BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil

dokumen-dokumen yang mirip
Lembar Kegiatan Siswa

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT)

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI

DASAR PENGUKURAN FISIKA

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 MEMPAWAH HILIR ARTIKEL PENELITIAN OLEH

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KD 1

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Pendahuluan. Angka penting dan Pengolahan data

Paket 2 PENGUKURAN. Pendahuluan

NOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING

BAB I BESARAN DAN SATUAN

BAHAN AJAR LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

BAB II PENGUKURAN DASAR

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab:

DASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BESARAN DAN PENGUKURAN

itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu.

MODUL MATA PELAJARAN IPA

PRAKTIKUM 1 KALIBRASI DAN PEMAKAIAN JANGKA SORONG


Laporan Praktikum Fisika Dasar 1

Neraca Ohaus Tiga Lengan

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar :

Pensil adalah sesuatu yang diukur panjangnya. Contoh : Panjang pensil 5 cm. 5 adalah nilai besaran panjang dari pensil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGUKUR BESARAN DAN MENERAPKAN SATUANNYA

PENGUKURAN (KALIBRASI) VOLUME DAN MASSA JENIS ALUMUNIUM

Neraca pegas Fungsi cara menggunakan neraca pegas

Kompetensi Siswa Hakikat Fisika

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm

1/Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS

BESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN

SOAL PEKERJAAN DASAR TEKNIK OTOMOTIF

TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

DIKTAT PRAKTIKUM FISIKA DASAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki pendidik ialah mampu melakukan

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain

Pengukuran Besaran Fisika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

Gambar mengukur menggunakan jengkal

Lampiran 3 LEMBAR KERJA SISWA

MAKALAH MIKROMETER SEKRUP Leave a comment

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor

LEMBAR OBSERVASI KETRAMPILAN

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

MODUL 4 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGUKUR) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MENGUKUR DENGAN ALAT UKUR MEKANIK PRESISI

Contoh Laporan Praktikum Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup

Berikut adalah macam besaran pokok, beserta satuannya dibedakan dengan satuan MKS atau CGS :

Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I BESARAN SATUAN DAN PENGUKURAN

Pengukuran Dasar dan Angka Penting

SILABUS DAN RPP MENGUASAI KONSEP DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA SMK NEGERI 56 JAKARTA

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu :

Pentingnya Pengukuran. d. Materi Pokok : Besaran dan Satuan e. Alokasi Waktu : 1 pertemuan ( 90 menit) f. Pertemuan ke : 1 g. Tujuan Pembelajaran :

Oleh: Nurul Yahady Tahir Mide Penera Tingkat Terampil

Alat dan Bahan a. Penggaris b. Jangka sorong c. Balok besi d. Bola-bola kecil

MGMP Fisika Kabupaten Klaten Media Belajar Mandiri Siswa 1. Berbagai Macam Alat Ukur dalam Kehidupan Sehari - hari

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

PENGUKURAN. Aksioma dalam Pengukuran

BAIQ HELMA HIDYANTI

Tabel 1.1. Jenis-jenis Besaran Pokok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar

Jangka sorong Kegunaan

Mengukur Besaran dan Menerapkan Satuannya

Lampiran 1 SILABUS. Tabel LP1. Silabus Materi Alat Ukur dan Pengukuran. Penilaian Bentuk Instrumen. Kompetensi Dasar. Kegiatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan

Pengukuran 2. Modul 1 PENDAHULUAN

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik

Bahan Ajar FISIKA SEKOLAH. Besaran fisika dan pengukurannya. Oleh : Sutrisno

NERACA A. TUJUAN B. DASAR TEORI a. Neraca Ohauss

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BESARAN DAN SATUAN DISUSUN OLEH : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN PENGUKURAN JANGKA SORONG MIKROMETER SEKRUP BESARAN DASAR FAKTOR SI SATUAN DIMENSI

metrik adalah pada satuan waktu, dimana keduanya menggunakan besaran detik, menit dan jam untuk satu satuan waktu.

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Pengukuran Pada Benda Padat

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR UMUM I PENGGUNAAN ALAT UKUR DASAR

GESER LANGSUNG (ASTM D

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Besaran dan Satuan

Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya

PEMETAAN SK-KD PENGUKURAN. Indikator Pencapaian

Standar Kompetensi Lulusan. Memahami prinsip-prinsip pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan objektif

NERACA. Neraca Ohauss

Angka Penting. Sumber Gambar : site: gurumuda.files.wordpress.com. Angka Penting

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR 2013/2014. Oleh : KOORDINATOR JURUSAN YOGI PERNANDA

BABV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Untuk dapat mengetahui penyimpangan titik nol jig pada mesin CNC

Modul Mata Kuliah IPA 3 SD

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Transkripsi:

BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN A. Kesalahan Pengukuran Menurut Soetojo dan Sustini (1993: 1), pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai satuan. Sedangkan menurut Supiyanto (2006:16), pengukuran adalah proses membandingkan suatu besaran dengan suatu satuan. Kesalahan dalam pengukuran dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kesalahan sistematis dan kesalahan acak (Supiyanto, 2007:16-17). 1. Kesalahan Sistematis Kesalahan sistematis merupakan kesalahan kesalahan yang sebabnya dapat diidentifikasi dan secara perinsip dapat dieliminasi. Sumber kesalahan sistematis antara lain: a. Keslahan alat : sebagai akibat kalibrasi yang kurang baik. b. Kesalahan pengamat : akibat kesalahan paralaks yang merupakan kesalahan membaca angka pada skala suatu alat ukur karena kedudukan mata pengamat tidak tepat. c. Kesalahan lingkungan : sebagai contoh daya listrik yang bocor akan menyebabkan arus yang terukur secara konsisten terlalu rendah. 11

12 d. Kesalahan teoritis : akibat penyederhanaan sistem model atau aproksimasi dalam persamaan yang menggambarkannya. 2. Kesalahan Acak Kesalahasan acak menghasilkan hamburan data disekitar nilai rata rata. Data mempunyai kesempatan yang sama menjadi positif atau negatif. Sumber kesalahan acak sering tidak dapat diidentifikasi. Kesalahan acak dihasilkan dari ketidak mampuan pengamat untuk mengulangi pengukuran secara presisi. Kesalahan kesalahan yang telah dikemukakan diatas memungkinkan suatu pengukuran mempunyai hasil pengukuran dengan presisi tinggi yang tidak akurat dan memungkinkan untuk mempunyai hasil pengukuran yang akirat tetapi tidak presisi. Kata akurasi ( ketepatan) dan presisi (ketellitian) sering digunakan untuk maksud yang sama. Oleh karena itu diperlukan sensitivitas (kepekaan) yang merupakan memberikan tanggapan terhadap perubahan nilai pengukuran yang terjadi. Untuk menjamin sensitivitas alat ukur maka harus selalu menggunakannya sesuai dengan ordenya. Misalnya, ketebalan kertas dalam orde micrometer diukur dengan mistar, tentu saja perubahan yang cukup besar sekaligus tidak akan terdeteksi sehingga alat ukur mengjadi tidak sensitif (Supiyanto, 2007 :18).

13 B. Pembelajaran Fisika Ilmu fisika mempelajari stuktur materi dan interaksi untuk memahami sistem alam dan sistem buatan (teknologi) (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007: 127). Dalam mempelajari fisika, siswa diharapkan dapat menjelaskan fenomena alam melalui prinsip fisika dan siswa bukan hanya dituntut untuk menghafal rumus dan teori, melainkan harus memahami konsep. Selain diarahkan pada penguasaan pengetahuan, proses pembelajaran fisika juga diarahkan pada keterampilan fisika yaitu ranah psikomotorik. Menurut Jihad dkk, (2008:11), pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu : belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain, pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta didik dalam rangka perubahan sikap (Suherman, 1992). Kerena itu konseptual maupun operasional konsep- konsep komunikasi dan perubahan sikap akan selalu melekat pada pembelajaran. Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintahan Nomor 19 tahun 2005 tantang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi kelulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik

14 yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (penetahuan), dan psikomotor ( keterampilan). Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokan menjadi tiga ranah,yaitu kognitif, afektif, psokomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori atau konsep lebih menitik beratkan pada ranah kognitif sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif. Ranah psikomotor dapat digunakan mengukur seberapa besar pemahaman siswa terhadap suatu konsep, missalnya dalam praktikum. Dalam penelitian ini, ranah psikomotornya yaitu siswa melakukan pengukuran diameter luar cincin, diameter dalam cincin da kedalaman tabung raeksi menggunakan jangka sorong. Peneliti dan observer mengamati siswa dilengkapi dengan lembar penilaian kinerja siswa. Siswa diharapkan dapat melakukan pengukuran sesuai prosedur penggunan jangka sorong, namun dalam melakukan pengukuran, kemungkinan akan terjadi kesalahan yang dilakukan siswa. Dengan mengetahui profil kesalahan apa saja yang telah dilakukan siswa, guru akan memperbaiki dan mencari metode pembelajaran yang tepat agar kesalahan kesalahan dalam melakukan pengukuran dengan jangka sorong tidak terulang kembali pada proses pembelajaran berikutnya

15 C. Meteri Fisika Tentang Pengukuran Pada Buku Teks Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai satuan (Soejoto,1993 : 1). Untuk mengukur mengukur besaran besaran dalam fisika dapat dilakukan dengan pengukuran sebagai berikut : 1. Pengukuran Langsung Pengukuran langsung merupakan pengukuran suatu besaran yang tidak bergantung pada pengukuran besaran besaran lain, karena pengukuran dapat dilakukan dengan alat ukur yang sesuai. Pengukuran langsung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a. Pengukuran Tunggal Pengukuran tunggal disebut juga dengan pengukuran yang tidak diulangi. Misalnya, mengukur kecepatan mobil yang lewat, atau mengukur curah hujan suatu hari atau diameter suatu komet yang lewat. Pada pengukuran ini untuk mengajukan hasil pengukuran yakni dengan menggunakan skala yang terbaca pada alat ukur dan ketidakpastian sama dengan hitungan terkecil pada alat ukur. b. Pengukuran Berulang Jika pengukuran hanya dilakukan satu kali, maka hasil pengukuran itu sulit dipercaya, karena semakin banyak pengukuran suatu besaran dilakukan maka semakin besar taraf kepercayaan hasil pengukurannya sebab dengan dilakukan pengulangan akan

16 diperoleh informasi lebih banyak tentang hingga dapat mendekati nilai itu dengan lebih teliti. Pengukuran ini disebut juga pengukuran dengan pengukuran berulang. 2. Pengukuran Tidak Langsung Tidak semua besaran fisika dapat diukur secara langsung, bahkan lebih tidak melakukan atau melakukan tapi tidak tepat, sering pengukuran dilakukan dengan cara tidak langsung. Pengukuran tidak langsung ini dilakukan dengan menggunakan hasil pengukuran besaran besaran lain untuk memperoleh hasil pengukuran suatu besaran ( Wirasasmita, 1999: 1-3). Dalam pengukuran fisika, nilai yang diperoleh melalui pengukuran terkadang tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya. Namun, hasil dari pengukuran diharapkan memberikan beberapa indikasi tentang dekatnya hasil pengukuran dengan nilai yang sebenarnya, yaitu beberapa indikasi tentang ketelitian atau kepercayaan dari pengukuran. Oleh karena itu, suatu pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian. Sumber ketidakpastian ini dapat digolongkan sebagai berikut : a. Nilai Skala Terkecil Pada setiap alat ukur memiliki skala dalam berbagai macam bentuk, tetapi setiap skala mempunyai batasan yaitu skala terkecil yang dapat dibaca. Sebagai contoh pada alat ukur panjang. Penggaris memiliki nilai skala 1 mm ; sebuah jangka sorong adalah alat ukur panjang yang dibantu dengan nonius yang memungkinkan

17 membaca hingga 0,1 atau 0,05 mm. Jadi skala terkecilnya 0,1 atau 0,05 mm. Mikrometer sekrup mempunyai alat bantu yang memungkinkan membaca hingga 0,01mm, jadi skala terkecilnya 0,01mm. Dengan nilai skala terkecil yang berbeda beda tersebut maka nilai ketidakpastian suatu hasil pengukuran juga berbeda-beda. b. Ketidakpastian Bersistem Ketidakpastian bersistem dapat disebut sebagai kesalahan karena bersumber pada kesalahan alat diantaranya : 1) Kesalahan kalibrasi yaitu penyesuaian pembubuhan nilai pada garis skala saat pembuatannya. 2) Kesalahan titik nol yaitu kesalahan yang disebabakan tergesernya penunjukan nol yang sebenarnya dari garis nol pada skala. 3) Kesalahan alat lainya. 4) Kesalahan pada arah pendang membaca skala. c. Ketidakpastian acak Ketidakpastian acak ini ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak menentu yang mengganggu kerja alat ukur. d. Keterbatasan pada pengamat Sumber ketidakpastian yang tidak boleh dianggap ringan adalah keterbatasan pada pengamat, diantaranya kurang terampil dalam menggunakan alat, terutama pada alat canggih yang melibatkan

18 banyak komponen yang harus diatur, atau kurang tajam mata membaca skala halus. Dalam melakukan pengukuran selalu dimungkinkan terjadi kesalahan. Oleh karena itu, harus menyertakan angka angka kesalahan agar dapat memberi penilaian wajar dari hasil pengukuran. Hasil pengukuran yang dilakukan tidak dapat diharapkan tepat sama dengan hasil teori, namun ada pada suatu jangkauan nilai : x - x < x < x + x...(2.1) dengan x menyatakan nilai terbaik sebagai nilai yang benar dan x menyatakan kesalahan hasil pengukuran (nilai ketidakpastian) yang disebabkan keterbatasan alat, ketidak cermatan, perbedaan waktu pengukuran, dan lain sebagainya. Dalam pengukuran ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu: a. Ketelitian ( presisi) Ketelitian atau presisi didefinisikan sebagai kemampuan proses pengukuran untuk mendapat hasil yang sama, khususnya pada pengukuran yang dilakukan secara berulang ulang dengan cara yang sama (Kamajaya, 2007: 25). Untuk memperoleh hasil tersebut, siswa harus benar benar teliti dalam membaca skala dan menentukan hasil pengukuran, serta dalam pelaporan hasil penelitian.

19 b. Ketepatan (akurasi) Kata ketepatan (akurasi) dan ketelitian (presisi) sering digunakan untuk maksud yang sama yaitu untuk mendapat kesesuaian antara hasil pengukuran dan nilai sebenarnya. Akan tetapi, nilai sebenarnya secara pasti tidak pernah diketahui, yang dapat ditentukan hanyalah nilai pendekatan yang dianggap benar (Supiyanto, 2007:18). D. Pengukuran dengan Jangka Sorong 1. Pengertian Jangka Sorong Jangka sorong umumnya digunakan untuk mengukur diameter dalam benda, misalnya diameter cincin dan diameter luar sebuah benda, misalnya diameter kelereng. Jangka sorong memiliki skala terkecil 0,1 mm. Selain itu jangka sorong juga memiliki ketelitian setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,05mm.(Kanginan, 2007:3). 2. Bagian bagian jangka sorong Jangka sorong mempunyai 2 bagian penting, yaitu: a. Rahang tetap b. Rahang geser ( Tim Fisika Dasar I, 2011) Selain rahang jangka sorong juga mempunyai 2 skala, yaitu a. Skala utama b. Skala nonius

20 Gambar 2.1 Jangka sorong manual (Foster,2004: 28). 3. Pengukuran panjang dengan Jangka sorong a. Mengukur diameter luar Untuk mengukur diameter luar sebuah benda (Gambar 2.2) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1) Membuka rahang jangka dengan cara mengendorkan sekrup pengunci. 2) Mengkalibrasi alat ukur yaitu a) Mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap b) Jangka sorong telah terkalibrasi dan siap digunakan jika rahang geser berada pada posisi yang tepat diangka nol, yaitu angka nol skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus. 3) Menggeser rahang geser ke kanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetep). 4) Meletakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang 5) Menggeser rahang ke kiri sampai benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang.

21 6) Mengunci sekrup pengunci pada rahang geser. 7) Membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus terhadap skala yang akan dibaca. 8) Menuliskan skala utama. 9) Menuliskan skala nonius 10) Menuliskan hasil pengukur Gambar 2.2. Mengukur diameter luar (Foster, 2004: 29). b. Mengukur diameter dalam Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (Gambar 2.3) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1) Membuka rahang geser hingga menyentuh rahang tetap. 2) Mengkalibrasi alat ukur yaitu : a) Mendorong rahang geser hingga menyetuh rahang tetap. b) Jangka sorong telah terkalibrasi dan siap digunakan jika rahang geser benda pada posisi yang tepat diangka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus.

22 3) Meletakan benda yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong masuk kedalam cincin tersebut. 4) Mengeser ranghang geser kekanan sedemikan rupa sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh bagian dalam benda yang diukur. 5) Mengunci sekrup pengunci pada rahang geser. 6) Membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus terhadap skala yang akan dibaca. 7) Menuliskan skala utama. 8) Menuliskan skala nonius. 9) Menuliskan hasil pengukuran. Gambar 2.3. Mengukur diameter dalam ( Purwanto, 2008) c. Mengukur kedalaman Untuk mengukur kedalamn sebuah benda (Gambat 2.4) dapat dilakukan dengan langkah seperti berikut: 1) Membuka rahang jangka dengan cara mengendorkan sekrup pengunci. 2) Mengkalibrasi alat ukur yaitu : a) Mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap.

23 b) angka sorong telah terkalibrasi dan siap digunakan jika rahang geser berada pada posisi yang terpat diangka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus. 3) Meletakkan benda yang akan diukur dalam posisi berdiri sendiri tegak. 4) Memutar jangka (posisi tegak) kemudian meletakkan ujung jangka sorong ke permukaan benda yang akan diukur dalamnya. 5) Menggeser rahang geser ke bawah sehingga ujung batang pada jangka menyentuh dasar benda. 6) Mengunci sekrup pengunci pada rahang geser. 7) Membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus terhadap skala yang akan dibaca 8) Menuliskan skala utama. 9) Menuliskan skala nonius. 10) Menuliskan hasil pengukuran. Gambar 2.4 Mengukur kedalaman benda (Tim Penyusun Panduan Percobaan Siswa, 2009: 13)

24 d. Cara Menuliskan Hasil Pengukuran Dalam penelitian yang dilakukan, pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran tunggal. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan : Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berhimpit x skala terkecil jangka sorong ) atau, X = NST...(2.2) Contoh pembacaan hasil pengukuran diameter luar benda dengan menggunakan jangka sorong dengan skala terkecil 0,1 mm seperti dibawah Gambar 2.5. Gambar 2.5. Pengukuran sebuah benda yang diukur dengan menggunakan jangka sorong : 1. Berdasarkan Gambar 2.5 angka pada skala utama yang berdakatan dengan angka nol pada nonius. Angka tersebut adalah antara 2,1 cm dan 2,2 cm. 2. Berdasarkan Gambar 2.5 pada garis skala nonius yang tepat berhimpit dengan garis pada skala utama. Garis nonius yang tepat berhimpit dengan garis pada skala utama adalah garis ke 5. Berarti 5 x 0,01cm = 0,05 cm.

25 3. Hasil pengukuran diperoleh dari menunjukan hasil pengamatan pada skala utama dengan skala nonius yaitu 2,1 cm + 0,05cm = 2,15 cm.