1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Namun produktivitas pertanian masih jauh dari harapan. Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian adalah sumber daya manusia yang masih rendah dalam mengolah lahan pertanian dan hasilnya mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan sistem manual dalam pengolahan lahan pertanian (Gadang, 2010). Padi merupakan sumber pangan utama penduduk Indonesia, yang sebagian besar dibudidayakan sebagai padi sawah. Kegiatan dalam bercocok tanam padi secara umum meliputi pembibitan, persiapan lahan, pemindahan bibit atau tanam, pemupukan, pemeliharaan (pengairan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit) dan panen (Litbang Pertanian, 2013). Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. 1
2 Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi tanaman pangan khususnya padi di Sumatera Utara. Daerah ini sangat subur dan banyak penduduknya menggantungkan pekerjaannya dari hasil pertanian, sehingga peran sektor ini sangat penting. Sektor pertanian dengan segala kelebihan dan kekurangannya masih menjadi tumpuan masyarakat sebagai mata pencaharian utama dan masih sebagai sektor andalan. Hasil pertanian tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis karena menyangkut kebutuhan pokok masyarakat (Badan Pusat Statistik, 2011). Tabel 1.1. Luas Panen, Produksi dan Rata Rata Produksi Padi Sawah Menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 No Kecamatan Luas Panen Produksi Rata Rata Produksi 1 Kotarih 170 825 50,32 2 Silinda 729 3.644 51,91 3 Bintang Bayu - - - 4 Dolok Masihul 2.309 12.459 56,02 5 Serbajadi 2.075 11.015 55,13 6 Sipispis 552 2.816 53,03 7 Dolok Merawan - - - 8 Tebing Tinggi 5.615 29.878 55,24 9 Tebing Syahbandar 1.098 5.853 55,32 10 Bandar Khalipah 6.121 32.469 55,07 11 Tanjung Beringin 7.857 41.547 54,91 12 Sei Rampah 5.443 29.396 56,06 13 Sei Bamban 10.694 57.726 56,04 14 Teluk Mengkudu 6.898 37.174 55,96 15 Perbaungan 13.705 76.084 57,63 16 Pegajahan 3.692 20.498 57,64 17 Pantai Cermin 8.464 46.972 57,61 Serdang Bedagai 75.427 408.381 56,11 Sumber : Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai, 2015 Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa Kecamatan Sei Bamban pada tahun 2015 merupakan kecamatan dengan luas panen dan produksi tertinggi kedua setelah Kecamatan Perbaungan dengan luas panen padi sawah seluas 10.694 Ha, produksi sebesar 57.726 ton dan rata-rata produksi sebanyak 56,04 ton/ha. 2
3 Tabel 1.2. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Pangan Desa Sei Bamban No Jenis Tanaman Luas Tanam (Ha) Produksi (ton/ha) 1 Padi 1.600 6,5 2 Ubi Kayu 2 16 Sumber: UPTB-BPKP Sei Rejo, 2016 Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa Desa Sei Bamban pada tahun 2016 merupakan desa dengan luas panen dan produksi padi sawah seluas 1.600 Ha, produksi sebesar 6,5 ton/ha. Dewasa ini telah diperkenalkan berbagai teknologi budidaya padi, antara lain budidaya sistem tanam benih langsung (Tabela), sistem tanam tanpa olah tanah (TOT), maupun sistem tanam Jajar Legowo (Legowo). Pengenalan dan penggunaan sistem tanam tersebut disamping untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal juga ditujukan untuk meningkatkan hasil dan pendapatan petani. Pada umumnya, varietas padi pada kondisi jarak tanam sempit akan mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai yang lebih sedikit, panjang malai yang lebih pendek, dan tentunya jumlah gabah per malai berkurang dibandingkan pada kondisi jarak tanam lebar (potensial). Fakta di lapang membuktikan bahwa penampilan individu tanaman padi pada jarak tanam lebar lebih bagus dibandingkan dengan jarak tanam rapat. Sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk 3
4 mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda). Namun kemudian pola tanam ini berkembang untuk memberikan hasil yang lebih tinggi akibat dari peningkatan populasi dan optimalisasi ruang tumbuh bagi tanaman. Dengan teknologi tanam jajar legowo maka pada barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk pertanaman. Selain itu upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pemahaman terhadap teknologi tanam jajar legowo padi menjadi penting agar manfaat yang akan diperoleh dari penerapannya akan lebih optimal. Dalam sistem tanam jajar legowo terdapat dua atau lebih (biasanya empat) baris tanaman padi dan diselingi oleh satu baris yang dikosongkan. Satu unit legowo terdiri dari dua atau lebih baris tanaman dan satu beris yang kosong. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo disebut legowo 2 : 1, kalau tiga baris disebut legowo 3 : 1, kalau empat baris disebut legowo 4 : 1, dan seterusnya. Meskipun sistem tanam jajar legowo ini sudah disosialisasikan melalui program pendampingan, namun sebagian besar petani di Desa Sei Bamban masih menggunakan sistem tanam tegel yang menurutnya lebih praktis dibandingkan sistem tanam jajar legowo. Namun ada sebagian kecil petani yang telah mengadopsi sistem tanam jajar legowo tersebut. Hal imi disebabkan karena kebiasaan para petani yang meneruskan usahatani secara turun temurun. Sebagian besar petani di daerah ini menganggap bahwa pengalaman sistem tanam yang mereka lakukan sudah benar. Sistem tanam jajar legowo yang dianjurkan adalah 4
5 legowo 2:1 Sistem tanam jajar legowo 2:1 ini sudah disosialisasikan melalui program pendampingan dan merupakan sistem tanam terbaru di Desa Sei Bamban dan juga pertama kalinya di Kabupaten Serdang Bedagai dan baru di terapkan beberapa musim tanam, untuk itu peneliti ingin mengetahui faktor-fator apa saja yang mempengaruhi produksi dan pendapatan sistem tanam jajar legowo 2:1 dan masalah-masalah apa saja yang ada serta upaya mengatasi masalah tersebut. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh faktor-faktor (luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap produksi sistem tanam jajar legowo 2:1? 2. Apakah ada pengaruh faktor-faktor (luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap pendapatan sistem tanam jajar legowo 2:1? 3. Apakah ada pengaruh karakteristik petani (umur, lama pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, dan luas lahan) terhadap produksi sistem tanam jajar legowo 2:1? 4. Apakah ada pengaruh karakteristik petani (umur, lama pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, dan luas lahan) terhadap pendapatan sistem tanam jajar legowo 2:1? 5. Apakah ada masalah-masalah dan bagaimana upaya mengatasi masalahmasalah sistem tanam jajar legowo 2:1? 5
6 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh faktor-faktor (luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap produksi sistem tanam jajar legowo 2:1 2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh faktor-faktor (luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap pendapatan sistem tanam jajar legowo 2:1 3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh karakteristik petani (umur, lama pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, dan luas lahan) terhadap produksi sistem tanam jajar legowo 2:1 4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh karakteristik petani (umur, lama pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, dan luas lahan) terhadap pendapatan sistem tanam jajar legowo 2:1 5. Untuk mengetahui apakah ada masalah-masalah dan bagaimana upaya mengatasi masalah-masalah sistem tanam jajar legowo 2:1 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai wacana dan sumber informasi bagi petani dan masyarakat umum. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi baik akademis maupun non akademis. 3. Sebagai bahan kebijakan pemerintah selanjutnya. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Metode Penelitian : Dalam penelitian ini untuk mengetahui hipotesis 1 pada pengaruh faktor-faktor (luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap produksi sistem tanam jajar legowo 2:1 dan hipotesis 2 pada 6
7 pengaruh faktor-faktor (luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap pendapatan sistem tanam jajar legowo 2:1 dan hipotesis 3 pada pengaruh karakteristik petani (umur, lama pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, dan luas lahan) terhadap produksi sistem tanam jajar legowo 2:1 serta hipotesis 4 pada pengaruh karakteristik petani (umur, lama pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, dan luas lahan) terhadap pendapatan sistem tanam jajar legowo 2:1, menggunakan model Regresi Linear Berganda dengan teknik estimasi Ordinary Least Square (OLS) serta hipotesis 5 masalah-masalah dan bagaimana upaya mengatasi masalahmasalah sistem tanam jajar legowo 2:1 diselesaikan secara deskriptif. 2. Jumlah Sampel : Sampel penelitian yaitu Semua petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo 2:1 di Desa Sei Bamban. 3. Waktu Penelitian : Penelitian dilakukan pada bulan Februari - Maret tahun 2017. 4. Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Bamban. 7