BAB III TINJAUAN KASUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul WIB di

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial


A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

NURSING CARE PLAN (NCP)

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB III TINJAUAN KASUS

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

Koping individu tidak efektif

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGONDANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB II KONSEP DASAR. membahayakan diri sendiri mauupun lingkungan (Fitria, 2009).

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN KASUS. Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal

LAMPIRAN B DATA SUBJEK DAN KEEMPAT ANAK DI RSJ. SOEHARTO MEERJAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGONDANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi. 2. Mengkaji tandatanda

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA SDR. B DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG AYODYA RSJD SURAKARTA

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

BAB II TINJAUAN KASUS

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Jiwa 1. Biodata Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 27 Desember 2010 di ruang Gatotkoco RSJD Dr. amino Gondohutomo Semarang a. Identitas klien Nama : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 54 th Pekerjaan : Petani Suku bangsa : Jawa Indonesia Agama : Islam Pendidikan : - Alamat : Jl Kadengan RT 04/III Randu Blatung kab. Blora b. Identitas penanggung jawab Nama : Tn. S Umur : 28 th Pekerjaan : Petani Hub. Dengan klien : Anak klien Alamat : Jl Kadengan RT 04/III Randu Blatung kab. Blora c. Identitas rumah sakit Tanggal masuk : 20 Desember 2010 Ruangan : Gatotkoco Dx : Skizofrenia Paranoid RM : 04.31.07

2. Riwayat Keperawatan a. Alasan masuk Mengamuk-ngamuk dan mengomel omel. Namun tidak sampai melukai orang. b. Faktor predisposisi Klien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang. Klien masuk rumah sakit jiwa sudah 3 kali ini dengan keluhan yang sama, pengobatan yang pertama kurang berhasil karena kontrol dan tidak minum obat tidak teratur, disamping itu klien di rumah sering marahmarah dan mengamuk ketika keinginannya tidak dituruti. Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini. c. Factor presipitasi Keluarga mengatakan, selama kurang lebih 3 bulan lalu klien sering marahmarah jika keinginannya tidak dituruti dan ditolak oleh kelurgaw, tetapi tidak sampai melukai orang. Waktu luangnya sering digunakan untuk menyendiri dan melamun. Klien juga sering keluyuran tanpa tujuan. d. Pemeriksaan fisik 1) Tanda-tanda vital TD N RR S : 120/90 mmhg : 84 x/mnt : 24 x/mnt : 36,2 0 C 2) Keluhan fisik : klien tidak terdapat keluhan fisik

3. Psikososial a. Genogram Tn.S 54 th Keterangan : laki-laki : klien : perempuan : sudah meninggal : tinggal serumah Klien sudah menikah memiliki 5 orang anak, tetapi anak yang no. 2 meninggal karena sakit, anak yang pertama sudah menikah dan ikut suaminya. Klien tinggal satu rumah dengan istri dan ketiga anaknya. Sumber penghasilan didapat dari anak ke 3. b. Konsep diri 1) Citra tubuh Klien mempunyai anggota tubuh yang lengkap dan utuh, klien merasa puas dengan bagian tubuhnya. 2) Identitas

Klien berjenis kelamin laki-laki yang telah menikah dan mempunyai 5 orang anak, tetapi anak yang no. 2 meninggal karena sakit, anak yang pertama sudah menikah dan ikut suaminya. Klien tinggal satu rumah dengan istri dan ketiga anaknya. Klien merasa tidak dianggap dalam keluarganya. 3) Peran Klien berperan sebagai seorang bapak yang mempunyai 5 orang anak. Klien merasa tidak dianggap dalam keluarganya. 4) Ideal diri Klien ingin cepat pulang, klien juga ingin bekerja untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. 5) Harga diri Klien merasa minder dan malu dengan keadaannya, dianggap tidak waras sehingga tidak ada yang malu berteman dengan klien. Klien merasa tidak berarti dan selalu diejek tetangganya. Klien juga merasa tidak berguna sebagai seorang bapak karena tidak bisa memberi nafkah keluarganya. Klien hanya bisa pasrah. 6) Hubungan Sosial Keluarga klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup klien adalah istri klien. Peran serta dalam kelompok masyarakat sebelumnya baik, klien aktif dalam kegiatan keluarga (bakerja bakti, arisan dll). 4. Status Mental a. Penampilan

Dilihat dari penampilannya, kebersihan dan kerapian kurang. Baju ganti 1x dalam sehari. Klien mandi dan keramas atas kemauannya sendiri tanpa disuruh perawat. b. Pembicaraan Nada dan suara klien tinggi dan cepat akan tetapi klein mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dan jawabannya sesuai. Namun ditengah pembicaraan jawaban klien sudah tidak terarah lagi. c. Interaksi selama wawancara Selama wawancara respon klien kooperatif mau menceritakan masalahnya kepada perawat. Ada kontak mata selama berinteraksi. d. Aktifitas motorik Saat klien sedang menyendiri ekspresi wajah klien tegang, pandangan tajam, muka memerah, klien sering mondar mandir, tampak gelisah, suka memaksakan kehendak dan sering mengomel omel. e. Alam perasaan Klien sedih, jengkel dan ingin marah karena ingin membantu mencari uang dan membantu kegiatan di rumah selalu dilarang. f. Afek Respon emosional labil, ekspresi klien saat wawancara tampak tegang mata tampak kemerahan. g. Interaksi saat wawancara

Selama interaksi / wawancara klien kooperatif, ada kontak mata, klien dapat menjawab pertanyaan dengan lancar. h. Persepsi Klien tidak mengalami gangguan persepsi i. Isi pikir Klien mengatakan jengkel dan marah keinginannya tidak dituruti. Klien juga merasa dirinya tidak berguna sebagai seorang bapak karena tidak bisa menafkahi keluarganya. Klien tidak mempunyai obsesi maupun waham. j. Proses pikir Klien tidak mengalami gangguan proses pikir. Klien bisa menjawab dengan tepat pertanyaan yang diajukan perawat walaupun kadang klien menjawab pertanyaan tersebut dengan semaunya sendiri. k. Tingkat kesadaran Klien tidak mengalami disorientasi, terbukti dengan klien mengingat waktu, tempat tetapi terkadang lupa akan nama perawat dan teman temannya. l. Memori Klien dapat mengingat semua kejadian, alasan dia dibawa ke rumah sakit, kapan dia masuk dan siapa yang mengantarnya. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat, baik jangka panjang maupun jangka pendek. m. Tingkat konsentrasi

Klien mampu mengingat dan berkonsentrasi setiap kali diajukan pertanyaan. Klien kooperatif tetapi klien tidak mampu melakukan penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian yang sederhana. n. Kemampuan penilaian Klien tidak mampu membuat keputusan yang sederhana, missal klien harus di bantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Klien tidak menyadari dirinya mengalami gngguan jiwa. o. Daya tilik diri Klien mengingkari bahwa dirinya sakit, tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa. Klien ingin pulang ke rumah, klien mau minum obat dan mematuhi anjuran perawat. 5. Kebutuhan Persiapan Pulang a. Makan dan minum Klien makan 3x sehari, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan rumah sakit, klien dapat makan sendiri menggunakan sendok, klien makan bersama klien yang lain. b. Eliminasi Klien buang air besar satu kali sehari, klien buang air kecil 6-7 kali sehari, klien buang air kecil di kamar mandi dan sesudahnya klien membersihkan diri dan tempatnya. c. Mandi

Klien mandi 1x sehari dan keramas 2x dalam seminggu. Setiap kali mandi klien menggunakan sabun dan setiap kali keramas klien menggunakan shampo. Dan menggosok gigi 2x sehari. d. Istirahat tidur Klien tidur siang dari pukul 12.30 s/d 15.00 WIB dan tidur malam dari pukul 19.00 s/d 05.00 WIB, klien tidak mengalami gangguan tidur. e. Berpakaian Klien mampu mengganti pakaiannya sendiri, klien mengganti pakaiannya setiap 1x sehari dan klien selalu menggunakan alas kaki. f. Pengobatan Klien selalu minum obat dan melakukan terapi sesuai dengan indikasi dari dokter. g. Mekanisme koping Sebelumnya klien adalah orang yang mudah bergaul dengan orang lain, tidak mudah marah, ketika ada masalah sering di ceritakan kepada orang terdekat yaitu istri klien. Klien mengatakan jengkel dan rasanya ingin marah jika keinginannya tidak dikabulkan oleh keluarga klien. 6. Pemeriksaan Penunjang a. Diagnosa medis : skizofrenia paranoid b. Terapi medic : Diazepam 10 mg Chlorpromazine (CPZ) 2x100mg Trihexsypenidin (THP) 2x1mg Pemeriksaan laboratorium tgl 21-12-2010

PARAMETER RESULT FLAG UNIT NORMAL RANGE Glukosa 77 Mg/dl 76-110 Ureum 14 Mg/dl 10-50 Creatinin 0.81 Mg/dl 0.5-1.40 Uric acid 5.1 Mg/dl 2.5-7.0 SGOT 24.9 U/L 0-33 SGPT 23.6 U/L 0-46 Total protein 5.7 g/dl 6.4-8.3 Albumin 4.0 g/dl 3.4-4.8 Globulin 1.8 Mg/dl 3.0-3.5 Cholesterol 123 Mg/dl 130-200 Triglyceride 82 Mg/dl 0-200 B. Analisa Data

Hari/Tgl Data Fokus Masalah Keperawatan TT senin 27-12-10 DS - Keluarga mengatakan, selama kurang lebih 3 bulan lalu klien sering marahmarah jika keinginannya tidak dituruti, tetapi tidak sampai melukai orang. Resiko perilaku kekerasan DO - Ekspresi wajah klien tegang - Nada dan suara klien tinggi dan cepat - Klien tampak gelisah - Klien sering mondar-mandir - Klien sering mengomel-omel Senin 27-12-10 DS - Klien mengatakan malu pada diri sendiri dan merasa tidak berguna sebagai seorang bapak karena tidak bisa memberi nafkah keluarganya. - Klien mengatakan malu dan minder dengan keadaannya yang sakit jiwa. Klien hanya bisa pasrah. - Klien merasa tidak berguna Harga Diri Rendah DO - Klien tampak bingung. - Klien tidak bisa berkonsentrasi. - Ekspresi malu - Nada suara rendah

1. Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan Core Problem Harga Diri Rendah 2. Diagnosa Keperawatan a. Resiko Perilaku Kekerasan b. Harga Diri rendah C. Rencana Keperawatan Hari/ Tgl No Dx. Kep Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi senin 1 Resiko TUM: Klien 27-12- 2010 07.00 Perilaku kekerasan tidak mencederai dan melakukan manajemen perilaku kekerasan TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya 1.1 Klien mau membalas salam, mau berjabat tangan, 1.1.1 Beri salam / panggil klien 1.1.2 Menyebutkan nama sambil berjabat tangan menyebut 1.1.3 Jelaskan maksud nama, kontrak yang akan tersenyum, ada dibuat kontak mata, 1.1.4 Beri rasa aman dan mengetahui sikap empati nama perawat 1.1.5 Lakukan kontrak menyediakan singkat tapi sering

TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi kan tanda-tanda perilaku kekerasan waktu kontrak 2.1 Klien mengungkapka n perasaannya 2.2 Klien dapat mengungkapka n penyebab perasaan kesal (dari diri sendiri lingkungan / orang lain) 3.1Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah. 2.1.1 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya 2.2.1 Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan kesal. 3.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel 3.1.2 Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien. 3.1.3 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel yang dialami klien TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi 3.2 Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel yang dialami 4.1 Klien dapat mengungkapka n perilaku 4.1.1 Anjurkan klien untuk mengungkapkan

perilaku kekerasan yang biasa dilakukan TUK 5: Klien dapat mengidentifikai akibat perilaku kekerasan TUK 6: Klien dapat mengidentifikasi kan cara konstruktif dalam berespon kekerasan yang bisa dilakukan. 4.2 Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 4.3 Klien dapat melakukan cara yang biasa dapat mernyelesaikan masalah / tidak 5.1Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang dilakukan digunakan klien. 6.1 Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara kekerasan yang biasa dilakukan 4.2.1 Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 4.3.1 Bicarakan dengan klien, apakah cara yang klien lakukan masalahnya teratasi 5.1.1 Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan klien. 5.1.2 Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien. 5.1.3 Tanyakan pada klien apa klien ingin mempelajari cara baru yang sehat 6.1.1 Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat. 6.1.2 Berikan pujian jika klien mengetahui

terhadap konstruktif kemarahan. dengan cara tarik nafas dalam / pukul bantal dan mendemonstras ikan TUK 7: 7.1 Klien dapat Klien dapat mendemonstras mendemonstrasi ikan cara kan cara mengontrol mengontrol perilaku marah sosial kekerasan: asertif Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat Verbal: mengatakan secara langsung bahwa anda sedang kesal TUK 8: 8.1 Diskusikan Klien dapat dengan klien melakukan cara cara mengontrol mengontrol marah dengan marah dengan cara spiritual berdoa / sembahyang cara lain yang sehat 6.1.3 Diskusikan dengan klien cara lain sehat: Secara fisik tarik nafas dalam / pukul bantal 7.1.1 Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien. 7.1.2 Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih 8.1.1 Anjurkan klien untuk berdoa / sembahyang saat terjadi perasaaan jengkel TUK 9: 9.1 Klien dapat 9.1.1 Jelaskan jenis obat

Klien dapat menggunakan obat yang benar (sesuai program pengobatan) menyebutkan obat-obat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis, dan efek) yang diminum klien 9.1.2 Diskusikan manfaat minum obat tanpa seizin dokter. 9.1.3 Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada tempat obat, dosis obat, waktu dan cara minum. 9.1.4 Jelaskan manfaat minum obat dan efek obat yang perlu diperhatikan 9.1.5 Anjurkan klien meminta obat dan minum tepat waktu 9.1.6 Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan 9.1.7 Beri pujian jika klien minum obat yang benar TUK 10 : 9.2 Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan 10.1 Keluarga klien 10.1.1 Identifikasi

Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan : menyebutkan cara merawat klien. 10.2Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien kemampuan keluarga dalam merawat klien 10.1.2 Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien 10.1.3 Jelaskan cara cara merawat klien: a.terkait dengan mengontrol perilaku kekerasan b.sikap tenang, bicara jelas c.membantu klien mengenal penyebab perilaku kekerasan 10.1.4 Bantu keluarga dalam mendemonstrarika n cara merawat klien 10.2.1 Bantu keluarga mengungkapkan perasaan setelah demontrasi TUK 11 : Klien mendapatkan 11.1.1 Bicara tenang, gerakan tidak terburu buru,

senin 27-12- 2010 07.00 2 Gannguan konsep diri : harga diri rendah perlindungan dari lingkungan untuk mengontrol perilaku kekerasan TUM: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya 1.1 Klien mau membalas salam, mau berjabat tangan, menyebut nama, tersenyum, ada kontak mata, mengetahui nama perawat menyediakan waktu kontrak, ekspresi wajah bersahabat nada suara rendah, tunjuk kepedulian 11.1.2 Lindungi agar klien tidak mencederai orang lain 11.1.3 Jika tidak dapat diatasi lakukan pembatasan gerak 1.1.1 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal 1.1.2 Perkenalkan diri dengan sopan 1.1.3 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 1.1.4 Jelaskan tujuan pertemuan 1.1.5 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 1.1.6 Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien

TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki TUK 3: Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan TUK 4: Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki 2.1 Klien mengidentifika si kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Kemampuan yang dimiliki klien Aspek positif keluarga Aspek posiitif lingkungan yang dimiliki klien 3.1 Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan 4.1 Klien membuat rencana kegiatan harian 2.1.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien 2.1.2 Setiap bertemu klien hindari dari memberi nilai negatif 2.1.3 Utamakan memberi pujian yang realistis 3.1.1 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit 4.1.1 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan. 4.1.2 Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan

TUK 5: Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya TUK 6: Klien dapat meningkatkan sistem pendukung yang ada 5.1 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya 6.1 Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga Kegiatan sendiri Kegiatan dengan bantuan sebagian Kegiatan yang membutuhkan bantuan total 4.1.3 Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien 4.1.4 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5.1.1 Berikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan 5.1.2 Beri pujian atas keberhasilan klien 5.1.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah. 6.1.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah 6.1.2 Bantu keluarga memberi dukungan

selama klien dirawat 6.1.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah D. Implementasi dan Evaluasi Hari/ Tgl/jam senin 27-12- 2010 07.00 No Dx 1 BHSP Sp Ip Implementasi Evaluasi TT - Mengajak klien berkenalan (memberi salam dan berjabat tangan) - Menjelaskan tujuan interaksi - Membuat kontrak untuk interaksi - Menanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi - Mengidentifikasi penyebab klien di bawa ke RSJ - Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan - Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan - Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan - Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan - Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 (nafas dalam) - Membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian S O A - Klien mau berjabatan tangan dan menyebutkan nama Nama saya S, saya tinggal di Blora, - Klien mengatakan jengkel dan rasanya ingin marah bila keinginannya tidak dipenuhi. - Klien mengatakan lupa tanda tanda kalau akan marah saya lupa mbak tanda tanda ketika saya akan marah yang saya ingat hati saya rasanya jengkel - Klien mengatakan akibat dari marahnya, hubungan dengan keluarga dan tetangga menjadi buruk. - Klien mengatakan mau diajari cara mengontrol marah yang sehat. - Klien kooperatif - Kontak mata kurang - Nada dan suara tinggi dan cepat - Wajah kemerahan - Klien tampak gelisah - Terlihat klien diam dan bingung saat menyebutkan tanda dan gejala marahnya. - Terlihat klien kurang mampu mempraktikkan tarik nafas dalam Masalah teratasi sebagian 1. Terbina hubungan saling percaya 2. Klien mampu menyebutkan

penyebab dan akibat dari perilaku kekerasan 3. Klien belum mampu menyebutkan semua tanda dan gejala perilaku kekerasan 4. Klien belum mampu mempraktikkan nafas dalam dengan benar 5. Klien sudah memasukkan nafas dalam ke dalam jadwal kegiatan hariannya P P=P Optimalkan Sp Ip Membuat kontrak dengan klien untuk mengoptimalkan identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, latihan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 (nafas dalam), kontrak waktu dan tempat pertemuan berikutnya. P=K 1. Menganjurkan klien untuk melatih kembali cara mengontrol marah yang telah diajarkan 2. Menganjurkan klien memasuk kan latihan nafas dalam ke dalam jadwal kegiatan harian Senin 27-12- 2010 11.00 1 Mengulang lagi Sp Ip - Mengulang mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan - Mengulang latihan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 (nafas dalam) S O - Klien mengatakan jengkel, gelisah, pandangan tajam, tangan mengepal dan kepalanya pusing - Klien mengatakan ya tak ingete mbak cara yang suadah di ajarkan - Klien kooperatif - Ada kontak mata - Terlihat klien mempraktikkan nafas dalam dengan benar sebanyak 3 x A Masalah teratasi 1. Klien mampu menyebutkan semua tanda dan gejala perilaku kekerasan 2. Klien mampu mempraktikkan nafas dalam dengan benar P P=P Lanjutkan Sp IIp Membuat kontak dengan klien untuk mengajarkan cara mengontrol marah

dengan cara fisik ke 2 (memukul bantal / kasur). P=K 1. Mengingatkan klien untuk melatih kembali cara mengontrol marah yang telah diajarkan yaitu nafas dalam minimal 3 kali. 2. Mengingatkan klien untuk memasukkan latihan nafas dalam ke dalam jadwal kegiatan harian 3. Menganjurkan klien untuk memanfaatkan nafas dalam jika klien sedang marah Selasa 28-12- 2010 07.00 1 Sp IIp - Mengulang masalah dan latihan sebelumnya - Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 2 (memukul bantal / kasur / konversi energy) - Membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian S O - Klien mengatakan perasaannya lebih baik - Klien mengatakan sudah melakukan latihan menahan emosi dengan nafas dalam - Klien mengatakan mau diajari cara mengontrol marah dengan memukul bantal - Ada kontak mata - Klien tampak tenang dan kooperatif - Klien mau tetapi kurang mampu mengekpresikan mengungkapkan marah dengan memukul bantal. A Masalah teratasi sebagian 1. Klien mampu dan dapat mendemonstrasikan cara konstruktif untuk mengontrol marah dengan tarik nafas dalam 2. Klien belum mampu mendemonstrasikan cara konstruktif untuk mengontrol marah dengan memukul bantal dengan benar. P : P=P Optimalkan Sp IIp Membuat kontrak dengan klien untuk mengoptimalkan cara mengontrol marah dengan memukul bantal. P=K 1. Menganjurkan klien untuk latihan kembali cara mengontrol marah

yang ke 2 yaitu dengan memukul bantal. 2. Menganjurkan klien untuk memasukkan latihan memukul bantal ke dalam jadwal kegiatan harian. 3. Menganjurkan klien untuk menggunakan cara mengontrol marah dengan memukul bantal jika klien sedang marah. Selasa 28-12- 2010 11.00 1 Mengulang Sp IIp - Menanyakan keadaan klien - Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya - Mengulang latihan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 2 (memukul bantal / kasur / konversi energy) S O - Klien mengatakan perasaannya lebih baik - Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol marah dengan nafas dalam - Klien mengatakan lebih tenang bisa mengendalikan emosi setelah diajari mengungkapkan emosi dengan memukul bantal - Ada kontak mata - Nada suara tidak tinggi - Klien mau dan mampu mengekpresikan mengungkapkan marah dengan memukul bantal. - Klien mengekpresikan marahnya dengan benar A Masalah teratasi Klien mampu mendemonstrasi kan cara konstruktif untuk mengontrol marah dengan memukul bantal dengan benar. P P=P Lanjutkan Sp IIIp Membuat kontrak dengan klien untuk melatih cara mengontrol marah secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah dengan kata kata baik dan halus P=K 1. Mengingatkan klien untuk latihan kembali cara mengontrol marah yang ke 2 yaitu dengan memukul bantal. 2. Mengingatkan klien untuk memasukkan latihan memukul bantal ke dalam jadwal kegiatan

harian. 3. Menganjurkan klien untuk menggunakan cara mengontrol marah dengan memukul bantal jika klien sedang marah. Rabu 29-12- 2010 07.00 1 Sp IIIp - Menanyakan keadaan klien - Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya - Melatih klien cara mengontrol marah secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara baik - Membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian S O - Klien mengatakan perasaannya baik. - Klein mengatakan sudah melakukan latihan mengontrol marah dengan nafas dalam dan pukul bantal. - Klien mengatakan mau diajari cara mengontrol marah dengan mengungkapkan perasaan marahnya - Kontak mata klien ada - Klien terlihat diam dan bingung - Terlihat klien hanya mampu mempraktekkan menolak Saya sudah tidak mau marah-marah lagi. A Masalah teratasi sebagian Klien hanya mampu mempraktekkan cara mengontrol marah secara verbal dengan meminta P P=P Optimalkan Sp IIIp Membuat kontrak dengan klien untuk mengopptimalkan latihan cara mengontrol marah secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara baik) P=K 1. Menganjurkan klien untuk melatih kembali cara mengontrol marah secara verbal. 2. Menganjurkan klien untuk memasukkan kegiatan melatih cara mengontrol marah secara verbal ke dalam jadwal kegiatan harian 3. Menganjurkan klien untuk menggunakan cara mengontrol

Rabu 29-12- 2010 10.00 1 Mengulang SpIIIp - Menanyakan keadaan klien - Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya - - Mengulang latihan cara mengontrol marah secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara baik) S O marah secara verbal yang telah diajarkan jika klien sedang marah. - Klien mengatakan perasaannya baik - Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol marah dengan nafas dalam dan pukul bantal - Klien mau diajarkan mengungkapkan marah yang sehat dengan mengungkapkan marahnya. - Ada kontak mata - Klien kooperatif - Terlihat klien mempraktekkan cara meminta dengan mengatakan tolong jangan ganggu saya dulu. - Terlihat klien mempraktekkan mengungkapkan marah dengan kata kata halus Saya jadi ingin marah karena kamu larang ini itu A Masalah teratasi Klien mampu mempraktekkan cara mengontrol marah secara verbal dengan meminta, menolak dan mengungkapkan marah. P P=P Lanjutkan Sp IVp Membuat kontrak dengan klien untuk melatih cara mengontrol marah secara spiritual (berdoa, berwudhu dan sholat) P=K Mengingatkan klien untuk melatih kembali cara mengontrol marah secara verbal. 1. Mengingatkan klien untuk memasukkan kegiatan melatih cara mengontrol marah secara verbal ke dalam jadwal kegiatan harian 2. Menganjurkan klien untuk menggunakan cara mengontrol marah secara verbal yang telah diajarkan jika klien sedang marah

Kamis 1 Sp IVp 30-12- 2010 07.00 - Menggevaluasi masalah dan latihan sebelumnya - Melatih klien cara mengontrol marah secara spiritual (berwudhu, berdoa, sholat) - Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian S O A - Klien menyatakan keadaannya baik - Klien mengatakan masih ingat cara megontrol marah, yang pertama nafas dalam, pukul bantal, dan mengungkapkan kepada orang lain - Klien mau diajari melakukan cara mengontrol marah dengan berdoa. - Ada kontak bisa - Klien kooperatif - Terlihat klien mempraktekkan cara mengontrol marah dengan tarik nafas dalam dan beristighfar. P P=P Masalah teratasi Klien mau melakukan cara mengontrol marah Klien mempraktikkan langsung cara yang sudah diajarkan Lanjutkan Sp Vp P=K Membuat kontrak dengan klien untuk membicarakan tentang cara mengontrol marah dengan meminum obat secara teratur Kamis 31-12- 2010 11.45 1 Sp Vp - Menanyakan keadaan klien - Mengevaluasi masalah dan latihan S 1. Menganjurkan klien untuk melatih kembali cara mengontrol marah secara spiritual 2. Menganjurkan kepada klien untuk memasukkan latihan cara mengontrol marah secara spiritual ke dalam jadwal kegiatan harian. 3. Menganjurkan kepada klien untuk menggunakan cara mengontrol marah secara spiritual jika klien sedang marah. - Klien menyatakan perasaannya baik. - Klien mengatakan cara mengontrol marah yaitu nafas dalam, pukul bantal, ngomong dengan orang lain

sebelumnya - Melatih klien cara mengontrol marah dengan meminum obat (prinsip benar minum obat - Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian O dan berdoa. - Klien mengatakan akan minum obat dengan teratur dan akan kontrol jika obat sudah habis - Ada kontak mata - Setelah makan siang terlihat klien segera merminta obatnya pada perawat. A Masalah teratasi Klien sudah mempraktikkan cara mengontrol marahnya dengan minum obat sesuai indikasi, aturan dan tepat waktu P P=P Lanjutkan Sp Ik Mengevaluasi lien cara mengontrol marah dan cara minum obat yang benar. Jumat 31-12- 2010 07.00 2 Sp I p - Menyapa klien dengan ramah - Menciptakan lingkungan yang terapeutik - Menanyakan keadaan klien - Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien - Membantu klien menilai kemampuan P=K S O 1. Menganjurkan klien untuk melatih kembali semua cara mengontrol marah yang telah diajarkan. 2. Menganjurkan kepada klien untuk memasukkan latihan cara mengontrol marah yang telah diajarkan ke dalam jadwal kegiatan harian. 3. Menganjurkan kepada klien untuk menggunakan cara mengontrol marah yang telah diajarkan jika klien sedang marah. - Klien mengatakan Saya merasa tidak berguna sebagai seorang epala rumah tangga karena tidak bisa mencari nafkah untuk keluarga - Klien mengatakan Sebenarnya saya minder dan malu mbak dengan kondisi saya yang seperti ini tapi saya pasrah sajalah - Kontak mata kurang - Klien sering diam - Klien mau berinteraksi

klien yang masih dapat digunakan - Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien - Membimbing klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian. A P P=P P=K - Klien mampu mengetahui kemampuan dan aspek positif yang dapat dilakukan di rumah sakit Masalah teratasi 1. Klien mampu menceritakan kemampuan yang dimiliki 2. Klien mampu menilai kemampuan yang dimiliki 3. Klien mau mendemontrasikan mencuci gelas Lanjutkan SpIIp Membuat kontrak dengan klien untuk membicarakan tentang kemampuan klien yang lain 1. Menganjurkan klien untuk melatih kembali aspek positif yang dimiliki klien 2. Menganjurkan kepada klien untuk memasukkan latihan mencuci gelas ke dalam jadwal kegiatan harian. 3. Memotivasi klien agar tidak minder dan malu dengan kondisinya.