BAB III METODE PENELITIAN. Bedagai. Objek dari penelitian ini adalah PNS di Kabupaten Serdang Bedagai

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI OLEH. Depo Lestari Sinaga PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka melakukan perluasan saluran distribusi (distribution channel),

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. karyawan. Data yang digunakan berupa jawaban responden yang pada dasarnya

agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang dan menjadi objek inferensi, Statistika inferensi mendasarkan diri pada dua

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP FASILITAS SMS BANKING DI KOTA MEDAN. Oleh : NUR FITRAH MUTTAQIN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dalam hal ini adalah pengguna (Dosen dan Operator) Sistem Informasi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu. Di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan 2.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SERDANG BEDAGAI KEADAAN GEOGRAFI

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, dan

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

BAB III PERSEPSI WISATAWAN DOMESTIK TENTANG UNSUR-UNSUR PEMBENTUK CITY BRANDING KOTA SEMARANG TERHADAP MINAT BERKUNJUNG KEMBALI KE KOTA SEMARANG

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan dilakukan pada konsumen tetap santika hotel, khususnya terhadap

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh media komunikasi pemasaran

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Kecamatan Bangkinang Seberang Jalan Lintas Bangkinang-Petapahan Sei Jernih.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan menjadi pusat penelitian. Objek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dari hasil pengamatan langsung di BMT NU Sejahtera cabang Kendal.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris, dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilakukan 20 Februari sampai dengan 01 Juni 2014.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. langsung berbagai hal yang berhubungan dengan kompetensi profesional guru

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Menurut. Singarimbun&Efendi (1995) explanatory research adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan hubungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan untuk menjelaskan kedudukan-kedudukan dari

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI. wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

III. METODE PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, pendekatan penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah BMT Al Hijrah KAN Jabung yang

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Data-data yang diolah dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

. BAB III METODE PENELITIAN. negeri favorit yang berada di kota Samarinda. Semua Guru yang mengajar di SMA Negeri 3 Samarinda.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei. Penelitian survei adalah suatu

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian terdiri dari dua

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah deskriptif (explanatory) dengan verifikatif

BAB III. Metode Penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus, dimana metode

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bank Lampung Pusat yang beralamat di Jalan Wolter

BAB III METODE PENELITIAN

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah guru pembimbing dan siswa kelas XI di SMA

III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Gedung Air kecamatan. Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Objek dari penelitian ini adalah PNS di Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki instrumen pembayaran non tunai. Penelitian dimulai pada Februari 2017 sampai dengan selesai. 3.2 Defenisi Operasional 1. Pemahaman adalah suatu proses aktifitas dalam memahami suatu hal yang mencakup sejauh mana PNS mengetahui sistem pembayaran non tunai, sejauh mana PNS mampu membedakan instrumen-instrumen pembayaran non tunai, sejauh mana masyarakat mengerti kegunaannya dan risiko pembayaran non tunai serta bagaimana cara menggunakannya. 2. Interpreting (Interpretasi) Interpretasi yakni suatu proses komunikasi yang diterima PNS yaitu, berupa pengetahuan atau informasi mengenai sistem pembayaran non tunai yang mana dimaksudkan agar PNS mampu menjelaskan dengan pemikirannya sendiri kedalam bentuk yang lain. 3. Exemplifying (Memberikan Contoh) Memberikan contoh yakni suatu proses komunikasi yang telah diterima dan dipelajari oleh PNS yang dimaksudkan agar PNS tersebut dapat memberikan suatu konsep atau contoh dari apa yang sudah dipelajari mengenai sistem pembayaran non tunai kepada orang lain.

4. Classifying (Mengklasifikasikan) Mengklasifikasikan yakni suatu proses kegiatan yang sering dilakukan PNS terhadap sistem pembayaran non tunai, dimaksudkan agar PNS dapat menggolongkan ciri-ciri sistem pembayaran non tunai menjadi suatu konsep tertentu. 5. Inferring (Menyimpulkan) Menyimpulkan yakni suatu proses komunikasi yang telah diterima oleh PNS, kemudian PNS tersebut menguraikan pendapatnya berdasarkan informasi ataupun objek yang telah diterimanya untuk mendapatkan suatu kesimpulan tertentu. 6. Comparing (Membandingkan) Membandingkan yakni suatu proses kegiatan komunikasi yang telah diterima oleh PNS mengenai instrument-instrument pembayaran non tunai, yang dimaksudkan agar PNS tersebut dapat membandingkan suatu persaman maupun perbedaan masing-masing instrument tersebut. 7. Explaining (Menjelaskan) Menjelaskan yakni suatu proses komunikasi yang telah diterima dan dimengerti oleh PNS, lalu PNS tersebut dapat menjelaskan maupun menerima dan menguraikan secara jelas mengenai apa yang sudah dimengerti kepada orang lain mengenai sistem pembayaran non tunai

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PNS berdasarkan asal SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki instrument pembayaran non tunai. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Non Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2013 : 154). Dikarenakan jumlah populasinya tidak diketahui secara pasti maka untuk menentukan besarnya sampel digunakan rumus uknown populations (Frendy, 2015:53) sebagai berikut: nn = ZZ2 4µ 2 Keterangan n = Ukuran Sampel Z = Tingkat keyakinan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian pada (pada α = 5% atau derajat keyakinan ditentukan 95% maka Z= 1,96 µ = margin of error, tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (ditentukan 10%) dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh perhintungan sebagai berikut : nn = ZZ 2 4(0,1) 2 nn = 1,962 4(0,1) 2 n = 96,4 dibulatkan menjadi 96 responden

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka di peroleh jumlah PNS yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 orang. 3.4 Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik accidental Sampling. Pengambilan sampel dengan accidental Sampling ini adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti bisa dijadikan sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber data. Pelaksanaan accidental Sampling dalam penelitian ini diberikan kepada PNS yang memiliki instrument pembayaran non tunai. 3.5 Jenis dan Sumber Data Data merupakan salah satu unsur atau komponen utama dalam melaksanakan penelitian. Data yang baik adalah data yang dapat dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencukupi ruang yang luas serta dapat memberikan gambaran jelas tentang suatu masalah secara menyeluruh, sistematis dan komprehensif (Ruslan 2008). Data yang diperlukan adalah data primer dengan didukung beberapa data sekunder. Secara rinci, data yang dikumpulkan meliputi: 1. Data primer diperoleh secara langsung dari objek penelitian, yaitu hasil penyebaran kuisioner pada sampel yang telah ditentukan (PNS yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai) berupa data mentah. 2. Data sekunder diperoleh dari buku, literatur, media internet, dan sumbersumber lain yang mendukung penelitian ini.

3.6 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa field research yaitu data yang diperoleh dengan menggunakan survei kuesioner dalam bentuk pernyataan-pernyataan secara terstruktur dimana setiap responden dibatasi dalam memberikan jawaban pada alternatif jawaban tertentu saja. Kuesioner diberikan langsung kepada PNS yang ada Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 96 responden. 1. Penentuan Skor Jawaban Pernyataan-pernyataan dalam penelitian ini di ukur dengan menggunakan skala likert dan jawaban dari responden diberi skor dengan menggunakan 5 point yaitu: Sangat Tidak Paham (STP) diberi skor 1 Kurang Paham (TP) diberi skor 2 Cukup Paham (CP) diberi skor 3 Paham (P) diberi skor 4 Sangat Paham (SP) diberi skor 5 2. Skor Ideal Skor ideal merupakan skor yang digunakan untuk menghitung skor untuk menentukan rating scale dan jumlah seluruh jawaban. Untuk menghitung jumlah skor ideal (kriterium) dari seluruh item, digunakan rumus sebagai berikut, yaitu Skor Kriterium = Nilai skala Jumlah responden

Skor tertinggi adalah 5 dan jumlah responden 96, maka dapat dirumuskan menjadi Tabel 3.1 Nilai Kriterium setiap Skala Rumus Skala 5 96 = 480 SP 4 96 = 384 P 3 96 = 288 CP 2 96 = 192 TP 1 96 = 96 STP Selanjutnya semua jawaban responden dijumlahkan dan dimasukkan kedalam rating scale dan ditentukan daerah jawabannya. 3. Rating Scale 4. Persentase Pemahaman STP TP CP P SP 96 192 288 384 480 Sedangkan untuk mengetahui jumlah jawaban dari para responden melalui persentase, yaitu digunakan rumus sebagai berikut : pp = ff nn 100% Keterangan : p = Persentase f = Frekuensi dari setiap jawaban kuisioner n = Jumlah skor ideal

3.7 Validitas dan Reabilitas 3.7.1 Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin di ukur (Singarimbun & Effendi 1989). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validutas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan nilai r hasil corrected Item Total Correlation. Pengujian dilakukan dengan software IBM SPSS Statistis 22 dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika rr hiiiiiiiiii > rr tttttttttt, maka pertanyaan dinyatakan valid. 2. Jika Jika rr hiiiiiiiiii < rr ttttbbbbbb, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid. 3.7.2 Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur (Nazir 2005). Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. (Singarimbun & Effendi 1989). Relibialitas berhubungan dengan konsistensi jawaban kuesioner. Dalam penelitian ini reabilitas diukur dengan menggunakan metode Alpha Cronbach dengan menggunakan program software IBM SPSS Statistis 22, nilai alpha yang diperoleh akan dibandingkan dengan rr tttttttttt. Apabila nilai alpha lebih besar daripada rr tttttttttt, maka interumen tersebut dapat disebut reliebel. Indikator pengukuran reliabilitas yang dibuat J.P. Gurlford dengan taraf kepercayaan 95% dengan kriteria rr hiiiiiiiiii > rr tttttttttt adalah sebagai berikut :

0,00 rr hiiiiiiiiii < 0,20 : Reliabilitas sangat rendah 0,20 rr hiiiiiiiiii < 0,40 : Reliabilitas rendah 0,40 rr hiiiiiiiiii < 0,60 : Reliabilitas sedang/cukup 0,60 rr hiiiiiiiiii < 0,80 : Reliabilitas tinggi 0,80 rr hiiiiiiiiii < 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi. 3.8 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis diskriptif yang dilakukan dengan analisis frekuensi, dan tabulasi silang (crosstabulation).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 03º01 2,5-3º46 33 Lintang Utara 98º44 22-99º19 01 Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0-500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km 2 yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan defenitif. Kecamatan yang ada di Serdang Bedagai antara lain Bandar Khalipah, Bintang Bayu, Dolok Masihul, Dolok Merawan, Kotarih, Pantai Cermin, Pegajahan, Perbaungan, Sei Bamban, Sei Rampah, Serbajadi, Silinda, Sipispis, Tanjung Beringin, Tebing Syabandar, Tebing Tinggi dan Teluk Mengkudu. Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai terletak di Kecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah. Secara administrasi Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan: - Sebelah Utara : Selat Malaka - Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun - Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten Simalungun - Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang 4.2 Sejarah Proses lahirnya Undang-undang tentang pembentukan Sergai sebagai Kabupaten pemekaran merujuk pada usulan yang disampaikan melalui Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumetera Utara Nomor 18/K/2002

tanggal 21 Agustus 2002 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Deli Serdang. Kemudian Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat daerah Deli Serdang Nomor 26/KDPRD/2003 tanggal 10 Maret 2003 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat daerah Kabupaten Deli Serdang atas usul Rencana Pemekaran Kabupaten Deli Serdang manjadi 2 (dua) Kabupaten (Kabupaten Deli Serdang (induk), dan Kabupaten Serdang Bedagai. 4.3 Penduduk Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai 594.383 jiwa atau 131.844 keluarga dengan kepadatan penduduk rata-rata 313 jiwa per kilometer persegi. Dari jumlah penduduk tersebut, tingkat penganguran terbuka relatif yakni 14.774 jiwa atau sekitar 3%. Sementara keragaman budaya yang ada tergambar dari multik etnis yang ada, yakni Melayu 65% Jawa 13%, Batak Karo 6%, Batak Simalungun 4%, Angkola, Mandailing, Minang, Aceh, Nias dan Tionghoa Indonesia. 4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.4.1 Uji Validitas Uji Validitas bertujuan untuk mengukur tingkat kevalidan suatu instrument. Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antar skor butir pertanyaan dengan skor total kontruk atau variabel. Pengukuran dapat dilakukan dengan uji siginifikansi yang membandingkan nilai rr hiiiiiiiiii dengan rr tttttttttt untuk degree of freedom (dk) = n-2 diman n adalah jumlah sampel. Pada penelitian ini df = 96-2 atau df = 94 dengan alpha 0,05 (α =5%) diperoleh nilai rr tttttttttt sebesar

0,2006. Sedangkan untuk nilai rr hiiiiiiiiii dapat dilihat pada corrected Item-Total Correlation. Apabila nilai rr hiiiiiiiiii > rr tttttttttt maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid. Sebaliknya apabila r positif rr hiiiiiiiiii < rr tttttttttt maka pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas No. Indikator Corrected rr tttttttttt Keterangan Item- Total Correlation 1. Interpreting 1 0,605 0,2006 Valid 2. Interpreting 2 0,669 0,2006 Valid 3. Interpreting 3 0,615 0,2006 Valid 4. Exemplifying 1 0,804 0,2006 Valid 5. Exemplifying 2 0,822 0,2006 Valid 6. Exemplifying 3 0,709 0,2006 Valid 7. Classifying 1 0,485 0,2006 Valid 8. Classifying 2 0,536 0,2006 Valid 9. Classifying 3 0,454 0,2006 Valid 10. Inferring 1 0,531 0,2006 Valid 11. Inferring 2 0,768 0,2006 Valid 12. Inferring 3 0,569 0,2006 Valid 13. Comparing 1 0,574 0,2006 Valid 14. Comparing 2 0,460 0,2006 Valid 15. Comparing 3 0,707 0,2006 Valid 16. Explaning 1 0,730 0,2006 Valid 17. Explaning 1 0,547 0,2006 Valid 18. Explaning 1 0,681 0,2006 Valid Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data diolah) Dari tabel diatas dapat dilihat nilai rr hiiiiiiiiii pada kolom Corrected Item- Total Correlation lebih besar dan positif dibandingkan dengan nilai rr tttttttttt sebesar 0,2006 dengan alpha 0,05, dan dapat disimpulkan bahwa indikator dari setiap variabel dinyatakan valid.

4.4.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana indikator dari variabel dapat dipercaya atau diandalkan. Uji statistik yang digunakan dalam mengukur reliabilitas adalah Cornbach s Alpha > 0,60. Adapun hasil pengujian reliabilitas pada tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas No. Indikator N of Item Cronbach s Keterangan Alpha 1. Interpreting 3 0,773 Reliabel 2. Exemplifying 3 0,886 Reliabel 3. Classifying 3 0,669 Reliabel 4. Inferring 3 0,777 Reliabel 5. Comparing 3 0,744 Reliabel 6. Explaning 3 0,802 Reliabel Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masing-masing variabel memiliki nilai Cronbach s Alpha lebih besar dari 0,60 (α >0,60), dan dapat disimpulkan masing-masing variabel dinyatakan reliabel. 4.5 Gambaran Umum Responden Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh gambaran umum sampel penelitan. Adapun gambaran umum dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-laki 46 47,9 Perempuan 57 59,1 Total 96 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 46 orang (47,9%) dan responden jenis kelamin perempuan sebanyak 57 orang (59,1%). Berdasarkan keterangan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna pembayaran non tunai PNS di Kabupaten Serdang Bedagai yang menjadi responden adalah perempuan. Hal ini dikarenakan karena perempuan lebih baik dari laki-laki dalam melakukan banyak tugas atau multitasking. Hasil tersebut didukung oleh sebuah percobaan yang dilakukan oleh Stoet dan Laws terhadap sekelompok laki-laki dan perempuan tentang multitasking, secara keseluruhan dari percobaan mereka menyimpulkan bahwa perempuan mempunyai keunggulan lebih dari laki-laki dalam hal multitasking, atau setidaknya dalam situasi tertentu, (Cable News Network Indonesia, 2014). Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah Persentase (%) 21-30 Tahun 19 19,8 31-40 Tahun 64 66,7 41-50 Tahun 8 8,3 >50 Tahun 5 5,2 Total 96 100 Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Dari keterangan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa usia responden berkisar antara 21-30 tahun sebanyak 19 orang (19,8%), usia antara 31-40 tahun sebanyak 64 orang (66,7%), usia antara 41-50 tahun sebanyak 8 orang (8,3%) dan usia diatas 50 tahun sebanyak 5 orang (5,2%). Dapat diketahui bahwa usia responden paling banyak berkisar antara usia 31-40 tahun yang tergolong usia muda yang memiliki peluang tinggi terhadap sistem pembayaran non tunai. Hal ini dikarenakan kelompok usia muda cenderung lebih mudah menerima dan

beradaptasi dengan produk-produk baru sehingga keinginan mencoba sangat tinggi. Tabel 4.5 Karekateristik Responden Berdarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Jumlah Persentase (%) SMA/SMK Sederajat 8 8,3 Diploma 11 11,5 S1 (Sarjana) 63 65,6 S2 (Pasca Sarjana) 14 14,6 Total 96 100 Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah) Dari keterangan pada tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengguna pembayaran non tunai PNS di Kabupaten Serdang Bedagai yang menjadi responden terdiri dari SMA/SMK Sederajat sebanyak 8 orang (8,3%), Diploma sebanyak 11 oarang (11,5%), S1 (Sarjana) sebanyak 63 oarang (65,6%) dan S2 (Pasca sarjana) sebanyak 14 orang (14,6%). Selain data yang diperoleh dari tabel 4.5, penulis juga melakukan crostabulation untuk mengetahui juga gambaran hubungan antara pendidikan dengan tingkat pemahaman responden. Berikut ini adalah crosstabulation pendidikan dengan tingkat pemhaman indikator interpreting1 Tabel 4.6 Crosstabulation Jenis Kelamin dengan interpreting 1 Pendidikan * INTERPRETING1 Crosstabulation INTERPRETING1 CP P SP Total pendidikan DIII Count 2 3 6 11 % of Total 2.1% 3.1% 6.3% 11.5% S1 Count 3 42 18 63 % of Total 3.1% 43.8% 18.8% 65.6% S2 Count 1 9 4 14

% of Total 1.0% 9.4% 4.2% 14.6% SMA Count 0 4 4 8 % of Total 0.0% 4.2% 4.2% 8.3% Total Count 6 58 32 96 % of Total 6.3% 60.4% 33.3% 100.0% Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah) Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden paling banyak berada pada tingkat pendidikan Sarjana (S1) dimana tingkat pemahaman responden paling banyak berda pada tingkat paham sebanyak 42 orang, urutan kedua berada pada tingkat sangat paham sebanyak 18 orang dan yang terakhir berada pada tingkat cukup paham sebanyak 3 orang. Pada tingkat pendidikan SMA tingkat pemahaman responden seimbang antara tingkat pemahaman paham dan sangat paham yaitu masing-masing sebanyak 4 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan PNS dengan tingkat pemahaman PNS tentang sistem pembayaran non tunai karena antara tingkat pemahaman dengan tingkat pendidikan PNS tidak menujukkan ada perbedaan yang berarti. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman PNS dikabupaten serdang bedagai seperti usia, dan sumber informasi pembayaran non tunai. Tabel 4.7 Karakter Responden Berdasarkan Asal SKPD (Satuan Kerja Pegawai Daerah) SKPD Jumlah Persentase (%) Badan Perencanan Daerah 3 3,1 Badan Kepegawaian Daerah 8 8,3 Badan Pendapatan Daerah 6 6,3 Badan Pengelola Keuangan dan Aset 4 4,2 Dinas Kependuduka n dan Pencatatn Sipil 14 14,6 Dinas Kesehatan 10 10,4 Dinas Perhubungan 5 5,2

Dinas Komunikasi dan Informasi 4 4,2 Dinas Lingkungan Hidup 7 7,3 Dinas Pemuda, Olahraga dan Budaya 4 4,2 Dinas Pekerjaan Umum dan Penata Ruang 7 7,3 Dinas Satuan Polisi Pamong Praja 5 5,2 Sekretariat Daerah 19 19,8 Total 96 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Dari keterangan pada tabel diatas menunjukkan bahwa responden paling banyak berasal dari Sekretariat Daerah sebanyak 19 orang (19,8%) dan sisa dari responden tersebut berasal dari Badan Perencanaan Daerah sebanyak 3 orang (3,1%), Badan Kepegawaian daerah sebanyak 8 orang, Badan Pendapatan Daerah 6 orang (6,3%), Badan Pengelola Keuangan dan Aset sebanyak 4 orang (4,2%), Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebanyak 14 orang (14,6%), Dinas Kesehatan sebanyak 10 orang (10,4%), Dinas Perhubungan sebanyak 5 orang (5,2%), Dinas Komunikasi dan Informasi sebanyak 4 orang (4,2%), Dinas Lingkungan Hidup sebanyak 7 orang (7,3%), Dinas Pemuda, Olahraga dan Budaya sebanyak 4 orang (4,2%), Dinas Pekerjaan Umum dan Penata Ruang sebanyak 7 orang (7,3%) dan Dinas Satuan Polisi Pamong Praja sebanyak 5 orang (5,2%). Selain data yang diperoleh dari tabel 4.7, penulis melakukan crosstabulation untuk mengetahui juga gambaran hubungan antara asal SKPD responden dengan tingkat pendidiakan responden. Berikut adalah crosstabulation tempat bertugas responden dengan tingkat pendidikan responden Tabel 4.8 Crosstabulation Asal SKPD dengan Tingkat Pendidikan SKPD * PENDIDIKAN Crosstabulation PENDIDIKAN Total

DIII S1 S2 SMA SKPD BAPPEDA Count 0 1 1 1 3 % of Total 0.0% 1.0% 1.0% 1.0% 3.1% BKD Count 0 7 0 1 8 % of Total 0.0% 7.3% 0.0% 1.0% 8.3% BPD Count 0 4 0 2 6 % of Total 0.0% 4.2% 0.0% 2.1% 6.3% BPKA Count 0 3 1 0 4 % of Total 0.0% 3.1% 1.0% 0.0% 4.2% DISDUKCAPIL Count 2 9 2 1 14 % of Total 2.1% 9.4% 2.1% 1.0% 14.6% DINKES Count 2 3 4 1 10 % of Total 2.1% 3.1% 4.2% 1.0% 10.4% DISHUB Count 0 4 1 0 5 % of Total 0.0% 4.2% 1.0% 0.0% 5.2% KOMINFO Count 0 4 0 0 4 % of Total 0.0% 4.2% 0.0% 0.0% 4.2% LINGKUNGAN Count 1 5 1 0 7 HIDUP % of Total 1.0% 5.2% 1.0% 0.0% 7.3% DISPORBUD Count 0 3 0 1 4 % of Total 0.0% 3.1% 0.0% 1.0% 4.2% PUPR Count 0 5 2 0 7 % of Total 0.0% 5.2% 2.1% 0.0% 7.3% SATPOL Count 3 2 0 0 5 % of Total 3.1% 2.1% 0.0% 0.0% 5.2% SEKRETARIAT Count 3 13 2 1 19 % of Total 3.1% 13.5% 2.1% 1.0% 19.8% Total Count 11 63 14 8 96 % of Total 11.5% 65.6% 14.6% 8.3% 100.0% Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Dari tabel 4.8 diketahui responden sebanyak 96 orang, yang paling banyak dominan pada tingkat pendidikan Sarjana. Berdasarkan asal SKPD responden diketahui lebih banyak responden berasal dari Sekretariat Daerah. Dilihat dari persentase Sekretariat Daerah pada tingkat pendidikan SMA sebesar 1,0%, pada tingkat pendidikan DIII sebesar 3,1%, pada tingkat pendidikan S1 sebesar 13,5% dan pada tingkat pendidikan S2 sebesar 2,1%.

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarakan Pangkat/Golongan Pangkat/Golongan Jumlah Persentase (%) Pengatur Muda Tingkat I/ IIb 5 3,5 Pengatur / IIc 11 7,8 Pengatur Tingkat I / IId 3 2,1 Penata Muda / IIIa 39 27,7 Penata Muda Tingkat I / IIIb 17 12,1 Penata / IIIc 11 7,8 Penata Tingkat I / IIId 7 5,0 Pembina / Iva 3 2,1 Total 96 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Dari keterangan pada tabel diatas menujukkan bahwa pangkat/golongan PNS pengguna pembayaran non tunai di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari Pengatur Muda Tingkat I/ IIb sebanyak 5 orang (3,5%), Pengatur/IIc sebanyak 11 orang (7,8%), Pengatur Tingkat I / IId sebanyak 3 orang (2,1%), Penata Muda / IIIa sebanyak 39 orang (27,7%), Penata Muda Tingkat I / IIIb sebanyak 17 orang (12,1%), Penata / IIIc sebanyak 11 orang (7,8%), Penata Tingkat I / IIId sebanyak 7 orang (5,0%) dan Pembina / Iva sebanyak 3 orang (2,1%). %). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PNS terbanyak berdasarkan pangkat/golongan adalah Penata muda/iiia. Hal ini dikarenakan setiap pegawai yang dilantik atau diputuskan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), diberikan golongan dan pangkat sesuai dengan tingkat pendidikan yang diakui sebagaimana tingkat pendidikan PNS yang menjadi responden adalah lulusan sarjana (S1) maka golongan dan pangkatnya adalah Penata Muda/IIIa. Selain itu diperoleh dari tabel 4.9, penulis melalukukan crosstabulation untuk mengetahui juga gambaran hubungan antara asal SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Daerah) dengan pangkat/golongan. Berikut adalah crostabulation asal SKPD dengan tingkat pendidikan responden. Tabel 4.10 Crosstabulation Asal SKPD dengan Pangkat/Golongan SKPD * PANGKAT Crosstabulation PANGKAT IIB IIC IID IIIA IIIB IIIC IIID IVA Total SKPD BAPPEDA Count 0 1 0 1 0 1 0 0 3 % of Total 0.0% 1.0% 0.0% 1.0% 0.0% 1.0% 0.0% 0.0% 3.1% BKD Count 1 0 0 6 1 0 0 0 8 % of Total 1.0% 0.0% 0.0% 6.3% 1.0% 0.0% 0.0% 0.0% 8.3% BPD Count 2 0 0 2 2 0 0 0 6 % of Total 2.1% 0.0% 0.0% 2.1% 2.1% 0.0% 0.0% 0.0% 6.3% BPKA Count 0 0 0 3 1 0 0 0 4 % of Total 0.0% 0.0% 0.0% 3.1% 1.0% 0.0% 0.0% 0.0% 4.2% DISDUKCAPIL Count 1 2 0 2 4 2 0 3 14 % of Total 1.0% 2.1% 0.0% 2.1% 4.2% 2.1% 0.0% 3.1% 14.6% DINKES Count 1 1 0 2 3 1 2 0 10 % of Total 1.0% 1.0% 0.0% 2.1% 3.1% 1.0% 2.1% 0.0% 10.4% DISHUB Count 0 1 0 2 0 1 1 0 5 % of Total 0.0% 1.0% 0.0% 2.1% 0.0% 1.0% 1.0% 0.0% 5.2% KOMINFO Count 0 0 0 1 2 1 0 0 4 % of Total 0.0% 0.0% 0.0% 1.0% 2.1% 1.0% 0.0% 0.0% 4.2% LINGKUNGAN Count 0 1 0 5 0 1 0 0 7 HIDUP % of Total 0.0% 1.0% 0.0% 5.2% 0.0% 1.0% 0.0% 0.0% 7.3% DISPORBUD Count 0 1 0 2 1 0 0 0 4 % of Total 0.0% 1.0% 0.0% 2.1% 1.0% 0.0% 0.0% 0.0% 4.2% PUPR Count 0 0 0 4 1 2 0 0 7 % of Total 0.0% 0.0% 0.0% 4.2% 1.0% 2.1% 0.0% 0.0% 7.3% SATPOL Count 0 3 1 1 0 0 0 0 5 % of Total 0.0% 3.1% 1.0% 1.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 5.2% SEKRETARIAT Count 0 1 2 8 2 2 4 0 19 % of Total 0.0% 1.0% 2.1% 8.3% 2.1% 2.1% 4.2% 0.0% 19.8% Total Count 5 11 3 39 17 11 7 3 96 % of Total 5.2% Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) 11.5 % 3.1% 40.6 % 17.7 % 11.5 % 7.3% 3.1% Dari tabel 4.10 diketahui responden sebanyak 96 orang, yang paling dominan dari golongan IIIa sebanyak 39 orang dan berdasarkan asal SKPD diketahui lebih banyak responden berasal dari Sekretariat Daerah sebanyak 19 orang. Dilihat dari persentase pada Sekretariat Daerah pada tingkat 100.0 %

pangkat/golongan IIb 0%, pada tingkat IIc 1,0%, pada tingkat IId 2,1%, pada tingkat IIIa 8,3% pada tingkat IIIb 2,1%, pada tingkat IIIc 2,1%, pada tingkat IIId 4,2% dan tingkat IVa 0%. Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pembayaran Non Tunai yang Digunakan Jenis Pembayaran Jumlah Persentase (%) ATM atau Kartu Kredit 81 84,4 E-Money 3 3,1 Cek 2 2,1 Lainnya 10 10,4 Total 96 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Dari keterangan pada tabel diatas menunjukkan bahwa jenis pembayaran non tunai yang digunakan PNS di Kabupaten Serdang Bedagai yang menjadi responden, paling banyak menggunakan ATM atau Kartu kredit dengan jumlah 81 orang (84,4%), hal ini karena ketika PNS membuka tabungan baru hampir selalu diberikan fasilitas kartu ATM. Penggunaan e-money berjumlah 3 orang (3,1%) dan tergolong kecil. Hal ini wajar karena di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai belum banyak merchant yang menyediakan fasilitas e-money. Penggunaan cek berjumlah 2 orang (2,15%) dan jenis non tunai laiinya berjumlah 10 orang (10,4%). Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Penggunaan/Kepemilikan Lama Penggunaan Jumlah Persentase (%) < 1 Tahun 8 8,3 1,1 Tahun 3 Tahun 7 7,3 3,1 Tahun 5 tahun 20 20,8 >5 Tahun 61 63,5 Total 96 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Dari keterangan pada tabel diatas menunjukkan bahwa lama penggunaan/ kepemilikan penggunaan pembayaran non tunai PNS di Kabupaten Serdang Bedagai yang menjadi responden, paling banyak >5 tahun berjumlah 61 orang (8,3%), lama penggunaan 1 tahun 3 tahun berjumlah 7 orang (7,3%), lama penggunaan 3,1 tahun 5 tahun berjumlah 20 orang (20,8%) dan lama penggunaan <1 tahun berjumlah 8 orang (8,3%). Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Banyak Jenis Kartu Elektronik Banyak Jenis Kartu Jumlah Persentase (%) 1 20 20,8 2 35 36,5 3 22 22,9 >3 19 19,8 Total 96 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Dari keterangan pada tabel diatas menujukkan bahwa banyak jenis kartu pembayaran non tunai yang dimiliki PNS di Kabupaten Serdang Bedagai yang menjadi responden paling banyak 2 jenis berjumlah 35 orang (36,5%), memiliki 3 jenis kartu berjumlah 22 orang (22,9%) dan memiliki >3 jenis kartu berjumlah 19 orang (19,8%). Tabel 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Seberapa Sering Penggunaan Kartu dalam Sebulan Penggunaan Kartu Jumlah Persentase (%) Sangat Sering (>5 kali) 19 19,8 Sering (2-5 kali) 53 55,2 Kadang-kadang (1 kali) 21 21,9 Tidak Pernah 3 3,1 Total 96 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Dari keterangan pada tabel diatas menujukkan bahwa PNS pengguna pembayaran non tunai di Kabupaten Serdang Bedagai yang menjadi reponden lebih memilih sering (2-5 kali) menggunakan pembayaran non tunai dalam sebulan sebanyak 53 orang (55,2%), disusul Kadang-kadang (1 kali) sebanyak 21 orang, memilih Sangat Sering (2-5 kali) sebanyak 19 orang (19,8%) dan yang paling sedikit memilih tidak pernah menggunakan pembayaran non tunai dalam sebulan sebanyak 3 orang (3,1%). Tabel 4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Aplikasi Penggunaan Kartu Aplikasi Penggunaan Jumlah Persentase (%) Transfer 20 20,8 Pembayaran Tagihan 9 9,4 Cek Saldo 0 0 Penarikan Tunai 40 41,7 Belanja 15 15,6 Semua Benar 12 12,5 Total 96 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Dari keterangan tabel diatas menujukkan bahwa PNS di Kabupaten Serdang Bedagai yang menjadi responden lebih sering menggunakan pembayaran non tunai untuk penarikan tunai sebanyak 40 orang (41,7%), kemudian responden yang menggunakan untuk transfer sebanyak 20 orang (20,8%), untuk belanja sebanyak 15 orang (15,6%), kemudian disusul masyarakat yang hampir menggunakan semua aplikasi penggunaan seperti (transfer, pembayaran tagihan, penarikan tunai, cek saldo, dan penggunaan transaksi lainnya) sebanyak 12 orang (12,5%), Pembayaran tagihan 9 orang (9,4%) dan tidak ada PNS yang hanya menggunakan non tunai untuk cek saldo.

Tabel 4.16 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Mengetahui Informasi Penggunaan Non Tunai Sumber Informasi Jumlah Persentase (%) Bank/ Lembaga Keuangan 59 61,5 Sales di Pusat Perbelanjaan 6 6,3 Internet/Sosial Media 9 9,4 Televisi/Radio 6 6,3 Keluarga/Teman 16 16,7 Total 96 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Dari keterangan tabel diatas menujukkan bahwa PNS di Kabupaten Serdang Bedagai yang menjadi responden mengetahui informasi penggunaan sistem pembayaran non tunai pada urutan pertama adalah dari Bank/Lembaga Keuangan sebanyak 59 orang (61,5%). Hal ini karena ketika responden membuka rekening bank selalu diberikan informasi tentang penggunaan ATM sebagai salah satu instrument pembayaran non tunai. Urutan kedua responden memperoleh informasi dari keluarga/teman sebanyak 16 orang (16,7%). Hal ini menjukkan bahwa orang terdekat efektif dalam penyampaian informasi tentang intrumen pembayaran non tunai. Apabila ada salah satu anggota keluarga yang akan menggunakan instrument non tunai maka ia akan mengajak anggota keluarga lainnya dan menerangkan kelebihan transaksi non tunai. Media internet/sosial media berada pada urutan ketiga sebanyak 9 orang (9,4%) sebagai sumber informasi intrumen pembayaran non tunai kemudian urutan keempat dari Sales di Pusat Perbelanjaan sebanyak 6 orang (6,3%) dan dari televisi/radio sebanyak 6 orang.

4.6 Pembahasan 1. Metode Deskriptif Pemahaman Indikator Interpreting (Interpretasi) Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang pemahaman mengenai variabel interpreting (interpretasi) maka penulis menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.16 Tabel 4.17 Gambaran Pemahaman Mengenai Indikator Interpreting No. Pernyataan STP TP CP P SP Total % % % % % % 1. Pembayaran non tunai dapat dilakukan dengan menggunakan kartu sebagai alat pembayaran (misalnya ATM, kartu debit, dan kartu kredit) 2. Pembayaran non tunai dapat dilakukan melalui sistem eletronik (e-money / e- payment) 3. Pembayaran non tunai juga dapat dilakukan melalui Internet Bangking/SMS Bangking/Phone Bangking Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) 0 0 6,3 60,4 33,3 100 0 11,5 9,4 54,2 25,0 100 1,0 6,3 3,1 63,5 26,0 100 1. Pernyataan 1 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel interpreting maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 32 orang menjawab SP = 32 5 = 160 Jumlah skor untuk 58 orang menjawab P = 58 4 = 232 Jumlah skor untuk 6 orang menjawab CP = 6 3 = 18 Jumlah skor untuk - orang menjawab TP = 0

Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 410 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisis variabel interpreting ialah (410 : 480) 100% = 85,42%. STP TP CP P SP 96 192 288 384 410 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 410 terletak pada daerah Sangat Paham (SP). Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 33,3% menyatakan sangat paham, 60,4% menyatakan paham, 6,3% menyatakan cukup paham, 0% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 2. Pernyataan 2 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel interpreting maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 24 orang menjawab SP = 24 5 = 120 Jumlah skor untuk 52 orang menjawab P = 52 4 = 208 Jumlah skor untuk 9 orang menjawab CP = 9 3 = 27 Jumlah skor untuk 11 orang menjawab TP = 11 3 = 33

Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 388 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisis variabel interpreting ialah (388 : 480) 100% = 80,43%. STP TP CP P SP 96 192 288 384388 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 388 terletak pada daerah Sangat Paham (SP). Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 25,0% menyatakan sangat paham, 54,2% menyatakan paham, 9,4% menyatakan cukup paham, 11,5% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 3. Pernyataan 3 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel interpreting maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 25 orang menjawab SP = 25 5 = 125 Jumlah skor untuk 61 orang menjawab P = 61 4 = 244 Jumlah skor untuk 3 orang menjawab CP = 3 3 = 9 Jumlah skor untuk 6 orang menjawab TP = 6 3 = 18

Jumlah skor untuk 1 orang menjawab STP = 1 3 = 3 Jumlah Total = 399 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisis variabel interpreting ialah (399 : 480) 100% = 83,13%. STP TP CP P SP 96 192 288 384 399 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 399 terletak pada daerah Sangat Paham (SP). Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 26,0% menyatakan sangat paham, 63,5% menyatakan paham, 3,1% menyatakan cukup paham, 6,3,5% menyatakan tidak paham dan 1,0% menyatakan sangat tidak paham. Pemahaman PNS terhadap Indikator Interpreting dapat juga dijelaskan melalui crosstabulation untuk mengetahui gambaran hubungan antara jenis kelamin dengan pernytaan interpreting 1 dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.18 Crosstabulation Jenis Kelamin dengan Interpreting1 JK * ITERPRETING Crosstabulation ITERPRETING CP P SP Total JK L Count 2 23 21 46 % of Total 2.1% 24.0% 21.9% 47.9%

P Count 4 35 11 50 % of Total 4.2% 36.5% 11.5% 52.1% Total Count 6 58 32 96 % of Total 6.3% 60.4% 33.3% 100.0% Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) Dari tabel 4.18 diperoleh hasil crosstabulation jenis kelamin dengan jawaban responden terhadap indikator Interpreting1 dimana perempuan lebih banyak memahami tentang indikator interpreting1 yaitu sebanyak 50 orang dengan tingkat pemahaman paham sebesar 36,5%, cukup paham sebesar 4,2% dan tingkat sangat paham sebesar 11,5%. Hal ini dikarenakan perempuan lebih multitasking daripada laki-laki. 2. Metode Deskriptif Pemahaman Indikator Exemplifing (Memberikan Contoh) Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang pemahaman mengenai variabel exemplifing (memberikan contoh) maka penulis menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.19 Tabel 4.19 Gambaran Pemahaman Mengenai Indikator exemplifying No. Pernyataan STP TP CP P SP Total % % % % % % 1. Saya dapat memberikan contoh kegunaan kartu kedit antara lain sebagai alat pembayaran belanja, pembayaran tiket pesawat, pembayaran hotel dll. 2. Saya dapat memberikan contoh kegunaan internet bangking antra lain pembayaran tagihan kartu kredit, telepon, listrik dll. 0 15,6 15,6 44,8 24,0 100 0 15,6 18,8 46,9 18,8 100

3. Saya dapat memberikan contoh resiko pembayaran non tunai dengan kartu antara lain kartu digunakan oleh orang lain karena kelalaian dalam penyimpanan kartu dan PIN Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) 0 18,8 18,8 46,9 15,6 100 1. Pernyataan 1 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel exemplifying maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 23 orang menjawab SP = 23 5 = 115 Jumlah skor untuk 43 orang menjawab P = 43 4 = 172 Jumlah skor untuk 15 orang menjawab CP = 15 3 = 45 Jumlah skor untuk 15 orang menjawab TP = 15 2 = 30 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 362 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisis variabel exemplifying ialah (362 : 480) 100% = 75,42%. STP TP CP P SP 96 192 288 362 384 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 362 terletak pada daerah Paham (P).

Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 24,0% menyatakan sangat paham, 44,8% menyatakan paham, 15,6% menyatakan cukup paham, 15,6% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 2. Pernyataan 2 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel exemplifying maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 18 orang menjawab SP = 18 5 = 90 Jumlah skor untuk 45 orang menjawab P = 45 4 = 180 Jumlah skor untuk 18 orang menjawab CP = 18 3 = 54 Jumlah skor untuk 15 orang menjawab TP = 15 2 = 30 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 354 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisis variabel interpreting ialah (354 : 480) 100% = 73,75%. STP TP CP P SP 96 192 288 354 384 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 354 terletak pada daerah Paham (P).

Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 18,8% menyatakan sangat paham, 46,9% menyatakan paham, 18,8% menyatakan cukup paham, 15,6% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 3. Pernyataan 3 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel exemplifying maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 15 orang menjawab SP = 15 5 = 75 Jumlah skor untuk 45 orang menjawab P = 45 4 = 180 Jumlah skor untuk 18 orang menjawab CP = 18 3 = 54 Jumlah skor untuk 18 orang menjawab TP = 18 3 = 54 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 363 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisis variabel exemplifing ialah (363 : 480) 100% = 75,63%. STP TP CP P SP 96 192 288 363 384 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 363 terletak pada daerah Paham (P).

Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 15,6% menyatakan sangat paham, 46,9% menyatakan paham, 18,8% menyatakan cukup paham, 18,8% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 3. Metode Deskriptif Pemahaman Indikator Classifying (Mengklasifikasikan) Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang pemahaman mengenai variabel classifying (mengklasifikasikan) maka penulis menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.20 Tabel 4.20 Gambaran Pemahaman Mengenai Indikator Classifying No. Pernyataan STP TP CP P SP Total % % % % % % 1. Dengan menggunakan ATM saya tidak perlu datang ke bank untuk melakukan transaksi non tunai 2. Kartu E-money dapat digunakan untuk pembayaran tol, transportasi dll 3. Cek adalah salah satu alat pembayaran non tunai yang juga bisa berguna sebagai surat perintah untuk menarik atau mengambil uang di rekening sebuah bank. Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) 0 3,1 8,3 56,3 32,3 100 0 15,8 12,5 52,1 16,7 100 0 5,2 25,0 49,0 20,8 100 1. Pernyataan 1 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel classifying maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 31 orang menjawab SP = 31 5 = 155

Jumlah skor untuk 54 orang menjawab P = 54 4 = 216 Jumlah skor untuk 8 orang menjawab CP = 8 3 = 24 Jumlah skor untuk 3 orang menjawab TP = 3 2 = 6 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 401 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisis variabel classifying ialah (401 : 480) 100% = 83,54%. STP TP CP P SP 96 192 288 384 401 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 401 terletak pada daerah Sangat Paham (SP). Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 32,3% menyatakan sangat paham, 56,3% menyatakan menyatakan paham, 8,3% menyatakan cukup paham, 3,1% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 2. Pernyataan 2 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel classifying maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 16 orang menjawab SP = 16 5 = 80

Jumlah skor untuk 50 orang menjawab P = 50 4 = 200 Jumlah skor untuk 12 orang menjawab CP = 12 3 = 36 Jumlah skor untuk 18 orang menjawab TP = 18 2 = 36 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 352 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisis variabel classifying ialah (352 : 480) 100% = 73,33%. STP TP CP P SP 96 192 288 352 384 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 352 terletak pada daerah Paham (P). Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 16,7% menyatakan sangat paham, 52,1% menyatakan paham, 12,5% menyatakan cukup paham, 18,8% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 3. Pernyataan 3 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel classifying maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 20 orang menjawab SP = 20 5 = 100

Jumlah skor untuk 47 orang menjawab P = 47 4 = 188 Jumlah skor untuk 24 orang menjawab CP = 24 3 = 72 Jumlah skor untuk 5 orang menjawab TP = 5 3 = 15 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 375 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisis variabel classifying ialah (375 : 480) 100% = 78,13%. STP TP CP P SP 96 192 288 375 384 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 375 terletak pada daerah Paham (P). Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 20,8% menyatakan sangat paham, 49,0% menyatakan paham, 25,0% menyatakan cukup paham, 5,2% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 4. Metode Deskriptif Pemahaman Indikator Infering (Menyimpulkan) Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang pemahaman mengenai variabel infering (menyimpulkan) maka penulis menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.21

Tabel 4.21 Gambaran Pemahaman Mengenai Indikator Infering No. Pernyataan STP TP CP P SP Total % % % % % % 1. Sistem pembayaran non tunai memberi kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi pembayaran tanpa perlu membawa uang tunai 2. Pembayaran non tunai dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja karena hanya menggunakan teknologi dalam pembayarannya. 3. Sistem pembayaran non tunai bersifat trasparan karena setiap transaksi non tunai yang dilakukan terekam dan tercatat oleh sistem perbankan Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) 0 3,1 8,3 56,3 32,3 100 0 15,8 12,5 52,1 16,7 100 0 5,2 25,0 49,0 20,8 100 1. Pernyataan 1 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel classification maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 38 orang menjawab SP = 38 5 = 190 Jumlah skor untuk 44 orang menjawab P = 44 4 = 176 Jumlah skor untuk 12 orang menjawab CP = 12 3 = 36 Jumlah skor untuk 2 orang menjawab TP = 2 2 = 4 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 406 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai

berdasarkan analisis variabel exemplifying ialah (406 : 480) 100% = 84,58%. STP TP CP P SP 96 192 288 384 406 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 406 terletak pada daerah Sangat Paham (SP). Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 39,6% menyatakan sangat paham, 45,8% menyatakan menyatakan paham, 12,5% menyatakan cukup paham, 2,1% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 2. Pernyataan 2 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel infering maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 30 orang menjawab SP = 30 5 = 150 Jumlah skor untuk 50 orang menjawab P = 50 4 = 200 Jumlah skor untuk 14 orang menjawab CP = 14 3 = 42 Jumlah skor untuk 2 orang menjawab TP = 2 2 = 4 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 396 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai

berdasarkan analisis variabel classification ialah (396 : 480) 100% = 82,5%. STP TP CP P SP 96 192 288 384 396 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 396 terletak pada daerah Sangat Paham (SP). Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 31,3% menyatakan sangat paham, 52,1% menyatakan paham, 14,6% menyatakan cukup paham, 2,1% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 3. Pernyataan 3 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel infering maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 25 orang menjawab SP = 25 5 = 125 Jumlah skor untuk 53 orang menjawab P = 53 4 = 212 Jumlah skor untuk 15 orang menjawab CP = 15 3 = 45 Jumlah skor untuk 3 orang menjawab TP = 3 3 = 9 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 391 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai

berdasarkan analisis variabel classification ialah (391 : 480) 100% = 81,46%. STP TP CP P SP 96 192 288 384 391 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 391 terletak pada daerah Sangat Paham (SP). Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 26,0% menyatakan sangat paham, 55,2% menyatakan paham, 15,6% menyatakan cukup paham, 3,1% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 5. Metode Deskrifptif Pemahaman Indikator Comparing (Membandingkan) Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang pemahaman mengenai variabel comparing (membandingkan) maka penulis menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.22 Tabel 4.22 Gambaran Pemahaman Mengenai Indikator comparing No. Pernyataan STP TP CP P SP Total % % % % % % 1. Batas (limit) transaksi Kartu Debit dan kartu ATM tergantung jenis kartu yang saya miliki 2. Pada kartu debit tarik tunai yang dilakukan di ATM bank penerbit tidak dikenakan biaya sedangkan pada kartu kredit transaksi tarik tunai di ATM dikenakan biaya penarikan 0 5,2 20,8 46,9 27,1 100 0 15,6 26,0 39,6 18,8 100

3. Apabila digunakan untuk bertransaksi di mesin ATM, maka kartu tersebut dikenal sebagai kartu ATM. Namun apabila digunakan untuk transaksi pembayaran dan pembelanjaan non tunai dengan menggunakan mesin EDC (electronic data capture), maka kartu tersebut dikenal sebagai kartu debit. Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah) 0 20,8 21,9 39,6 17,7 100 1. Pernyataan 1 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel comparing maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 26 orang menjawab SP = 26 5 = 130 Jumlah skor untuk 45 orang menjawab P = 45 4 = 180 Jumlah skor untuk 20 orang menjawab CP = 20 3 = 60 Jumlah skor untuk 5 orang menjawab TP = 5 2 = 10 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 380 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisi variabel comparing ialah (380 : 480) 100% = 79,17%. STP TP CP P SP 96 192 288 380 384 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 380 terletak pada daerah Paham (P).

Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 27,1% menyatakan sangat paham, 46,9% menyatakan menyatakan paham, 20,8% menyatakan cukup paham, 5,2% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 2. Pernyataan 2 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdsarkan data gambaran pemahaman variabel comparing maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 18 orang menjawab SP = 18 5 = 90 Jumlah skor untuk 38 orang menjawab P = 38 4 = 152 Jumlah skor untuk 25 orang menjawab CP = 25 3 = 75 Jumlah skor untuk15 orang menjawab TP = 15 2 = 30 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 347 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisis variabel comparing ialah (347 : 480) 100% = 72,30%. STP TP CP P SP 96 192 288 347 384 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 347 terletak pada daerah Paham (P).

Bila didasarkan pada kelompok responden, maka diketahui bahwa PNS sebanyak 18,8% menyatakan sangat paham, 39,6% menyatakan paham, 26,0% menyatakan cukup paham, 15,6% menyatakan tidak paham dan 0% menyatakan sangat tidak paham. 3. Pernyataan 3 Instrument penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran pemahaman variabel comparing maka analisisnya adalah : Jumlah skor untuk 17 orang menjawab SP = 17 5 = 85 Jumlah skor untuk 38 orang menjawab P = 38 4 =152 Jumlah skor untuk 21 orang menjawab CP = 21 3 = 63 Jumlah skor untuk 20 orang menjawab TP = 20 3 = 60 Jumlah skor untuk - orang menjawab STP = 0 Jumlah Total = 360 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 5 96 = 480 (SP). Jumlah skor terendah = 1 96 = 96 (STP). Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat pemahaman terhadap sistem pembayaran non tunai berdasarkan analisi variabel classification ialah (360 : 480) 100% = 75%. STP TP CP P SP 96 192 288 360384 480 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 96 responden maka data 360 terletak pada daerah Paham (P).