: : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A Preliminary Study of Histamine Skin Test : anti histamine oral akan menekan respon kulit pada uji tusuk kulit (UTK). Dimenhidrinat, yang dikenal sebagai obat anti mabuk selama di perjalanan, merupakan kombinasi difenhidramin dan 8-kloroteofilin. Difenhidramin sendiri adalah anti histamin-1 (AH- 1). Pengaruh dimenhidrinat terhadap hasil UTK diperiksa pada studi pendahuluan berdesain intra individual parallel-comparative menggunakan uji kulit histamine pada 10 subyek. Kontrol positif menggunakan histamin dihidroklorid 1 mg.ml dan larutan buffer sebagai kontrol negative, diujikan pada sisi volar lengan bawah subyek sebagai baseline, 24 jam sebelum subyek minum 50 mg dimenhidrinat. Uji kulit histamin dilakukan lagi secara berturut-turut 2, 3, 3 ½, 4, 4 ½, dan 5 jam pasca subyek minum dimenhidrinat, untuk mengevaluasi kapan awitan dan berapa lama kerja obat AH-1 ini.
: : Spiny Keratoderma : SK adalah dermatosis yang jarang ditemukan, mengenai telapak tangan dan kaki dengan gambaran klinis berupa banyak tonjolan kecil meyerupai duri. Kelainan ini diwariskan secara dominan autosom dan muncul pada dekade kedua dan empat. Salah satu diagnosis banding SK ialah porokeratosis pungtata. Laki-laki, 62 tahun dengan keluhan kedua telapak tangan teraba sangat kasar sejak 12 tahun. Tidak disertai kemerahan, rasa gatal, atau keringat berlebihan. Salah seorang anaknya mengalami keluhan serupa namun lebih ringan. Pada telapak tangan dan kaki bilateral ditemukan tonjolan keras menyerupai duri, ukuran miliar, multipel, diskret. Hasil pemeriksaan histopatologis didapatkan hyperkeratosis kompak eosinofilik berbentuk kolumnar mengisi daerah invaginasi epidermis. Daerah di sekitar ortokeratosis basofilik dan tidak ditemukan sel diskeratotik. Pasien diobati dengan salap asam salisilat 20%, krim tretinoin 0,1%, dan pelembab.
: : Skrofuloderma : skrofuloderma merupakan tuberculosis subkutan dengan pembentukan abses dingin dan gangguan sekunder kulit. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan lanjut. Lokasi yang paling sering terkena di daerah parotis, submandibular, dan supraklavikula, dapat bilateral.
: : Neurofibromatosis Segmental Tanggal kegiatan : 21 Juli 2008 : neurofibromatosis (NF) segmental merupakan suatu ganguan yang dicirikan dengan peningkatan kecenderungan perkembangan tumor dari selubung saraf dengan gambaran penyakit yang terbatas pada bagian tubuh yang spesifik. Perkiraan prevalensi adalah 1 dalam 36.000-40.000 (0,002%). Penyebab dari NF segmental adalah suatu mutasi somatic pada gen NFI. Makalah berikut melaporkan satu kasus NF segmental pada seorang anak perempuan 12 tahun dengan keluhan benjolan yang multiple sejak 1 tahun yang lalu. Selain itu dijumpai bercak café-au-lait luas sejak lahir dan mengalami anestesi sejak 6 bulan yang lalu, Crowe sign, buttonholing (+), hipertrikosis, dan kifoskoliosis. Semua gejala di atas berlokasi terbatas pada daerah tertentu. Pasien mengalami ketidakmampuan belajar, tetapi dapat membaca, mendengar, dan berbicara dengan baik. Tidak ada keluhan penglihatan dan pendengaran. Riwayat kejang disangkal. Pembahasan ditekankan pada penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan histopatologi, uji slit-lamp, dan radiologi. Gambaran klinis yang khas yaitu terpenuhinya 2 atau lebih gejala dari kriteria NFI menurut konsesus NIH dan adanya neurofibroma pleksiform dengan distribusi spesifik. Pemeriksaan histopatologi yang dilakukan menunjang diagnosis neurofibromatosis pleksiform ddan pada foto x-ray vertebra torakalis menunjukkan adanya kifoskoliosis. Penatalaksanaan tidak spesifik; meliputi petunjuk antisipasi, konseling genetik, dan pengamatan untu komplikasi potensial.
: : Xeroderma Pigmentosum Dengan Karsinoma Sel Skuamosa Pada Palbepra Inferior Orbita Dekstra Tanggal kegiatan : 21 Juli 2008 : xeroderma pigmentosum (XP) merupakan genodermatosis yang diturunkan secara resersif autosomal, ditandai dengan fotosensitivitas, kerusakan kulit akibat sinar matahari, keganasan kulit, kelainan mata yang parah, dan sering terjadi kematian dini akibat keganasan. Kasus ini dilaporkan karena XP merupakan kelaian yang jarang dan pada pasien ini terdapat karsinoma sel skuamosa di palpebra dan kelainan mata. Pada seorang anak perempuan usia 7 tahun terdapat bercak hitam dan putih pada kulit sejak usia 5 bulan dan benjolan pada kedua keloak mata bawah kanan sejak 1 bulan lalu disertai fotobiea. Konsanguinitas didapatkan pada orang tua. Di daerah kulit yang terpajan sinar matahari ditemukan macula hiperpigmentasi, serta tumor soliter pada palpebra interior dekstra. Pada pemeriksaan mata terdapat konjungtivitis ringan dan pseudopterigium pada mata kanan. Tidak terdapat kelainan sistemik dan neurologik. Gambaran histopatologik tumor di pulpebra sesuai dengan karsinoma sel skuamosa (KSS). Terhadap pasien ini dilakukan eksisi luas, konseling genetik, pencegahan pajanan sinar matahari, serta deteksi dini, dan penatalaksanaan terhadap perubahan junak maupun ganas pada kulit. Pada usia 8 tahun, lebih dari 50% pasien XP mengalami KSS. Pada pasien ini tumor mulai tampak saat usia 7 tahun pada lokasi terpajan sinar matahari. Pembedahan dilakukan di Deoartemen Mata untuk menghilangkan tumor dan menetapkan diagnosis KSS. Kebanyakan kasus dengan bertambahnya usia menunjukkan perburukan pada kulit dan mata, serta gejala neurologik. Perlindungan ketat terhadap pajanan sinar matahari dapat memperlambat progresivitas penyakit.