BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab 4 ini penulis akan membahas mengenai hal hal yang berhubungan dengan target costing yang diterapkan oleh perusahaan peternakan ayam broiler X sebagai berikut : a.penentuan Harga Pokok Produksi dalam penerapan target costing. b. Menghitung Harga Pokok Produksi sesudah target costing. c.menganalisis penerapan target costing yang dilakukan oleh perusahaan peternakan ayam broiler X. d.membahas hasil dari penerapan target costing yang dilakukan oleh perusahaan peternakan ayam broiler X. A. Penentuan Harga Pokok Produksi dalam penerapan target costing Pada pertengahan tahun 2009 perusahaan peternakan X mengalami kerugian yang cukup besar dalam produksi peternakan ayam broiler akibat dari harga ayam broiler dipasar yang tidak menentu. Kerugian ini tidak hanya dialami oleh perusahaan peternakan ayam broiler X tapi juga pada perusahaan peternakan ayam broiler lainnya. Maka perusahaan peternakan ayam broiler X mencoba untuk melakukan terobosan dalam usaha pemeliharaan ayam broilernya yakni dengan sistem layer atau dengan cara melakukan produksi dengan menggunakan kandang kandang ayam yang memiliki populasi 2.000 ekor sampai dengan 5.000 ekor milik peternak lain yang pembayarannya kepada peternak dengan cara perhitungan upah berdasarkan bobot atau ukuran ayam tersebut. Hal ini dilakukan berdasarkan 31
32 pertimbangan manajemen yang melihat kesempatan bisnis yang lebih baik daripada memelihara ayam atau melakukan produksi ayam broiler dikandang sendiri yang memiliki beban produksi yang lebih banyak dan sangat membuat manajemen tidak nyaman karena banyak masalah masalah yang tidak berhubungan dengan keuangan juga sering timbul ditempat pemeliharaan ayam broiler. Maka pada tahun 2010 seluruh hasil peternakan ayam milik perusahaan peternakan X adalah dari sistem layer. Namun setelah sistem layer ini dijalankan ternyata masalah produksi, penjualan dan perolehan laba masih belum selesai dikarenakan harga ayam broiler yang sering menurun sangat tajam. Maka perusahaan peternakan ayam broiler X mencoba melakukan penerapan target costing dalam produksi ayam broilernya. Dalam menentukan target costing perusahaan peternakan ayam broiler X melakukan 4 tahap berikut ini : 1. Mengetahui dan menganalisis harga pasar ayam broiler. 2. Menentukan laba yang diharapkan. 3. Menghitung biaya target. 4. Menggunakan rekayasa nilai (Value Engineering). Pada penelitian ini penulis akan memilih data pemeliharaan ayam broiler dengan populasi tertinggi yang 5.000 ekor ayam broiler. Mengingat dari sejumlah kandang yang digunakan untuk memproduksi ayam broiler oleh perusahaan peternakan X berjumlah kurang lebih 45 peternak aktif dan yang memiliki populasi kandang 5.000 ekor adalah sebanyak 24 peternak maka penulis memilih populasi 5.000 ekor untuk diteliti sebagai penelitian ini. Berikut ini adalah tahapan implementasi penerapan target costing yang dilakukan oleh perusahaan peternakan
33 ayam broiler X pada produksi pemeliharaan ayam broiler dengan populasi 5.000 ekor sebagai berikut : 1. Mengetahui dan menganalisis harga pasar ayam broiler. Dalam industri peternakan ayam pedaging (broiler) harga pasar biasanya mengikuti harga yang ditetapkan oleh pertemuan para peternak ayam pedaging (broiler) kemudian menghasilkan kesepakatan harga jual ayam yang disebut harga posko atau harga jual ayam pedaging (broiler) harian. Hasil harga kesepakatan ini juga biasanya dicantumkan dalam situs resmi Asosiasi Peternak Unggas Se- Indonesia. Harga posko yang tercantum dalam sistus resmi tersebut sebagai harga posko untuk menjadi pedoman penjualan ayam sedangkan untuk potongan harga penjualan tergantung kondisi pasar yang terjadi saat perdagangan. Harga posko atau harga jual ayam pedaging (broiler) harian berisi ukuran ayam dan harga ayam disetiap ukuran ayam yang berbeda dan biasanya harga posko memiliki tabel sebagai berikut : Tabel 4.1 Tabel Contoh Harga Posko (Harga Komoditas Ayam) Keterangan Harga & Ukuran Ayam dalam Kilogram < 1 1,0 1,2 1,4 1,6 1,6 1,8 1,8 2,0 2,0 < Tanggal Rp. XXX Rp. XXX Rp. XXX Rp. XXX Rp. XXX Rp. XXX Harga posko atau harga jual ayam pedaging (broiler) harian juga bisa dipegang kendali oleh para peternak besar yang memiliki persediaan ayam panen
34 yang jumlahnya sangat banyak atau paling banyak. Akan tetapi tetap harus disampaikan atau diketahui oleh para peternak ayam pedaging (broiler) lainnya. Jika terdapat penurunan atau perubahan harga pasar yang drastis akibat permintaan masyarakat di pasar penjualan ayam pedaging ( broiler) maka para peternak akan segera melakukan pertemuan untuk membahas harga pasar tersebut. Apabila pertemuan tidak memungkinkan maka komunikasi dilakukan melalui telepon atau pesan elektronik yang dilakukan oleh para peternak ayam. Perusahaan peternakan ayam broiler X dalam penetapan Target Costing tidak perlu melakukan riset khusus untuk mengetahui harga pasar. Namun harga pasar dapat diketahui dari hasil peretemuan para peternak ayam. Setelah mengetahui harga pasar tersebut perusahaan perusahaan peternakan ayam broiler X melakukan pengamatan serta analisa terhadap harga pasar yang terjadi di pasar ayam pedaging (broiler) dalam beberapa periode sebelum melakukan produksi. Dari hasil pengamatan dan analisa harga pasar yang sering terjadi di pasar ayam pedaging (broiler) maka Perusahaan peternakan X menganalisa data data dari biaya produksi dari kegiatan pemeliharaan ayam broiler (pedaging) sebagai berikut : 1. Biaya Bahan Langsung (direct material). 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (direct labor) 3. Biaya Overhead Pabrik ( manufacturing overhead) Jumlah bahan baku yang dipakai baik bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, maupun bahan baku tidak langsung dicatat berdasarkan pencatatan (
35 recording) pemeliharaan ayam disetiap tempat pemeliharaan ayam dilakukan mulai dari mulai awal bibit ayam DOC (Day Old Chicken) pedaging (broiler) masuk ke kandang ayam sampai ayam pedaging (broiler) tersebut dipanen atau dijual kepada para pedagang ayam pedaging (broiler). Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis pada periode bulan Agustus 2012 perusahaan peternakan ayam broiler X akan melakukan panen pada sekitar pertengahan bulan Agustus 2012. Perusahaan peternakan X memprediksikan harga ayam broiler yang akan dipanen pada ukuran 1,2 kg 1,4 kg dan akan memliki harga jual sekitar Rp.15.500,- per kilogram ayam yang dipanen. 2. Menentukan Laba yang Diharapkan Harga jual ayam pedaging (broiler) ditentukan oleh para peternak ayam maka perusahaan peternakan ayam broiler X dapat melakukan penentuan laba yang diharapkan oleh perusahaan peternakan ayam broiler X dilakukan dengan menekan biaya produksi yang terjadi saat pemeliharaan ayam broiler untuk menjaga apabila haga dipasar menurun sangat drastis akan tetapi perusahaan tetap akan memperoleh laba karena biaya produksi masih bisa menyeimbangkan harga jual yang berlaku dipasar. Setiap produksi ayam broiler di tempat pemeliharaan ayam memiliki total populasi yang berbeda beda. Dalam penelitian ini penulis mengamati produksi ayam broiler yang memiliki total populasi 5.000 ekor dengan perkiraan hasil panen menggunakan bobot ayam pada ukuran 1,2 kg 1,4 kg per ekor ayam. Volume produksi 5.000 ekor untuk bobot ayam ukuran 1,2 1,4 kg per ekor ayam per periode
36 pemeliharaan ayam kurang lebih selama 1 bulan perusahaan mengharapkan laba hasil produksi sebesar 20% atas penjualan ayam broiler. 3. Menghitung Biaya Target Dalam menentukan biaya target harus ditentukan harga jual dari sebuah produk. Kemudian menentukan laba yang diaharapkan oleh perusahaan. Menghitung biaya target yang diperkenankan (allowable cost) dengan menggunakan rumus : Biaya Target = Harga Jual Laba yang diharapkan Biaya target = Harga jual Laba yang diharapkan = Rp.15.500,00 (20 % x Rp.15.500,00) = Rp.12.400,00 per kilogram Harga jual sebesar Rp.15.500, 00 telah ditentukan sejak awal dari analisa data harga pasar yang diperoleh dari harga posko atau harga jual harian yang ditentukan oleh peternak. Perusahaan peternakan ayam broiler X menghimpun data tersebut dan menganalisa perubahan harga posko atau harga jual ayam harian tersebut. Kemudian melakukan prediksi berapa harga dikemudian hari saat ayam dilakukan panen pada tanggal tersebut. Berdasarkan perhitungan biaya target diatas maka untuk populasi 5.000 ekor dengan target panen bobot ayam 1,2 1,4 kg per ayam memiliki allowable cost yang dapat dihitung dengan rumus : Allowable cost = Biaya Target x Total Populasi x Rata rata berat ayam = Rp. 12.400,00 x 5.000 ekor x 1, 3 kilogram =Rp. 80.600.000,00
37 4. Menggunakan Rekayasa Nilai ( Value Engineering) Berikut adalah biaya biaya yang dialirkan sebelum penerapan target costing pada tahun 2011 dalam satu periode proses produksi ayam broiler untuk populasi 5.000 ekor sebagai berikut: Tabel 4.2 Tabel Perincian Biaya Produksi Sebelum Penerapan Target Costing Untuk Populasi 5.000 Ekor Ukuran Ayam 1,2-1,4 kg Per Ekor No. Keterangan Jumlah 1 Biaya Poduksi a Biaya Bahan Langsung : DOC Rp. 10.000.000,00 Pakan Rp. 61.797.500,00 Obat - Obatan & Vitamin Rp. 4.379.650,00 b Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Upah Peternak Rp. 5.782.800,00 Biaya Gaji Karyawan Penyuluh Kandang Rp. 560.000,00 (Rp. 2.800.000 per bulan: 5 kandang) c Biaya Overhead Biaya BBM Kendaraaan Karyawan Penyuluh Kandang (Rp.1.200.000 perbulan : 5 kandang) Rp. 240.000,00 Biaya Telepon / Pulsa Handphone Rp. 40.000,00 ( Rp.200.000 perbulan : 5 kandang) Biaya ATK Rp. 20.000,00 2 Biaya Non Produksi a Biaya Gaji Divisi Penjualan Rp. 300.000,00 (Rp.4.500.000 perbulan : 15 kandang) b Biaya Telepon Divisi Penjualan Rp. 100.000,00 (Rp.1.500.000 perbulan : 15 kandang) c Biaya ATK Rp. 20.000,00 Total Biaya Produksi dan Non Produksi Rp. 83.239.950,00 Sumber : Data yang telah diolah oleh peneliti,2013
38 Biaya biaya yang terdapat pada tabel 4.2 adalah biaya produksi yang terjadi di suatu lokasi pemeliharaan ayam dalam masa produksi ayam broiler 5.000 ekor dalam satu periode pemeliharaan ayam broiler pada tahun 2012. Biaya gaji, bahan bakar mesin kendaraan, telepon untuk karyawan penyuluh kandang dibagi berdasarkan total kandang yang dipegang selama 1 masa pemeliharaan ayam. Rata rata seorang petugas penyuluh kandang memiliki tanggung jawab sebanyak 5 kandang ayam dalam masa pemeliharaan ayam. Maka penulis membagi dengan angka 5 setiap beban yang dikeluarkan untuk seorang petugas penyuluh kandang. Sedangkan untuk biaya gaji dan biaya telepon divisi penjualan penulis membagi 15 kandang ayam karena dalam 1 bulan seorang penjual (marketing) rata rata harus mampu menjual ayam dalam 15 kandang ayam. Berdasarkan tabel diatas dapat dihitung harga Total perhitungan biaya produksi sebelum penerapan target costing sebesar Rp. 83.239.950 untuk populasi 5.000 ekor ayam broiler dengan target panen ukuran ayam 1,2 kg 1,4 kg maka perhitungan biaya harga pokok produksi per kilogram ayam sebagai berikut : Tabel 4.3 Tabel Harga Pokok Produksi Sebelum Target Costing Untuk Populasi 5.000 Ekor Ukuran Ayam 1,2-1,4 kg Per Ekor No. Keterangan Jumlah a Biaya Bahan Langsung : Rp. 76.177.150,00 b Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 6.342.800,00 c Biaya Overhead Rp. 300.000,00 Harga Pokok Produksi Rp. 82.819.950,00 Jumlah Produk Yang Dihasilkan 6.500 kg Harga Pokok Produksi /kg Rp. 12.741,53 Sumber : Data yang telah diolah oleh peneliti,2013
39 Dalam perhitungan harga pokok produksi ini menggunakan satuan berat kilogram bukan satuan ekor ayam yang dipanen dikarenakan dalam penjualan ayam yang dipanen menngunakan satuan berat kilogram ayam. Pada tahun 2012 perusahaan melakukan rekayasa nilai untuk mengendalikan biaya biaya produksi yang terjadi pada proses produksi. Setelah rekayasa nilai ada penurunan harga pokok produksi per kilogram ayam. Hal ini karena beberapa biaya produksi langsung yang menjadi komponen harga pokok produksi per kilogram ayam mengalami penurunan nilai. Berikut ini adalah biaya biaya produksi yang mengalami perubahan nilai setelah penerapan target costing. Biaya biaya produksi tersebut adalah : a. Biaya Bahan Langsung Biaya bahan baku langsung yang menggunakan rekayasa nilai mengalami penurunan semula sebesar Rp.61.797.500,00 menjadi Rp. 56.857.750,00. Hal ini dikarenakan ada pemakaian bahan baku yang mengalami penurunan biaya sebagai berikut : Tabel 4.4 Tabel Value Engineering Untuk Pemakaian Pakan Ayam Untuk Populasi 5.000 Ekor Ukuran Ayam 1,2-1,4 kg Per Ekor Sebelum Value Engineering BR 1 Gold = Rp. 23.375.000,00 BR 2 Gold = Rp. 38.422.500,00 Sesudah Value Engineering ID 11 = Rp. 4.593.750,00 Premium 710 = Rp. 52.264.000,00 Total Rp.61.797.500,00 Total Rp.56.857.750,00 Penurunan sebesar Rp. 4.939.750,00 atau sekitar 7,99 % Sumber : Data yang telah diolah oleh peneliti,2013
40 Pemakaian pakan ayam dengan kualitas yang lebih baik. Namun bukan hanya kualitas yang diperhatikan tetapi dari segi pemakaian yang digunakan dalam proses produksi sehingga efisiensi dari pemakaian memberikan dampak terhadap penurunan biaya pakan yang semula sebesar Rp.61.797.500,00 setelah penerapan target costing menjadi Rp.56.857.750.,-. Tabel 4.5 Tabel Value Engineering Untuk Pemakaian Obat dan Vitamin Untuk Populasi 5.000 Ekor Ukuran Ayam 1,2-1,4 kg Per Ekor Sebelum Value Engineering Sesudah Value Engineering Obat dan vitamin = Rp 4.379.650,00 Obat dan vitamin = Rp. 2.413.300,00 Total Rp. 4.379.650,00 Total Rp. 2.413.300,00 Penurunan sebesar Rp. 1.966.350,00 atau sekitar 44,90% Sumber : Data yang telah diolah oleh peneliti,2013 Pemilihan obat obatan dan vitamin yang digunakan dalam proses produksi ayam dikandang juga memberikan penurunan nilai yang semula sebesar Rp. 4.379.650,00 setelah penerapan target costing menjadi Rp.2.413.300,00. Pada masa produksi ini juga ditunjang oleh petugas penyuluh kandang yang memberikan pengarahan kepada peternak mengenai penyakit, jenis obat dan pemberian dosis yang tepat saat mengatasi penyakit ayam dikandang sehingga penyakit ayam di kandang dapat segera teratasi dan tidak menularkan ke ayam sehat lain yang ada dikandang. Maka biaya obat dan vitamin mengalami penurunan.
41 b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung mengalami penurunan dapat dilihat dalam tabel 4.6 sebagai berikut : Tabel 4.6 Tabel Value Engineering Untuk Biaya Tenaga Kerja Langsung Untuk Populasi 5.000 Ekor Ukuran Ayam 1,2-1,4 kg Per Ekor Sebelum Value Engineering Sesudah Value Engineering Biaya Upah Peternak = Rp. 5.782.800,00 Biaya Upah Peternak = Rp. 5.439.500,00 Total Rp. 5.782.800,00 Total Rp. 5.439.500,00 Penurunan sebesar Rp. 343.300,00 atau sekitar 5,94% Sumber : Data yang telah diolah oleh peneliti,2013 Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari dua komponen penting yakni biaya upah pemeliharaan ayam dan biaya gaji karyawan penyuluhan kandang. Untuk gaji karyawan bagian penyuluhan tetap karena tidak mengalami kenaikan atu penurunan dalam penggajian di bagian data personalia. Namun biaya upah pemeliharaan ayam untuk peternak pada masa produksi tahun 2012 setelah penerapan target costing untuk masa panen ayam kadang yang hanya memiliki populasi dibawah atau sama dengan 5.000 ekor ditargetkan tidak boleh melebihi dari 5 minggu atau 35 hari dan pengakatan ayam panen maksimal selama 3 hari dalam masa panen sehingga perhitungan upah
42 peternak bisa dihemat. Semula sebesar Rp.5.782.800,00 menjadi Rp.5.439.500,00 c. Biaya Overhead Biaya overhead mengalami penurunan dapat dilihat dalam tabel 4.7 sebagai berikut : Tabel 4.7 Tabel Value Engineering Untuk Biaya Overhead Untuk Populasi 5.000 Ekor Ukuran Ayam 1,2-1,4 kg Per Ekor Sebelum Value Engineering Sesudah Value Engineering Biaya Overhead = Rp. 300.000,00 Biaya Overhead = Rp. 240.000,00 Total Rp. 300.000,00 Total Rp. 240.000,00 Penurunan sebesar Rp. 60.000,00 atau sekitar 20% Sumber : Data yang telah diolah oleh peneliti,2013 Biaya overhead terdiri dari biaya biaya yang dikeluarkan untuk karyawan penyuluh kandang yakni terdiri dari biaya bahan bakar mesin kendaraan penyuluh kandnag, biaya sewa kamar penyuluh kandang, biaya telepon penyuluh kandang dan biaya ATK. Ada penurun pada biaya bahan bakar mesin karyawan penyuluh kandang. Hal ini dikarenakan penyuluh kandang diberikan fasilitas tempat tinggal berupa sewa kamar pada rumah penduduk (kost) yang letaknya strategis atau tidak terlalu jauh dengan letak pemeliharaan ayam yang merupakan tanggung jawabnya dan tidak perlu setiap hari datang ke kantor pusat. Jika laporan cukup melalui telepon sehingga hal ini memberikan efisien terhadap biaya bahan bakar mesin
43 kendaraan karyawan penyuluh kandang dan karyawan penyuluh kandang jadi lebih fokus kepada produksi yang sedang berlangsung di area kandang yang merupakan tanggung jawabnya. Hal ini memberikan penurunan terhadap biaya overhead sebesar Rp. 60.000,00 Hasil dari rekayasa nilai yang dilakukan untuk mencapai target costing lebih jelasnya mengenai hasil perhitungan biaya yang yang diperoleh dari pelaksanaan value engineering dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.8 Tabel Total Perhitungan Biaya Sebelum dan Sesudah Value Engineering (VE) No. Keterangan Sebelum Value Engineering Jumlah Sesudah Value Engineering Jumlah 1 Biaya Poduksi a Biaya Bahan Langsung : Rp. 76.177.150,00 Rp. 69.521.050,00 b Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 6.342.800,00 Rp. 5.999.500,00 c Biaya Overhead Rp. 300.000,00 Rp. 240.000,00 Total Biaya Produksi Rp. 82.819.950,00 Rp. 75.760.550,00 2 Biaya Non Produksi a Biaya Gaji Divisi Penjualan Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00 b Biaya Telepon Divisi Penjualan Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 c Biaya ATK Rp. 20.000,00 Rp. 20.000,00 Total Biaya Non Produksi Rp. 420.000,00 Rp. 420.000,00 Total Biaya Produksi dan Non Produksi Rp. 83.239.950,00 Rp 76.180.550,00 Sumber : Data yang telah diolah oleh peneliti,2013
44 Berdasarkan tabel 4.8 setalah dilakukan perekayasaan nilai ( value engineering), terdapat beberapa biaya biaya produksi yang mengalami penurunan sebesar Rp. 7.059.400,00 atau sebesar 8,48%. Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa value engineering telah berhasil mencapai allowable cost selain itu dapat menghasilkan juga drifting cost untuk harga pokok produksi ayam broiler populasi 5.000 ekor sebesar Rp.76.180.550,00 dengan target panen ayam ukuran 1,2 1,4kg. Perbandingan allowable cost dan drifting cost dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.9 Tabel Perbandingan Allowable Cost dan Drifting Cost Allowable cost Rp. 80.600.000,00 Drifting cost Rp.76.180.550,00 B. Menghitung Harga Pokok Produksi sesudah target costing. Berdasarkan perhitungan value engineering diketahui bahwa perhitungan harga pokok produksi yang baru setelah target costing tahun 2012 untuk populasi ayam sebanyak 5.000 ekor adalah sebagai berikut :
45 Tabel 4.10 Tabel Perincian Biaya Produksi Setelah Penerapan Target Costing Untuk Populasi 5.000 Ekor Ukuran Ayam 1,2-1,4 kg Per Ekor No. Keterangan Jumlah 1 Biaya Poduksi a Biaya Bahan Langsung : DOC Rp. 10.250.000,00 Pakan Rp. 56.857.750,00 Obat - Obatan & Vitamin Rp. 2.413.300,00 b Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Upah Peternak Rp. 5.439.500,00 Biaya Gaji Karyawan Penyuluh Kandang Rp. 560.000,00 (Rp. 2.800.000 per bulan: 5 kandang) c Biaya Overhead Biaya BBM Kendaraaan Karyawan Penyuluh Kandang (Rp.400.000 perbulan : 5 kandang) Rp. 80.000,00 Biaya Sewa Kamar Karyawan Penyuluh Kandang (Rp.500.000 perbulan : 5 kandang) Rp. 100.000,00 Biaya Telepon / Pulsa Handphone Rp. 40.000,00 ( Rp.200.000 perbulan : 5 kandang) Biaya ATK Rp. 20.000,00 2 Biaya Non Produksi a Biaya Gaji Divisi Penjualan Rp. 300.000,00 (Rp.4.500.000 perbulan : 15 kandang) b Biaya Telepon Divisi Penjualan Rp. 100.000,00 (Rp.1.500.000 perbulan : 15 kandang) c Biaya ATK Rp. 20.000,00 Total Biaya Produksi dan Non Produksi Rp. 76.180.550,00 Sumber : Data yang telah diolah oleh peneliti,2013 Berdasarkan tabel diatas dapat dihitung harga Total perhitungan biaya produksi setelah penerapan target costing sebesar Rp. 76.180.550 untuk populasi 5.000 ekor ayam broiler dengan target panen ukuran ayam 1,2 kg 1,4 kg maka perhitungan biaya harga pokok produksi per kilogram ayam sebagai berikut :
46 Tabel 4.11 Tabel Harga Pokok Produksi Setelah Target Costing Untuk Populasi 5.000 Ekor Ukuran Ayam 1,2-1,4 kg Per Ekor No. Keterangan Jumlah a Biaya Bahan Langsung : Rp. 69.521.050,00 b Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 5.999.500,00 c Biaya Overhead Rp. 240.000,00 Harga Pokok Produksi Rp. 75.760.550,00 Jumlah Produk Yang Dihasilkan 6.500 kg Harga Pokok Produksi /kg Rp. 11.655,46 Sumber : Data yang telah diolah oleh peneliti,2013 C. Menganalisis penerapan target costing yang dilakukan oleh perusahaan peternakan ayam broiler X. Penerapan Target Costing yang dilakukan oleh perusahaan peternakan X untuk dapat mengurangi biaya produk secara keseluruhan mulai dari desain awal produk yakni dalam pemilihan bibit anak ayam broiler, pemilihan pakan, pemilihan paket obat dan vitamin serta proses produksi sampai dengan produk sampai di jual kepada pembeli. Dari hasil analisis data perusahaan peternakan X telah melakukan penekanan biaya produksi untuk bisa mengikuti harga yang berlaku dipasar. Mulai dari awal pemilihan bibit anak ayam broiler yang unggul agar dapat memiliki stamina yang baik pada saat dikandang tidak mudah terserang penyakit sehingga penngunaan obat dan vitamin menjadi lebih hemat. Pemilihan bibit anak ayam yang unggul juga mempengaruhi total pemakaian pakan dikandang ayam
47 sehingga tidak terjadi pemborosan dikandang ayam. Dalam pemilihan pakan yang dipakai juga mempengaruhi penggunaan pakan ayam dikandang. Sehingga ayam dikandang tumbuh dengan baik karena seluruh pakan yang dimakan oleh ayam dikandang menjadi daging yang mempengaruhi berat bobot ayam saat ayam dipanen. Pada saat jadwal yang memang harusnya dipanen maka berat ayam sesuai dengan yang diharapkan. Pengaruh pengaturan awal produksi yang dilakukan oleh perusahaan pertenakan X memberikan dampak yang sangat banyak yakni biaya produksi pemeliharaan ayam broiler dapat ditekan sehingga jumlah pemakaian biaya bahan baku langsung dapat diturunkan. Setelah melakukan pengaturan bahan baku langsung maka pengaturan masa panen ayam juga dipertimbangkan cukup matang oleh perusahaan peternakan X. Jika sebelum penerapan target costing masa penjualan ayam dalam satu kandang melebihi 3 hari masa pengangkatan ayam dikandang. Tetapi setelah target costing dijalankan masa panen ayam dikandang ditargetkan tidak boleh lebih dari 3 hari masa panen pengangkatan ayam dikandang. D. Membahas hasil dari penerapan target costing yang dilakukan oleh perusahaan peternakan ayam broiler X. Hasil dari penerapan target costing yang dilakukan oleh perusahaan peternakan X juga terlihat dari adanya penekanan biaya produksi dengan mengendalikan biaya biaya produksi yang terjadi di tempat pemeliharaan ayam mulai dari bibit anak ayam atau DOC, pakan ayam, obat obatan dan vitamin ayam.
48 Dari hasil penekanan biaya biaya tersebut perusahaan dapat mengikuti harga ayam broiler yang berlaku dipasaran. Selain dapat mengikuti harga jual yang berlaku dipasar. Perusahaan juga mampu melakukan peningkatkan laba perusahaan. Perolehan laba perusahaan peternakan X dapat mencapai target laba yang diharapkan yakni sebear 20% dari total hasil penjualan ayam. Bahkan perolehan laba mampu melampaui sedikt target yang diharapkan yakni sebesar 23,84%. Penekanan biaya biaya produksi yang paling berpengaruh adalah pada biaya produksi langsung yakni pada komponen pakan ayam, obat dan vitamin. Sejak diberlakukannya target costing manajemen melakukan pengendalian khusus terhadap biaya biaya produksi ditempat pemeliharaan ayam yakni dengan menempatkan penyuluh kandang tidak jauh dari tempat produksi atau pemeliharaan ayam. Kebijakan manajemen sangat tepat dengan memberikan fasilitas sewa kamar kepada karyawan penyuluh kandang. Dengan kebijakan tersebut secara tidak langsung perusahaan melakukan pengawasan langsung terhadap pemakaian pakan, obat dan vitamin di tempat pemeliharaan ayam. Selain itu manajemen juga dapat menghemat biaya bahan bakar mesin kendaraan karyawan penyuluh kandang karena semua laporan harian bisa dilakukan melalui telepon kecuali untuk laporan laporan dan kegiatan tertentu saja karyawan penyuluh kandang wajib datang ke kantor pusat. Pencapaian perolehan laba oleh perusahaan peternakan X juga merupakan dampak dari penerapan target costing. Dampak penerapan target costing untuk dapat mencapai laba yang diharapkan telah dibuktikan oleh perusahaan peternakan X. Perolehan laba ini tidak hanya dari faktor penekanan biaya produksi tetapi juga dari
49 waktu yang ditargetkan dalam masa panen ayam. Jika populasi dibawah atau sama dengan 5.000 ekor tidak boleh lebih dari 3 hari masa panen. Untuk lebih jelasnya mengenai dampak penerapan target costing yang dilakukan oleh perusahaan peternakan ayam broiler X sehingga dapat menurunkan biaya produksi sebagai berikut : Tabel 4.12 Perbandingan Efisiensi Biaya Produksi dengan Penerapan Target Costing No. Keterangan Sebelum Penerapan Target Costing Jumlah Sesudah Penerapan Target Costing Jumlah Efisiensi (%) 1 Biaya Poduksi a Biaya Bahan Langsung : Rp. 76.177.150,00 Rp. 69.521.050,00 8,74% b Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 6.342.800,00 Rp. 5.999.500,00 5,41% c Biaya Overhead Rp. 300.000,00 Rp. 240.000,00 20,00% Total Biaya Produksi Rp. 82,819,950,00 Rp. 75.760.550,00 8,52% 2 Biaya Non Produksi a Biaya Gaji Divisi Penjualan Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00 0,00% b Biaya Telepon Divisi Penjualan Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 0,00% c Biaya ATK Rp. 20.000,00 Rp. 20.000,00 0,00% Total Biaya Non Produksi Rp. 420.000,00 Rp. 420.000,00 0,00% Total Biaya Produksi dan Non Produksi Rp. 83.239.950,00 Rp 76.180.550,00 8,48% Sumber : Data yang telah diolah oleh peneliti,2013 Dari perhitungan diatas, dapat diketahui efisiensi sebesar 8,48 %. Besarnya efisiensi tersebut diperoleh dari seluruh total biaya produksi sebelum value engineering sebesar Rp. 83.239.950,00 menjadi Rp. 76.180.550,00 setelah dilakukan
50 proses value engineering. Hal ini membuktikan bahwa penerapan target costing ayng dilakukan oleh perusahaan peternakan X telah memberikan dampak efisiensi biaya produksi. Data perolehan laba yang meningkat sebelum value engineering dan sesudah value engineering perusahaan peternakan X dapat dilihat dari perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.13 Perbandingan Laba Produksi Sebelum dan Sesudah Value Engineering Keterangan Sebelum Value Dalam Sesudah Value Dalam Engineering (%) Engineering (%) Total Hasil Penjualan Ayam Total Biaya Produksi dan Non Produksi Rp. 93.076.139,00 100% Rp. 100.031.301,00 100% Rp. 83.239.950,00 89,43% Rp. 76.180.550,00 74,00% Laba Hasil Produksi Rp. 9.836.189,00 10,56% Rp. 23.850.751,00 23,84% Sumber : Data yang telah diolah oleh peneliti, 2013