ANALISIS PENGARUH PEMBERDAYAAN KARYAWAN DAN MANAJEMEN KONFLIK TERHADAP MOTIVASI KARYAWAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT ATHERON INTERNATIONAL ROSLINA - 1301050103 SURYANTI - 1301050734 ABSTRAK PT. Atheron International merupakan perusahaan yang bekerja di bidang produk water heather Ferroli. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Pemberdayaan Karyawan dan Manajemen Konflik terhadap Motivasi Karyawan dan dampaknya terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Atheron International dan memberikan saran yang sebaiknya dilakukan perusahaan terhadap karyawannya. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode asosiatif dimana data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh melalui studi literatur, wawancara dan juga penyebaran kuesioner kepada 66 orang karyawan sebagai responden. Data tersebut diolah menggunakan korelasi pearson dan path analysis sebagai metode analisis dan dari hasil penelitian diperoleh persamaan struktural dimana Pemberdayaan Karyawan dan Manajemen Konflik secara individu berkontribusi signifikan terhadap Motivasi di mana Pemberdayaan Karyawan dan Manajemen Konflik terhadap Motivasi Karyawan secara simultan berkontribusi signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Kata Kunci : pemberdayaan karyawan, manajemen konflik, motivasi karyawan, kinerja karyawan, metode penelitian, path analysis.
1. LATAR BELAKANG Kinerja suatu karyawan mempengaruhi keberhasilan dari suatu organisasi. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya. Kemampuan karyawan itu sendiri serta didukung faktor motivasi ikut mendukung kinerja dari suatu perusahaan. Setiap organisasi maupun perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawainya guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berbagai cara ditempuh untuk meningkatkan kinerja karyawannya. Tugas manajemen sumber daya manusia berkisar pada upaya mengelola karyawan sebagai unsur manusia dengan potensi yang dimiliki sehingga dapat diperoleh sumber daya yang puas serta kepuasan bagi organisasi itu sendiri. Bagi banyak orang terutama yang berpendidikan dan berkemampuan baik, salah satu tujuan bekerja adalah memperoleh kepuasan kerja. Kondisi kepuasan kerja akan tercapai apabila dalam pekerjaan dapat menggerakkan motivasi yang kuat untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Motivasi karyawan sendiri mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja karyawan. Ada hubungan timbal balik antara motivasi dan kinerja. Dikatakan motivasi menyebabkan peningkatan kerja sehingga pekerja yang mendapatkan motivasi yang kuat akan menunjukkan kinerja yang baik. Perusahaan senantiasa menginginkan kinerja karyawannya baik. Di samping tuntutan tugas dan kondisi kerja yang telah ada, perusahaan juga mendorong para pekerjanya untuk memberikan effort dan kontribusi yang lebih. Hal tersebut akan membawa tekanan bagi karyawan dalam bekerja. Semakin tinggi tuntutan pada karyawan dan keterikatan setiap karyawan dalam bekerja, biasanya akan memicu terjadinya konflik dalam kerja. Tekanan dalam bekerja akan memacu mental karyawan dimana kemampuan dan pertahanan mental yang dimiliki setiap orang berbeda-beda. Pada akhirnya situasi dan kondisi kerja tersebut dapat
mengakibatkan munculnya frustasi. Bagaimanapun juga konflik kerja pasti ada di setiap lingkungan perusahaan. Konflik yang dialami karyawan apabila secara terus menerus tanpa penyelesaian dan pengelolaan akan membawa dampak negative bagi karyawan maupun perusahaan. Dampak negative dari karyawan itu sendiri adalah penurunan prestasi kerja karyawan, kesehatan karyawan menurun, dan akhirnya terjadi kondisi dimana karyawan tidak dapat melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan dampak negative bagi perusahaan adalah berkurangnya kepercayaan klien terhadap perusahaan. Untuk meningkatkan kontribusi para karyawan kepada organisasi serta dalam rangka meningkatkan kinerja dan motivasi karyawan, maka organisasi perlu menerapkan program pemberdayaan. Pemberdayaan disini yang dilakukan adalah berfokus pada pemberdayaan karyawan dalam proses memotivasi diri para karyawan melalui penilaian tugas yang memunculkan motivasi dari diri karyawan dan juga menyediakan pelatihan, teknologi sampai dukungan kepada karyawan serta mendorong karyawan untuk ikut dalam hal pengambilan keputusan ; selain itu upaya menjalankan manajemen konflik yang baik dalam suatu perusahaan agar konflik dan stress yang dialami karyawan dapat direndam dan menjadi positif arahnya. Penilaian tugas dianggap mampu memunculkan motivasi pada diri seseorang. Pemberdayaan dimaksudkan sebagai pengembangan pengharapan yang disertai dengan usaha yang berasal dari dalam diri karyawan, motivasi yang berasal dari dalam diri karyawan sebagai semangat untuk mencapai hasil yang diharapkan. Manajer bertanggung jawab untuk menyediakan teknologi memadai dan pelatihan bagi karyawan untuk memungkinkan mereka mengerjakan apa yang dapat mereka kerjakan. Di samping itu, manajer harus memberikan dukungan selama proses perubahan karyawan dalam memikul tanggung jawab baru ini. Jika manajer tidak memiliki
kesediaan untuk menerima kesalahan dan kegagalan, karyawan akan cenderung kembali ke cara kerja lama yang telah dikenal sebelumnya. Pemberdayaan akan mendapatkan manfaat dan keuntungan bagi organisasi. Pemberdayaan dianggap mampu menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas karyawan. Sedangkan kreativitas sendiri merupakan landasan bagi tumbuh berkembangnya motivasi dan inovasi. Karyawan yang memiliki kreativitas akan selalu mencari cara atau metode baru yang murah dan tepat dalam upaya untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas atau dalam memberikan pelayanan yang memuaskan ke pelanggannya. Karyawan yang kreatif juga memberikan andil yang besar bagi terciptanya inovasi produk suatu organisasi. Oleh karena itu pemberdayaan dipandang menjadi bagian yang penting dalam rangka menjamin kelangsungan hidup organisasi dalam lingkungan yang kompetitif. Grup FERROLI menetapkan sendiri tujuan: untuk naik yang lebih tinggi dan skala tinggi kesuksesan, untuk menang dan terus berpegang pada kepercayaan dan pilihan pelanggan sendiri. Dan tujuan ini telah tercapai berkat upaya besar untuk dimasukkan ke dalam organisasi dan koordinasi, menjadi perhatian teliti terhadap detail dibayar dalam setiap tahap produksi, dari desain sampai selesai, dari penjualan kepada layanan purna jual. Sebuah rasa yang kuat dari pasar, evolusi teknologi konstan, tetapi kebanyakan dari semua kapasitas yang besar dari angkatan kerja adalah titik tumpu ini kekuatan unik, karakter utama dari Grup FERROLI. Sebuah kelompok berdasarkan profesionalisme dengan kekuatan pendorong terhadap inovasi dalam penciptaan setiap hari baik makhluk dan kenyamanan untuk semua.
2. METODOLOGI Penulis menggunakan jenis penelitian asosiatif untuk mencari korelasi antar variabel. Unit analisis yang dituju adalah para karyawan PT. Atheron Internasional dan time horizon yang digunakan pada penelitian kali ini menggunakan time horizon cross sectional. Studicross sectional adalah sebuah studi yang pengumpulan datanya hanya dilakukan satu kali (Sekaran, Uma 2007, p177). Jadi, informasi pada penelitian ini didapat dari para karyawan dengan pengumpulan data sebanyak satu kali pada waktu tertentu (cross sectional). Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner dan observasi (Sugiyono, 2006:137) : Interview (wawancara) : digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/lebih kecil. Kuesioner : merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar, 2008:77) Observasi : dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau dengan blangko pengamatan sebagai instrument pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian
mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalnya memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat reaksi tersebut tapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang atau tidak sesuai dengan apa yang dikhendaki (Arikunto 2006:229). TABEL 3.4 BOBOT PENILAIAN SIKAP Penilaian Sikap Bobot Penilaian Sangat Setuju 5 Setuju 4 Biasa-Biasa Saja 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1 Dengan menggunakan skala pengukuran ini kita dapat langsung mengetahui hasil yang berfokus pada objek dan dapat mempelajari respon yang berbeda dari setiap objek yang diteliti. Populasi merupakan seluruh karakteristik yang menjadi objek penelitian, dimana karakteristik tersebut berkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti. Peneliti tidak perlu menggunakan sampel jika elemen populasi terlalu heterogen ataupun jumlah populasinya relative sedikit (kurang dari 100) karena penghitungan sampel dengan jumlah populasi yang kurang dari 100 akan menghasilkan jumlah
sampel yang sangat sedikit (Sarjono & Julianita 2011, p22). Jumlah sampel yang terlalu sedikit dikhawatirkan akan membuat hasil penelitian menjadi kurang akurat sehinga disarankan untuk mengambil seluruh anggota populasi sebagai sampel. Memperhatikan hal diatas, karena jumlah populasi yang penulis teliti kurang dari 100 maka penulis mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sampel. 3. LANGKAH METODOLOGI 1. Transformasi Data Ordinal menjadi Data Interval Riduwan dan Engkos Ahmad Kuncoro (2007,p30) menyatakan bahwa mentransformasi data ordinal menjadi data interval berguna untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis statistik parametrik yang mana data setidak-tidaknya berskala interval. Teknik transformasi yang paling sederhana dengan menggunakan MSI (method of successive internal). Langkah-langkah transformasi data ordinal menjadi interval sebagai berikut: 1. Perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan. 2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4 dan 5 yang disebut frekuensi. 3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dari hasilnya disebut roporsi. 4. Tentukan nilai proporsi komulatif dengan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor. 5. Gunakan tabel distribusi normal, hitung nilai z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh. 6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.
7. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus NS = (Density at Lower Limit) (Density at Upper Limit) (Area Below Upper Limit) (Area Below Lower Limit) 8. Tentukan nilai transformasi dengan rumus Y= NS + (1+(NS min ) 2. Uji Validitas Data Salah satu instrumen yang sering dipakai dalam penelitian ilmiah adalah kuesioner. Bila data hasil kuesioner itu telah terkumpul, dilakukan uji validitas dan reliabilitas, karena itu merupakan dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner. Menurut Riduwan (2004,p109) dalam bukunya Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro Kuncoro (2008,p216) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau keahlian suatu alat ukur, dimana alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika setiap butir-butir pertanyaan pada suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk itu berikut adalah langkah-langkah dalam menguji validitas: Menentukan nilai r tabel: Dari tabel r, untuk df = n 2 = 150 2 = 148, n = jumlah kuesioner yang akan di uji, dengan tingkat signifikan 5%, maka terdapat angka 0,13. Uji ini dilakukan dengan SPSS.20 Mencari nilai r hasil: Nilai r hasil untuk tiap item variabel n bisa dilihat pada kolom CORRECTED ITEM TOTAL CORRELATION Mengambil keputusan: Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel maka valid
Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel maka tidak valid 3. Uji Reliabilitas Sedangkan suatu angket dikatakan realibel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dan waktu ke waktu.. Untuk menghitung alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment, sebagai beriku: Keterangan: r hitung = ( X iyi ) ( X i )(. Yi ) 2 2 2 i ( X i ). n. Yi 2 { n. X }{ ( Yi ) } n r = Koefisien Korelasi X = Jumlah skor item x y = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden Harga r hitung ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh karenanya disebut r awalakhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Sperman Browmn, yaitu: r ii = 1 r b 1 + r b Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan distribusi (Tabel r ) untuk α = 0,05 atau α = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk = n-2). Kemudian membuat keputusan membandingkan r ii dengan r tabel. Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk alpha 0,05 atau alpha 0,01 dengan derajad kebebasan (dk = n-2). Kemudian membuat
keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah keputusan: Jika r 11 > r tabel berarti reliabel dan r 11 < r tabel berarti tidak reliabel. 4. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak menurut Dwi Priyatno (2004,p28). Uji ini digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Analisis yang digunakan metode parametrik, maka persyaratan harus terpenuhi yaitu distribusi normal. Dalam pembahasan ini yang digunakan uji One Sample Kolomogorov Sminov dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05 dan pengolahan data menggunakan SPSS versi 20.0. 5. Koefisen Korelasi Pearson Berdasarkan Riduwan dan Engkos Ahmad Kuncoro (2008,p61) untuk mengetahui hubungan antara variabel X 1 dengan Y dan X 2 dengan Y dan X 1 dan X 2 terhadap Y digunakan teknik korelasi. Analisis korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment, dengan rumus: Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 r +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r=0 artinya tidak ada korelasi; dan r=1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan ditampilkan pada Tabel 3.6. Untuk mencari makna generalisasi, maka perlu melakukan uji signifikansi dari hubungan antara variabel X terhadap Y. Uji signifikansi adalah sebagai berikut:
Hipotesis : Ho: Variabel X tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel Y Ha: Variabel X memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel Y Dasar pengambilan keputusan: Sig α Ho diterima, Ha ditolak Sig < α Ho ditolak, Ha diterima Ket: α (alpha) = tingkat presisi, batas ketidakakuratan (1-tingkat kepercayaan) Tabel 3.6. Intepretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 1,000 Sangat Kuat 0,60 0,799 Kuat 0,40 0,599 Cukup Kuat 0,20 0,399 Rendah 0,00 0,199 Sangat Rendah Sumber: Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007,p62). 6. Path Analisis Penelitian ini menggunakan analisis jalur (Path Analysis). Menurut Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007,p2-3) Path Analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengarah langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Analisis jalur yang dikenal dengan
path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Joreskog & Sorbom, 1996; Johnson & Wichern,1992). Riduwan dan Engkos Ahmad Kuncoro (2007,p152), pengaruh kausal antarvariabel dapat dibedakan menjadi tiga,sebagai berikut: 1. Direct effect = DE (pengaruh langsung) adalah pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat yang terjadi tanpa melalui variabel bebas lain. 2. Indirect effect = IE (pengaruh tidak langsung) adalah pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat yang terjadi melalui variabel terikat lain yang terdapat dalam satu model yang sedang dianalisis. 3. Total effect = TE (pengaruh total) adalah jumlah dari pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung atau TE = DE +IE. Uji F digunakan untuk menguji variabel-variabel bebas secara bersama terhadap variabel terikat, menurut Widarjono (2010, p22). Model hipotesis yang digunakan dalam uji F hitung ini adalah: Ho : ρ 1, ρ 2 = 0, artinya variabel bebas (X 1, X 2 ) secara bersama tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Ha : ρ 1, ρ 2 0, artinya variabel bebas (X 1, X 2 ) secara bersama berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Nilai F hitung dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan aplikasi software SPSS versi 20. selanjutnya nilai F hitung akan dibandingkan dengan tingkat kesalahan (α=5%) dan derajat kebebasan (df) = (n-k),(k-1). kriteria pengambilan keputusan: Ho diterima jika F hitung < F tabel pada CI = 95%
Ha diterima jika F hitung > F tabel pada CI = 95% Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi-variasi terikat, menurut Widarjono (2010, p25). Model hipotesis yang digunakan dalam uji t hitung ini adalah: Ho : ρ 1, ρ 2 = 0, artinya variabel bebas (X 1, X 2 ) secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Ha : ρ 1, ρ 2 0, artinya variabel bebas (X 1, X 2 ) secara individual berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Nilai t hitung dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan aplikasi software SPSS versi 20. selanjutnya nilai F hitung akan dibandingkan dengan tingkat kesalahan (α=5%) dan derajat kebebasan (df) = (n-k). kriteria pengambilan keputusan: Ho diterima jika t hitung < t tabel pada CI = 95%. Ha diterima jika t hitung > t tabel pada CI = 95%. 5.1 Simpulan Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemberdayaan Karyawan dan Manajemen Konflik terhadap Motivasi secara simultan berkontribusi signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Dimana Pemberdayaan Karyawan berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap Motivasi. Manajemen Konflik berkontribusi positif dan signifikan terhadap Motivasi dan Pemberdayaan Karyawan berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan dan Manajemen
Konflik berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan dan motivasi berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. 2. Dari hal-hal diatas, maka hasil penelitian ini menunjukan bahwa Manajemen Konflik merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi sehingga dapat disimpulkan bahwa hal utama yang mendorong peningkatan kinerja karyawan adalah Manajemen Konflik yang baik. Faktor kedua yang mendorong kinerja Karyawan adalah Pemberdayaan Karyawan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Dessler, Gary, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Indeks, Jakarta, 2007 Flippo, Edwin B, Manajemen Personalia, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 1992 Gomes, Faustino Cordoso, Manajemen Sumber Daya Manusia, CV Andi Offset, Jakarta, 1995 Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Toko Gunung Agung, Jakarta, 2003 Hersey, Paul, Manajemen Perilaku Organisasi, Erlangga, Jakarta, 1995 Jerome, Paul J, Pembinaa Karyawan melalui Umpan Balik, PPM, Jakarta, 2001 ------, Mengevaluasi Kinerja Karyawan, PPM, Jakarta, 2001 Lab Manajemen Ekonomi, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Model Praktikum Lab Statistik, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, 2005 Martoyo, Susilo, Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE, Jakarta. 1987 Sarjono, Haryadi & Winda Julianita, SPSS vs LISREL, Salemba Empat, Jakarta, 2011 Saydam, Gouzali, Manajemen Sumber Daya Manusia, Refika Aditama, Bandung, 1999 Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, CV Mandar Maju, Bandung, 2011
Wahyudi, Manajemen Konflik Dalam Organisasi, Alfabeta, Bandung, 2011 Wibowo, Manajemen Kinerja, Rajawali Pers, Jakarta, 2011