6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Winaputra, 1992: 122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Selanjutnya Winaputra (1992:123) mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah. 6
7 1.1.2 Bahan Ajar IPA Benda dan Sifatnya Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat dibagi menjadi tiga, yaitu padat, cair, dan gas. Masing-masing benda tersebut memiliki sifat yang dapat membedakan jenis benda yang satu dengan jenis benda yang lainnya. Benda dapat berubah dari wujud satu ke wujud lainnya. Perubahan wujud benda dari padat ke cair disebut pencairan. Perubahan wujud benda dari cair ke padat disebut pembekuan. Perubahan wujud benda dari cair ke gas disebut penguapan. Perubahan wujud benda dari gas ke cair disebut pengembunan. Perubahan wujud benda dari padat ke gas disebut penyubliman. Untuk membuat barang-barang keperluan hidup, digunakan benda padat. Benda padat yang digunakan, di antaranya logam, kayu, plastik, karet, dan kaca. Logam dan kaca merupakan benda padat yang sangat sulit dibentuk. Untuk mengubah bahan tersebut, diperlukan pemanasan yang sangat tinggi. Logam dan kaca dapat bersifat lentur pada suhu yang tinggi. Logam memiliki sifat sebagai penghantar panas/listrik atau konduktor. Plastik, kayu, dan karet mempunyai sifat penghantar panas yang jelek atau isolator. Karet merupakan isolator yang baik. 1.1.3 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh peserta didik selama belajar. Purwanto (2010:46) mendefinisikan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya. Berkaitan dengan tujuan tersebut, Bloom (Mark.K.Smith,2009:17) mengemukakan taksonomi mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal itu sesuai dengan Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang standar penilaian, yaitu bahwa hasil belajar siswa mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan aspek psikomotorik. Pada aspek kognitif ditandai dengan kemampuan siswa dalam memahami
8 konsep. Dalam hal ini siswa dikatakan tuntas belajar jika mendapat nilai di atas atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Untuk menunjang ketuntasan hasil belajar tersebut, menurut Gagne seorang guru hendaknya mampu mendisain isi aktivitas pembelajaran dengan memanfaatkan sumberdaya lingkungan (Mark K. Smith,dkk, 2009). Selanjutnya Winkel (1986:162) mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Hasil belajar di sini dipandang sangat penting karena memang tujuan dari pembelajaran adalah tercapainya kompetensi yang diharapkan dan keseluruhan tingkat kemampuan yang diharapkan. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik perlu adanya evaluasi sebagai alat untuk mengukur hasil belajar. Evaluasi menurut Purwanto (2010:47) dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah pembelajaran berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar. Senada dengan hal tersebut Arikunto (1997:274) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan suatu pekerjaan yang memberikan suatu feed back (umpan balik) yang mencerminkan seberapa jauh seorang peserta didik telah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pengajaran. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya di kelas IV semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 dengan model pembelajaran Circuit Learning dengan metode eksperimen. Berdasarkan uraian di atas hasil belajar adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya. Dan untuk mengukurnya bisa melalui tes hasil belajar. Alat ukurnya berupa tes dan non tes. Sedangkan bentuknya adalah tes objektif dan uraian atau subjektif.
9 1.1.4 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dengan penerapan kurikulum KTSP dan tuntutan untuk mengembangkan model pembelajaran kreatif maka Guru harus pula mampu mengikuti tuntutan perkembangan dunia pendidikan terkini. Guru harus berani berinovasi dan beradaptasi dengan metode pembelajaran PAIKEM seperti Talking Stick, Example non Example, Think Pair Share ataupun Circuit Learning, dan tidak hanya terpaku pada Metode Ceramah saja. Menurut Winataputra (dalam Sugiyanto 2010:03) model pembelajaran adalah: Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Gunter dalam Santyasa (2007:67) tentang model-model pembelajaran inovatif mendefinisikan an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. 1.1.5 Model Pembelajaran Circuit Learning dengan Eksperimen Model pembelajaran Circuit Learning adalah model pembelajaran yang memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang (Ngalimun 2012:71). Adapun langkah-langkah Circuit Learning adalah sebagai berikut: 1. Melakukan tanya jawab tentang apa saja yang menjadi materinya. 2. Menempelkan peta konsep yang telah dibuat tentang materi. 3. Menjelaskan tentang peta konsep yang telah ditempel. (terlampir) 4. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
10 5. Menjelaskan bahwa setiap mengisi lembar kerja siswa dan mengisi bagian dari peta konsep sesuai dengan bahasa mereka sendiri 6. Menjelaskan bahwa bagian peta konsep yang mereka kerjakan akan dipresentasikan. 7. Melaksanakan presentasi dari setiap kelompok bagian peta konsep yang telah dikerjakannya. 8. Memberikan penguatan berupa pujian atau hadiah atas hasil persentasi yang bagus serta memberikan semangat kepada yang belum dapat pujian atau hadiah untuk berusaha lebih giat lagi. Kekurangan dari model Circuit Learning adalah : 1) Memerlukan waktu yang relatif lama dan 2) Tidak semua pokok bahasan bisa disajikan berupa peta konsep. Kelebihan dari dari model Circuit Learning adalah : 1) Kreatifitas siswa dalam merangkai kata dengan bahasa sendiri lebih terasah dan 2) Konsentrasi yang terjadi membuat siswa fokus dalam belajar Menurut Winarno (dalam Winataputra 2004:4.27) metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses. Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru dan siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil pekerjaannya. Setelah eksperimen selesai, siswa ditugaskan untuk membanding-bandingkan dengan hasil eksperimen lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan dan kekeliruan. Winataputra (2004:4.28) dalam bukunya lebih lanjut menjelaskan bahwa kelebihan metode eksperimen adalah: 1. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa 2. Menimbulkan rasa kurang puas dan ingin lebih baik. 3. Isi pembelajaran bersifat aktual. 4. Siswa mampu membuktikan sesuatu. 5. Siswa dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah 6. Belajar membuktikan sesuatu. Sedangkan kelemahan dari metode eksperimen adalah :
11 1. Memerlukan alat pembelajaran dan biaya. 2. Memerlukan banyak waktu relative. 3. Bila siswa kurang termotivasi. Eksperimen tidak akan sukses. 4. Siswa belum terbiasa bereksperimen. 5. Sedikit sekolah yang memiliki sarana untuk eksperimen. Sedangkan yang dimaksud dengan model pembelajaran circuit learning dengan eksperimen di sini adalah pembelajaran IPA tentang benda dan sifatnya menggunakan model pembelajaran circuit learning dikolaborasikan dengan metode eksperimen. Untuk membuktikan peta konsep yang dibuat dibuktikan dengan melakukan eksperimen. Melalui eksperimen siswa membuat catatan kreatif seperti yang menjadi ciri khas model pembelajaran circuit learning. 1. Sintakmatik Pembelajaran Sintakmatik pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran circuit learning dengan metode eksperimen adalah sebagai berikut: a) Pendahuluan 1. Menuliskan judul materi di papan tulis dan menyampaikan tujuan sesuai indikator yang akan dicapai. 2. Guru menggali materi prasyarat dengan mengajak siswa bercerita 3. Guru menyampaikan masalah kontekstual : 4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut. b) Inti 1. Eksplorasi 1) Bersama dengan siswa menempelkan gambar tentang wujud benda dan perubahan wujud. 2) Melakukan tanya jawab tentang wujud benda dan perubahan wujud. 3) Siswa menjawab pertanyaan tentang gambar yang ditempel dipapan tulis.
12 2. Elaborasi 1) Melakukan tanya jawab materi benda dan sifatnya. 2) Menempelkan peta konsep yang telah dibuat tentang benda dan sifatnya. 3) Menjelaskan tentang peta konsep yang telah ditempel. 4) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 5) Setiap kelompok fokus pada peta konsep yang ditempel di papan tulis. 6) Siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola fikirnya setelah melakukan eksperimen tentang wujud benda dan perubahan wujud. 7) Setiap kelompok mengisi lembar kerja siswa dan mengisi bagian dari peta konsep sesuai dengan bahasa mereka sendiri. 8) Melaksanakan presentasi bagian peta konsep yang telah dikerjakannya. 9) Tanya jawab dan refleksi 3. Konfirmasi 1) Memberikan penguatan berupa pujian atau hadiah atas hasil presentasi yang bagus serta memberikan semangat kepada yang belum dapat pujian atau hadiah untuk berusaha lebih giat lagi. 2) Menjelaskan kembali hasil diskusi siswa tersebut agar wawasan siswa menjadi lebih luas. c) Penutup 1. Menekankan kembali simpulan sebagai konsep pemecahan masalah kontekstual. 2. Evaluasi ( Post Test ) 3. Tindak lanjut berupa PR.
13 1.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penggunaan model pembelajaran circuit learning sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ita Rosita Ketuntasan Belajar Klasikal Matematika Melalui Model Pembelajaran Circuit Learning Siswa Kelas VII c SMP Laboratorium UPI Bandung Semester Gasal Tahun 2005/2006 yang terbukti bahwa penerapan model pembelajaran circuit learning berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar matematika. Penelitian ini relevan dengan penelitian Ita Rosita karena sama-sama menerapkan model pembelajaran circuit learning dalam penyampaian materi. 1.3 Kerangka Pikir Bagi seorang anak, kebutuhan belajar biasanya didasari kemauan untuk memuaskan keingintahuannya dan didorong oleh faktor-faktor yang menyenangkan yang diajarinya. Maka pembelajaran yang bersifat menyenangkan akan lebih menarik perhatian anak. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran dan metode yang dapat menarik minat belajar siswa, dan guru lebih mudah menanamkan konsep yang diajarkan. Model Pembelajaran Circuit Learning dengan metode eksperimen merupakan tindakan yang dipilih untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa pada benda dan sifatnya. Penelitian ini akan membuktikan adanya peningkatan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran circuit learning dengan metode eksperimen di kelas IV SD N Margorejo, Wedarijaksa, Pati. 1.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka teoretis dan kerangka pikir di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : 1. Diduga proses pembelajaran IPA benda dan sifatnya melalui penerapan model pembelajaran circuit learning dengan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD N Margorejo semester 1/2012-2013. 2. Diduga penerapan model pembelajaran circuit learning dengan metode eksperimen dapat mengubah perilaku siswa kelas IV SD N Margorejo semester
14 1/2012-2013 pada proses pembelajaran dalam pembelajaran benda dan sifatnya menjadi lebih baik. 3. Diduga penerapan model pembelajaran circuit learning dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar benda dan sifatnya pada siswa kelas IV SD N Margorejo semester 1/2012-2013.