BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan analisis komparatif. Penelitian kuantitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang bersifat obyektif, mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik. Penelitian analisis komparatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mencari persamaan dan perbedaan fenomena yang ada. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu laporan keuangan bank yang diperoleh dari situs resmi bursa efek Indonesia yakni www.idx.co.id maupun website resmi perusahaan terkait periode 2009-2012. 3.2 Penentuan Jumlah Sampel Populasi adalah keseluruhan obyek (satuan-satuan / individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2012. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 55. 38
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode purposive sampling berdasarkan sampel yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2012. b. Data laporan keuangan tersedia untuk tahun 2009-2012. c. Data memiliki kelengkapan terkait dengan variabel penelitian. d. Laporan keuangan tersebut belum menerapkan PSAK 55 pada tahun 2009, sudah menerapkan PSAK 55 (revisi 2006) pada tahun 2010-2011, dan sudah menerapkan PSAK 55 (revisi 2011) pada tahun 2012. Berdasarkan kriteria-kriteria diatas maka bank yang terpilih sebagai sampel adalah: Tabel 3.1 Daftar Sampel Bank No. Kode Nama perusahaan 1 AGRO Bank Agroniaga 2 BABP Bank ICB Bumiputera 3 BACA Bank Capital Indonesia 4 BAEK Bank Ekonomi Raharja 5 BBCA Bank Central Asia 6 BBKP Bank Bukopin 7 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) 8 BBNP Bank Nusantara Parahyangan 9 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) 10 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) 11 BCIC Bank Mutiara 12 BEKS Bank Pundi Indonesia 13 BKSW Bank QNB Kesawan 39
14 BMRI Bank Mandiri (Persero) 15 BNBA Bank Bumi Arta 16 BNGA Bank CIMB Niaga 17 BNII Bank Internasional Indonesia 18 BNLI Bank Permata 19 BSWD Bank Swadesi/Bank of India Indonesia 20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional 21 BVIC Bank Victoria International 22 INPC Bank Artha Graha Internasional 23 MAYA Bank Mayapada Internasional 24 MCOR Bank Windu Kentjana International 25 MEGA Bank Mega 26 NISP Bank OCBC NISP 27 PNBN Bank Pan Indonesia 28 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 3.3 Metode Pengumpulan Sampel 1. Studi Pustaka Data dan teori diperoleh dari literatur, artikel, jurnal dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian. 2. Studi Dokumentasi Dokumentasi adalah penggunaan data yang berasal dari dokumendokumen yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran atas data-data yang diperlukan dari laporan keuangan perbankan tahun 2009-2012. Pengamatan dilakukan atas penerapan PSAK 55 dan dihubungkan dengan perhitungan rasio-rasio perbankan dari data laporan keuangan yang diperoleh di situs resmi Bursa Efek Indonesia dan website resmi perusahaan terkait. 40
3.4 Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis data dengan model analisis Paired Sample T Test atau Wilcoxon Signed Rank tergantung dengan distribusi datanya, analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0.0. Untuk memberikan gambaran mengenai data yang digunakan, penelitian ini menggunakan analisis rasio keuangan yang didahului oleh analisis statistik deskriptif. Selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan uji distribusi normal dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Tahap selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis parsial untuk masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan uji analisis Paired Sample T Test apabila data berdistribusi normal dan model uji analisis Wilcoxon Signed Rank apabila data berdistribusi tidak normal. Untuk tingkat signifikansi atau nilai alfa (α), nilai alfa yang umum dipakai adalah 0,05 dan 0,01, kemudian pada penelitian ini ditetapkan tingkat signifikansi atau probabilitas kesalahan untuk menolak H 0 untuk seluruh pengujian adalah sebesar 0,05 atau (5%). 3.5 Metode Penyajian Data Penyajian data dilakukan dalam 2 bentuk, yaitu : 1. Tabel : Tabel digunakan untuk menunjukkan data-data yang sifatnya tabular. 2. Grafik atau diagram : Penyajian dengan grafik atau diagram digunakan untuk menampilkan sebuah kondisi atau hasil analisis agar lebih mudah dipahami. 41
3. Deskriptif : Penjabaran dari hasil analisis dan kesimpulan. 3.6 Uji Statistik Pengujian ini dilakukan dengan menguji rasio-rasio keuangan perbankan, hasil dari pengujian ini diharapkan dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan sesudah penerapan PSAK 55. Pengujian statistik yang akan dilakukan dalam penelitian ini, antara lain: 3.6.1 Uji Normalitas Data Pengujian normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas penting dilakukan untuk menentukan alat uji statistik apa yang sebaiknya digunakan untuk pengujian hipotesis. Apabila data berdistribusi normal maka digunakan tes parametrik. Sebaliknya apabila data berdistribusi tidak normal maka lebih sesuai dipilih alat uji statistik non parametrik. Uji statisitik kolmogorov-smirnov dipilih karena lebih peka untuk mendeteksi normalitas data dibandingkan dengan pengujian menggunakan grafik. Hipotesis nol (H 0 ) dinyatakan bahwa dari masing masing variabel penelitian pada periode sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 55 berdistribusi normal. Sedangkan penentuan normal tidaknya data ditentukan dengan cara, apabila hasil signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi yang sudah ditentukan (> 0,05) maka H 0 diterima dan data tersebut terdistribusi 42
normal. Sebaliknya apabila signifikansi uji lebih kecil dari signikansi yang ditentukan (<0,05) maka H 0 ditolak dan data tersebut dinyatakan terdistribusi tidak normal. 3.6.2 Pengujian Hipotesis Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar, maka perlu diadakan penelitian sebelum hipotesis itu diterima atau ditolak. Hasil uji normalitas data digunakan untuk menentukan alat uji apa yang paling sesuai digunakan dalam pengujian hipotesis. Apabila data berdistribusi normal maka digunakan uji parametrik Paired Sample T Test. Sementara apabila data berdistribusi tidak normal maka digunakan uji non-parametrik yaitu Wilcoxon Signed Rank Test yang lebih sesuai digunakan. Kedua model uji beda tersebut popular digunakan untuk menganalisis model penelitian pre-post atau sebelum dan sesudah. Uji beda digunakan untuk mengevaluasi perlakuan (treatment) tertentu pada satu sampel yang sama pada dua periode pengamatan yang berbeda. Pengamatan tertentu pada penelitian ini adalah penerapaan PSAK 55 oleh perbankan. Jika perlakuan tersebut tidak berpengaruh terhadap objek maka nilai rata-rata pengukurannya adalah sama dengan atau dianggap nol atau hipotesis nol (H 0 ) diterima. Jika ternyata pernyataan berpengaruh, nilai rata-rata pengukuran tidak sama dengan nol dan hipotesis nolnya (H 0 ) ditolak, berarti hipotesis alternatifnya diterima. 43
3.6.2.1 Uji Paired Sample T Test Paired Sampel T Test atau uji T sampel berpasangan merupakan uji parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis sama atau tidak berbeda (H 0 ) antara dua variabel. Data berasal dari dua pengukuran atau dua periode pengamatan yang berbeda yang diambil dari subjek yang dipasangkan. Uji T dua sampel berpasangan berfungsi untuk menguji dua sampel yang berpasangan, apakah mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda ataukah tidak. Uji beda T test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel. Sampel berpasangan adalah sebuah sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Standar error perbedaan dalam nilai rata-rata terdistribusi secara normal. Jadi tujuan uji beda T-test adalah membandingkan rata-rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua grup tersebut mempunyai nilai rata-rata yang sama ataukah tidak sama secara signifikan. 3.6.2.2 Wilcoxon Signed Rank Test Uji statistik non parametrik yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test. Uji ini digunakan untuk 44
menganalisis data berpasangan karena adanya dua perlakuan yang berbeda. Uji Wilcoxon ini dianggap tes yang paling berguna bagi para ilmuwan sosial, karena dapat membuat penilaian tentang lebih besar dari antara dua penampilan dalam masing-masing pasangan, dan juga dapat membuat penilaian antara dua skor yang berbeda yang timbul dari setiap dua pasangan. 3.7 Operasionalisasi Variabel Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Variabel Definisi Operasional Formula Pengukuran Capital Adequacy Ratio (CAR) Non- Performing Loan (NPL) Return On Assets (ROA) Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan suratsurat berharga. Rasio yang digunakan untuk mengidentifikasi resiko dalam pengembalian kredit. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.. Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank. CAR =Modal Bank/Aktiva Tertimbang Menurut Risiko NPL = (Kredit dalam Kualitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet) / Total Kredit ROA = Laba Sebelum Pajak / Rata-rata Total Aset BOPO = Beban Operasional / Pendapatan Operasional Rasio Rasio Rasio Rasio 45
Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio ini menyatakan seberapa besar kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. LDR = Jumlah Kredit yang diberikan / Dana Pihak Ketiga+KLBI+ Modal Inti Rasio Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Di aturan sebelumnya, untuk pinjaman yang termasuk kategori lancar, bank tidak perlu mencatat biaya pencadangan apa pun. Perbedaan pada PSAK 55 dianggap dapat mempengaruhi rasio CAR. Pihak bank menganggap apabila kreditnya tergolong lancar, bank tidak perlu melakukan pencadangan sehingga laba bank tidak berkurang. Perbedaan perlakuan penyisihan kerugian kredit sebagaimana yang diatur dalam PSAK 55 tentu akan menghasilkan hasil akhir nilai penyisihan yang berbeda pula. Aminullah (2007) menyatakan bahwa perbedaan ini tentunya akan berpengaruh terhadap rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/car) dan profit karena penyisihan kerugian kredit akan berpengaruh kepada ATMR. Jika ATMR menjadi besar maka akan mengurangi CAR bank begitu juga sebaliknya karena ATMR merupakan pembagi CAR. 46
2. Non Performing Loan (NPL) NPL adalah rasio yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko dalam pengembalian kredit. Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya. Semakin besar NPL maka menujukkan risiko kredit yang semakin besar. PSAK 55 ini juga mempengaruhi perhitungan biaya pencadangan bank. Menurut PSAK terbaru, Bank tetap harus melakukan pencadangan, meski nilainya hanya 1%, untuk pinjaman kategori lancar. Jika pengukuran salah dilakukan maka dianggap akan mempengaruhi NPL. 3. Return on Asset (ROA) ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva/asset yang dimilikinya. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. PSAK 55 menerapkan beberapa peraturan yang dianggap dapat mengurangi sumber pendapatan bunga bank yaitu pendapatan provisi dan komisi kredit kini menjadi pengurang dari nilai kredit yang diberikan guna menghitung pendapatan bunga efektif dan bunga surat berharga misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tidak boleh masuk sebagai pendapatan operasional bunga. Reklasifikasi bunga SBI ini berdampak pada bank yang banyak menempatkan dananya di luar kredit dengan ciri rasio pinjaman terhadap dana (LDR) yang relatif kecil, dan kredit sebagai 47
asset bank digolongkan pada Loan and Receivables yang mana valuasinya adalah dengan cara amortized cost. Hal ini membawa konsekuensi bahwa nilai kredit (dalam hal ini asset bank) akan dipengaruhi oleh proyeksi cashflow dari asset tersebut, sehingga kredit yang dikenakan bunga dibawah bunga pasar akan terdiskon menjadi lebih kecil dari harga perolehannya. Selain itu beban bank juga bertambah karena mengeluarkan dana yang besar untuk membeli sistem informasi dan teknologi untuk aplikasi pelaporan keuangan yang sesuai dengan PSAK 55 dan juga biaya pelatihan karyawan. Namun manfaat penerapan PSAK 55 juga bukan hal yang kecil. PSAK 55 yang mempengaruhi tingkat biaya pencadangan sehingga aset produktif bank bertambah, adanya koreksi pencadangan, dan transparansi terhadap pelaporan keuangan bank akan meningkat. Hal tersebut seharusnya membuat bank memiliki kesempatan untuk meningkatkan kinerja laporan keuangannya dengan mendapatkan kredit yang memiliki kualitas yang baik selain itu juga mendukung peningkatan laba. 4. Biaya Operasional dibanding dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya, terutama kredit. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga. Semakin kecil BOPO 48
menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. Penerapan PSAK 55 mengakibatkan bertambahnya beban operasional bank karena mengeluarkan dana yang besar untuk membeli sistem informasi dan teknologi sebagai aplikasi pelaporan keuangan yang sesuai dengan PSAK 55, dan juga biaya pelatihan karyawan. 5. Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Semakin tinggi LDR, maka semakin tinggi dana yang disalurkan kepada pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Aminullah (2007) menyatakan dalam skripsinya bahwa secara makroekonomi, PSAK 55 dapat berpotensi menimbulkan penurunan penurunan loan to deposit ratio (LDR). PSAK 55 menerapkan penyisihan kerugian kredit yang akan menghasilkan angka penyisihan kerugian kredit yang mencerminkan kondisi bank dan ekonomi yang sesungguhnya. Hal ini mendorong bank agar memperbaiki kebijakan kreditnya dengan memberikan kredit yang berkualitas baik. Selain itu reklasifikasi bunga Sertifikat Bank Indonesia berdampak pada bank yang banyak menempatkan dananya di luar kredit sehingga dapat berpotensi menimbulkan penurunan loan to deposit ratio (LDR). 49