Aplikasi Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian di Kabupaten Boyolali Menggunakan Location Quotient Artikel Ilmiah Peneliti : Wempi Agung Septiantoro (672009060) Dr. Sri Yulianto J. P., S.Si., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga April 2016 1
Aplikasi Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian di Kabupaten Boyolali Menggunakan Location Quotient Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer Peneliti : Wempi Agung Septiantoro (672009060) Dr. Sri Yulianto J. P., S.Si., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga April 2016 2
Lembar Pernyataan Tidak Plagiat 3
Lembar Pernyataan Persetujuan Akses 4
Lembar Persetujuan 5
Lembar Pengesahan 6
Aplikasi Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian di Kabupaten Boyolali Menggunakan Location Quotient 1) Wempi Agung Septiantoro, 2) Sri Yulianto J. P. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponogoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Email: 1) 672009060@student.uksw.edu, 2) sriyulianto@gmail.com Abstract The availability of vast agricultural land is the element of wide range agricultural product s diversity. By the support of technology, society is able to specify the superior commodities based on the agricultural product. There are more methods of superior commodities identification, one is Location Quotient. Location Quotient method is used to determine agriculture of superior commodities. This research uses wide of agriculture harvestating area or cattle population series data for five years period (2009-2013) from Central Bureau of Statistic Boyolali Regency. The result use MapServer to presented map information agriculture of superior commodities 19 sub-districts of Boyolali Regency. Keywords: Superior Commodities, Location Quotient, MapServer Abstrak Ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas menjadi faktor keanekaragaaman hasil pertanian. Dengan didukung teknologi yang tersedia masyarakat dapat menentukan komoditas unggulan dari hasil pertanian tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan komoditas unggulan pertanian, salah satunya adalah metode Location Quotient. Metode Location Quotient digunakan untuk menentukan komoditas unggulan pertanian. Pada penelitian ini menggunakan rentetan data produksi pertanian atau populasi peternakan selama lima tahun periode (2009-2013) dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali. Hasil dari sistem menggunakan MapServer berupa peta komoditas unggulan berdasarkan subkomoditas dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Kata Kunci: Komoditas Unggulan, Location Quotient, MapServer 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana 7
1. Pendahuluan Perkembangan teknologi yang semakin maju berdampak juga terhadap perkembangan teknologi yang digunakan masyarakat. Masyarakat saat ini membutuhkan teknologi yang dapat membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. Dalam rangka mendukung untuk pemanfaatan potensi ekonomi, masyarakat memerlukan adanya informasi tentang komoditas unggulan di daerahnya masing-masing. Dengan bertujuan agar pertumbuhan tanaman di daerah tersebut maksimal. Salah satu cara agar informasi dapat tersampaikan, maka dibangun sistem informasi tentang komoditas unggulan. Berdasarkan latar belakang tersebut, muncullah keinginan untuk membangun sistem informasi komoditas unggulan tersebut. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan komoditas unggulan di suatu daerah adalah metode Location Quotient. Penelitian ini bertujuan membahas metode Location Quotient dalam mengidentifikasi komoditas pertanian. Metode Location Quotient dapat mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Komponen yang digunakan dalam metode ini adalah nilai produksi pertanian suatu daerah. Kabupaten Boyolali mempunyai keanekaragaman hasil pertanian. Dibuktikan terpilihnya Kabupaten ini sebagai yang terbaik dalam bidang ketahanan pangan tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014[1]. Penggunaan lahan yang cukup besar, sekitar 22.710 Ha pada tahun 2014[2]. Lahan yang cukup besar tersebut menjadi faktor keanekaragaman hasil pertanian. Komoditas Pertanian yang terbagi menjadi 5 subsektor[3], ada di Kabupaten Boyolali. Hal ini mendukung untuk dilakukan penelitian di Kabupaten Boyolali. Sistem yang dibuat menjadi informasi komoditas unggulan berupa peta dan tabel. 2. Kajian Pustaka Pada penelitian berjudul Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Penelitian tersebut menerapkan metode Location Quotient pada penentuan komoditas unggulan. Location Quotient relevan digunakan sebagai metoda dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran(produksi atau populasi). Metode Location Quotient dalam mengidentifikasi komoditas unggulan menggunakan data series yang cukup panjang. Sebaiknya tidak kurang dari 5 tahun untuk menghindari bias musiman dan tahunan. Peneliti menggunakan spreadsheet dari Microsoft Excel untuk mengolah dan menganalisis data[3]. Penelitian lain yang berjudul Arahan Perwilayahan Komoditas Unggulan di Kabupaten Kotawaringin Timur menyebutkan, metode Location Quotient sebagai salah satu pendekatan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan[4]. Melihat penelitian sebelumnya, sistem yang akan dibuat menggunakan metode yang sudah dijelaskan diatas, untuk menentukan komoditas unggulan. Penelitian dengan judul Aplikasi Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian di 8
Kabupaten Boyolali Menggunakan Location Quotient. Metode yang digunakan adalah Location Quotient. Location Quotient (LQ) adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik Location Quotient merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. Location Quotient mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan[5]. Pmapper framework menyediakan fungsi yang besar serta multiple konfigurasi untuk mengatur fasilitas pada aplikasi MapServer yang didasarkan pada PHP/ManScript. Pmapper dibangun dengan bahasa PHP dan JavacSript. 3. Metode Penelitian Penelitian menggunakan model sekuensial linier, model ini diselesaikan melalui 4 tahapan penelitian. Pertama analisis kebutuhan, kedua desain, ketiga kode dan keempat tes. Pemodelan sistem informasi analisis desain kode tes Gambar 1 Tahapan model sekuensial linier Pada Gambar 1 merupakan tahapan model sekuensial linier. Pertama, analisis kebutuhan, yaitu pengumpulan data produksi pertanian. Kedua, desain aplikasi, meliputi perancangan sistem dan implementasi. Ketiga, kode, desain perhitungan diterjemahkan ke dalam bentuk aplikasi. Keempat, tes pengujian aplikasi[6]. Tahapan pertama adalah analisis kebutuhan dan pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi, yaitu data produksi pertanian Kabupaten Boyolali tahun 2009-2013 yang terdapat di BPS Boyolali. Tahapan kode dari model sekuensial linier menggunakan Pseudocode[7] Location Quotient(LQ), sebagai berikut: 9
Langkah 0 insert data. insert data series menurut subsektor ke dalam file excel menurut format yang sudah ditentukan Langkah 1 menghitung nilai rataan. hasil rataan yang diperoleh diberi notasi pi. Jumlah komoditas di setiap wilayah diberi notasi pt Langkah 2 menjumlahkan total produksi panen atau populasi ternak. total produksi salah satu komoditas dari semua wilayah diberi notasi Pi.total produksi semua komoditas dari semua wilayah diberi notasi Pt Langkah 3 menghitung LQ. pi/pt sebagai pembilang, Pi/Pt sebagai penyebut. ditulis: LQ pi pt Pi Pt Langkah 4 interpretasi nilai LQ. nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebih kecil atau sama dengan satu sampai lebih besar dari angka 1, atau 1 LQ > 1 Gambar 2 Pseudocode Location Quotient Secara operasional formulasi LQ dituliskan sebagai berikut: Dimana: pi = produksi komoditas i pada tingkat kecamatan pt = jumlah subsektor komoditas i pada tingkat kecamatan Pi = total produksi komoditas i pada tingkat kabupaten Pt = total subsektor komoditas i pada tingkat kabupaten Hasil perhitungan LQ menghasilkan 3 kriteria yaitu: 1. LQ > 1 : artinya komoditas itu menjadi basis atau sumber pertumbuhan. Hasilnya dapat diekspor keluar wilayah/kecamatan. 2. LQ = 1 : komoditas itu tergolong non basis. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah/kecamatan itu sendiri. 3. LQ < 1 : komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah/kecamatan tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar wilayah tersebut[2]. 10
4. Hasil dan Pembahasan Berikut Kode Program 1 adalah program PHP yang digunakan didalam sistem untuk menghitung LQ. Kode Program 1 Kode Program Menghitung Nilai Location Quotient 1 public function LQValue(){ 2 $index = 1; 3 foreach($this->getkecamatan() as $key=>$value){ 4 $this->data_access->insert_lq_kecamatan 5 ($index, $value['nama_kecamatan']); 6 foreach($this->getdaftarkomoditas() as $key2=>$value2){ 7 foreach($this->getsumkomoditas($value2['nama_komoditas']) 8 as $key3=>$value3){ 9 if($value3['nama_kecamatan'] == $value['nama_kecamatan']){ 10 $this->data_access->insert_lq_values($value['nama_kecamatan'], 11 $value2['nama_komoditas'], 12 ($value3['rerata']/ 13 $this->gettotalallkomoditiperkecamatan($value['nama_kecamatan']))/ 14 ($this->getsumavgkomoditas($value2['nama_komoditas'])/ 15 $this->gettotalaverageproduction())); Baris 12 pada Kode Program 1 adalah simbol pi yang menghitung rataan data produksi pada file yang diupload. Baris 13, gettotalallkomoditiperkecamatan adalah pt dalam formula LQ. Pi dalam formula LQ adalah getsumavgkomoditas. Simbol Pt dalam formula LQ adalah gettotalaverageproduction. Setelah pi, pt, Pi, Pt sudah ditentukan, program tersebut menghitung nilai LQ. Gambar 3 Halaman Peta Pmapper Subsektor Tanaman Pangan Gambar 3 merupakan halaman peta komoditas unggulan subsektor Tanaman Pangan. Terdapat 8 layer yang merupakan komoditas subsektor Tanaman Pangan, yaitu Padi Sawah, Padi Ladang, Padi Sawah dan Ladang, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah dan Kedelai. Warna hijau pada halaman peta menunjukkan nilai LQ pada kecamatan tersebut lebih dari 1 atau 11
merupakan basis. Warna merah menunjukkan nilai LQ kurang dari 1 atau merupakan non basis. Seperti yang ditunjukkan Tabel 1 berikut: Tabel 1 Tabel Kriteria nilai LQ Nilai Kriteria Keterangan LQ > 1 Basis Produksi komoditas dapat dipasok untuk kecamatan lain LQ = 1 Non basis Produksi komoditas hanya terpenuhi untuk kecamatan itu sendiri LQ < 1 Non basis Produksi komoditas tidak terpenuhi, sehingga perlu pasokan dari luar kecamatan Pengaturan warna halaman Peta Pmapper dapat dituliskan pada mapfile dalam folder pmapper. Setiap komoditas memiliki pengaturan sendiri. Kode Program 2 adalah contoh pengaturan warna pada komoditas Padi Sawah. Kode Program 2 Pengaturan Warna Peta Pmapper CLASS Name 'Bukan Unggulan LQ < 1' EXPRESSION ([padisawah] < 1) COLOR 179 0 0 END CLASS Name 'Bukan Unggulan LQ = 1' EXPRESSION ([padisawah] = 1) COLOR 255 128 0 END CLASS Name 'Unggulan LQ > 1' EXPRESSION ([padisawah] > 1) COLOR 0 179 0 END Sistem menghitung nilai LQ setiap komoditas, nilai tersebut diambil dari database. Dalam penelitian ini PostgreSQL adalah database yang digunakan dalam sistem. Nilai LQ 0 sampai 1 masuk dalam kategori non basis atau bukan unggulan. Nilai LQ lebih dari 1 adalah basis atau unggulan. Gambar 4 Legenda dari Halaman Pmapper Gambar 4 menunjukkan legenda dari halaman Pmapper. Warna merah pada peta menunjukkan nilai LQ < 1, sedangkan warna hijau menunjukkan nilai LQ > 1. 12
Tabel 2 Tabel nilai LQ Subsektor Tanaman Pangan No Kecamatan Padi Sawah Padi Ladang Padi Sawah & Ladang Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai 1 Selo 0.08 0.00 0.08 4.58 0.88 36.08 0.00 0.00 2 Ampel 0.36 0.60 0.38 3.45 1.05 0.00 1.04 0.02 3 Cepogo 0.01 1.30 0.10 4.37 1.29 0.00 0.10 0.02 4 Musuk 0.00 4.61 0.32 3.38 1.38 1.39 0.04 0.07 5 Boyolali 0.63 0.63 0.63 1.55 1.95 0.00 3.15 0.25 6 Mojosongo 0.63 2.80 0.78 1.03 1.94 2.04 0.93 0.06 7 Teras 1.24 0.00 1.15 0.87 0.56 0.04 0.06 0.03 8 Sawit 1.52 0.00 1.41 0.36 0.00 0.00 0.00 0.00 9 Banyudono 1.49 0.00 1.39 0.41 0.03 1.12 0.19 0.06 10 Sambi 1.43 0.11 1.34 0.08 0.55 0.00 0.41 1.61 11 Ngemplak 1.55 0.00 1.44 0.06 0.15 0.00 0.95 0.26 12 Nogosari 1.48 0.89 1.44 0.05 0.09 0.00 3.15 0.19 13 Simo 1.09 0.30 1.03 0.10 1.79 5.17 1.34 1.26 14 Karanggede 1.43 0.00 1.33 0.21 0.49 0.00 0.18 0.50 15 Klego 0.94 0.62 0.92 0.35 2.04 2.22 0.96 1.39 16 Andong 1.03 1.83 1.08 0.52 1.16 0.82 1.81 0.27 17 Kemusu 0.54 2.49 0.68 2.64 0.59 0.00 0.53 1.92 18 Wonosegoro 0.78 0.66 0.77 1.37 1.58 0.21 0.60 1.65 19 Juwangi 0.52 3.16 0.71 2.05 0.82 0.00 0.52 11.97 Tabel 2 menunjukkan nilai LQ pada setiap komoditas Subsektor Tanaman Pangan. Nilai LQ tertinggi adalah komoditas Ubi Jalar pada kecamatan Selo. Gambar 5 Halaman Peta Pmapper Subsektor Sayur-sayuran Subsektor Sayur-sayuran ada 15 komoditas, yaitu: Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Daun, Kentang, Wortel, Kobis, Sawi, Cabe, Tomat, 13
Terung, Buncis, Mentimun, Labu Siam, Kangkung dan Bayam. Tabel dibawah ini adalah hasil perhitungan LQ subsektor Sayur-sayuran. Tabel 3 Tabel nilai LQ Subsektor Sayur-sayuran No Kecamatan Bawang Merah Bawang Putih Bawang Daun Kentang Wortel Kobis Sawi Cabe 1 Selo 0.79 1.75 1.42 1.75 1.65 1.41 0.99 0.09 2 Ampel 0.10 0.00 0.29 0.00 0.15 1.06 0.02 3.29 3 Cepogo 4.73 0.00 1.18 0.00 0.36 0.61 2.02 0.86 4 Musuk 0.05 0.00 0.23 0.00 0.00 0.02 0.02 3.13 5 Boyolali 0.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.56 6 Mojosongo 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.98 2.37 7 Teras 0.48 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.61 8 Sawit 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.77 9 Banyudono 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.72 1.33 10 Sambi 5.84 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 0.21 11 Ngemplak 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 5.26 0.02 12 Nogosari 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.33 0.02 13 Simo 0.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.24 0.70 14 Karanggede 10.52 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.83 15 Klego 11.82 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.94 16 Andong 4.97 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 17 Kemusu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.81 18 Wonosegoro 3.89 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.23 0.68 19 Juwangi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Nilai LQ paling tinggi pada subsektor Sayur-sayuran adalah Bayam pada kecamatan Juwangi sebesar 93.09, Terung pada kecamatan Banyudono sebesar 39,55, Kangkung pada kecamatan Sambi sebesar 34,1. Gambar 6 Halaman Peta Pmapper Subsektor Buah-buahan 14
Gambar diatas adalah tampilan peta subsektor Buah-buahan. Terdapat 15 komoditas Buah-buahan yaitu, Alpukat, Mangga, Rambutan, Duku, Jeruk Siam, Jeruk Besar, Nanas, Durian, Pisang, Jambu Biji, Jambu Air, Sawo, Pepaya, Mangga dan Nangka. Tabel 4 Tabel nilai LQ Subsektor Buah-buahan No Kecamatan Alpukat Manggis Rambutan Duku Jeruk Siam Jeruk Besar Nanas Durian 1 Selo 0.06 0.00 0.00 0.00 57.76 1.04 0.00 0.00 2 Ampel 2.95 3.04 1.56 0.03 0.10 0.00 1.26 3.03 3 Cepogo 2.25 0.00 0.42 10.01 0.00 0.00 0.00 1.33 4 Musuk 4.93 4.22 0.42 4.86 0.00 2.22 3.55 1.74 5 Boyolali 0.12 2.15 0.70 4.06 0.10 2.10 7.12 1.38 6 Mojosongo 0.06 0.00 0.60 0.12 0.00 0.55 0.00 0.57 7 Teras 0.00 0.00 0.97 0.00 0.00 0.00 0.00 0.28 8 Sawit 0.00 0.00 0.87 0.00 0.00 0.00 0.00 0.83 9 Banyudono 0.05 0.00 1.95 0.00 0.00 0.00 0.00 0.67 10 Sambi 0.00 0.00 0.23 0.00 0.00 8.49 0.00 0.34 11 Ngemplak 0.00 0.00 2.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.38 12 Nogosari 0.00 0.00 2.07 0.00 0.00 0.00 1.63 0.07 13 Simo 0.00 0.00 2.79 0.00 0.00 0.00 0.22 1.27 14 Karanggede 0.01 0.00 2.68 0.00 0.00 0.00 0.00 1.38 15 Klego 0.00 0.00 2.54 0.00 0.00 0.00 0.00 0.70 16 Andong 0.00 0.00 3.46 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 17 Kemusu 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 18 Wonosegoro 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 19 Juwangi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Pada subsektor Buah-buahan nilai LQ paling tinggi adalah Jambu Air pada kecamatan Ngemplak sebesar 36,88, Jambu Biji pada kecamatan Ngemplak sebesar 15,00 dan Duku pada kecamatan Cepogo sebesar 10,01. 15
Gambar 7 Halaman Peta Pmapper Subsektor Perkebunan Terdapat 16 komoditas yang ada di subsektor Perkebunan yaitu: Cengkeh, Teh, Tembakau, Kencur, Jahe, Kopi Robusta, Jambu Mete, Kenanga, Kopi Arabika, Kapuk Randu, Khina, Kayu Manis, Asem, Kantil, Lengkuas dan Temu Lawak. Tabel 5 Tabel nilai LQ Subsektor Perkebunan No Kecamatan Cengkeh The Tembakau Kencur Jahe Kopi Robusta Jambu Mete Kenanga 1 Selo 1.99 0.00 20.24 0.00 2.47 1.75 0.00 0.00 2 Ampel 0.53 2.59 0.31 0.00 1.15 2.24 0.00 0.00 3 Cepogo 0.27 0.00 0.81 0.00 1.27 0.29 0.00 3.04 4 Musuk 6.33 0.40 1.67 0.00 1.79 0.00 0.00 0.00 5 Boyolali 0.23 0.00 0.58 0.25 2.07 1.14 0.00 0.00 6 Mojosongo 1.74 0.00 3.74 0.58 1.72 7.07 6.11 8.07 7 Teras 0.00 0.00 41.13 0.00 0.00 0.00 7.83 67.53 8 Sawit 0.00 0.00 41.32 0.00 0.00 0.00 0.00 5.69 9 Banyudono 0.00 0.00 5.23 0.00 0.00 0.00 0.00 43.68 10 Sambi 0.00 0.00 0.00 0.16 0.04 0.00 0.19 0.00 11 Ngemplak 0.00 0.00 0.00 51.46 0.00 0.00 0.00 0.00 12 Nogosari 0.00 0.00 0.00 51.32 0.00 0.00 6.94 0.00 13 Simo 0.00 0.00 0.00 3.99 0.04 0.00 10.47 0.00 14 Karanggede 2.70 0.00 0.00 0.00 0.59 9.04 0.00 0.00 15 Klego 0.01 0.00 0.00 0.42 0.00 0.06 1.89 0.00 16 Andong 0.00 0.00 0.00 44.12 7.28 0.00 200.93 0.00 17 Kemusu 0.00 0.00 0.00 0.00 69.03 0.00 0.00 0.00 18 Wonosegoro 0.00 0.00 0.00 0.00 103.96 0.00 0.00 0.00 19 Juwangi 0.00 0.00 41.32 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16
Pada subsektor Perkebunan nilai LQ paling tinggi adalah Asem pada kecamatan Kemusu sebesar 94855,63, Jambu Mete pada kecamatan Andong sebesar 200,93 dan Kantil pada kecamatan Banyudono sebesar 188,55. Gambar 8 Halaman Peta Pmapper Subsektor Peternakan Subsektor Peternakan memiliki 13 komoditas sebagai berikut: Sapi Potong, Sapi Perah, Kerbau, Kuda, Kambing, Domba, Babi, Kelinci, Ayam Petelur, Ayam Pedaging, Ayam Buras, Itik dan Burung Puyuh. Tabel 6 Tabel nilai LQ Subsektor Peternakan No Kecamatan Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kuda Kambing Domba Babi Kelinci 1 Selo 1.42 5.36 0.00 0.89 0.39 0.47 0.00 2.38 2 Ampel 1.57 2.62 0.53 1.23 1.37 1.92 0.05 0.87 3 Cepogo 0.51 2.32 0.00 0.17 1.29 0.17 0.21 0.52 4 Musuk 2.29 10.76 0.00 1.97 8.18 0.62 0.00 2.66 5 Boyolali 0.10 0.40 0.06 2.13 0.22 0.09 0.08 0.24 6 Mojosongo 1.57 5.37 2.87 1.60 0.82 0.89 0.41 0.22 7 Teras 0.43 0.02 2.13 0.52 0.47 0.22 2.55 1.65 8 Sawit 0.59 0.01 7.42 5.35 1.31 1.50 24.51 1.55 9 Banyudono 0.31 0.01 3.10 4.58 0.93 1.25 7.90 0.11 10 Sambi 5.20 0.00 9.22 3.10 3.32 3.94 0.66 0.37 11 Ngemplak 0.34 0.00 0.36 0.45 0.20 0.42 0.51 0.09 12 Nogosari 3.53 0.00 0.71 0.00 1.83 2.66 0.00 0.22 13 Simo 0.33 0.00 0.16 0.13 0.13 0.34 0.00 0.39 14 Karanggede 1.08 0.00 4.03 0.00 0.83 2.11 0.00 8.12 15 Klego 2.49 0.00 0.27 0.00 0.98 2.93 0.00 0.09 16 Andong 4.08 0.00 0.17 0.00 2.41 3.90 0.00 0.43 17 Kemusu 2.76 0.00 0.17 0.00 1.93 4.08 0.00 0.25 18 Wonosegoro 2.49 0.00 1.40 0.68 1.69 3.23 0.00 0.62 19 Juwangi 5.56 0.00 3.27 3.44 7.49 5.32 0.00 15.59 17
Nilai LQ paling tinggi pada subsekor peternakan adalah Babi pada kecamatan Sawit sebesar 24,51, Kelinci pada kecamatan Juwangi sebesar 15,59 dan Sapi Perah pada kecamatan Musuk sebesar 10,76. Pengujian aplikasi yang dilakukan meliputi pengujian alfa. Pengujian alfa dilakukan untuk melakukan validasi fungsi-fungsi yang dimiliki aplikasi apakah sesuai dengan yang dirancang atau tidak. Pengujian alfa pada penelitian ini penggunakan teknik black box, yaitu pengujian fungsional yang berfokus pada mampu tidaknya aplikasi bekerja berdasarkan persyaratan tiap fungsinya [14]. Tabel 7 Tabel Pengujian Alfa Fungsi Hasil Keputusan Add data tahunan Data 5 tahun masuk dalam Valid database Pewarnaan peta Peta berwarna merah, oranye, Valid hijau sesuai kriteria nilai LQ Search kecamatan Sistem menunjukkan nilai LQ perkecamatan Valid Print nilai LQ Nilai LQ dapat diprint Valid berdasarkan kecamatan Berdasarkan keputusan-keputusan yang terdapat pada Tabel 7, dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini sudah memenuhi fungsi yang diharapkan. Gambar 9 Contoh Fitur Search Pada Halaman Peta Pmapper Gambar diatas menunjukkan fitur search pada peta pmapper berdasarkan nama kecamatan yang akan dicari. Contoh pada gambar diatas akan mencari nilai LQ Subsektor Tanaman Pangan komoditas Ubi Kayu pada kecamatan Wonosegoro. Hasil result akan menunjukkan nilai LQ pada kecamatan yang dicari. Kemudian dapat mendownload dalam bentuk file csv atau pdf. 18
5. Kesimpulan dan Saran Metode Location Quotient dapat diterapkan pada sistem ini di 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali untuk menentukan komoditas unggulan. Dalam sistem yang dibangun nilai LQ bermacam-macam dan termasuk dalam kriteria yang telah disebutkan, yaitu LQ > 1, LQ = 1, dan LQ < 1. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode Shift-share dan framework lain. 6. Daftar Pustaka [1] http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-jawa-tengah/ 1329-pertanian/14445-boyolali-terbaik-bidang-ketahanan-pangan-dijateng (diakses tanggal 29 November 2014) [2] BPS Kab. Boyolali. 2009-2013. Kabupaten Boyolali Dalam Angka. Boyolali: Badan Pusat Statistik Kab. Boyolali [3] Hendayana, Rachmat. 2002. Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan. http://www.litbang.pertanian. go.id/informatika_pertanian/rachmadh-211103.pdf (diakses tanggal 11 September 2014). [4] Andi, Puji Fitri. 2006. Arahan Perwilayahan Komoditas Unggulan di Kabupaten Kotawaringin Timur. http://eprints.undip.ac.id/17867/1 /PUJI_FITRI_ANDI.pdf (diakses tanggal 25 September 2014) [5] Ron, Hood. 1998. Economic Analysis: A Location Quotient. Primer. Principal Sun Region Associates, Inc [6] Pressman, Roger. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi (Buku Satu). Yogyakarta: Andi. [7] Prasetyo, S. Y. J. P., Widyawati, N., Kristoko D. H. & Bistok H. S. (2014). Geographic Information System for Detecting Spatial Connectivity Brown Planthopper Endemic Areas Using a Combination of Triple Exponential Smoothing - Getis Ord. Computer and Information Science, (4). Canadian Center of Science and Education 19