PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KULIAH UMUM MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DI UNIVERSITAS VETERAN NASIONAL JAKARTA
www.antaranews.com Blue Economy Kembangkan Inovasi Untuk Kesejahteraan Jakarta, 24 September 2013 (ANTARA) -- Era industrialisasi kelautan dan perikanan perikanan dengan pendekatan ekonomi biru (blue economy) yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan perkembangan positif. Indikator Kinerja Utama (IKU) KKP tahun 2012 terutama pembangunan di bidang ekonomi dan lingkungan hidup menjadi cerminan keberhasilan tersebut. Beberapa indikator menunjukkan, pertumbuhan PDB perikanan sebesar 6,48, produksi perikanan mencapai 15,26 juta ton, produksi garam menyentuh angka 2,02 juta ton, tingkat konsumsi ikan dalam negeri naik hingga 33,89 kg/kapita serta Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang memberi gambaran peningkatan taraf hidup nelayan sudah mencapai angka 105,37. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, pada kuliah perdana mahasiswa baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Selasa (24/9). Kegiatan ini merupakan salah satu cara dalam rangka menanamkan jiwa kebaharian semenjak dini kepada para generasi muda Indonesia, agar mempunyai kesadaran tinggi akan hal ini, mengingat potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki Indonesia begitu besar dan dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. McKinsey Global Institute, dalam laporannya The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia's Potential menyebutkan bahwa sektor perikanan merupakan salah satu sektor utama (disamping sektor jasa, pertanian, dan sumberdaya alam) yang akan menghantarkan Indonesia sebagai negara yang maju perekonomiannya pada tahun 2030, di mana ekonomi Indonesia akan menempati posisi ke-7 Ekonomi Dunia, mengalahkan Jerman dan Inggris, sehingga Indonesia harus terus berbenah diri melaksanakan pembangunan di segala sektor termasuk membangun sumber daya alam kelautan dan perikanan yang mempunyai potensi cukup besar untuk diolah secara optimal. Hal ini dimaksudkan bahwa membangun sumberdaya alam kelautan dan perikanan adalah mengelola SDM-nya, maka peningkatan kapasitas SDM merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan industrialisasi kelautan dan perikanan. Guna mewujudkan pengembangan SDM mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan, maka perlu terciptanya SDM sebagai pelaku industri yang mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk. Hal itu penting dilakukan mengingat Indonesia sedang bersiap diri menyambut Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013 dan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economy Community) 2015. Untuk itu, KKP tetap konsisten menata kembali pola pembangunan kelautan dan perikanan dengan mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan yang lebih menekankan pada konsep Ekonomi Biru.
Konsep Blue Economy akan bertumpu pada pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara keseluruhan. Konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) seperti konsep blue economy saat ini telah menjadi arus utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bahkan Presiden RI dalam berbagai forum internasional telah menjadi pelopor dalam mempromosikan penerapan konsep-konsep pembangunan yang berkelanjutan. Menindaklanjuti hal tersebut, KKP yang bergerak di sektor kelautan dan perikanan harus berada di garis terdepan untuk mempromosikan dan melaksanakan prinsipprinsip pembangunan yang berkelanjutan. Pada dasarnya semua pihak sangat berkepentingan dengan pembangunan yang tidak mengorbankan masa depan. Apa yang kita lakukan sekarang tidak hanya untuk hari ini saja, tetapi juga harus menjadi warisan yang lebih baik bagi generasi mendatang, tegasnya. Sharif menegaskan, prinsip blue economy harus diimplementasikan dalam berbagai kebijakan KKP, terutama dalam program percepatan industrialisasi kelautan dan perikanan. Blue economy merupakan prinsip-prinsip yang harus dipegang dan kemudian dioperasionalkan dalam industrialisasi kelautan dan perikanan. Konsep ini selain mampu menciptakan industri kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan, juga dapat melipatgandakan pendapatan, menciptakan kesempatan kerja dan menggerakan perekonomian masyarakat sekitar. Untuk itu, KKP akan terus mendorong para pemangku kepentingan, baik itu pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi maupun masyarakat luas untuk terus menggali peluang penerapan blue economy dan strategi operasional dalam industrialisasi kelautan dan perikanan, jelasnya. Implementasi Blue Economy Ekonomi biru meliputi berbagai sektor yang cukup luas seperti perikanan dan budidaya, pembangunan industri kelautan, wisata bahari, energi laut serta perlindungan ekosistem laut dan pesisir. Sebagai implementasinya, KKP berkomitmen penuh untuk meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan budidaya yang berdaya saing, berkeadilan, berkelanjutan diiringi produk yang memenuhi standar mutu pangan (food safety). Selain itu, KKP juga menerapkan sertifikasi perbenihan dan pembudidayaan guna menghasilkan produk yang menganut jaminan mutu. Kemudian, mempercepat pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana budidaya serta mengembangkan kerjasama dan kemitraan dengan perbankan maupun lembaga pembiayaan lainnya. Terkait implementasi konsep blue economy, KKP tengah mengembangkan model industrialisasi rumput laut berbasis blue economy, produk turunan industri udang dan crustasea, Model industrialisasi Tuna, Tongkol, Cakalang berbasis ekonomi biru, Minawisata berbasis sumberdaya kelautan dan lain sebagainya. Industri pengolahan yang menganut prinsip blue economy sudah berjalan, hal ini ditandai dengan berdirinya sejumlah pabrik chitosan yang saat ini terkonsentrasi di Banten dan Jawa Tengah. Menurutnya, terdapat tiga negara yang potensial dalam menyerap produk-produk turunan tersebut yakni Jepang, Korea dan China. Udang merupakan salah satu dari komoditi ekspor yang menggiurkan, karena memiliki peluang pasar dan harganya yang
cukup tinggi di pangsa internasional. Selama ini ekspor udang produk utamanya dalam bentuk daging, sedangkan kepala dan kulitnya menjadi limbah hasil perikanan yang tidak memiliki nilai ekonomis. Dengan filosofi Blue Economy, sisa hasil perikanan tersebut dapat diolah menjadi berbagai produk turunan bernilai tambah tinggi seperti chitin dan chitosan. Chitosan merupakan salah satu bahan pengawet ikan selain garam, karena itu chitosan dapat diaplikasikan terhadap produk perikanan sebagai pengganti formalin yang terbilang berbahaya. Pemanfaatan kulit udang menjadi edible coating chitosan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha industri pengolahan, akan tetapi juga dapat menanggulangi masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan, ujarnya. Kendati tingginya akan permintaan ikan tidak berarti harus mengeksploitasi sumber daya laut secara berlebihan, tetapi bagaimana dapat memanfaatkan sumber daya tersebut secara berkelanjutan. Untuk itu, perlu memulai kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mengelola sumber daya perikanan kita secara berkelanjutan. Karena itu, KKP berupaya untuk mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan, baik pada perikanan tangkap maupun budidaya untuk mendukung industrialisasi perikanan. KKP tengah mengembangkan teknologi ramah lingkungan seperti, teknologi alat tangkap ikan, instalansi pendingin dengan menggunakan tekanan air laut sebagai penggerak, instalansi produksi es balok dengan bahan baku air laut. prinsipnya, Blue economy akan bersinergi dengan pelaksanaan triple track strategy yakni, program pro-poor (pengentasan kemiskinan), progrowth (pertumbuhan), pro-job (perekrutan tenaga kerja), dan pro-environment (pelestarian lingkungan)," tutupnya. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan
www.citraindonesia.com Blue Economy Kembangkan Inovasi Menuju Kesejahteraan Masyarakat JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Era industrialisasi kelautan dan perikanan perikanan dengan pendekatan ekonomi biru (blue economy) dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan perkembangan positif. tersebut. Indikator Kinerja Utama (IKU) KKP tahun 2012 terutama pembangunan di bidang ekonomi dan lingkungan hidup menjadi cerminan keberhasilan Beberapa indikator menunjukkan, pertumbuhan PDB perikanan 6,48 %, produksi 15,26 juta ton, produksi garam 2,02 juta ton, tingkat konsumsi ikan dalam negeri naik 33,89 kg/kapita serta Nilai Tukar Nelayan (NTN) memberi gambaran peningkatan taraf hidup mencapai 105,37, kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, pada kuliah perdana mahasiswa baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Selasa (24/9/2013). Kegiatan ini merupakan salah satu cara dalam rangka menanamkan jiwa kebaharian semenjak dini kepada para generasi muda Indonesia, agar mempunyai kesadaran tinggi akan hal ini. Mengingat potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki Indonesia begitu besar dan dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia, jelasnya. (olo)
www.republika.co.id KKP: Blue Economy Tunjukkan Perkembangan Positif REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengklaim era industrialisasi kelautan dan perikanan perikanan dengan pendekatan ekonomi biru (blue economy) yang dicanangkan menunjukkan perkembangan positif. Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo menjelaskan, indikator Kinerja Utama (IKU) KKP tahun 2012 terutama pembangunan di bidang ekonomi dan lingkungan hidup menjadi cerminan keberhasilan tersebut. Beberapa indikator menunjukkan, pertumbuhan PDB perikanan sebesar 6,48 persen, produksi perikanan mencapai 15,26 juta ton, produksi garam menyentuh angka 2,02 juta ton. Kemudian tingkat konsumsi ikan dalam negeri naik hingga 33,89 kg/kapita serta NIlai Tukar Nelayan (NTN) yang memberi gambaran peningkatan taraf hidup nelayan sudah mencapai angka 105,37, katanya saat memberikan kuliah perdana mahasiswa baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Selasa (24/9). Dia menambahkan, kegiatan ini merupakan salah satu cara dalam rangka menanamkan jiwa kebaharian semenjak dini kepada para generasi muda Indonesia, agar mempunyai kesadaran tinggi akan hal ini, mengingat potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki Indonesia begitu besar dan dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Labih jauh dia menjelaskan, berdasarkan laporan McKinsey Global Institute yaitu The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia's Potential disebutkan bahwa sektor perikanan merupakan salah satu sektor utama (disamping sektor jasa, pertanian, dan sumberdaya alam) yang akan menghantarkan Indonesia sebagai negara yang maju perekonomiannya pada tahun 2030, di mana ekonomi Indonesia akan menempati posisi ke-7 Ekonomi Dunia, mengalahkan Jerman dan Inggris, sehingga Indonesia harus terus berbenah diri melaksanakan pembangunan di segala sektor termasuk membangun sumber daya alam kelautan dan perikanan yang mempunyai potensi cukup besar untuk diolah secara optimal. Hal ini dimaksudkan bahwa membangun sumberdaya alam kelautan dan perikanan adalah mengelola sumber daya manusia (SDM) nya, maka peningkatan kapasitas SDM merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan industrialisasi kelautan dan perikanan, tuturnya. Lebih lanjut Sharif menjelaskan, konsep blue economy akan bertumpu pada pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara keseluruhan. Konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) seperti konsep blue economy saat ini telah menjadi arus utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
www.politikindonesia.com Sharif: Perikanan Akan jadi Sektor Utama Perekonomian Politikindonesia - Potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki Indonesia begitu besar dan dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu diperlukan menanamkan jiwa kebaharian semenjak dini kepada pada generasi muda Indonesia. Demikianlah yang disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo kepada politikindonesia.com usai memberikan kuliah perdana tentang Pengembangan Wawasan Negara Maritim sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Nasional kepada mahasiswa baru di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta, Selasa (24/09). Menurutnya, berdasarkan McKinsey Global Institute dalam laporannya "The Archipelago Economy; Unleashing Indonesia Potensial, menyebutkan bahwa sektor perikanan Indonesia merupakan salah satu sektor utama yang akan menghantarkan Indonesia sebagai negara yang perekonomiannya maju di tahun 2030. Diprediksikan, ekonomi Indonesia akan menempati posisi ke-7 ekonomi dunia. "Jadi perikanan akan menjadi sektor utama perekonomian Indonesia disamping sektor jasa, pertanian dan SDM yang akan mengalahkan Jerman dan Inggris. Sehingga Indonesia harus terus berbenah diri melakukan pembangunan di berbagai sektor untuk diolah secara optimal," ujarnya. Dijelaskan, untuk mewujudkan itu semua diperlukan peningkatan kapasitas SDM. Sehingga industrialisasi keluatan dan perikanan Indonesia bisa terwujud sebagai pelaku industri yang mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk. "Ini merupakan tanggung jawab kita untuk memperjuangkan agar laut kita yang luas ini bisa ditata dengan baik. Sehingga pembangunan daerah bisa merata di darat dan di laut. Karena dalam Undang-Undang, tata ruang laut juga harus diprioritaskan," ungkapnya. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (PSDM KP), Suseno Sukoyono menambahkan, kuliah umum yang berikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat ini dimaksudkan untuk menularkan motivasi para generasi muda untuk lebih mencintai kelautan Indonesia. Tujuannya hanya ingin merubah pola pikir para generasi muda mengenai dunia kelautan dan perikanan. "Sepertinya, ada minat yang luar biasa dari generasi muda terhadap bidang kelautan dan perikanan. Karena potensi perikanan dan kelautan kita banyak sekali yang belum diketahui masyarakat. Selain ikan, ternyata masih banyak lagi potensi kelautan yang digali dan perlu bantuan banyak wirausaha muda lulusan perguruan tinggi untuk mengali potensi tersebut," tegas Suseno. Untuk memotivasi para generasi merubah pola pikirnya dari daratan ke kelautan, pihaknya juga menyiapkan para penyuluh dengan melakukan pelatihan-pelatihan. Karena saat ini para penyuluh juga sudah dilengkapi dengan orientasi produksi dan orientasi konservasi hingga orientasi pengembangan di laut lepas. "Jadi para penyuluh tidak hanya berorientasi pada daratan saja, tapi juga pengembangan kelautan hingga berunjung di laut lepas. Sehingga potensi kelautan kita bisa dioleh secara optimal dan mampu menjadi sumber kesejahteraan bangsa ini," tandas Suseno. (eva/rin/kap)
www.kabarbisnis.com KKP: Blue economy Kelautan-Perikanan tak sekadar konsep tertulis JAKARTA, kabarbisnis.com: Pemerintah menyodorkan bukti sejumlah bukti bahwa blue economy sektor kelautan dan perikanan bukan sekedar konsep tertulis.penekanannya semua lini mata rantai, tidak terkecuali limbah sektor perikanan harus memiliki nilai tambah ekonomi. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo mengatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen untuk meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan budidaya yang berdaya asing dan berkelanjutan.tentunya produk hasil perikanan itu haruslah memenuhi standar mutu pangan. Sebagai implementasi konsep blue economy, menurut Sharif, pihaknya tengah mengembangkan model industrialisasi rumput laut, produk turunan industri udang dan crustasea. Selain itu, model industrialisasi tuna, tongkol dan cakalang berbasis ekonomi biru. Adapun minawisata berbasis sumberdaya kelautan. Industri pengolahan yang menganut prinsip blue economy sudah berjalan, hal ini ditandai dengan berdirinya sejumlah pabrik chitoasan yang saat ini terkonsentrasi di Banten dan Jawa Tengah, ujar Sharif pada kuliah perdana di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Selasa (24/9/2013). Sharif menjelaskan,terdapat tiga negara yang potensial dalam menyerap produkproduk turunan tersebut yakni Jepang, Korea Selatan dan China. Udang merupakan salah satu dari komoditi ekspor yang menggiurkan, karena memiliki peluang pasar dan harganya yang cukup tinggi di pangsa internasional. Selama ini ekspor udang produk utamanya dalam bentuk daging, sedangkan kepala dan kulitnya menjadi limbah hasil perikanan yang tidak memiliki nilai ekonomis. Dengan filosofi Blue Economy, sisa hasil perikanan tersebut dapat diolah menjadi berbagai produk turunan bernilai tambah tinggi seperti chitin dan chitosan. Chitosan merupakan salah satu bahan pengawet ikan selain garam, karena itu chitosan dapat diaplikasikan terhadap produk perikanan sebagai pengganti formalin yang terbilang berbahaya. Pemanfaatan kulit udang menjadi edible coating chitosan bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha industri pengolahan, akan tetapi juga dapat menanggulangi masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan, ujarnya.
Kendati tingginya akan permintaan ikan bukan berarti harus mengeksploitasi sumber daya laut secara berlebihan, tetapi bagaimana dapat memanfaatkan sumber daya tersebut secara berkelanjutan. Untuk itu, menurut Sharif, perlu memulai kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mengelola sumber daya perikanan kita secara berkelanjutan. Karena itu, menurut Sharif, KKP berupaya untuk mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan, baik pada perikanan tangkap maupun budidaya untuk mendukung industrialisasi perikanan. KKP tengah mengembangkan teknologi ramah lingkungan seperti, teknologi alat tangkap ikan, instalansi pendingin dengan menggunakan tekanan air laut sebagai penggerak, instalansi produksi es balok dengan bahan baku air laut. Prinsipnya, Blue economy akan bersinergi dengan pelaksanaan triple track strategy yakni, program pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), projob (perekrutan tenaga kerja) dan pro-environment (pelestarian lingkungan)," tutupnya.kbc11
www.satunews.com Blue Economy Kembangkan Inovasi Untuk Kesejahteraan Era industrialisasi kelautan dan perikanan perikanan dengan pendekatan ekonomi biru (blue economy) yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan perkembangan positif. Indikator Kinerja Utama (IKU) KKP tahun 2012 terutama pembangunan di bidang ekonomi dan lingkungan hidup menjadi cerminan keberhasilan tersebut. Beberapa indikator menunjukkan, pertumbuhan PDB perikanan sebesar 6,48 %, produksi perikanan mencapai 15,26 juta ton, produksi garam menyentuh angka 2,02 juta ton, tingkat konsumsi ikan dalam negeri naik hingga 33,89 kg/kapita serta NIlai Tukar Nelayan (NTN) yang memberi gambaran peningkatan taraf hidup nelayan sudah mencapai angka 105,37. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, pada kuliah perdana mahasiswa baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Selasa (24/9). Kegiatan ini merupakan salah satu cara dalam rangka menanamkan jiwa kebaharian semenjak dini kepada para generasi muda Indonesia, agar mempunyai kesadaran tinggi akan hal ini, mengingat potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki Indonesia begitu besar dan dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. McKinsey Global Institute, dalam laporannya The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia's Potential menyebutkan bahwa sektor perikanan merupakan salah satu sektor utama (disamping sektor jasa, pertanian, dan sumberdaya alam) yang akan menghantarkan Indonesia sebagai negara yang maju perekonomiannya pada tahun 2030, di mana ekonomi Indonesia akan menempati posisi ke-7 Ekonomi Dunia, mengalahkan Jerman dan Inggris, sehingga Indonesia harus terus berbenah diri melaksanakan pembangunan di segala sektor termasuk membangun sumber daya alam kelautan dan perikanan yang mempunyai potensi cukup besar untuk diolah secara optimal. Hal ini dimaksudkan bahwa membangun sumberdaya alam kelautan dan perikanan adalah mengelola SDM-nya, maka peningkatan kapasitas SDM merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan industrialisasi kelautan dan perikanan.guna mewujudkan pengembangan SDM mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan, maka perlu terciptanya SDM sebagai pelaku industri yang mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk. Hal itu penting dilakukan mengingat Indonesia sedang bersiap diri menyambut Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013
dan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economy Community) 2015. Untuk itu, KKP tetap konsisten menata kembali pola pembangunan kelautan dan perikanan dengan mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan yang lebih menekankan pada konsep Ekonomi Biru. Konsep Blue Economy akan bertumpu pada pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara keseluruhan. Konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) seperti konsep blue economy saat ini telah menjadi arus utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bahkan Presiden RI dalam berbagai forum internasional telah menjadi pelopor dalam mempromosikan penerapan konsepkonsep pembangunan yang berkelanjutan. Menindaklanjuti hal tersebut, KKP yang bergerak di sektor kelautan dan perikanan harus berada di garis terdepan untuk mempromosikan dan melaksanakan prinsipprinsip pembangunan yang berkelanjutan. Pada dasarnya semua pihak sangat berkepentingan dengan pembangunan yang tidak mengorbankan masa depan. Apa yang kita lakukan sekarang tidak hanya untuk hari ini saja, tetapi juga harus menjadi warisan yang lebih baik bagi generasi mendatang, tegasnya. Sharif menegaskan, prinsip blue economy harus diimplementasikan dalam berbagai kebijakan KKP, terutama dalam program percepatan industrialisasi kelautan dan perikanan. Blue economy merupakan prinsip-prinsip yang harus dipegang dan kemudian dioperasionalkan dalam industrialisasi kelautan dan perikanan. Konsep ini selain mampu menciptakan industri kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan, juga dapat melipatgandakan pendapatan, menciptakan kesempatan kerja dan menggerakan perekonomian masyarakat sekitar. Untuk itu, KKP akan terus mendorong para pemangku kepentingan, baik itu pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi maupun masyarakat luas untuk terus menggali peluang penerapan blue economy dan strategi operasional dalam industrialisasi kelautan dan perikanan, jelasnya. (RZN/MKS)
Indopos, 25 September 2013
Neraca, 25 September 2013
Neraca, 25 September 2013
Republika, 25 September 2013