REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017 Dalam APBN TA 2017, anggaran Kementerian Kesehatan sebesar Rp58,27 triliun atau menurun sebesar 8,07 persen dibandingkan dengan alokasi anggaran dalam APBN-P 2016. Namun pada pertengahan tahun 2016, Pemerintah melakukan pemotongan/penghematan atas anggaran Kementerian Kesehatan sebesar Rp5.552,32 (Inpres 8/2016 tentang Penghematan Anggaran K/L Tahun 2016), sehingga pagu anggaran tahun 2016 menjadi sebesar Rp 57.168,58. Dengan demikian jika dibandingkan dengan pagu setelah dilakukan penghematan di tahun 2016, anggaran Kementerian Kesehatan dalam APBN tahun 2017 masih mengalami kenaikan sebesar 1,92%. Untuk menjamin kinerja penyerapan anggaran yang optimal, pengawasan terhadap anggaran kementerian/lembaga dapat berpedoman pada : 1. Sasaran Umum dan arah Kebijakan Prioritas Pembangunan bidang Kesehatan. Dalam Perpres Nomor 45 tahun 2016 tentang RKP tahun 2017, prioritas bidang kesehatan memiliki sejumlah indikator keberhasilan yaitu : No. Indikator 1 Meningkatnya Status Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi Masyarakat 1. Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup, diukur dengan proksi : 1 2014 Baseline 346 (SP 2010) 2015 2016 2017 Sasaran Akhir RPJMN 2019 305 (SUPAS 2015) n.a. n.a. 306 Persalinan di fasilitas kesehatan (%) 70,4 (2013) 75,0 77,0 81,0 85,0 Kunjungan Antenatal (K4) (%) 70,4 (2013) 72,0 74,0 78,0 80,0 2. Menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup, diukur dengan proksi: 32 (2012) n.a. n.a. n.a. 24 Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) (%) 71,3 (2013) 75,0 78,0 81,0 90,0 3. Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) 32,9 (2013) 31,3 30,5 29,6 28,0 pada Anak Baduta (Bawah Dua Tahun) (%) 4. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) per perempuan usia reproduksi 15-49 tahun 2,6 (SDKI 2012) 2,37 2,36 2,33 2,28 5. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) suatu cara (all method) (%) 61,9 (SDKI 2012) 65,2 65,4 65,6 66,0 2 Menurunnya Penyakit Menular dan Tidak Menular a. Prevalensi HIV (%) 0,46 (2014) <0,5 <0,5 <0,5 <0,5 b. Prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk 297 (2013) 280 271 262 245 c. Prevalensi Merokok pada Usia 18 Tahun (%) 7,2 (2013) 6,9 6,4 5,9 5,4 d. Prevalensi Tekanan Darah Tinggi (%) 25,8 (2013) 25,0 24,6 24,2 23,4 e. Prevalensi Obesitas pada Penduduk Usia 18+ tahun (%) 3 Meningkatnya Perlindungan Finansial a. Penduduk yang menjadi peserta BPJS Kesehatan (%) 15,4 (2013) 15,4 15,4 15,4 15,4 51,8 (Okt 2014) 60,0 68,0 77,0 95,0 4 Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan a. Jumlah Kab/Kota yang memiliki 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional (Kab/Kota) 10 (2014) 94 190 287 481 b. Kabupaten/Kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap pada bayi (%) 71,2 (2013) 75,0 80,0 85 95 c. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan (unit) 5 Meningkatnya Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan (sedang dikembangkan) 6 Meningkatnya Jumlah Dokter yang meresepkan Obat Rasional kepada Pasien Sumber : Perpres No. 45 tahun 2016 tentang RKP tahun 2017 1.015 (2013) 1.200 2.000 3.000 5.600
2. Kinerja Program Dalam APBN TA 2017, anggaran Kementerian Kesehatan sebesar Rp58,27 triliun atau menurun sebesar 8,07 persen dibandingkan dengan alokasi anggaran dalam APBN-P 2016, yang tersebar kedalam 9 (Sembilan) program. Tabel 1. Anggaran Kementerian Kesehatan No Program APBNP 2016 APBN 2017 Perub 1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenkes 4.016,89 3.566,90 0,89 2 Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional 25.614,03 25.558,11 1,00 3 Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Kemenkes 105,00 114,15 1,09 4 Program pembinaan Kesehatan Masyarakat 2.868,64 2.330,54 0,81 5 Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan 15.969,81 14.735,82 0,92 6 Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 3.971,58 3.140,49 0,79 7 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan 3.141,74 2.978,43 0,95 8 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 1.054,15 829,51 0,79 9 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan (PPSDMK) 5.979,11 5.013,19 0,84 TOTAL ANGGARAN 62.721,00 58.267,14 8,07 Sumber : Perpres No. 97 Tahun 2016 tentang Rincian APBN TA 2017 Catatan: Pemerintah melakukan pemotongan/penghematan pada pertengahan tahun 2016 sebesar Rp5.552,32, sehingga pagu anggaran tahun 2016 sebesar Rp 57.168,58. Pengawasan terhadap kinerja program dimaksudkan untuk menjamin kontinuitas capaian program dalam periode tertentu (triwulan) sesuai dengan yang direncanakan dan memberikan rekomendasi atas permasalahan/kendala yang timbul dalam pelaksanaannya. Adapun sasaran dan indikator kinerja untuk masing-masing program di Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut : 2
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN KESEHATAN Gambar 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan Rp4.016,9 2016) Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen kementerian kesehatan Rp3.566,9 2017) Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan Ada 3 kebijakan publik yang berwawasan kesehatan a.l. : 3 kebijakan publik yang berwawasan kesehatan PROGRAM PENGUATAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Gambar 2. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional Rp25.614,0 2016) Terselenggaranya penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) Rp25.558,1 2017) Terselenggaranya penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebanyak 99,6 juta jiwa Penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebanyak 92,4 juta jiwa 3
PROGRAM PENINGKATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR KEMENTERIAN KESEHATAN Gambar 3. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan Rp105,0 2016) Rp114,15 2017) Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya reformasi birokrasi Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya reformasi birokrasi Satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara 1 persen sebesar 91 persen. Satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara 1 persen sebesar 94 persen. PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKAT Gambar 4. Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Rp2.868,6 2016) Rp2.330,54 2017) Meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat Meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) sebesar 77% Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) sebesar 79% Sumber : Renstra Kemenkes 2015-2019 4
PROGRAM PEMBINAAN PELAYANAN KESEHATAN Gambar 5. Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rp15.969,8 2016) Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat Rp14.735,82 2017) Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat Ada 700 kecamatan yang memiliki minimal 1 puskesmas yang tersertifikasi akreditasi dan 190 Kab/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional - 1.400 Kecamatan memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi - 287 Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT Gambar 6. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Rp3.971,58 2016) Menurunnya penyakit menular, penyakit tidak menular dan peningkatan kualitas lingkungan Rp3.140,49 2017) Menurunnya penyakit menular, penyakit tidak menular dan peningkatan kualitas lingkungan INDIKATOR a.l.: - 91,5% anak usia 0 s/d 11 bulan mendapatkan imunisasi dasar lengkap - 360 kab/kota dengan Annual Parasite Incidence (API) < 1 per 1.000 penduduk - 62% kab/kota dgn IR DBD < 49 per 100.000 penduduk - 30.000 desa/kel. melaksanakan STBM - 47% kasus HIV yang diobati INDIKATOR a.l.: - 92% anak usia 0 s/d 11 bulan mendapatkan imunisasi dasar lengkap - 375 kab/kota dengan Annual Parasite Incidence (API) < 1 per 1.000 penduduk - 64% kab/kota dgn IR DBD < 49 per 100.000 penduduk - 35.000 desa/kel. melaksanakan STBM - 50% kasus HIV yang diobati Sumber : Renstra Kemenkes 2015-2019 5
PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA Gambar 7. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK) Rp5.979,1 2016) Meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan Rp5.013,19 2017) Meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan Ada 2.000 puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan, 35% RS Kab/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang, dan 21.510 SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif) Ada 3.000 puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan, 40% RS Kab/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang, dan 33.060 SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif) Tentang RKP Tahun 2016 Sumber : Renstra 2015-2019, DIPA 2017 PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Meningkatnya ketersediaan, keterjangkauan dan mutu farmasi dan alat kesehatan Gambar 8. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Rp3.141,7 Rp2.978,43 2016) 2017) Ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas 1. sebesar 80 persen Adanya 10 bahan baku obat, obat tradisional 2. dan kosmetika dalam negeri yang dimanfaatkan Adanya 4 alat kesehatan (alkes) yang 3. diproduksi di dalam negeri serta 72 persen Sumber : Lampiran Perpres No. 60 Tahun 2015 Tentang RKP Tahun 2016 Meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Persentase puskesmas dengan ketersediaan 1. obat dan vaksin esensial sebesar 83 persen 2. Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 50 persen Sumber : Renstra Kemenkes 2015-2019, DIPA 2017 6
PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Gambar 9. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Rp1.054,1 2016) Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan Rp829,51 2017) Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan Ada 8 hasil penelitian yang didaftarkan HKI, 24 rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan, dan 3 laporan riset kesehatan nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat 31 Penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan 72 rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan, dan 3 laporan riset kesehatan nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat 3. Penyerapan Anggaran. a. Data Penyerapan per Triwulan 1 Data penyerapan anggaran Kementerian/Lembaga per triwulan telah dilakukan secara online oleh Bappenas. Kinerja penyerapan anggaran Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut : Tri. I II Tanggal Lapor 07/06/2016 5:19 08/08/2016 4:19 Anggaran(%) Kinerja(%) Pagu Target Realisasi Target Realisasi 8.019.252.519.402 9.345.256.429.894 64.449.915.485.000 16.40 % 23.05 % [12.44 %] [14.50 %] 64.425.014.928.000 18.750.446.083.011 23.277.641.678.583 33.85 % 34.76 % [29.10 %] [36.12 %] b. Pagu dan Realisasi Anggaran Kementerian Kesehatan TA 2015 2017 ( Rp) 2015 2016 2017 RAPBN 47.429,8 64.804,5 58.267,14 APBN 47.758,8 63.481,6 58.267,14 APBN-P 51.277,3 62.720,9 Realisasi Sem I 1) 19.267,8 23.252,2 1 http://e-monev.bappenas.go.id/emonev/rekapitulasi_kin 7
% thd APBNP 37,6 37,1 LKPP 48.852,6 1) Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Semester Pertama Tahun Anggaran 2016 4. Hasil Pemeriksaan BPK. Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan RI tahun 2015 ini dikeluarkan oleh BPK pada tanggal 31 Mei 2016 lalu. Dalam laporannya, BPK menemukan kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan operasinya. Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan yang ditemukan BPK antara lain sebagai berikut: a. Pengelolaan Pendapatan Negara dan Hibah, antara lain pencatatan dan pengelolaan Kas pada Enam Satuan Kerja Belum Memadai; b. Pengelolaan Belanja Negara, antara lain Penganggaran, Realisasi, dan Pengesahan Belanja pada Sembilan Satuan Kerja Belum Tertib; c. Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Pada 18 Satuan Kerja Belum Memadai; d. Pengelolaan Aset, antara lain Penatausahaan Barang Milik Negara pada 14 Satuan Kerja Belum Tertib; e. Pengelolaan Kewajiban, antara lain Pengelolaan Utang Kepada Pihak Ketiga pada Tiga Satuan Kerja Belum Sepenuhnya Sesuai dengan Pedoman akuntansi dan Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Akrual pada Kementerian Kesehatan Berdasarkan kelemahan tersebut, BPK merekomendasikan kepada Menteri Kesehatan melalui eselon-1 terkait agar: a. Menerbitkan juknis terkait pertanggungjawaban pengeluaran atas biaya akomodasi, uang harian, dan transportasi atas pelaksanaan jasa pengujian, jasa kalibrasi, dan/atau jasa pemeriksaan; b. Menginstruksikan Bendahara penerimaan satker terkait agar melaksanakan penyetoran PNBP ke Kas Negara secara tertib sesuai ketentuan yang berlaku dan melaporkan pelaksanaannya kepada kepada atasan langsung secara berkala; c. Menetapkan SOP dan/atau Petunjuk Teknis/Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengadaan yang Lengkap dan Rinci; d. Menginstruksikan PPK cermat dalam mengawasi dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan SOP yang telah diterbitkan; e. Menegur PPK yang kurang cermat dalam mengkaji spesifikasi teknis dalam KAK (Kerangka Acuan Kerja); f. Menginstruksikan kepada Pengelola Gudang, Pengelola Persediaan dan petugas SIMAK BMN untuk melaksanakan mekanisme sesuai SOP dan peraturan terkait penatusahaan persediaan; g. Lebih optimal dalam mengendalikan dan mengawasi pengelolaan dan pelaporan BMN; h. Menginstruksikan petugas SIMAK BMN agar meningkatkan koordinasi dengan unit kerja/- instalasi/satuan kerja terkait dalam melakukan pendataan dan pengelolaan BMN yang ada di wilayahnya; 8
i. Direktur Utama RSUPN RSCM, RSUP Persahabatan, dan RSUP Dr. Djamil menyusun dan menetapkan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang lengkap dan rinci terkait pengelolaan utang khususnya proses verifikasi yang disesuaikan dengan Pedoman Akuntansi dan Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Akrual Pada Kementerian Kesehatan. 9