BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih 5 bulan yaitu pada bulan Februari 2012 hingga Juni 2012. Lokasi penelitian yaitu di daerah Bogor Tengah dengan sampel pekarangan dimulai dari tepi Sungai Ciliwung, sekitar Sempur Kaler sampai ke Bogor Utara, sekitar Indraprasta, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). *TANPA SKALA Sumber: http://www..google.com/ & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian 7
3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari handy cam, kamera digital, binokuler, meteran, haga meter, dan kuisioner. Pada saat pengolahan data, alat dan bahan yang digunakan adalah kuisioner, program komputer seperti Google earth untuk melihat tapak secara spasial, Autocad 2010 untuk mentrasformasikan keadaan tapak secara umum ke dalam komputer dan Adobe Photoshop CS4 sebagai pendukung dari software Autocad 2010. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah pengamatan langsung di lapangan, melihat dan mencatat permasalahan yang ada di tapak tersebut, dan melakukan pengambilan data fisik, biofisik, dan sosial (Tabel 1). Tabel 1. Data yang Dibutuhkan Untuk Penelitian. Jenis Data Unit Cara Kegunaan / Fungsi Fisik - Luas pekarangan - Lokasi utama dari sungai Biofisik - Jenis Vegetasi - Fungsi Vegetasi m 2 Pengukuran Membandingkan luasan m langsung dan jarak setiap pekarangan Spesies Survei Keanekaragaman spesies tanaman - Jenis Burung - Jumlah Burung - Aktivitas - Waktu aktivitas Sosial - Karakteristik pemilik pekarangan Spesies Ekor - Pagi, Siang, Sore Survei Survei Keragaman burung Kegiatan burung di pekarangan - Wawancara Mengetahui kepedulian pemilik terhadap pekarangan 8
Lanjutan Tabel 1. Jenis Data Unit Cara Kegunaan / Fungsi Sejarah Permukiman - Tahun berdiri - Pola pekarangan permukiman Contoh Wawancara Survei Mengetahui hubungan perkembangan permukiman dengan luasan dan jenis vegetasi yang ada di pekarangan. 3.4 Metode Analisis Data Adapun metode survey yang dilakukan pada kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode survey yang dilakukan untuk pengambilan sampel pekarangan adalah transect method yaitu metoda yang menggunakan garis pada 2 titik kordinat sebagai suatu dasar penentuan petak contoh pengamatan pada jarak-jarak tertentu di suatu kawasan. Tahapan penggunaan metoda transect pada kegiatan penelitian ini pertama, menarik garis lurus di peta Bogor Tengah yang dimulai dari tepi sungai Ciliwung sekitar daerah Sempur Kaler. Kedua, melakukan pembagian kawasan berdasarkan tahun berdirinya rumah yang memiliki pekarangan dari tahun 1960-1980, tahun 1981-2000, dan diatas tahun 2000 dengan asumsi rumah yang dibangun antara tahun 1960-1980 memiliki pekarangan yang lebih luas dibandingkan dengan rumah yang dibangun setelahnya, pola pekarangan rumah yang berbeda, dan juga berdasarkan letak jalur hijau yang masih banyak disekitar perumahan yang lebih dekat dengan sungai, pembagian kawasan ini juga memiliki jarak yang dibatasi oleh jalan raya Pajajaran dan jalan raya Indraprasta. Ketiga, melakukan pengamatan pada pekarangan-pekarangan yang terdapat pada titik-titik yang ada di peta dan mengukur luasan pekarangan. 2. Melakukan pengamatan keberadaan burung yang dilakukan dengan metode bird watching dengan binokuler kemudian membandingkannya dengan buku panduan lapang Burung-burung di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali 9
karya John MacKinnon 2010, yang merupakan buku panduan nama-nama burung untuk mengetahui jenis, aktivitas atau kegiatan yang dilakukan burung pada vegetasi pohon di pekarangan seperti: mencari makan, minum, kawin, bermain, beristirahat, dan bersarang, yang dilakukan pada pagi sampai sore hari per jarak waktu yang telah ditentukan, yaitu pada pukul 05. 30-07. 30 wib; 10. 30-12. 30 wib; 15. 30-17. 30 wib. Untuk melakukan pengamatan jenis burung dilakukan dengan metode John MacKinnon, yaitu metode sederhana dengan membuat daftar nama-nama jenis burung sebanyak-banyaknya yang berisi jenis baru yang ditemui. Panjang pendeknya daftar disesuaikan dengan kekayaan jenis burung di suatu lokasi. Prinsip umum dari metode ini yaitu satu jenis burung hanya tercatat sekali dalam satu daftar dan pengumpulan data dihentikan sampai tidak ada lagi penambahan jenis burung lagi. Untuk mengetahui keanekaragaman burung menggunakan metode Shannon Wiener. 3. Membuat daftar jenis vegetasi dan struktur vegetasi yang terdapat di pekarangan yaitu tinggi vegetasi, letak vegetasi, dan fungsi vegetasi sebagai habitat burung dengan cara pengamatan langsung dan pengukuran langsung ke tapak. Melakukan analisis vegetasi dengan menggunakan metode Shannon Wienner untuk mengetahui keanekaragaman jenis vegetasi pada masingmasing pekarangan dan mengetahui nilai biologi vegetasi (peranan vegetasi terhadap satwa burung di pekarangan), menghitung besarnya kerapatan jenis, frekuensi, dominasi, dan Indeks Nilai Penting dari masing-masing jenis vegetasi untuk mendapatkan nilai keragaman (Kanara 2012), sebagai berikut : a. Kerapatan jenis Kerapatan Kerapatan Jenis b. Frekuensi Frekuensi Frekuensi Relatif (K) (KR) (F) (FR) um ah indi idu uas petak ontoh (pekaran an) erapatan suatu enis erapatan se uruh enis x 100% um ah petak ditemukan satu enis um ah se uruh petak rekuensi suatu enis rekuensi se uruh enis x 100% 10
c. Dominansi Dominansi Dominansi Relatif (D) (DR) uas idan dasar suatu enis uas petak ontoh (pekaran an) ominansi suatu enis ominansi se uruh enis x 100% Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR (untuk pohon) Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR (untuk perdu dan semak) Formula perhitungan nilai indeks keragaman Shannon Wiener adalah: Keterangan: H = Indeks keanekaragaman Shannon Wiener Pi = n i = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah individu dari semua spesies ln = Logaritme natural (bilangan alami) s = Jumlah jenis yang ada Nilai perhitungan indeks keragaman (H ) tersebut menunjukkan bahwa Jika H > 3, keragaman spesies tinggi; Jika 1 < H < 3, keragaman spesies sedang Jika H < 1, keragaman spesies rendah 4. Menyusun strategi pengelolaan konservasi keragaman jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan dengan menggunakan metode analisis SWOT. Analisis SWOT adalah analisis yang didasarkan pada logika dengan memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Analisis SWOT menganalisis kekuatan dan kelemahan dari faktor internal dan menganalisis peluang dan ancaman dari faktor eksternal (Rangkuti, 2009). Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut : 11
a. Penentuan bobot setiap variabel Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal, terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 2 dan 3). Tabel 2. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal Simbol Faktor Kekuatan (Srength) Tingkat Kepentingan S1 Kekuatan yang paling besar S2 Kekuatan yang besar S3 Kekuatan yang sedang Sn Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) Tingkat Kepentingan W1 Kelemahan yang tidak berarti W2 Kelemahan kurang berarti W3 Kelemahan yang cukup berarti Wn Tabel 3. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Simbol Faktor Peluang (Opportunity) Tingkat Kepentingan O1 Peluang yang sangat tinggi O2 Peluang yang tinggi O3 Peluang yang rendah On Simbol Faktor Ancaman (Threat) Tingkat Kepentingan T1 Ancaman yang besar T2 Ancaman yang sedang T3 Ancaman yang kecil Tn 12
Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola dan pemilik pekarangan. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal (Tabel 4 dan Tabel 5). Tabel 4. Formulir Pembobotan Faktor Internal Simbol S1 S2 W1 W2 Total Bobot S1 S2 W1 W2 Total Tabel 5. Formulir Pembobotan Faktor Eksternal Simbol O1 O2 T1 T2 Total Bobot O1 O2 T1 T2 Total Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4, (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009) yaitu : 1.Jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal 2. Jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal 3. Jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal 4. Jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal b. Penentuan peringkat (Rating) Penentuan rating tiap variabel terhadap kondisi objek diukur dengan menggunakan nilai peringkat berskala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki masing-masing pekarangan. Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut 13
dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan (Tabel 6 dan Tabel 7) (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009). Tabel 6. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Strategis Internal Bobot Rating Kekuatan 1. Kelemahan 1. Total Skor (BxR) Tabel 7. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Peluang 1. Ancaman 1. Total Ket : B = Bobot; R = Rating Skor (BxR) Setelah pembobotan dan pemberian rating, selanjutnya nilai skor dijumlahkan pada masing-masing faktor internal dan eksternal dan masing-masing dipetakan ke Matriks Internal-Eksternal. Pemetaan ini dilakukan untuk mengetahui orientasi strategi yang akan dilakukan selanjutnya. Pemetaan dibagi menjadi sembilan kolom yang terdiri dari tiga kolom utama yaitu kolom I, II, IV untuk strategi yang tumbuh dan membangun (growth and build); kolom III, V, VII untuk strategi yang mempertahankan dan pelihara (hold and maintain); serta kolom VI, VII, IX untuk strategi panen dan divesitas (Rangkuti, 2009) (Gambar 3). 14
Gambar 3. Orientasi strategi berdasarkan matriks IE c. Penyusunan Alternatif Strategi Hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman digambarkan dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi (Tabel 8). Tabel 8. Matriks SWOT Eksternal Peluang Internal (Opportunity) Kekuatan (Strength) Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada Kelemahan (Weakness) Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan Ancaman (Threat) Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada d. Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 9). Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dimana strategi akan berupa usaha memaksimumkan kekuatan (strength) dan 15
peluang (opportunity) serta meminimumkan ancaman (threat) dan kelemahan (weakness). Tabel 9. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT Alternatif Strategi Keterkaitan dengan Unsur SWOT Skor Rank SO1 SO2 SO3. SOn Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada WO1 WO2 WO3.. WOn ST1 ST2 ST3.. STn WT1 WT2 WT3 WTn Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahankelemahan Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada 16