ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2) ATAS PRODUK PT. BANK BNI PADA TAHUN 2010-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Bab1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Perkembangan ini dapat dilihat dari sisi volume usaha,

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.

TATA CARA PEMOTONGAN PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK ATAS BUNGA DEPOSITO STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK SEMARANG SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh koperasi KPRI Gotong

PT. : : : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah sumber utama pembiayaan Negara, Tidak dapat dipungkiri bahwa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPH. Pemotongan. Dibayarkan sekaligus.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1989 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO BERJANGKA, SERTIFIKAT DEPOSITO DAN TABUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abdurrahman (2002) bank sebelumnya memiliki kewajiban sebagai

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK Kata Kunci :

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI)

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI MARET 2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Bisa dikatakan, hampir semua sektor-sektor yang ada di Indonesia

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan. untuk membiayai pembangunan negara dan juga merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PP 46/1996, PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA ATAU DISKONTO OBLIGASI YANG DIJUAL DI BURSA EFEK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2010 TENTANG

Analisis Penerapan Pajak Dengan Withholding Tax System Terhadap Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Pada PT. Bank OCBC NISP Kota Palembang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1988 TENTANG PAJAK ATAS BUNGA DEPOSITO BERJANGKA SERTIFIKAT DEPOSITO DAN TABUNGAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

BAB 4 PEMBAHASAN. Konsep pengenaan pajak atas penghasilan berdasarkan Undang-undang Pajak

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

Pemotongan yang bersifat final Objek pemotongan (Pasal 2, PP Nomor 68 Tahun 2009) Pemotong (Pasal 1 angka 9, PP Nomor 68 Tahun 2009)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

BAB I PENDAHULUAN. kota-kota besar saja, akan tetapi telah tersebar sampai ke kota-kota kecil dan

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. nasabah di Bank BRI Unit Koba. Adapun kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik kesejahteraan material maupun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1989 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO BERJANGKA, SERTIFIKAT DEPOSITO DAN TABUNGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN NOMOR PER - 01 /PJ/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pajak dan tidak menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB I PENDAHULUAN. Kontraprestasi yang diterima pembayar pajak bersifat tidak langsung, sebab pajak

Return Investasi DPLK BNI PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Data Posisi Per Oktober 2016

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut masyarakat umum pajak adalah iuran yang secara paksa dipungut dan

PERTEMUAN 6 By Ely Suhayati SE MSi Ak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

Frequently Asked Questions

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut yang harus diperhatikan adalah. dari sektor pajak sebagai penerimaan kas Negara.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai

136/PMK.03/2011 PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK KEGIATAN USAHA PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Konsultan Pajak D. Sarwono yang mengikuti program tax amnesty yaitu Bapak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisa Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan PPh Pasal 23 PT DEF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kemakmuran rakyatnya secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini

PA JAK PENGHASILAN F INAL

I. PENDAHULUAN. Lembaga keuangan, khususnya perbankan mempunyai peran. penting dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

PELAKSANAAN PERHITUNGAN, PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang berada dalam masa pembangunan, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus kehidupan seseorang ada tiga tahapan kehidupan yang harus

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan pembangunan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi atas pemotongan, penyetoran, dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT 2 ATAS BAGI HASIL TABUNGAN PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG JEMBER

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Bagi negara, pajak adalah salah

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 PADA PT.GKS

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

KUP PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

Transkripsi:

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2) ATAS PRODUK PT. BANK BNI PADA TAHUN 2010-2012 Arista Hapsari Ramadhani Jalan Kesehatan V/8 Bintaro, 081281818044, dhitahapsari@hotmail.com Liberti Pandiangan SE.,M.Si ABSTRAK Penelitian ini mengenai penerapan pajak penghasilan yang dilakukan oleh PT. Bank BNI atas sebagian produk-produk yang dimiliki perusahaan tersebut. Bertujuan untuk mengetahui sistem penerapan pajak penghasilan dan kewajiban PT. Bank BNI atas perpajakannya apakah sudah sesuai dengan peraturan perpajakan NO. 36 Tahun 2008. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu menganalisa data-data yang diperoleh dan membandingkannya dengan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Kegiatan penerapan pajak penghasilan yang dilakukan oleh PT. Bank BNI telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Hasil yang diperoleh kegiatan perpajakan khususnya PPh yang dilaksanakan dengan baik, hanya saja terdapat beberapa cabang PT. Bank BNI di Indonesia yang masih perlu melakukan integrasi pada sistem pelaporan SPT masa nya. Selain itu ada beberapa hambatan yang dihadapi, penjelasan tersebut disajikan oleh penulis dalam skripsi ini. AHR Kata Kunci : PPh Final PENDAHULUAN Salah satu kegiatan utama perbankan adalah kegiatan penyimpanan uang yang dilakukan oleh para nasabah. Apabila dikaitkan dengan kewajiban perpajakan, kegiatan yang akan dibahas lebih lanjut adalah simpanan dalam bentuk deposito, tabungan dan Sertifikan Bank Indonesia. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan pemerintah swasta, maupun perorangan menyimpan dana-dananya. Sedangkan melalui berbagai jasa yang diberikan, bank memberikan

kebutuhan pembiayaan dan memberikan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. PT. Bank Negara Indonesia atau di singkat PT. Bank BNI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbankan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis Pajak Penghasilan yang diterapkan oleh PT. Bank BNI mengingat banyaknya cabang yang didirikan oleh PT. Bank BNI di Indonesia dan terdapat pula beberapa cabang yang telah didirikan di luar negri, dimana kegiatan operasionalnya sama antara daerah satu dengan daerah lainnya. Namun dalam hal pembayaran pajak atas penghasilan yang diperoleh bank tiap tahunnya, bank pusat yang memiliki kewajiban membayar pajak penghasilan kepada pemerintah tiap tahunnya. Sedangkan anak cabang bank mempunyai kewajiban memotong pajak atas pendapatan bunga yang diterima oleh nasabah. Setiap bulannya bank memotong, menyetorkan, dan melaporkan pajak atas bunga tabungan dan deposito kepada negara melalui SSP (Surat Setoran Pajak) atau SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). Rumusan Masalah Adapun masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yang akan dibahas : 1. Apakah cara penghitungan Pajak Penghasilan badan perusahaan jasa perbankan pada PT. Bank BNI telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang berkaitan dengan produk BNI? 2. Apa kendala-kendala yang dihadapi PT. Bank BNI dalam kegiatan pemungutan pajak penghasilan atas beberapa produk yang dimilikinya? 3. Upaya apa yang dilakukan oleh PT. Bank BNI dalam menerapkan PPh terkait dengan Pasal 4 (ayat) 2? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui apakah PT. Bank BNI melakukan Pajak Penghasilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2. Mengetahui bagaimana PT. Bank BNI menerapkan PPH atas produk-produk yang dimilikinya. 3. Mengetahui apa saja masalah PT. Bank BNI dalam menerapkan pajak penghasilan terhadap produk-produk yang dimilikinya.

METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode analisis data yang penulis pakai adalah metode analisis data kualitatif. Lalu menggunakan metode analisis deskriptif, dengan menggunakan metode deskriptif maka peneliti dapat menggambarkan dan menganalisa menganalisis, dan menginterprestasikan data yang diperoleh untuk memberikan gamabaran yang jelas dan akurat dari perumusan objek penelitian. Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan: 1. Teknik Dokumentasi yaitu dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan obyek penelitian. 2. Teknik Wawancara yaitu Teknik pengumpulan data dengan cara komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang ada hubungannya dengan objek penelitian yaitu dengan pegawa. PT. Bank BNI, khususnya seksi Perpajakan. 3. Studi Kepustakaan yaitu mencari dan menelah landasan teori dengan menggunakan buku wajib dan buku pendukung dari topik yang dibahas, buku tentang peraturan peraturan perpajakan yang relevan dengan penelitian, serta dokumen lain yang dapat mendukung kelengkapan data yang diperlukan dalam objek penelitian ini. HASIL DAN BAHASAN Berdasarkan peraturan yang terkait atas pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang diatur dalam PP Nomor 131 Tahun 2000 dan KMK-51/KMK.04/2001, PT. Bank BNI memberikan bunga atas bunga atas produk yang dibayarkan terutang PPh pasal 4 ayat (2) dan dari bunga tersebut dipotong pajaknya sebesar 20% kecuali untuk para nasabah sebagai berikut: 1. Bendahara Pemerintah Bendahara Pemerintah adalah bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran yang dananya berasal dari APBN atau APBD yang terdiri dari bendaharawan pemerintah pusat dan daerah baik provinsi kabupaten atau kota. 2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) DPLK merupakan suatu badan hukum yang didirikan untuk mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan dana pensiun. Dana pensiun tersebut wajib memperoleh

pengesahan dari Menteri Keuangan. Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya boleh didirikan oleh program asuransi jiwa dan bank dengan menjalankan Program Pensiun Iuran Pasti. Yang dimaksud dengan Program Pensiun Iuran Pasti adalah program pensiun yang mengupayakan suatu manfaat pensiun bagi masyarakat sebagai peserta dengan cara yang pertama ialah membayar iuran pensiun setiap bulan, selanjutnya dana tersebut akan dikembangkan dalam bentuk investasi, dan yang terakhir membentuk saldo atau rekening. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) BNI merupakan salah satu bisnis unit BNI dengan produknya bernama BNI Simponi (Simpanan Pensiun BNI) yang menyediakan solusi program pensiun bagi seluruh lapisan masyarakat apapun profesinya. Hingga saat ini terus mengalami perkembangan baik dalam jumlah peserta maupun jumlah dana yang dikelola. Selama 10 tahun terakhir semenjak 2001, Dana Pensiun Lembaga Keuangan BNI sebagai market leader dalam industri pengelolaan dana pensiun di Indonesia. Pada tahun 2012, jumlah peserta meningkat 15.3% dari 520.476 peserta pada tahun sebelumnya menjadi 602.722 dengan peningkatan jumlah pengelolaan dana menjadi 18.3% dari Rp7.1 triliun. Mulai tahun 2013, DPLK BNI akan melakukan inisiasi dengan penambahan paket investasi di reksadana yang memberikan hasil yang lebih optimal, sehingga diharapkan dapat menarik minat masyarakat dan lebih bersaing di pasaran. 3. Lembaga-lembaga pemerintah Salah satu lembaga pemerintah yang tidak dikenakan PPh pasal 4 (2) atas bunga yang dipotong pajak sebesar 20% ialah kedutaan besar. Berdasarkan data-data yang telah didapatkan oleh penulis, divisi tax PT. Bank BNI telah merekap rincian terhadap PPh Pasal 4 ayat (2) terutang pada tahun 2010. Adapun objek pajak yang dicantumkan berasal dari beban bunga di bagian laporan keuangan yang diperoleh PT. Bank BNI setiap bulannya pada tahun 2010.

Tabel 4.1 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) Berdasarkan Rekening Bank pada Beban Bunga 2010 Masa Pajak Objek Pajak (Rp) PPh Terutang (Rp) Januari 690.203.000 138.040.000 Februari 1.289.318.000 257.863.000 Maret 1.904.333.000 380.866.000 April 2.472.816.000 494.563.000 Mei 3.066.177.000 613.235.000 Juni 3.627.066.000 748.813.000 Juli 4.218.471.000 843.694.000 Agustus 4.803.333.000 960.666.000 September 5.314.566.000 1.062.913.000 Oktober 6.365.577.000 1.273.115.000 November 6.710.767.000 1.342.153.000 Desember 7.041.826.000 1.408.365.000 Tabel 4.2 Hutang PPh Pasal 4 ayat (2) yang Telah Dibayarkan PT. Bank BNI 2010 Masa Pajak Objek Pajak (Rp) PPh Terutang (Rp) Januari 690.203.000 138.040.000 Februari 1.289.318.000 257.863.000 Maret 1.904.333.000 380.866.000 April 2.472.816.000 494.563.000

Mei 3.066.177.000 613.235.000 Juni 3.627.066.000 748.813.000 Juli 4.218.471.000 843.694.000 Agustus 4.803.333.000 960.666.000 September 5.314.566.000 1.062.913.000 Oktober 6.364.304.000 1.272.860.000 November 6.708.082.000 1.341.616.000 Desember 7.041.826.000 1.408.365.000 PT. Bank BNI berpedoman pada UU pajak penghasilan terbaru yaitu UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009 dan untuk jenis jasa lain berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan No. 244/PMK.03/2008 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009. Dari hasil analisa, penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2) selama tahun 2009 yang dilakukan PT Bank BNI dapat diketahui bahwa: 1. Pada bulan Januari hingga September 2010, perhitungan jumlah pengenaan objek pajak PPh Pasal 4 ayat (2) sudah sesuai. Pengelompokan jenis penghasilan dan tarif yang berlaku sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan terbaru yaitu UU No.36 Tahun 2008. 2. Pada bulan Oktober 2010 terdapat perbedaan atas penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilakukan PT. Bank BNI. Hal ini disebabkan karena terdapat 0.02% dana yang berasal dari DPLK. Pada bulan Oktober, beban bunga yang diperoleh oleh PT. Bank BNI ialah sebesar Rp 6.365.577.000 dimana PT. Bank BNI mengenakan objek pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 6.364.304.000 DPP=Beban Bunga Rp 6.364.304.000 Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp 1.272.860.000 3. Pada bulan November 2010, terdapat 0.04% dana yang berasal dari deposito bendahara pemerintah. Seperti yang telah diketahui pada bulan November 2010, beban bunga yang

diperoleh PT. Bank BNI ialah Rp 6.710.767.000 dimana PT. Bank BNI menjadikan objek pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) ialah sebesar Rp 6.708.082.000 Penulis melakukan analisis untuk PPh yang terutang sebagai berikut: DPP=Beban Bunga Rp 6.708.082.000 Tarif 20% Jumlah PPh Terutang Rp 1.341.616.000 4. Pada bulan Desember 2010 jumlah penghitungan pengenaan PPh Pasal 4 ayat (2) sudah sesuai. Pengelompokan jenis penghasilan dan tarif yang berlaku sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan terbaru yaitu UU No.36 Tahun 2008. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Dalam penyetoran dan pelaporan kewajiban Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) nya, PT. Bank BNI telah melakukannya secara tepat waktu sehingga tidak dikenakan sanksi atas keterlambatan penyetoran dan pelaporannya. 2. Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis atas pembayaran PPh terutang yang berkaitan dengan produk BNI, terdapat beberapa perbedaan pada jumlah pengenaan objek PPh Pasal 4 ayat (2) yang dikenakan dimana terdapat sebagian persen dari pengenaan objek pajak tersebut yang berasal dari bunga deposito dan giro DPLK, Bendahara Pemerintah, dan Lembaga Pemerintah yang seharusnya tidak termasuk objek Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2). Meskipun demikian, perbedaan tersebut tidak berakibat kekurangan pembayaran pajak karena perbedaan tersebut merupakan bunga yang bukan objek PPh atas produk PT. Bank BNI. Saran 1. Memberikan pengarahan setiap kali ada peraturan perpajakan yang terbaru, untuk memastikan bahwa semua staf keuangan atau perpajakan mengetahui tentang perubahan peraturan tersebut sehingga dapat memperkecil kemungkinan kesalahan dalam pengenaan pajak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan rapat atau mengumpulkan seluruh

staf bagian keuangan atau perpajakan untuk kemudian melakukan sosialisasi mengenai peraturan yang terbaru. Dalam rapat tersebut para staf dapat membahas mengenai peraturan baru dan saling bertukar pikiran. 2. Melakukan koordinasi antara bagian perpajakan dengan divisi-divisi lainnya di PT Bank BNI terkait dengan perpajakan, misalnya bagian pembelian dan pembayaran, karena belum tentu semua staf paham mengenai hak dan kewajiban perusahaan dalam bidang perpajakan. 3. Merekrut tenaga kerja yang ahli di bidang perpajakan secara selektif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mensyaratkan kepemilikan sertifikat brevet A dan B bagi yang hendak melamar untuk bekerja di bagian perpajakan.