PENILAIAN TERHADAP PELAYANAN YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1 Kerangka sampling penerima pelayanan tanggungjawab sosial Yayasan Dharma Bhakti Astra

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Laki-laki Perempuan Jumlah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran, penjualan, promosi, dan lain sebagainya. Lembaga Pengembangan Bisnis Yayasan Dharma Bhakti Astra (LPB-

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

III. METODE PENELITIAN

BAB VII MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani

BAB X RELASI GENDER DALAM P2KP

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi dari variabel penelitian didasarkan pada jumlah skor rata-rata jawaban

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bagian, jenis kelamin, usia, pendidikan dan lama bekerja. responden atas kuesioner yang dibagikan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan tabel gambaran umum responden pada penelitian ini: Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden

ini. Sehingga memudahkan perusahaan dalam merekrut karyawan. Faktor lokasi inilah salah satu juga yang membuat perusahaan ini berkembang pesat.

BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Puskesmas Tegalrejo. 2 orang tenaga medis, 3 orang tenaga paramedik, Higienie

2. penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 10 Maret 2012 dengan memberi sejumlah pertanyaan atau kuisioner kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENYAJIAN DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun bab ini berisi identitas

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. penyediaan alat transportasi publik maupun pribadi yang aman dan nyaman serta

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif korelasional. Desain korelasional dalam penelitian ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong,

BAB III TEMUAN PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Rumah Tangga Responden

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III SOLUSI BISNIS

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pada bagian Pos Kilat Khusus adalah gambaran umum tentang

I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriftif

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

KUESIONER ANALISIS PENGARUH KUALITAS JASA DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS (Studi kasus pada Makro Cash & Carry Wholesale di Semarang)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Pada bagian hasil penelitan ini memuat deskripsi hasil penelitian meliputi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Persepsi dan Loyalitas Nasabah Pelaku Agribisnis

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. yaitu: otomotif, jasa, keuangan, agribisnis, teknologi informasi, infrastruktur, dan

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG INDIKATOR KOLABORASI TERHADAP PRAKTEK KOLABORASI PERAWAT DOKTER DI UNIT RAWAT INAP RSJD

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Desain Penelitian Populasi dan Sampel

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISA HASIL. Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DAFTAR WAWANCARA

BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode Korelasional. Metode. hubungan antara dua atau lebih variabel.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya jenis dan merk kendaraan bermotor diproduksi dan

Transkripsi:

43 PENILAIAN TERHADAP PELAYANAN YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Penilaian terhadap Pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra Penilaian terhadap pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra, yaitu penilaian yang diberikan individu atau UMKM binaan sebagai responden penelitian terhadap pelaksanaan pelayanan tanggungjawab sosial yang dilakukan melalui pelayanan yang diberikan oleh YDBA. Penilaian pelayanan YDBA tersebut dinilai berdasarkan bantuan modal, bantuan teknis, dan manajemen. Bantuan modal dalam hal ini, yaitu bantuan dari segala sumberdaya hasil produksi yang tahan lama yang dapat digunakan sebagai input produktif dalam proses produksi berikutnya. Bantuan modal menjadi salah satu faktor dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia karena dari bantuan modal inilah penerima pelayanan dilatih untuk memanajemen keuangan. Bantuan modal juga diberikan agar penerima pelayanan dapat terlatih bagaimana cara mereka mengelola bengkel dengan anggaran atau dana yang ada. Bapak HP mengungkapkan bahwa: Bantuan modal yang diberikan oleh Astra Mitra Ventura (AMV) yang dijembatani oleh YDBA benar-benar membuat saya disiplin dalam mengelola uang karena AMV memberikan pendampingan dan pengawasan kepada saya dalam pengembalian modal, dan menurut saya itu adalah salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam segi manajemen keuangan (HP, 35 tahun). Bantuan teknis, yaitu bantuan dalam pengumpulan data, penggunaan komputer, presentasi secara verbal atau tertulis, manajemen, dan pengendalian keuangan. Bantuan teknis jelas merupakan salah satu faktor dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia responden sebagai penerima pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan. Hal tersebut terjadi karena bantuan teknis adalah bantuan yang sangat dibutuhkan oleh responden sebagai penerima pelayanan yang bergelut dalam bidang perbengkelan roda empat. Bantuan teknis jelas sangat berperan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia, seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu JN berikut: Bantuan teknis yang diberikan oleh YDBA jelas banget memberikan manfaat kepada saya dan karyawan saya dalam meningkatan kemampuan dan pengenalan teknologi baru di dunia bengkel mobil, dan saya sadar sekali bahwa YDBA memberikan itu kepada saya dan karyawan saya di bengkel. Bantuan teknis yang diberikan YDBA tidak sekedar bantuan yang hanya sekali dua kali diberikan, tapi ada level-level yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga saya dan karyawan saya dapat meningkatkan kualitas diri saya melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan YDBA melalui bantuan teknis itu (JN, 30 tahun).

44 Manajemen dalam penelitian ini, yaitu kegiatan penting dalam menilai kinerja staf, membangun tim yang efektif, merumuskan tujuan jangka panjang dan jangka pendek, membagi tanggungjawab dan tugas, serta melancarkan komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat sebagai sasaran tanggungjawab sosial perusahaan. Manajemen yang diberikan YDBA kepada anggota binaan berupa manajemen sistem perbengkelan mulai dari manajemen penerimaan tamu, perpajakan dalam dunia perbengkelan, manajemen keuangan, manajemen waktu, hingga manjemen karyawan. Semua inilah yang menjadi acuan penilaian anggota binaan terhadap pelaksanaan pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan yang diberikan oleh YDBA. Manjemen merupakan salah satu faktor yang menentukan peningkatan kualitas sumberdaya manusia pada responden sebagai penerima pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan, seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu MA berikut: YDBA memberikan pelajaran baru kepada saya dalam memanajemen bengkel. Bagaimana menstrukturisasi ulang dalam mengelola bengkel menjadi usaha yang maju dan itu saya akui sangat bermanfaat untuk bengkel saya ketika saya baru dibina YDBA, walaupun bengkel saya sampai saat ini keadaannya masih jalan ditempat. Tapi hal itu bukan berarti YDBA memberikan dampak yang negatif terhadap bengkel saya, tapi memang karena kesibukan saya dalam mengurus keluarga. Saya ingin sekali menata ulang bengkel saya berdasarkan manajemen yang sudah diberikan YDBA, dan saya yakin ketika saya melakukan manajemen itu saya dapat memajukan bengkel saya (MA, 47 tahun). Penilaian pelayanan YDBA pada penelitian ini dilakukan oleh 30 responden sebagai anggota UMKM binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra bidang perbengkelan roda empat. Penilaian dilihat berdasarkan bantuan modal, bantuan teknis, dan manajemen yang diberikan kepada anggota binaan. Bantuan modal yang diberikan kepada anggota berasal dari Astra Mitra Ventura (AMV) yang dijembatani oleh YDBA. Bantuan modal ini membantu anggota binaan dalam memulai dan mengembangkan UMKM yang tengah dirintis. Menurut anggota binaan, bantuan modal yang diberikan berkisar lima juta hingga ratusan juta rupiah. Bantuan teknis yang diberikan Yayasan Dharma Bhakti Astra berupa bantuan dalam memindahkan pengetahuan terkait bengkel roda empat yang dimiliki pembina kepada anggota binaan. Manajemen yang diberikan Yayasan Dharma Bhakti Astra kepada anggota binaan berupa manajemen sistem perbengkelan mulai dari manajemen penerimaan tamu, perpajakan dalam dunia perbengkelan, manajemen keuangan, manajemen waktu, hingga manjemen karyawan. Semua inilah yang menjadi acuan penilaian anggota binaan terhadap pelaksanaan pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan yang diberikan oleh YDBA. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap pelayanan YDBA dalam proses tanggungjawab sosial perusahaan.

45 Tabel 3 Jumlah dan persentase responden berdasarkan bantuan modal, bantuan teknis, dan manajemen tahun 2012 Item Jumlah (orang) Persentase (%) Bantuan Modal Rendah (Skor: 4 7) 0 0 Sedang (Skor: 8 11) 16 52.33 Tinggi (Skor: 12 16) 14 46.67 Bantuan Teknis Rendah (Skor: 6 11) 0 0 Sedang (Skor: 12 17) 4 13.33 Tinggi (Skor: 18 24) 26 86.67 Manajemen Rendah (Skor: 6 11) 0 0 Sedang ( Skor: 12 17) 10 33.33 Tinggi (Skor: 18 24) 20 66.67 Tabel 3 menunjukkan bahwa penilaian terhadap pelayanan YDBA dilihat dari bantuan modal, bantuan teknis, dan manajemen. Responden cenderung memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis dan manajemen dibandingkan dengan bantuan modal karena bantuan modal diberikan oleh AMV dengan dijembatani oleh YDBA tidak sekedar cuma-cuma, tetapi ada proses pengembalian bantuan tersebut. Artinya bantuan modal yang diberikan berupa pinjaman yang disampaikan oleh mitra Yayasan Dharma Bhakti Astra melalui Astra Mitra Ventura, dan hal inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa penilaian yang diberikan oleh penerima pelayanan terhadap bantuan modal tidak setinggi bantuan teknis dan manajemen yang diberikan YDBA, seperti yang diungkapkan Bapak AY berikut: Saya tidak merasakan bantuan modal atau materi dari YDBA, karena yang saya tahu itu hanya sebatas peminjaman melalui AMV yang nantinya saya harus melakukan pengembalian kembali dari bantuan yang telah saya terima, dan saya pribadi tidak terlalu berharap dengan bantuan itu, saya lebih ingin YDBA memberikan bantuan teknis dan manajemen yang saat ini sangat saya butuhkan (AY, 43 tahun). Berbeda dengan penilaian terhadap bantuan modal dan bantuan teknis, manajemen mendapatkan penilaian yang tinggi dari responden sebagai penerima pelayanan dalam penelitianini. Dapat dilihat bahwa dari 30 penerima pelayanan yang menilai tanggungjawab sosial perusahaan Yayasan Dharma Bhakti Astra, 26 diantaranya memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis, sedangkan 20 dari 30 penerima pelayanan memiliki penilaian yang tinggi pula terhadap manajemen. Hal tersebut terjadi karena penerima pelayanan memang mengakui

46 bahwa YDBA telah memberikan sesuatu yang memang dibutuhkan mereka sebagai anggota binaan sekaligus pemiliki UMKM yang tengah dijalani dan dibina oleh YDBA, seperti yang diungkapkan oleh Bapak US salah satu penerima pelayanan yang juga menjadi responden dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa: YDBA memberikan sesuatu yang memang saya butuhkan. Saya tidak terlalu mengerti mengenai bidang yang saat ini saya jalani sebagai mata pencaharian saya, tapi YDBA membuka pencerahan kepada saya dan karyawan-karyawan saya. Pembinaan yang selama ini diadakan oleh YDBA memberikan manfaat kepada saya dan karyawan saya yang mengikuti, apalagi mengenai teknis perbengkelannya. Saya dan karyawan saya menjadi tahu dan selalu update mengenai teknologi-teknologi baru yang disampaikan oleh YDBA. Perkembangan teknologi mengenai roda empat selalu berkembang dan maju, dan inilah yang saya rasakan sekali manfaatnya. Kemampuan teknis dari pembina membuat saya tidak kapok dan selalu ingin hadir dalam pembinaan selanjutnya (US, 44 tahun). Manajemen yang diberikan YDBApun dinilai sangat baik oleh UMKM binaannya, karena manajemen yang diberikan oleh YDBAadalah manajemen yang memang sangat dibutuhkan oleh UMKM tersebutdan sesuai dengan keinginan UMKM binaannya. Salah satu manajemen yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra adalah manajemen dasar dalam perbengkelan. Berikut adalah salah satu gambar dari pelayanan YDBA dalam manajemen bengkel: Gambar 5 Pelatihan manajemen bengkel roda empat binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra Manajemen tersebutlah yang dianggap sangat penting oleh UMKM binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra, seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak DN salah satu staf Yayasan Dharma Bhakti Astra yang bertanggungjawab di bidang perbengkelan roda empat. Beliau mengatakan bahwa:

47 Manajemen yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra tidak sekedar manajemen yang diberikan lalu dilupakan, namun lebih kepada bagaimana UMKM yang dibina mampu mengaplikasikannya di lapangan, sehingga menguntungkan tidak hanya untuk pemilik, tetapi juga untuk pelanggan bengkel tersebut. Manajemen dalam bengkel roda empat ini dimulai dari manajemen bengkel yang mengacu kepada 5R, yaitu resik, rapi, ringkas, rawat, dan rajin, selanjutnya adalah manajemen layout bengkel tersebut, bagaimana caranya layout bengkel dapat membuat pelanggan tertarik, nyaman, percaya, dan selalu ingin datang kembali ke bengkel tersebut. Lalu manajemen dalam communication skill yang dilakukan dengan mengadakan pelatihan service advisor, bagaimana seorang karyawan menghadapi pelanggan yang baru saja datang, memberikan ucapan selamat datang, memberikan senyuman, dan memberikan kesan bahwa pelanggan adalah raja yang harus dilayani sepuas mungkin, sehingga kenyamanan pun tercipta (DN, 23 tahun). Hubungan Karakteristik Penerima Pelayanan dengan Penilaian terhadap Pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra Penelitian ini menguji pengaruh antara karakteristik responden terhadap penilaian tanggungjawab sosial perusahaan Yayasan Dharma Bhakti Astra. Indikator dari karakteristik penerima pelayanan, yaitu usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir. Indikator dari penilaian terhadap pelayanan YDBA, yaitu bantuan modal, bantuan teknis, dan manajemen. Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Sumaryo (2009) bahwa dalam suatu penilaian tanggungjawab sosial perusahaan yang berdampak pada perkembangan ekonomi dan kemandirian memiliki hubungan dengan karakteristik penerima pelayanan dalam menilai pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan tersebut (seperti umur, jenis kelamin, dan pendidikan). Hubungan Karakteristik Penerima Pelayanan dengan Bantuan Modal Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikasi untuk hubungan antara usia dengan bantuan modal adalah 0.570, artinya tidak terdapat hubungan antara usia dengan bantuan modal yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Hal ini dikarenakan bantuan modal diberikan kepada mereka yang berusia berapapun oleh Astra Mitra Ventura yang dijembatanai oleh YDBA.Jumlah bantuan modal yang diberikan kepada UMKM binaan tidaklah dilihat dari usia, melainkan semua disamakan kedudukannya, sehingga mereka yang memiliki usia berapapun cenderung memiliki penilaian yang sama terhadap tanggungjawab sosial yang diberikan Yayasan Dharma Bhakti Astra kepada penerima pelayanan UMKM bidang perbengkelan roda empat, dan dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan bantuan modal. Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap bantuan modal dengan karakteristik penerima pelayanan dapat dilihat pada Tabel 4.

48 Tabel 4 Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap bantuan modal dengan karakteristik penerima pelayanan tahun 2012 Karakteristik penerima pelayanan Penilaian terhadap bantuan modal (%) Kategori Rendah Sedang Tinggi Usia Dewasa awal (18 29 tahun) 0 3.3 0 Dewasa pertengahan (30-50 tahun) 0 26.7 33.3 Dewasa tua (>50 tahun) 0 23.3 13.3 Jenis kelamin Laki-laki 0 40 43.3 Perempuan 0 13.3 3.3 Pendidikan Rendah ( SMP) 0 3.3 0 Sedang (SMA) 0 6.7 13.3 Tinggi (Perguruan Tinggi) 0 43.3 33.3 Tabel 4 menunjukkan bahwa 3.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori dewasa awal memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal. Penerima pelayanan dengan persentase 26.7% yang masuk dalam kategori dewasa pertengahan memiliki penilaian sedang terhadap bantuan modal, dan 33.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori dewasa pertengahan memiliki penilaian tinggi terhadap bantuan modal, sedangkan 23.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori dewasa tua memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal, dan 13.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori dewasa tua memiliki penilaian tinggi terhadap bantuan modal. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa penerima pelayanan yang tergolong usia kategori dewasa awal, dewasa pertengahan, dan dewasa tua cenderung memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal. Hal ini disebabkan karena bantuan modal tidaklah terlalu menjadi suatu hal yang sangat penting dalam UMKM yang mereka jalani karena sebetulnya mereka lebih memberatkan pada pembinaan dan pendampingan yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra kepada anggota UMKM binaannya daripada bantuan modal yang diberikan oleh AMV melalui YDBA, seperti yang diungkapkan oleh Bapak HC sebagai penerima pelayanan tanggungjawab sosial, bahwa: Bantuan modal atau ekonomi sebetulnya bukanlah suatu hal yang utama, tapi disini saya lebih ingin YDBA meningkatkan controlling terhadap UMKM perbengkelan roda empat yang dibinanya, karena hal itu sangat penting bagi sebuah UMKM yang masih kecil menjadi UMKM yang besar. Saya pribadi sangat mengharapkan YDBA melakukan hal itu, walaupun sebenarnya saya tahu bahwa tenaga di YDBA tidak sebanyak UMKM yang dibinanya (HC, 36 tahun). Jenis kelamin dapat mempengaruhi adanya suatu penilaian seseorang terhadap pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikasi untuk hubungan antara jenis kelamin dengan bantuan modal adalah 0.336. Artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan

bantuan modal yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Hal ini disebabkan bantuan modal diberikan kepada mereka yang berjenis kelamin apapun melalui mitra Yayasan Dharma Bhakti Astra, yaitu Astra Mitra Ventura. Jumlah bantuan modal yang diberikan kepada UMKM binaan tidaklah dilihat dari jenis kelamin mereka, melainkan semua disamakan kedudukannya, sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan bantuan modal. Tabel 4 menunjukkan bahwa 40% penerima pelayanan yang berjenis kelamin laki-laki memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal, dan 43.3%penerima pelayanan berjenis kelamin perempuan memiliki penilaian sedang terhadap bantuan modal, dan 13.3% penerima pelayanan berjenis kelamin lakilaki memiliki penilaian tinggi terhadap bantuan modal, sedangkan 3.3% penerima pelayanan berjenis kelamin perempuan memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan modal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerima pelayanan yang tergolong berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan cenderung memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal. Hal ini karena jenis kelamin tidak mempengaruhi penilaian terhadap bantuan modal, dan bantuan modalpun diberikan tidak hanya kepada mereka laki-laki saja, tetapi perempuan pun sama kedudukannya. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang, dan seseorang yang memiliki pendidikan lebih baik, maka akan lebih responsive terhadap informasi (Sumarwan 2004). Uji kali ini menghubungkan antara tingkat pendidikan dengan bantuan modal yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk hubungan antara pendidikan terakhir dengan bantuan modal adalah sebesar 0.620. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan terakhir dengan bantuan modal yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Hal ini dikarenakan penerima pelayanan yang memiliki pendidikan tinggi ataupun rendah memiliki kesempaan yang sama dalam mendapatkan bantuan modal yang diberikan Yayasan Dharma Bhakti Astra. Besar bantuanpun tidak dibedakan antara mereka yang memiliki pendidikan rendah ataupun mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Tabel 4 menunjukkan bahwa 3.3%penerima pelayanan yang berpendidikan rendah memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal, dan 6.7%penerima pelayanan berpendidikan sedang memiliki penilaian sedang terhadap bantuan modal, dan 13.3% penerima pelayanan yang memiliki pendidikan sedang memiliki penilaian tinggi terhadap bantuan modal, sedangkan 43.3% penerima pelayanan yang memiliki pendidikan tinggi memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal, dan 33.3% penerima pelayanan yang memiliki pendidikan tinggi memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan modal. Pada penelitian inipenerima pelayanan yang tergolong berpendidikan rendah, sedang, maupun tinggi cenderung memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal. Hal ini terjadi karena bantuan modal diberikan tidak berdasarkan pada tingkat pendidikan. Mereka yang memiliki pendidikan yang rendah, sedang, dan tinggi disetarakan kedudukannya. Hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik penerima pelayanan dengan bantuan modal menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik penerima pelayanan dengan bantuan modal. Hal tersebut terjadi 49

50 karena bantuan modal diberikan oleh AMV melalui YDBA tanpa melihat adanya perbedaan usia, jenis kelamin, dan pendidikan. Hubungan Karakteristik Penerima Pelayanan dengan Bantuan Teknis Hasil olahan uji hubungan antara usia dengan bantuan teknis memiliki nilai sebesar 0.703. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara usia dengan bantuan teknis. Hal ini terjadi karena Yayasan Dharma Bhakti Astra tidak memiliki batasan usia dalam memberikan bantuan teknis kepada para anggota UMKM bidang perbengkelan. Yayasan Dharma Bhakti Astra memberikan kesempatan dalam membantu seluruh anggota UMKM bidang perbengkelan dalam hal bantuan teknis, seperti mengadakan pembinaan, pendampingan, dan seminar tanpa melihat adanya perbedaan usia. Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap bantuan teknis dengan karakteristik penerima pelayanan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap bantuan teknis dengan karakteristik penerima pelayanan tahun 2012 Karakteristik penerima pelayanan Penilaian terhadap bantuan teknis (%) Kategori Rendah Sedang Tinggi Usia Dewasa awal (18 29 tahun) 0 0 3.3 Dewasa pertengahan (30-50 tahun) 0 10 50 Dewasa tua (>50 tahun) 0 3.3 33.3 Jenis kelamin Laki-laki 0 6.7 76.7 Perempuan 0 6.7 10 Pendidikan Rendah ( SMP) 0 0 3.3 Sedang (SMA) 0 3.3 16.7 Tinggi (Perguruan Tinggi) 0 10 66.7 Tabel 5 menunjukkan bahwa 3.3% penerima pelayanan kategori dewasa awal memiliki penilaian bantuan teknis Yayasan Dharma Bhakti Astra yang tinggi, sedangkan 10% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori usia dewasa pertengahanmemiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan teknis, 50% penerima pelayanan yangmasuk dalam kategori usia dewasa pertengahan memiliki penilaian tinggi terhadap bantuan teknis yang diberikan Yayasan Dharma Bhakti Astra. Penerima pelayanan yang masuk dalam kategori dewasa tua 3.3% memiliki penilaian tinggi terhadap bantuan teknis yang sedang, dan 33.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori dewasa tua memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis. Secara keseluruhan, penerima pelayanan yang masuk dalam kategori usia dewasa awal, dewasa pertengahan, dan dewasa tua cenderung memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Hal ini terjadi karena bantuan teknis diberikan kepada seluruh anggota tanpa melihat dan mempertimbangkan usia, tidak ada batas usia dalam menerima pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan yang diberikan Yayasan Dharma Bhakti Astra dalam hal bantuan teknis.

Uji korelasi antara jenis kelamin dengan bantuan teknis memiliki nilai signifikansi sebesar 0.119. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan bantuan teknis yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra sebagai pemberi pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan. Hal ini terjadi karena penilaian tanggungjawab sosial dalam bantuan teknis diberikan kepada seluruh anggota yang memiliki jenis kelamin perempuan dan laki-laki, tidak ada diskriminasi antara perempuan ataupun lakilaki, walaupun sebetulnya laki-laki mungkin lebih mengerti mengenai UMKM dalam bidang perbengkelan dibandingkan perempuan. Yayasan Dharma Bhakti Astra memberikan bantuan teknis secara seimbang dan adil tanpa harus membedakan gender diantara keduanya, sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan bantuan teknis yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Tabel 5 menunjukkan bahwa 6.7% penerima pelayanan berjenis kelamin laki-laki memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan teknis yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra, dan 76.7% penerima pelayananlaki-laki memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis tersebut, sedangkan 6.7% penerima pelayanan yang memiliki jenis kelamin perempuan memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan teknis yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra, dan 10% penerima pelayanan yang memiliki jenis kelamin perempuan memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Secara keseluruhan, penerima pelayanan baik perempuan maupun laki-laki, keduanya cenderung memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis yang diberikan Yayasan Dharma Bhakti Astra. Hal ini terjadi karena bantuan teknis diberikan kepada seluruh anggota UMKM bidang perbengkelan baik laki-laki ataupun perempuan, keduannya disetarakan kedudukannya dan diperlakukan secara adil. Hasil uji korelasi antara tingkat pendidikan dengan bantuan teknis menunjukkan nilai sebesar 0.300. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan bantuan teknis yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Hal ini disebabkan karena bantuan teknis diberikan kepada seluruh anggota secara adil baik untuk mereka yang memiliki pendidikan rendah, sedang, ataupun tinggi. Tabel 5 menunjukkan bahwa 3.3% penerima pelayanan yang memiliki pendidikan rendah memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis, dan 3.3% penerima pelayanan yang memiliki pendidikan yang sedang memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan teknis, sedangkan 16.7% penerima pelayanan dengan pendidikan yang sedang memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis, 10% penerima pelayanan dengan pendidikan tinggi memberikan penilaian yang sedang terhadap bantuan teknis, dan 66.7% penerima pelayanan dengan pendidikan yang tinggi memberikan penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis. Secara keseluruhan, penerima pelayanan yang memiliki pendidikan rendah, sedang, dan tinggi cenderung memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis. Hal ini terjadi karena bantuan teknis yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra diperuntukkan kepada seluruh anggota tanpa melihat adanya perbedaan pendidikan yang telah ditempuh oleh anggota UMKM tersebut, sehingga tidak ada hubungan antara pendidikan dan bantuan teknis yang diberikan kepada anggota UMKM Yayasan Dharma Bhakti Astra sebagai 51

52 penerima pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan dalam bidang perbengkelan roda empat. Hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik penerima pelayanan dengan bantuan teknis menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik penerima pelayanan dengan bantuan teknis. Hal tersebut terjadi karena bantuan teknis diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra tanpa melihat adanya perbedaan usia, jenis kelamin, dan pendidikan. Hubungan Karakteristik Penerima Pelayanan dengan Manajemen Hasil uji korelasi antara usia dan manajemen menghasilkan nilai sebesar 0.689. Nilai tersebut lebih besar dari α (0,1), artinya tidak terdapat hubungan antara usia dengan manajemen. Hal tersebut terjadi karena manajemen merupakan salah satu pelayanan yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, yaitu UMKM penerima pelayanan tanggungjawab sosial yang diberikan secara keseluruhan, dan diberikan tanpa melihat adanya perbedaan usia. Mereka yang memiliki usia 28 hingga mereka yang berusia 63 tahun disetarakan kedudukannya, sehingga pelayanan yang diberikan pun kepada seluruh UMKM yang statusnya penerima pelayanan sama-sama disetarakan tanpa melihat usia. Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap manajemen dengan karakteristik penerima pelayanan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap manajemen dengan karakteristik penerima pelayanan tahun 2012 Karakteristik penerima pelayanan Kategori Penilaian terhadap manajemen (%) Rendah Sedang Tinggi Usia Dewasa awal (18 29 tahun) 0 0 3.3 Dewasa pertengahan (30-50 tahun) 0 20 40 Dewasa tua (>50 tahun) 0 13.3 23.3 Jenis kelamin Laki-laki 0 23.3 60 Perempuan 0 10 6.7 Pendidikan Rendah ( SMP) 0 0 3.3 Sedang (SMA) 0 3.3 16.7 Tinggi (Perguruan Tinggi) 0 30 46.7 Tabel 6 menunjukkan bahwa 3.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori usia dewasa awal memberikan penilaian yang tinggi terhadap manajemen, 20% penerima pelayanan yang memiliki kategori usia dewasa pertengahan memberikan penilaian yang sedang terhadap manajemen, sedangkan 40% penerima pelayanan yang termasuk kategori usia dewasa pertengahan memberikan penilaian yang tinggi terhadap manajemen. Kategori usia dewasa tua sejumlah 13.3% memberikan penilaian yang sedang terhadap manajemen dan 23.3% penerima pelayanan dengan kategori usia dewasa tua memberikan penilaian yang tinggi terhadap manajemen. Secara keseluruhan, baik penerima pelayanan yang masuk dalam kategori usiadewasa awal, dewasa pertengahan, dan

53 dewasa tua cenderung memiliki penilaian yang tinggi terhadap manajemen yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Hal tersebut terjadi karena Yayasan Dharma Bhakti Astra memberikan pembinaan dalam hal manajemen yang sangat bermanfaat, baik bagi mereka penerima tanggungjawab sosial yang memiliki kategori usia dewasa awal, dewasa pertengahan, ataupun dewasa tua, seperti yang telah dinyatakan oleh Bapak SP, bahwa: YDBA sangat berperan dalam hal pembinaan kepada UMKM dalam hal manajemen bengkel roda empat, termasuk pada UMKM yang tengah saya jalani ini. Saya sangat merasakan sekali manfaat dari pengimplementasian manajemen bengkel yang telah diberikan oleh YDBA. Saya merasa cocok ketika saya melakukan manajemen bengkel seperti yang telah diajarkan YDBA mulai dari manajemen penerimaan tamu atau biasa disebut sales advisor, manajemen keuangan, manajemen dalam hal lingkungan, sampai pada manajemen keselamatan dalam kerja, dan itu saya dapatkan secara cuma-cuma dalam artian tidak perlu keluar uang yang banyak untuk mengetahui hal tersebut (SP, 44 tahun). Hasil uji korelasi antara jenis kelamin dan manajemen menghasilkan nilai sebesar 0.300. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara usia dengan manajemen. Hal tersebut terjadi karena manajemen merupakan salah satu pelayanan yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, yaitu UMKM penerima pelayanan tanggungjawab sosial yang diberikan secara keseluruhan, dan diberikan tanpa melihat adanya perbedaan gender antara lakilaki ataupun perempuan. Keduanya sangat merasakan manfaat dari adanya manajemen yang merupakan salah satu bagian dari pembinaan yang diadakan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra sebagai pemberi pelayanan dalam pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan. Salah satu perempuan sebagai penerima pelayanan tanggungjawab sosial, yaitu Ibu JN mengatakan bahwa: Manajemen yang diajarkan oleh YDBA sangat bagus dan bermanfaat untuk saya dan seluruh tenaga kerja di UMKM yang saya jalani sekarang. Manajemen yang diajarkan YDBA mengubah pola pikir saya ketika saya ingin mengambil keputusan dalam bengkel saya. Walaupun saya perempuan, tapi saya selalu berpikir bahwa saya bisa lebih baik menjalankan dan membuat UMKM saya berkembang dari yang lain, salah satu faktor yang menyebabkan pola pikir saya berubah itu adalah manajemen yang diajarkan oleh YDBA. YDBA selalu memberikan motivasi kepada saya untuk selalu dapat mengembangkan UMKM saya tanpa melihat tampilan saya sebagai seorang perempuan (JN, 30 tahun). Tabel 6 menunjukkan bahwa 23.3% penerima pelayanan laki-laki memiliki penilaian yang sedang terhadap manajemen yang diberikan Yayasan Dharma Bhakti Astra, dan 60% penerima pelayanan laki-laki memiliki penilian yang tinggi

54 terhadap manajemen yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Penerima pelayanan perempuan yang memiliki penilian sedang terhadap manajemen sebanyak 10% sedangkan 6.7% penerima pelayanan perempuan memiliki penilaian yang tinggi terhadap manajemen yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Secara keseluruhan, penerima pelayanan baik perempuan dan laki-laki memiliki penilaian yang tinggi terhadap manajemen yang diberikan Yayasan Dharma Bhakti Astra. Hal ini terjadi karena manajemen merupakan salah satu hal yang penting dalam mengelola UMKM bidang perbengkelan roda empat, dan manajemen yang diberikan kepada penerima pelayanan sebagai penerima pelayanan tanggungjawab sosial dinilai baik dan bermanfaat bagi penerima pelayanan. Hasil uji korelasi antara pendidikan dan manajemen menghasilkan nilai sebesar 0.227. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan manajemen. Hal tersebut terjadi karena manajemen merupakan salah satu pelayanan yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, yaitu UMKM penerima pelayanan tanggungjawab sosial yang diberikan secara keseluruhan, dan diberikan tanpa melihat adanya perbedaan tingkat pendidikan pada masing-masing penerima pelayanan sebagai penerima pelayanan tanggungjawab sosial. Manajemen diberikan kepada mereka yang memiliki pendidikan mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi, dan dalam penyampaian materi manajemen bahasa ataupun materi yang diberikan kepada penerima pelayanan disesuaikan, sehingga mereka dapat mengerti dengan mudah mengenai manajemen yang diajarkan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra, baik itu mengenai manajemen bengkel, manajemen keuangan, manajemen pajak, manajemen penerima tamu, sales advisor, manajemen lingkungan, dan keselamatan kerja. Tabel 6 menunjukkan bahwa 3.3% penerima pelayanan yang memiliki pendidikan rendah memberikan penilaian yang tinggi terhadap manajemen yang diberikan Yayasan Dharma Bhakti Astra, 3.3% penerima pelayanan yang memiliki pendidikan sedang memiliki penilaian yang sedang terhadap manajemen pelayanan tanggungjawab sosial, dan 16.7% penerima pelayanan yang memiliki usia sedang memberikan penilaian yang tinggi terhadap manajemen, sedangkan 30% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori pendidikan tinggi memberikan penilaian yang sedang terhadap manajemen yang diberikan Yayasan Dharma Bhkati Astra, dan 46.7% penerima pelayanan yang memiliki pendidikan yang tinggi memberikan penilaian yang tinggi terhadap manajemen. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa baik mereka yang memiliki pendidikan rendah, sedang, dan tinggi memiliki penilaian yang tinggi terhadap manajemen yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra sebagai yayasan yang memberikan pelayanan pelayanan tanggungjwab sosial perusahaan. Hal tersebut terjadi karena pendidikan dalam hal tanggungjawab sosial perusahaan bukanlah suatu hal yang diperhatikan. Pelayanan dalam tanggungjawab sosial diberikan secara adil tanpa melihat adannya perbedaan tingkat pendidikan antara penerima pelayanan satu dengan penerima pelayanan lainnya. Hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik penerima pelayanan dengan bantuan manajemen menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik penerima pelayanan dengan manajemen. Hal tersebut terjadi karena

55 manajemen diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra tanpa melihat adanya perbedaan usia, jenis kelamin, dan pendidikan. Penilaian terhadap Pembina Penelitian kali ini mengenai keefektifan pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra sebagai upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dilihat dari aspek penilaian terhadap pembina Yayasan Dharma Bhakti Astra, yaitu aspek kemampuan teknis, kemampuan komunikasi atau interaksi, dan aktivitas. Berikut ini adalah tabel jumlah dan persentasepenerima pelayanan menurut penilaian terhadap pembina. Tabel 7 Jumlah dan persentase penerima pelayanan berdasarkan kemampuan teknis, kemampuan komunikasi atau interaksi, dan aktivitas tahun 2012 Item Jumlah (orang) Persentase (%) Kemampuan teknis Rendah (Skor: 6 11) 0 0 Sedang (Skor: 12 17) 4 13.33 Tinggi (Skor: 18 24) 26 86.67 Kemampuan komunikasi atau interaksi Rendah (Skor: 5 9) 0 0 Sedang (Skor: 10 14) 6 20.00 Tinggi (Skor: 15 20) 24 80.00 Aktivitas Rendah (Skor: 7 13) 3 10.00 Sedang (Skor: 14 20) 18 60.00 Tinggi (Skor: 21 28) 9 30.00 Tabel 7 menunjukkan bahwa kemampuan teknis yang dimiliki pembina Yayasan Dharma Bhakti Astra berdasarkan hasil penilaian penerima pelayanan atau penerima pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan dapat dikatakan sangat baik. Hal tersebut dapat terlihat bahwa 86.67% penerima pelayanan memiliki penilaian yang tinggi terhadap kemampuan teknis. Hal ini juga diperkuat dengan adanya pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu penerima pelayanan yang juga adalah salah satu pengurus aktif di HBBA (Himpunan Bengkel Binaan Astra), yaitu Bapak AH. Beliau mengatakan bahwa: Walaupun saya baru mengikuti YDBA selama kurang lebih 2,5 tahun. Tapi saya sangat mengakui dan sangat kagum dengan kinerja YDBA. YDBA memberikan saya kesempatan langsung bertatap muka dengan pembina yang sangat ahli di bidangnya. Bahkan pembina yang turun langsung adalah pembina yang sebetulnya kita sudah tahu kemampuannya di luar sana, untuk

56 kemampuan teknis sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Saya sudah percaya sekali dengan YDBA (AH, 30 tahun). Kemampuan komunikasi atau interaksi berhubungan dengan kemampuan menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat atau penerima pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan sebagai upaya menjalin hubungan yang dapat dilakukan dengan cara beragam dengan melibatkan peran-peran pembicara dalam berbagai forum. Pada penelitian ini, berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi dari pihak pembina Yayasan Dharma Bhakti Astra dapat dikatakan sangat baik. Hal tersebut terlihat pada penilaian penerima pelayanan terhadap kemampuan komunikasi atau interaksi yang mencapai 80%. Hal ini juga diperkuat dengan adanya pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu penerima pelayanan yang menerima pembinaan dari pihak Yayasan Dharma Bhakti Astra, yaitu oleh Bapak TT, beliau mengatakan bahwa: Kemampuan komunikasi atau interaksi dari pihak pembina Yayasan Dharma Bhakti Astra dapat dibilang sangat baik. Mereka sangat memiliki kemampuan itu, terlihat ketika kita sedang menjalani proses pembinaan, mereka sangat interaktif dan selalu berusaha menggerakan kita dalam proses pembinaan (MS, 30 tahun). Aktivitas berhubungan dengan praktek yang dilakukan oleh petugas atau pendamping pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan untuk memahami apa yang terjadi baik di level mikro ataupun di level makro guna melakukan suatu perubahan sosial dalam frekuensi waktu dan kegiatan tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas yang terjadi pada pembina di Yayasan Dharma Bhakti Astra tidak sebaik pada kemampuan teknis dan kemampuan komunikasi atau interaksi yang dimiliki pembina. Hal tersebut dapat dikatakan karena YDBA dianggap tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang sebetulnya dibutuhkan penerima pelayanan dalam proses pembinaan, seperti adanya pendampingan, pengawasan, evaluasi, dan yang lainnya yang bersifat memajukan dan mengembangkan bengkel binaan. Hal tersebut dapat terlihat pada Tabel 7 yang menunjukkan adanya penerima pelayanan yang menilai rendah aktivitas yang dilakukan oleh pembina, seperti diungkapkan oleh Pak IJ, beliau mengaku bahwa tidak ada proses pendampingan yang dilakukan oleh pihak YDBA, seperti berikut: YDBA tidak melakukan pendampingan yang sebetulnya sangat saya butuhkan. YDBA hanya sebatas membina, setelah itu tidak ada kabar. Padahal saya sangat berharap lebih kepada YDBA. Saya ingin YDBA memberikan pendampingan, pengawasan, dan evaluasi kepada bengkel saya ini. Kalau bisa diadakan semacam pemberian laporan setiap akhir bulan, sehingga tahu mana bengkel yang sedang jatuh ataupun turun. Mungkin dari situ salah satu upaya juga meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dari segi manajemen. Karena saya ingin semuanya terstruktur agar lebih baik dan bengkel saya menjadi lebih maju (IJ, 61 tahun).

57 Hasil penelitian mengenai penilaian terhadap pembina menyatakan bahwa penilaian yang diberikan oleh UMKM binaan YDBA terhadap pembina sangat baik dalam hal kemampuan teknis dan kemampuan komunikasi atau interaksi.hal tersebut dinyatakan oleh penerima pelayanan bahwa kedua hal tersebut menjadi nilai tambah pembina dalam pemberian pelayanan tanggungjawab sosial, namun penilaian pada aktivitas tidak lebih baik dari kemampuan teknis dan kemampuan komunikasi atau interaksi. Hal tersebut terjadi karena penerima pelayanan menganggap YDBA tidak melakukan aktivitas yang dibutuhkan oleh UMKM binaan, seperti pendampingan dan pengawasan perkembangan UMKM. Hubungan Penilaian terhadap Pembina dengan Penilaian terhadap Pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra Penelitian ini menguji hubungan antara penilaian terhadap pembina dengan penilaian terhadap pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) oleh penerima pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan, yaitu UMKM binaan YDBA. Indikator yang digunakan pada penilaian terhadap pembina, yaitu kemampuan teknis, kemampuan komunikasi atau interaksi, dan aktivitas. Indikator yang digunakan untuk penilaian terhadap pelayanan YDBA, yaitu bantuan modal, bantuan teknis, dan manajemen. Uji hubungan pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Rank Spearman, antara data ordinal dan ordinal. Hubungan Penilaian terhadap Pembina dengan Bantuan Modal Hasil uji korelasi antara kemampuan teknis dengan bantuan modal adalah sebesar 0.891. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara kemampuan teknis dengan bantuan modal karena menurut penerima pelayanan bantuan modal yang diberikan tidak berdasarkan pada kemampuan teknis yang dimiliki oleh pembina dalam proses pembinaan. Bantuan modal diberikan bukan karena kemampuan teknis dari seorang pembina, kemampuan teknis hanya sebatas kemampuan yang dimiliki pembina di luar dari bantuan modal yang diberikan. Bantuan modal diberikan karena penerima pelayanan membutuhkannya dan berdasarkan kebutuhan atau masalah dari masing-masing penerima pelayanan. Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap bantuan modal dengan penilaian terhadap pembina dapat dilihat pada Tabel 8.

58 Tabel 8 Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap bantuan modal dengan penilaian terhadap pembina tahun 2012 Penilaian terhadap pembina Kemampuan teknis Kemampuan Komunikasi Penilaian terhadap bantuan Kategori modal (%) Rendah Sedang Tinggi Rendah (Skor: 6 11) 0 0 0 Sedang (Skor: 12 17) 0 6.7 6.7 Tinggi (Skor: 18 24) 0 46.7 40 Rendah (Skor: 5 9) 0 0 0 Sedang (Skor: 10 14) 0 16.7 3.3 Tinggi (Skor: 15 20) 0 36.7 43.3 Aktivitas Rendah (Skor: 7 13) 0 10 0 Sedang (Skor: 14 20) 0 36.7 23.3 Tinggi (Skor: 21 28) 0 6.7 23.3 Tabel 8 menunjukkan bahwa sejumlah 6.7% penerima pelayanan dengan kategori menilai sedang kemampuan teknis pembina memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal, dan 6.7% penerima pelayanandengan kategori menilai sedang kemampuan teknis pembina memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan modal, sedangkan 46.7% penerima pelayanan dengan kategori menilai tinggi kemampuan teknis pembina memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal, dan 40% penerima pelayanan dengan kategori menilai tinggi kemampuan teknis pembina memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan modal. Secara keseluruhan, baik penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang dan tinggi kemampuan teknis pembina, mereka cenderung memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal. Hal tersebut terjadi karena bantuan modal diberikan tidak berdasarkan pada kemampuan teknis yang dimiliki oleh seorang pembina tanggungjawab sosial perusahaan, melainkan diberikan karena penerima pelayanan memang mengajukan bantuan tersebut dan membutuhkannya. Hasil uji korelasi antara kemampuan komunikasi atau interaksi dengan bantuan modal, adalah sebesar 0.106. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara kemampuan komunikasi atau interaksi dengan bantuan modal yang diberikan Astra Mitra Ventura melalui YDBA. Bantuan modal diberikan tidak berdasarkan pada kemampuan komunikasi atau interaksi dari seorang pembina dalam pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan. Tabel 8 menunjukkan bahwa sejumlah 16.7% penerima pelayanan dengan kategori menilai sedang kemampuan komunikasi atau interaksi memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal, dan 3.3% penerima pelayanan dengan kategori menilai sedang kemampuan komunikasi atau interaksi pembina memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan modal, sedangkan 36.7% penerima pelayanan dengan kategori menilai tinggi kemampuan komunikasi atau interaksi pembina memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal, dan 43.3% penerima pelayanan dengan kategori menilai tinggi kemampuan komunikasi atau interaksi pembina memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan modal. Jika

59 dilihat dari seluruh penerima pelayanan, baik yang masuk dalam kategori menilai sedang atau tinggi kemampuan komunikasi atau interaksi pembina. Mereka cenderung memiliki penilaian yang hampir seimbang antara mereka yang menilai sedang dan tinggi terhadap bantuan modal. Hal tersebut terjadi karena bantuan modal diberikan tidak berdasarkan pada kemampuan komunikasi atau interaksi yang dimiliki oleh seorang pembina tanggungjawab sosial perusahaan, melainkan diberikan karena penerima pelayanan memang mengajukan bantuan tersebut. Hasil uji korelasi antara aktivitas dengan bantuan modal menghasilkan nilai sebesar 0.009. Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka terdapat hubungan antara aktivitas dengan bantuan modal. Terdapatnya hubungan yang signifikan antara aktivitas dan bantuan modal ini dikarenakan bantuan modal diberikan kepada mereka penerima pelayanan berdasarkan pengawasan aktivitas yang telah dilakukan oleh pembina, seperti adanya pendampingan yang dilakukan oleh pembina, sehingga pembina merekomendasikan penerima pelayanan untuk mendapatkan bantuan modal, seperti yang telah dijelaskan oleh Bapak HP. Beliau mengatakan bahwa: Pendampingan dan pengawasan dilakukan oleh pihak YDBA kepada UMKM saya, biasanya pendampingan dan pengawasan dilakukan ada yang secara terbuka dan ada juga yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dan untuk bantuan modal direkomendasikan biasanya ketika pembina telah melakukan pendampingan dan pengawasan langsung ke UMKM, mereka biasanya melihat terlebih dahulu potensi UMKM, seperti misalnya layout bengkel yang seharusnya rapi, bersih, rapi, dan membutuhkan perawatan maksimal. Lalu kapasitas bengkel yang belum memadai, biasanya dari situlah pembina langsung merekomendasikan bantuan modal (HP, 35 tahun). Tabel 8 menunjukkan bahwa sejumlah 10% penerima pelayanan dengan kategori menilai rendah aktivitas memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal, dan 36.7% penerima pelayanan dengan kategori menilai sedang aktivitas memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal, sedangkan 23.3% penerima pelayanan yang termasuk dalam kategori menilai sedang aktivitas memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan modal. Penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai tinggi aktivitas sejumlah 6.7% penerima pelayanan memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan modal, dan 23.3% penerima pelayanan dengan kategori menilai tinggi aktivitas memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan modal. Secara keseluruhan, penerima pelayanan dengan kategori menilai rendah, sedang, ataupun tinggi aktivitas cenderung menilai sedang terhadap bantuan modal, karena bantuan modal berdasarkan aktivitas dinilai merupakan proses yang saling berhubungan. Bantuan modal diberikan ketika aktivitas telah dilaksanakan terlebih dahulu. Berdasarkan aktivitaslah, penerima pelayanan mengetahui apakah bantuan modal harus diajukan atau tidak. Hasil penelitian mengenai hubungan penilaian terhadap pembina dengan bantuan modal menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas dengan bantuan modal, namun tidak terdapat hubungan antara kemampuan teknis dengan

60 bantuan modal, dan kemampuan komunikasi atau interaksi dengan bantuan modal. Terdapatnya hubungan yang signifikan antara aktivitas dan bantuan modal ini dikarenakan bantuan modal diberikan kepada mereka penerima pelayanan berdasarkan pengawasan aktivitas yang telah dilakukan oleh pembina, seperti adanya pendampingan yang dilakukan oleh pembina sehingga pembina mengetahui butuh atau tidaknya penerima pelayanan dalam bantuan modal. Tidak terdapatnya hubungan antara kemampuan teknis dengan bantuan modal karena bantuan modal yang diberikan tidak berdasarkan pada kemampuan teknis yang dimiliki oleh pembina dalam proses pembinaan, kemampuan teknis hanya sebatas kemampuan yang dimiliki pembina di luar dari bantuan modal yang diberikan. Tidak terdapatnya hubungan antara kemampuan komunikasi atau interaksi dengan bantuan modal yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra melalui Astra Mitra Ventura karena bantuan modal diberikan tidak berdasarkan pada kemampuan komunikasi atau interaksi dari seorang pembina dalam pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan. Hubungan Penilaian terhadap Pembina dengan Bantuan Teknis Hasil uji korelasi antara kemampuan teknis dengan bantuan teknis sebesar 0.478. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Artinya tidak terdapat hubungan antara kemampuan teknis dengan bantuan teknis karena bantuan teknis yang diberikan oleh pihak YDBA diberikan berdasarkan kebutuhan UMKM penerima pelayanan, bukan berdasarkan kemampuan teknis yang dimiliki oleh pembina. Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap bantuan teknis dengan penilaian terhadap pembina dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap bantuan teknis dengan penilaian terhadap pembina tahun 2012 Penilaian terhadap pembina Kemampuan teknis Kemampuan Komunikasi Penilaian terhadap bantuan Kategori teknis (%) Rendah Sedang Tinggi Rendah (Skor: 6 11) 0 0 0 Sedang (Skor: 12 17) 0 3.3 10 Tinggi (Skor: 18 24) 0 10 76.7 Rendah (Skor: 5 9) 0 0 0 Sedang (Skor: 10 14) 0 3.3 16.7 Tinggi (Skor: 15 20) 0 10 70 Aktivitas Rendah (Skor: 7 13) 0 6.7 3.3 Sedang (Skor: 14 20) 0 6.7 53.3 Tinggi (Skor: 21 28) 0 0 30 Tabel 9 menunjukkan bahwa sejumlah 3.3% penerima pelayanan dengan kategori menilai sedang kemampuan teknis pembina memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan teknis, dan 10% reponden dengan kategori menilai sedang kemampuan teknis pembina memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis, sedangkan 10% penerima pelayanan dengan kategori menilai tinggi kemampuan teknis pembina memiliki penilaian yang sedang terhadap

bantuan teknis, dan 76.7% penerima pelayanan dengan kategori menilai tinggi kemampuan teknis pembina memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis. Secara keseluruhan, baik penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang ataupun tinggi kemampuan teknis, mereka cenderung memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis. Hal tersebut terjadi karena bantuan teknis merupakan bantuan utama yang dibutuhkan oleh reponden sebagai pengelola UMKM bengkel roda empat yang dibina oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Hasil uji korelasi antara kemampuan komunikasi atau interaksi dengan bantuan teknis menghasilkan nilai sebesar 0.797. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara kemampuan komunikasi atau interaksi dengan bantuan teknis karena bantuan teknis yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra tidak diberikan berdasarkan kemampuan komunikasi atau interaksi yang diberikan pembina kepada penerima pelayanan. Hasil tabulasi silang pada lampiran menunjukkan bahwa 3.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang kemampuan komunikasi atau interaksi pembina memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan teknis, dan 16.7% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang kemampuan komunikasi atau interaksi pembina memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis, sedangkan 10% penerima pelayanan dengan kategori menilai tinggi kemampuan komunikasi atau interaksi pembina memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan teknis, dan 70% penerima pelayanan dengan kategori menilai tinggi kemampuan komunikasi atau interaksi pembina memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis. Secara keseluruhan,baik penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang atau tinggi kemampuan komunikasi atau interaksi pembina. Mereka cenderung memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis. Hal tersebut terjadi karena bantuan teknis yang diberikan kepada penerima pelayanan tidak berdasarkan syarat-syarat tertentu, sehingga mereka semua merasakan bantuan teknis yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Selain itu, bantuan teknis merupakan bantuan utama yang dibutuhkan oleh seluruh UMKM bengkel rodal empat binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra. Hasil uji korelasi antara aktivitas dengan bantuan teknis menghasilkan nilai sebesar 0.018. Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,1) maka terdapat hubungan antara aktivitas dengan bantuan teknis. Hal ini terjadi karena bantuan teknis diberikan berdasarkan aktivitas yang dilakukan pembina agar penerima pelayanan mengetahui lebih mendalam manfaat dari bantuan teknis tersebut. Bantuan teknis diberikan kepada seluruh penerima pelayanan ketika aktivitas dilakukan oleh seorang pembina, seperti ketika pembina Yayasan Dharma Bhakti Astra sedang mengadakan pelatihan mengenai manajemen bengkel, secara tidak langsung bantuan teknis diberikan ketika aktivitas tersebut sedang berjalan. Tabel 9 menunjukkan bahwa 6.7% penerima pelayanan dengan kategori menilai rendah aktivitas memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan teknis, dan 3.3% penerima pelayanan dengan kategori menilai rendah aktivitas memiliki penilaian yang tinggi terhadap bantuan teknis, sedangkan 6.7% penerima pelayanan yang termasuk dalam kategori menilai sedang aktivitas memiliki penilaian yang sedang terhadap bantuan teknis, dan 53.3% penerima pelayanan dengan kategori menilai sedang aktivitas memiliki penilaian yang tinggi terhadap 61