EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI PT. UNGGUL JAYA CIPTA USAHA MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI GUDANG FARMASI PSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT SILOAM MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

IMPLEMENTASI SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIDOMULYO KOTAMADYA PEKANBARU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

INTISARI. Kata Kunci : penyimpanan, gudang obat, indikator penyimpanan, puskesmas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI GUDANG INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ADVENT MANADO

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Penyimpanan Sediaan Farmasi di Gudang Farmasi RSUD

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

1. Apakah puskesmas telah memiliki tenaga Apoteker? 2. Apakah Puskesmas juga memiliki tenaga teknisi

EVALUASI PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI OBAT PSIKOTROPIKA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

KEGIATAN BELAJAR 2: PENYIMPANAN

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara bulan

EVALUASI PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

No Kode DAR2/Profesional/582/011/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 011: DISTRIBUSI OBAT-OBAT KHUSUS. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

EVALUASI PELAKSANAAN CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK (CDOB) PADA APOTEK DI KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

INTISARI EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN PENYIMPANAN OBAT DI UPT INSTALASI FARMASI KABUPATEN BANJAR

Permenkes Nomor 3 tahun 2015 PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

BAB I DEFINISI A. Pengertian Perbekalan farmasi Penyimpanan perbekalan farmasi Bahan beracun berbahaya B. Tujuan 1. Tujuan Umum 2.

KAJIAN KESESUAIAN PENYIMPANAN SEDIAAN OBAT PADA DUA PUSKESMAS YANG BERADA DI KOTA PALANGKA RAYA. Christine Anggraini Farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

25/3/2016. Citraningsih Yuniarti RSUD KOTA YOGYAKARTA 2016

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO BERDASARKAN ANALISIS ABC-VEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

No.1414, 2014 BNPB. Pergudangan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERGUDANGAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Pharmaceutical barrier in preventing counterfeit medicines in hospitals. Hadi Sumarsono, S. Farm., Apt.

Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang II. Tujuan A Umum B. Khusus III. Ruang lingkup

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB

Lampiran 1. Jadwal Penelitian. Bulan Maret April Mei Juni Juli

PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI PUSKEMAS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU - RIAU

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

EVALUASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2011 SESUAI PERUNDANGAN YANG BERLAKU NASKAH PUBLIKASI

Pengawasan Mutu Obat di Instalasi Farmasi

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Salah satu faktor kunci dari keberhasilan suatu bisnis dan merupakan inti

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS WENANG KOTA MANADO Fikri Kobandaha*, Febi K. Kolibu*, Ardiansa A. T. Tucunan*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obatadalah sediaan atau paduan yang siap digunakan untuk

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN ALAT KESEHATAN DI PEDAGANG BESAR FARMASI SURAMANDO

PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS WILAYAH SURABAYA TIMUR DAN PUSAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PROFIL PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS PEMBANTU WATES PINGGIRREJO MAGELANG JULI 2013

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) ,

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

ANALISIS PROSES PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS TELING ATAS KECAMATAN WANEA KOTA MANADO Mohammad Khoirurrizza*, Chreisye K.F Mandagi*, Febi K.

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING. Artikel yang berjudul Studi Pengelolaan Obat yang Mengandung Prekursor pada Apotek di Kabupaten Buol.

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah non-eksperimental, yang berupa desain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT. NUSANTARA MEDIA MANDIRI PROSEDUR PENERIMAAN, PENYIMPANAN, PEMINJAMAN/PEMAKAIAN BARANG NO. PSM/JKO-LOG/03

Transkripsi:

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI PT. UNGGUL JAYA CIPTA USAHA MANADO Yuliyanti Sinen 1), Widya Astuty lolo 1),Hamidah sri supriati ) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT Drug management is one of the supporters in health services, where the storage stage is very important in the management of medicines to maintain the quality of medicines and must meet the technical guidelines on the way of good drug distribution in accordance with the Regulation of the Head of National Agency of Drug and Food Control of the Republic of Indonesia Year 2012 This study aims to evaluate the storage and distribution of drugs in PT. Unggul Jaya Cipta Usaha Manado using descriptive observational method and evaluation with prospective data collection technique by doing observation on every activity of storage and distribution of drugs, interview and data management. The results showed that the system of storage and distribution of drugs in PT. Unggul Jaya Cipta Usaha most have been in accordance with the Way of Distribution of Good Drugs but must pay more attention to things that have not fully meet the requirements in the process of storage and distribution of drugs namely the condition of the drug reserve room, the procedure of labeling the name of the drug on the storage rack, the means of destruction of drugs expired, As well as the distribution of drugs whether export or import, this is done in order to improve the quality of pharmaceutical services. Keywords: Evaluation, Drug Storage, Drug Distribution ABSTRAK Pengelolaan obat merupakan salah satu pendukung dalam pelayanan kesehatan, dimana tahap penyimpanan merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan obat untuk memelihara mutu obatobatan dan harus memenuhi pedoman teknis cara distribusi obat yang baik sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penyimpanan dan pendistribusian obat di PT. Unggul Jaya Cipta Usaha Manado dengan menggunakan metode observasional yang bersifat deskriptif dan evaluasi dengan teknik pengumpulan data secara prospektif dengan melakukan observasi pada setiap kegiatan penyimpanan dan pendistribusian obat, wawancara dan pengelolaan data. Hasil Penelitian menunjukan bahwa sistem penyimpanan dan pendistribusian obat di PT. Unggul Jaya Cipta Usaha sebagian besar telah sesuai dengan Cara Distribusi Obat Yang Baik. Namun harus lebih memperhatikan hal-hal yang belum sepenuhnya memenuhi persyaratan dalam proses penyimpanan dan pendistribusian obat yakni kondisi ruangan penyimpana obat, tata cara pelabelan nama obat pada rak penyimpanan, sarana pemusnahan obat kedaluarsa, serta pendistribusian obat baik ekspor atau impor, hal ini dilakukan guna untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi. Kata Kunci : Evaluasi, Penyimpanan Obat, Pendistribusian Obat 137

PENDAHULUAN Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Begitu pentingnya obat dalam hidup manusia sehingga dalam pembuatannya pun obat harus memenuhi kriteria efficacy, safety, dan quality. Kriteria tersebut harus terpenuhi mulai dari pembuatan, penyimpanan, pendistribusian hingga penyerahan obat ke tangan konsumen haruslah diperhatikan agar kualitas obat tersebut tetap terjaga sampai pada akhirnya obat tersebut dikonsumsi oleh pasien (Hartini, 2014). Pengelolaan obat merupakan salah satu pendukung penting dalam pelayanan kesehatan. Setiap upaya pengembangan dan penyempurnaan pengelolaan obat di kabupaten/kota harus dilakukan secara kontinyu. Hal ini perlu dilakukan agar dapat melakukan perbaikan kualitas dasar. Salah satu bentuk perbaikan pada pengelolaan obat adalah dengan melakukan penilaian terhadap apa yang sudah dilaksanakan (Kemenkes RI, 2010 dalam Lubis, 2015). Tahap penyimpanan merupakan bagian dari pengelolaan obat menjadi sangat penting dalam memelihara mutu obatobatan, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan pengawasan, mengoptimalkan persediaan, memberikan informasi kebutuhan obat yang akan datang, serta mengurangi resiko kerusakan dan kehilangan. Penyimpanan yang salah atau tidak efisien membuat obat kadaluwarsa tidak terdeteksi dapat membuat rugi rumah sakit, farmasi maupun perusahaan besar farmasi. Oleh karena itu dalam pemilihan sistem penyimpanan harus dipilih dan disesuaikan dengan kondisi yang ada sehingga pelayanan obat dapat dilaksanakan secara tepat guna dan hasil guna (Somantri, 2013). Pendistribusian obat melalui jalur legal masih ada isu mengenai kualitas obat yang dijual, kurangnya intervensi pemerintah dan longgarnya aturan mengenai distribusi obat berdampak pada persaingan pasar bebas, di sisi lain regulasi tentang ijin edar obat diharapkan sampai memperhatikan juga tentang perbedaan norma, gender maupun sosial budaya. Hal ini menunjukkan bahwa pendistribusian obat misalnya banyak label obat untuk penggunaan obat belum dievaluasi secara resmi dan terdapat petugas yang masih awam terhadap obat yang pada akhirnya akan kesulitan mengelolanya (Putra dan Hartini, 2012). Berdasarkan latar belakang di atas dapat dilihat bahwa terdapat berbagai hal yang perlu diperhatikan terkait penyimpanan dan pendistribusian obat di pedagang besar farmasi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang evaluasi penyimpanan dan pendistribusian obat di PBF PT. Unggul Jaya Cipta Usaha. METODOLOGI PENELITIAN Observasi Observasi dilakukan di PBF PT. Unggul Jaya Cipta Usaha untuk melihat secara langsung aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja atau petugas di PBF PT. Unggul Jaya Cipta Usaha dalam mengelola obat-obat. 138

Wawancara Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada apoteker penanggung jawab PBF PT. Unggul Jaya Cipta Usaha. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara mengambil data-data dan laporan penyimpanan dan pendistribusian obat di PBF PT. Unggul Jaya Cipta Usaha berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat peneliti secara langsung melalui observasi dan pengumpulan data lapangan dalam bentuk hasil wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada berupa dokumen pencatatan dan laporan distribusi obat serta peraturan pemerintah mengenai penyimpanan dan pendistribusian obat di PBF. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini ialah alat tulis menulis untuk mencatat hasil observasi, Pengambilan data dengan menggunakan alat perekam untuk wawancara dan kamera untuk pengambilan foto-foto dokumentasi. Bahan yang digunakan yaitu data-data penyimpanan dan pendistribusian obat yang diperoleh dari PBF PT. Unggul Jaya Cipta Usaha serta Peraturan Pemerintah mengenai penyimpanan obat berdasarkan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010) dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan terkait kondisi ruangan dan fasilitas pada gudang/tempat penyimpanan obat di PT. Unggul Jaya Cipta Usaha, maka hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Evaluasi Kondisi Ruangan dan Fasilitas pada Gudang Penyimpanan Obat serta Prosedur Penyimpanan Obat di PT. Unggul Jaya Cipta Usaha berdasarkan Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Republik Indonesia (2010). No 1. 2. 3. Variabel Evaluasi Gudang penyimpanan Obat terpisah dari ruang pelayanan atau Apotek PBF. Gudang cukup besar untuk penyimpanan semua persediaan oba dan aman untuk pergerakan petugas. Tempat ruang penyimpanan obat yang terpisah dengan alat kesehatan Ya Hasil Tidak Keterangan 139

4. Atap gudang dalam keadaan baik dan tidak bocor 5. Lantai dibuat dari tegel/semen 6. Dinding gudang dibuat licin 7. Gudang memiliki ventilasi 8. Gudang memiliki jendela yang berteralis 9. Penerangan gudang yang cukup 10. Adanya Pengaturan suhu ruangan 11. Adanya pengaturan kelembapan 12. 13. Terdapat ruang / lemari terpisah untuk obat yang mudah terbakar Terdapat ruang / lemari untuk obat berbahaya 14. Gudang dilengkapi dengan kunci ganda Ruang memiliki pengatur suhu berupa AC 25ºC-30ºC 20ºC-25ºC (Injeksi) PT.Unggul Jaya Cipta Usaha tidak memiliki obat-obat yang mudah terbakar PT.Unggul Jaya Cipta Usaha tidak menyediakan obatobat yang berbahaya 15. Tersedia thermometer ruangan 16. Tersedia rak/lemari penyimpanan obat 17. 18. 19. 20. Tersedia lemari khusus yang terkunci untuk penyimpanan obat Narkotika dan Psikotropika Tersedia lemari pendingin untuk menyimpan jenis obat-obat tertentu yang memerlukan suhu dingin Tersedia lemari khusus untuk obat rusak dan kadaluarsa Tersedia alat bantu untuk pemindahan obat dalam gudang PT.Unggul Jaya Cipta Usaha tidak menyediakan obatobat jenis Narkotika dan Psikotropika Tidak terdapat persediaan obat berupa supositoria dan insulin, dll. 140

21. Tersedia kartu stok obat untuk memberi keterangan di rak/lemari penyimpanan 22. Tersedia pallet / papan alas untuk barang 23. Jarak pallet dengan lantai (min.10cm) 24. Jarak pallet dengan dinding (max.30cm) 25. Tersedia pendingin ruangan / AC 26. Tersedia keterangan untuk obat berbahaya 27. Tersedia keterangan untuk obat yang mudah terbakar PT.Unggul Jaya Cipta Usaha tidak menyediakan obatobat berbahaya PT.Unggul Jaya Cipta Usaha tidak menyediakan obatobat yang mudah terbakar Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa tempat/gudang penyimpanan merupakan salah satu sarana yang mendukung kegiatan penyimpanan dan pendistribusian obat di PT. Unggul Jaya Cipta Usaha. Dari hasil observasi gudang terdiri dari beberapa ruangan dengan luas sebesar 9x16 m 2. Luas gudang penyimpanan obat di PT. Unggul Jaya Cipta Usaha sudah mencukupi kebutuhan untuk penyimpanan obat. Berdasarkan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010) menyebutkan bahwa sarana gudang minimal berukuran 3x4 m 2. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa kondisi tempat/gudang penyimpanan obat dalam keadaan kering atau tidak terlalu lembab. Gudang tidak memiliki ventilasi udara karena menggunakan sistem penghawaan buatan / AC. Sistem pencahayaan ruangan menggunakan pencahayaan buatan / lampu dan pencahayaan alami pada siang hari dimana cahaya dapat masuk melalui jendela kaca. Gudang juga memiliki jendela yang diberikan teralis besi sehingga membantu meningkatkan sistem keamanan. Menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010), sarana pengamanan gedung sangat penting dimiliki oleh instalasi farmasi untuk menjaga obat dari pencurian dan bahaya kebakaran. Untuk jenis dan jumlah teralis disesuaikan dengan bentuk bangunan termasuk pintu, jendela dan plafon dengan spesifikasi terbuat dari bahan besi dengan keterbalan 12 mm. Lantai gudang penyimpanan ditegel dan diberikan alas papan (pallet). Menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010), penggunaan pallet akan dapat meningkatkan sirkulasi udara dan pemindahan obat. Penggunaan pallet memberikan keuntungan: (1) sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap 141

banjir, serangan serangga (rayap); (2) melindungi sediaan dari kelembapan; (3) memudahkan penanganan stok; (4) dapat menampung obat lebih banyak; (5) pallet lebih murah dari pada rak. Pintu gudang penyimpanan juga diberikan kunci ganda, hal ini untuk meningkatkan keamanan gudang. Terdapat pula alat pengukur suhu ruangan (termohigrometer) di dinding gudang yang terkalibrasi dan dilakukan pencatatan dua kali sehari. Tidak terdapat lemari penyimpanan obat narkotika dan psikotropika karena PT. Unggul Jaya Cipta Usaha tidak mendistribusikan obat-obat jenis narkotika dan psikotropika. Kondisi penyimpanan obat di gudang penyimpanan obat dilakukan dengan cara obat diletakkan di rak penyimpanan obat dan disimpan di tempat yang kering. Tidak terdapat lemari pendingin (kulkas) untuk obat-obatan cold chain, tidak ada tempat penyimpanan khusus untuk obat-obat jenis supositoria, insulin dan lain-lain karena PT. Unggul Jaya Cipta Usaha tidak mendistribusikan obat-obat tersebut. Wadah penyimpanan obat selalu tertutup rapat dan terdapat pengering pada wadah tablet/kapsul. Atap tempat/gudang penyimpanan obat maupun atap gedung kantor tidak bocor. Gudang penyimpanan obat menggunakan AC sebagai pendingin ruangan sehingga suhu didalam ruang penyimpanan memenuhi standar suhu pada kemasan obat. Petugas gudang secara berkala memeriksa suhu ruangan memakai alat termohigrometer yang sudah tersedia di ruang penyimpanan, untuk mengontrol udara yang ada diruangan agar tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin sehingga stabilitas obat tetap terjaga. Sarana lain yang sudah tersedia untuk menunjang pekerjaan berupa komputer, printer, telepon dan faximili. Namun masih ada beberapa sarana yang masih perlu perbaiki yaitu, kurangnya ketersediaan rak dan pallet obat mengingat karena banyaknya jumlah obat yang akan disimpan. Akibatnya penyusunan obatobatan yang diletakan pada tempatnya tidak rapi, hal ini menyulitkan petugas gudang untuk mengkordinir obat-obat yang disimpan. Dengan makin beragamnya item dan meningkatnya jumlah obat maka gudang membutuhkan rak dan pallet yang lebih banyak untuk tempat penyimpanan. Walapun sarana dan prasarana gudang sudah memenuhi standar, tetapi masih perlu dilakukan penambahan karena mengingat jumlah obat yang hampir mencapai 1000 item. Prasarana lain yang tersedia di gudang obat PT. Unggul Jaya Cipta Usaha adalah lemari untuk obat yang sudah rusak atau kadaluarsa. Hal ini dapat mencegah obat yang sudah rusak atau obat yang kadaluarsa bercampur dengan obat yang belum kadaluarsa dan obat yang masih dalam kondisi baik, hal ini juga dapat mengurangi resiko penyalahgunaan obat. 142

Tabel 2. Tabel Prosedur Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Penyimpanan Obat PT.Unggul Jaya Cipta Usaha berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Nomor 58 Tahun 2014. Hasil No Variabel Evaluasi Keterangan Ya Tidak 1. 2. Penyimpanan obat disimpan dalam gudang/ ruangan khusus untuk obat, tidak dicampur dengan peralatan lain Obat diletakan diatas rak/ lemari penyimpanan 3. Obat tidak diletakan langsung dilantai 4. 5. Penyimpanan obat LASA (look alike sound alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus Obat tidak diletakan menempel pada dinding 6. Penyimpanan obat sesuai metode FIFO 7. Penyimpanan obat sesuai metode FEFO 8. 9. Penyimpanan obat berdasarkan jenis obat Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan 10. Penyimpanan obat berdasarkan abjad 11. Obat yang rusak diletakan terpisah dengan obat yang masih baik 12. Obat yang kadaluarsa diletakan terpisah dengan obat yang masih baik 13. Diberikan pelabelan nama obat pada rak penyimpanan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetaui penyimpanan obat di gudang penyimpanan obat PT.Unggul Jaya Cipta Usaha, menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Nomor 58 Tahun 2014, penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan Tetapi belum semua diberikan pelabelan pada rak farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, kelembapan, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. 143

Dari hasil penelitian ini juga dapat diketahui bahwa prosedur sistem penyimpanan, penyusunan obat pada tempat/gudang penyimpanan obat pada PT. Unggul Jaya Cipta Usaha sudah berdasarkan abjad/nomor bacth dan penggolongan obat sudah berdasarkan jenis, bentuk sediaan. Demikian juga dengan obat Look Alike Sound Alike (LASA) atau penampilan dan penamaan mirip tidak ditempatkan berdekatan dan diberi penandaan khusus dengan menempatkan salah satu obat yang bukan LASA ditengah, diantara obat LASA. Hal ini untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat dan menghindari penyalahgunaan obat. Sistem penataan obat di gudang penyimpanan obat PT. Unggul Jaya Cipta Usaha menggunakan gabungan antara metode FIFO dan FEFO. Metode FIFO (First in First Out), yaitu obat-obatan yang baru masuk diletakkan di belakang obat yang terdahulu, sedangkan metode FEFO (first expired first out) dengan cara menempatkan obat-obatan yang mempunyai ED (expired date) lebih lama diletakkan di belakang obat-obatan yang mempunyai ED lebih pendek. Proses penyimpanannya memprioritaskan metode FEFO, kemudian dilakukan metode FIFO. Barang yang EDnya paling dekat diletakkan di depan walaupun barang tersebut datangnya belakangan. Obat dalam kemasan besar disusun di atas pallet secara rapi dan teratur, sedangkan obat kemasan kecil dan jumlahnya sedikit disimpan dalam rak dan dipisahkan antara obat dalam dan obat untuk pemakaian luar, dengan memperlihatkan keseragaman nomor batch. Berdasarkan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010) menyebutkan bahwa, penyusunan stok obat digunakan untuk memudahkan pengendalian stok obat. Dalam penyimpanan obat suhu didalam ruangan diukur dengan menggunakan termohigrometer dan selalu dilakukan pengecekan secara berkala, yaitu pada pagi hari pukul 08.00 WITA dan sore hari pada pukul 15.00 WITA. Suhu didalam ruang penyimpanan obat yaitu berkisar antara 25º-30º C dan untuk obat injeksi 20ºC-25º C Pendistribusian Obat Berdasarkan peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB). Sistem pendistribusian obat di PT.Unggul Jaya Cipta Usaha Manado dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut : Tabel 3. Tabel Evalusi Distribusi Obat di PT.Unggul Jaya Cipta Usaha. Hasil No Uraian Ya Tidak 1. Penerimaan 2. Penyimpanan 3. Pemisahan Obat 4. Pemusnahan Obat Keterangan PT.Unggul Jaya Cipta Usaha belum memiliki sarana 144

pemusnahan Obat 5. Pengambilan 6. Pengemasan 7. Pengiriman 8. Ekpor dan Impor PT.Ungguljaya belum melakukan ekspor dan impor Berdasarkan tabel hasil penelitian dapat diketahui bahwa proses distribusian obat di PT.Unggul Jaya Cipta Usaha sudah sesuai dengan CDOB, hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Penerimaan Obat yang masuk diterima langsung oleh apoteker penanggung jawab dengan menggunakan berita acara penerimaan barang. Faktur pemesanan obat yang diterima, dicocokan kembali dari segi jenis obat, jumlah obat, nomor batch, tanggal kadaluarsa, bentuk obat dan kerusakan obat. Setelah sesuai, obat dan alat kesehatan yang diterima dimasukan kedalam gudang penyimpanan. Untuk faktur pemesanan ditanda tangani oleh apoterker penanggung jawab dan di cap perusahaan. 2. Penyimpanan Obat yang dipesan, setelah diterima oleh apoteker penanggung jawab, dimasukan kedalam gudang obat dengan melampirkan berita acara dan catatan penerimaan obat kebagian logistic (kepala gudang). Kepala logistic menerima obat kemudian dicocokan obat yang diterima dengan berita acara dan catatan penerimaan barang. Setelah sesuai obat-obatan tersebut disimpan dalam gudang obat berdasarkan principal dan nama perusahaan. Obat tersebut diletakan diatas pallet/rak dan diatur berdasarkan sistem FIFO dan FEFO. 3. Pemisahan Obat Setelah obat yang diterima oleh kepala logistik, obat langsung dipisahkan sesuai jenisnya dan diberi label yang jelas. Sedangkan obat yang sudah rusak atau kadaluwarsa diletakkan di lemari khusus penyimpanan obat rusak dan kadaluwarsa. 4. Pemusnahan Obat Pemusnahan dilaksanakan terhadap obat-obat yang telah kadaluwarsa dalam kurun waktu 3-4 tahun. Sebelum dilakukan pemusnahan, obat-obat yang telah kadaluwarsa di kumpulkan dan dibuatkan laporannya. Dari laporan tersebut dimintakan persetujuan pemusnahan kepada kepala gudang. Namun pada PT. Unggul Jaya Cipta Usaha sampai saat ini belum pernah melakukan pemusnahan obat. 5. Pengambilan Apoteker melakukan pengambilan obat sesuai dengan surat pesanan dari apotek dan rumah sakit. Apoteker harus memastikan bahwa obat yang diambil harus memiliki masa simpan yang cukup sebelum kedaluwarsa dan berdasarkan FEFO. Nomor batch obat harus dicatat, kemudian dibuatkan fakturnya. 6. Pengemasan PT. Unggul Jaya Cipta Usaha melakukan pengemasan obat berdasarkan bentuk/sediaan untuk obat yang jenisnya sedikit. PT. Unggul Jaya Cipta Usaha juga melakukan pengemasan untuk pengiriman 145

ke apotek atau rumah sakit oleh pengantar barang untuk menjaga keamanan barang dari kerusakan dan pencurian. 7. Pengiriman PT. Unggul Jaya Cipta Usaha melakukan pengiriman Obat yang sudah disiapkan dikemas dan diberikan kepada pengantar barang, kemudian didokumentasikan di buku ekspedisi. PT. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penyimpanan obat di PT. Unggul Jaya Cipta Usaha Manado 80% telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Nomor 58 Tahun 2014 dan Peraturan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes tahun 2010. Demikian pula pendistribusian obat di PT. Unggul Jaya Cipta Usaha 80% sudah sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik tahun 2012. SARAN Disarankan kepada PT.Unggul Jaya Cipta Usaha agar memperhatikan hal-hal yang belum sepenuhnya memenuhi persyaratan atau prosedur-prosedur penyimpanan dan pendistribusian dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI dan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). DAFTAR PUSTAKA Unggul Jaya Cipta Usaha melakukan pengiriman barang ke apotek dan rumah sakit dalam kota dengan menggunakan motor dan viar, untuk luar kota pengiriman barang menggunakan mobil box. 8. Ekspor dan Impor PT. Unggul Jaya Cipta Usaha tidak melakukan ekspor dan impor obat. Anonim, 2012. Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.34.11.12.7542. Jakarta Anonim, 2014. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, Jakarta Hartini I. S., 2014. Evaluasi Pelaksanaan Cara Distribusi Obat Yang Baik Pada Apotek Di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Yogyakarta. Yogyakarta. Putra A. A. P. Dan Hartini Y. S., 2012. Implementasi Cara Distribusi Obat Yang Baik Pada Pedagang Besar Farmasi Di Yogyakarta. Yogyakarta. Somantri A.P., 2013. Evaluasi Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Anonim, 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian Di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. 146