sisa lahan hijau yang ada yaitu salah satunya adalah Setu-Danau Rawa Besar dengan tanpa menghilangkan fungsi utamanya dijadikan Ruang Hijau Bersama misalnya saja Hutan Kota, hal ini diharapakan dapat memberikan dampak sosial yang positif bagi masyarakat serta mampu memberi dampak positif juga bagi lingkungan fisik Kota Depok itu sendiri. I.2. Perumusan masalah Dari hal-hal yang terurai diatas dapat dirumuskan sebagai berikut; 1. Bagaimana Hutan Kota bisa menjadi sebuah alternatif Attachment untuk menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan Setu-Danau Rawa Besar sebagai lahan terbengkalai yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan Ruang Hijau Bersama bagi masyarakat Pusat Kota Depok? 1. Bentuk Hutan Kota yang seperti apa, yang cocok sebagai Attachment di lahan ini? 2. Bagaimana seharusnya merencanakan Setu-Danau Rawa Besar sebagai sisa lahan terbuka hijau di Pusat Kota Depok, sehingga dapat mengubah prilaku masyarakat Pusat Kota Depok terhadap lahan ini ke arah yang lebih baik. 3
I.2. Batasan masalah Pembahasan studi Setu-Danau Rawa Besar sebagai Hutan Kota dan Ruang Hijau Bersama bagi masyarakat Pusat Kota Depok ditekankan pada aspek aspek disiplin ilmu Arsitektur yang berhubungan dengan Perencanaan Hutan Kota. I.2. maksud dan tujuan I.3.1 Maksud Memberikan suatu rancangan berupa Hutan Kota pada sebuah Setu-Danau Rawa Besar yang merupakan lahan terbuka hijau terbengkalai di Pusat Kota Depok. Dengan harapan mampu memberikan nilai-nilai positif bagi kehidupan masyarakat Pusat Kota Depok dan Kota itu sendiri I.3.2 Tujuan I.3.2.1 Subjektif Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir sebagai mata kuliah terakhir perkuliahan S1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Penulis juga bercita cita untuk melanjutkan dan mengembangkan skripsi ini kejenjang pendidikan S2 Arsitektur yang sudah dicita-citakannya. I.3.2.2 Objektif Pada akhirnya rancangan yang dihasilkan diharapkan mampu berbicara di diskusi - diskusi arsitektur dan berkembang karenanya. Sehingga mampu dijadikan wacana 4
oleh pihak pihak terkait sebagai penyelesaian masalah serupa. I.4 Metode Penulisan I.4.1 Pengumpulan Data I.4.1.1 Studi banding Melakukan pengamatan dan analisa sebagai data pembanding untuk proyek yang direncanakan. Studi banding ini dapat memberikan gambaran lebih jelas pada proyek yang direncanakan mengenai fasilitas fasilitas yang ada didalamnya. Studi banding ini dilakukan di hutan kota yang ada di Bogor, dan beberapa Taman Kota yang ada di Jakarta Selatan. I.4.1.2 Survei lapangan Melakukan pengamatan langsung ke lokasi yang dipilih untuk mengetahui keadaan tapak yang sebenarnya, pengamatan di titik beratkan pada potensi potensi tapak yang ada serta anggapan atau perlakuan masyarakat sekitar terhadap lokasi ini. I.4.1.3 Studi Literatur Studi literatur dilakukan melalui buku, internet dan artikel yang berkaitan dengan masalah Hutan Kota, dengan studi ini diharapakan mampu mempertajam hipotesa hipotesa penulis mengenai Hutan Kota yang tepat untuk masyarakat Pusat Kota Depok khususnya. Buku dan artikel yang di baca akan dilampirkan didaftar pustaka. 5
I.4.1.5 Wawancara Pengumpulan data dengan meminta keterangan dari pihak yang terkaitan pada masalah ini, sehingga memberikan gambaran yang nyata bagaimana sebaiknya hutan kota ini dibuat I.4.2 Metode Perancangan I.4.2.1 Pendekatan Perancangan Pendekatan perancangan merupakan sudut pandang seseorang dalam mendekati suatu masalah desain guna mencapai pemecahan masalah yang tepat. Dengan kata lain dapat diartikan sebagai metode atau cara untuk mendesain suatu bangunan. Pada penulisan ini metode yang diterapkan adalah Hipotetikal Arsitektur, ketajaman dan ketepatan analisa menjadi bekal utama arsitek dalam menentukan pendugaan pendugaan sesuatu akan sebuah perancangan. I.4.2.2 Pendalaman perancangan Perencanaan hutan kota dengan fasilitas fasilitasnya yang berorientasi kebutuhan masyarakat Pusat Kota Depok khususnya. I.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang dilakukan adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang penulisan, rumusan dan batasan masalah,maksud dan tujuan, metode penulisan serta skematik penulisan 6
BAB II Tinjauan Umum Menjelaskan tentang gambaran umum Hutan Kota yang dimaksud, yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan Masyarakat Pusat Kota Depok. BAB III Tinjauan Khusus Menjelaskan pengertian tema yang diambil dari tinjauan teoritis penerapan teori-teori Arsitektur yang relevans terhadap persoalan dan sesuai dengan tema dan tinjauan empiris (studi banding). BAB IV Analisis Perencanaan Berisikan latar belakang pemilihan tapak, analisa tapak, analisa program perencanaan dan perancangan dan analisis konteks lingkungan tapak yang dipilih. BAB V Konsep Perancangan Berisikan konsep dasar perancangan yang diperoleh dari penjabaran tema dan konsep perencanaan/ perancangan Hutan kota dan kelengkapan fasilitas fasilitasnya. 7
8