BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu penentuan daerah sesuai dengan tujuan penelitian yakni Desa Sei Bamban yang merupakan daerah yang mengusahakan pertanian padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel. Hal ini didukung dengan data serbagai berikut: Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Rata Rata Produksi Padi Sawah Menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 Kotarih ,032 2 Silinda ,191 3 Bintang Bayu Dolok Masihul ,602 5 Serbajadi ,513 6 Sipispis ,303 7 Dolok Merawan Tebing Tinggi ,524 9 Tebing Syahbandar , Bandar Khalipah , Tanjung Beringin , Sei Rampah , Sei Bamban , Teluk Mengkudu , baungan , Pegajahan , Pantai Cermin ,761 Serdang Bedagai ,611 Sumber :Dinas tanian Dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun

2 28 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Sei Bamban pada tahun 2015 merupakan kecamatan dengan luas panen padi sawah seluas Ha, produksi sebesar ton dan rata-rata produksi sebanyak 5,604 Ton/Ha. Kecamatan Sei Bamban terdiri dari sepuluh desa, dan salah satu diantaranya adalah desa Sei Bamban. Desa Sei Bamban merupakan daerah yang mengusahakan pertanian padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel. 3.2 Metode Penentuan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah petani di Desa Sei Bamban. Penggolongan untuk petani yang melakukan usahatani ini terdiri sistem tanam jajar legowo 2:1 dan sietem tanam jajar legowo 4:1 serta petani yang menggunakan sistem tanam tegel. Metode penentuan sampel petani di Desa Sei Bamban dilakukan secara Disproporsionate random sampling yaitu metode untuk menentukan jumlah sampel apabila popolasinya kurang proporsional, yakni salah satu strata lebih besar dibanding strata yang lain. dimana pembagiannya dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 6. Populasi dan Sampel Padi Sawah Dengan Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1, Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 dan Sistem Tanam Tegel. No Sistem Tanam Populasi Sampel 1 Jajar Legowo 2: Jajar Legowo 4: Tegel Total Sumber: Petugas PPL tanian Desa Sei Bamban, Tahun 2016.

3 29 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa populasi petani yang menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1 hanya 10 petani maka seluruhnya akan dijadikan sampel. Hal ini menyebabkan hanya sampel dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 yang diambil secara proporsional. Jumlah sampel untuk sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah sebanyak 10 petani. Jumlah sampel untuk petani padi sawah sistem tegel adalah sebanyak 17 petani. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan para petani dan PPL tanian di Desa Sei Bamban, baik melalui survei ataupun melalui daftar kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui lembaga, instansi, atau dinas yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik dan Balai Pengkajian Teknologi tanian Sumatera Utara (BPTP Sumut). 3.4 Metode Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terlebih dahulu ditabulasi, lalu dijabarkan dan dianalisis dengan metode analisis yang sesuai. Hernanto (1993) menyatakan bahwa satuan tenaga kerja dalam usahatani dibedakan atas: Hari kerja pria (HKP) = 1 HKP Hari kerja wanita (HKW) = 0,8 HKP Hari kerja anak (HKA) Hari kerja ternak (HKT) = 0,5 HKP = 5 HKP

4 30 Hari kerja mesin (HKM) = 25 HKP Nilai Penyusutan Alat (NPA), merupakan nilai yang terdapat pada suatu alat dengan melihat harga awal dari barang tersebut, harga akhir, umur ekonomis, dan jumlah barang tersebut (Zaki Baridwan, 2001). NPA = Harga awal Harga akhir x Jumlah Alat Umur Ekonomis Seluruh hipotesis dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA yang merupakan pengembangan dari uji-t 2-sampel. bedaannya, uji t hanya mampu mengakomodasi pengujian kesamaan 2 rata-rata populasi, sedangkan uji Anova digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata untuk 3 atau lebih populasi. Tujuannya sama dengan uji-t, yaitu menguji kesamaan rata-rata dari 3 atau lebih populasi. Kriteria Uji: H 0 diterima jika sig > α0,05 artinya tidak ada perbedaan H 1 diterima jika sig < α0,05 artinya ada perbedaan

5 Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai penelitian tentang istilahistilah yang terdapat didalam proposal ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut: 1. Petani padi sawah adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman padi, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. 2. Usahatani padi merupakan suatu proses produksi yang dijalankan sebagai suatu usaha komersial yang memerlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan suatu produksi. 3. Sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah rekayasa teknologi tanam padi dimana antara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi dengan pemadatan barisan bagian pinggir agar tersedia ruang terbuka untuk mendapatkan lebih banyak cahaya matahari serta unsur hara sehingga produktivitas tanaman lebih optimal, cara tanam berselang seling 2 baris dan 1 baris kosong. 4. Sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah rekayasa teknologi tanam padi dimana antara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi dengan pemadatan barisan bagian pinggir agar tersedia ruang terbuka untuk mendapatkan lebih banyak

6 32 cahaya matahari serta unsur hara sehingga produktivitas tanaman lebih optimal, cara tanam berselang seling 4 baris dan 1 baris kosong. 5. Sistem tanam tegel adalah penanaman padi dimana antara barisan tanaman padi diberi jarak yang sama dan tidak terdapat lorong kosong yang lebih lebar. 6. Faktor produksi merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan suatu produksi seperti lahan, modal (bibit, pupuk, pestisida) dan tenaga kerja. 7. Lahan sawah umumnya merupakan berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang, saluran untuk menahan/menyalurkan air. 8. Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi lainnya menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian 9. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja dan potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang atau jasa. 10. Produksi adalah hasil dari kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani. 10. Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. 11. Penerimaan adalah hasil penjualan padi sawah yang dikalikan dengan harga jual oleh petani. 11. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi, yang terdiri dari: biaya sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida), biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya. 12. Pendapatan adalah hasil pengurangan dari penerimaan dan biaya produksi.

7 Kelayakan adalah suatu kegiatan analisis untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usahatani Batasan Operasional 1. Penelitian dilakukan Pada tahun Bulan Januari Tahun 2017 di Desa Sei Bamban, Kecamatan sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Sampel adalah petani yang menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel. 3. Penelitian dilakukan dalam satu kali musim tanam.

8 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Geografis Desa Batas Administrasi dan Aksesbilitas Desa Desa Sei Bamban merupakan salah satu desa dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai yang dipimpin oleh Kepala Desa baru hasil pemilihan kepala desa 2013 yang bernama Alferius Sihotang, SH. Luas wilayah desa Sei Bamban ialah sebesar 1.862,16 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Pon Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Suka Damai Sebelah Barat Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Bakaran Batu : berbatasan dengan Desa Tanjung Beringin dan Tebing Tinggi. Jarak tempuh dari ibukota kecamatan ke Desa Sei Bamban ialah 1 km dengan waktu tempuh 5 menit dan jarak dari ibukota kabupaten 8 km dengan waktu tempuh 15 menit serta jarak dari ibukota provinsi adalah 66 km dengan waktu tempuh 1,5-2 jam dengan menggunakan sepeda motor Topografi Desa Sei Bamban berada pada ketinggian 13 m dpl dan merupakan dataran rendah dengan kondisi lahan yang berbeda-beda, yang terdiri dari jalan seluas 15 Ha, sawah 1600 Ha, ladang 158 Ha, perkebunan 4 Ha, bangunan umum 2 Ha, pemukiman/perumahan 76 Ha, pekuburan 5 Ha, industri 8 Ha dan pekantoran 34

9 35 0,16 Ha. Struktur penggunaan yang diatur sedemikian rupa, sehingga tampak kawasan yang indah dan asri Agroklimat Desa Sei Bamban memiliki suhu sekitar 33 0 Celcius, dengan curah hujan rata - rata di Desa Sei Bamban adalah 120,9 mm/tahun. 4.2 Kependudukan dan SDM Jumlah Penduduk Tabel 7. Komposisi Penduduk di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. No Golongan Penduduk Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 Laki-laki empuan Jumlah Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Desa Sei Bamban tahun 2016 mencapai orang yang terdiri dari orang lakilaki dan orang perempuan Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. No Golongan Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) > Jumlah Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa penduduk Desa Sei Bamban yang berada pada usia produktif yaitu pada umur berjumlah sebesar jiwa.

10 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tabel 9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. No Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 Wiraswasta Petani Buruh Tani Pegawai Negeri TNI-POLRI 69 6 Nelayan 10 7 Karyawan Jasa Lainnya Jumlah Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk di Desa Sei Bamban bekerja sebagai petani Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Tabel 10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. No Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 TK SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat D D D S S S.3 0 Jumlah Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk Desa Sei Bamban memiliki pendidikan terakhir SD atau sederajat sebanyak jiwa.

11 Pola Penggunaan Lahan Desa Sei Bamban berikut: Pola penggunaan lahan di Desa Sei Bamban dapat dilihat pada tabel Tabel 11. Pola Penggunaan Lahan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. No Jenis Lahan Luas Lahan (Ha) 1 Jalan 15 2 Sawah Ladang kebunan 4 5 Bangunan Umum 2 6 Pemukiman 76 7 Pekuburan 5 8 Industri 8 9 kantoran 0,16 Jumlah 1.868,16 Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa mayoritas penggunaan lahan adalah lahan sawah seluas Ha. 4.4 Sarana Umum Tabel 12. Sarana-Sarana di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. Kategori Jumlah Sarana Ibadah : Masjid 4 Musholla 11 Gereja 7 Klenteng 2 Sarana Pendidikan: PAUD 3 TK 12 SD 12 SMP 1 SMA - Sumber :Data Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDES), Tahun 2016.

12 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Sei Bamban merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai dan satu-satunya desa yang menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1. Hal ini disebabkan penyuluh pertanian terbaik se- Serdang Bedagai berasal dari Desa Sei Bamban sehingga penyuluh tersebut menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1 yang masih tergolong sistem tanam baru di wilayah beliau bertugas. Sistem tanam jajar legowo 4:1dan sistem tanam tegel sudah lama diterapkan di desa ini. Sistem tanam jajar legowo merupakan suatu cara tanam padi sawah dengan beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Sistem tanam jajar legowo 2:1 merupakan sistem tanam yang terdiri dari dua baris kemudian diselingi satu baris kosong, sistem tanam jajar legowo 4:1 merupakan sistem tanam yang terdiri dari empat baris kemudian diselingi satu baris kosong dan sistem tanam tegel merupakan sistem tanam dengan jarak tanam yang sama. Adapun gambaran dari ketiga sistem tanam diatas dapat dilihat dari gambar berikut. 20 cm 40 cm 20 cm X X X X X X X X X X X X X X X X Gambar 3. Pola Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 38

13 39 20 cm 20 cm 20 cm 40 cm 12,5cm X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Gambar 4. Pola Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 25 cm 25 cm 25 cm 25 cm 25 cm 25 cm25 cm 25cm X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Gambar 5. Pola Sistem Tanam Tegel Sistem tanam jajar legowo memberikan ruang tumbuh yang longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari yang leih baik untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, upaya pegendalian gulma serta pemupukan dapat dilakukan dengan mudah dikarenakan adanya larik atau barisan kosong yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sitem tanam tegel. Dalam budidaya padi sawah terdapat beberapa tahapan seperti: a. semaian Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ± 25 kg atau dengan kata lain dibutuhkan benih sebanyak 1kg/rante. Pada umumnya benih yang disemai adalah jenis varietas Ciherang, namun terdapat juga jenis varietas lainnya seperti IR-64, Impari-30, dan Gemuruh dan penyemaian

14 40 dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari tenaga kerja dalam keluarga. Benih yang telah disiapkan kemudian di rendam dalam air selama 24 jam. Setelah itu disimpan didalam karung selama 24 jam hingga kecambah benih padi muncul. Setelah kecambah padi muncul, benih disemai ke lahan semai yang telah di siapkan terlebih dahulu. Untuk luas lahan 1 Ha diperlukan luas lahan persemaian sebesar 1 rante (400 m 2 ). b. siapan Lahan Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali garu) atau pengolahan tanah sesuai keperluan dan kondisi. Faktor yang menentukan adalah jenis/tekstur tanah. Umumnya petani menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga dengan sistem upah borongan. Besarnya tenaga kerja mesin traktor setara dengan 25 HKP dalam kegiatan usahatani padi sawah. c. Penanaman Bibit muda yang siap ditanam berumur < 21 hari setelah disemai. Jumlah bibit yang ditanam sebanyak 1-3 bibit/rumpun. Jarak tanam untuk padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah berselang seling 2 baris dan 1 baris kosong dan jarak tanam yang digunakan adalah 40x20x20 cm dengan jumlah rumpun per hektar adalah sebanyak Pola penanaman untuk padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dan jarak tanam yang digunakan adalah 40x20x12,5 cm dengan jumlah rumpun per hektar adalah sebanyak Sedangkan sistem tanam tegel memiliki jarak yang sama pada setiap tanaman yakni 25x25x25 cm dengan jumlah rumpun per hektar adalah sebanyak Sedangkan perbedaan selanjutnya yaitu upah tenaga kerja yang

15 41 bersal dari luar keluarga (TKLK). Upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah Rp , upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah Rp dan upah tenaga kerja pada sistem tanam tegel adalah Rp Upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan tegel disebabkan sistem tanam ini masih tergolong baru penerapannya sehingga para buruh tani masih mengalami kesulitan dan belum terbiasa dalam hal penanaman. d. Penyulaman Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 14 hari setelah tanam. Umumnya penyulaman dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Penyulaman dilakukan tergantung pada kondisi tanaman di lahan persawahan baik untuk padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel. e. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang ada di sekitar tanaman padi sawah. Proses penyiangan di lakukan secara berkala sesuai dengan kondisi gulma di lahan persawahan. Umumnya penyulaman dilakukan sendiri oleh petani sehingga tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. f. Pemupukan dan Pengendalian Hama Umumnya pemupukan dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu setelah pengolahan lahan, setelah penanaman, dan setelah penyiangan. Pengendalian hama dilakukan ketika muncul tanda-tanda serangan hama dengan cara disemprot.

16 42 h. Pengairan Umumnya pengairan dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Pengairan padi sawah untuk ketiga sistem tanam tersebut bersumber dari jaringan irigasi yang tersedia. Pengairan ini dilakukan saat ingin melakukan pengolahan lahan, dua minggu setelah tanam hingga sebelum padi mengeluarkan malai. i. Panen Umumnya panen dilakukan dengan cara sistem upah borongan. Panen dilakukan saat gabah telah menguning, tetapi malai masih segar. Cara memanen padi menggunakan arit, dengan panjang cm di atas permukaan tanah. Kemudian gabah yang telah diarit ditumpuk menggunakan alas tikar plastik sebelum dirontok. ontokan gabah menggunakan power tresher atau pedal tresher. 5.1 Curahan Tenaga Kerja Tenaga kerja usahatani padi sawah diperoleh dari dalam keluarga dan luar keluarga petani. Tenaga luar keluarga dapat diperoleh dengan cara upahan. Tenaga kerja pria biasanya dapat mengerjakan seluruh pekerjaan, dan tenaga kerja wanita biasanya digunakan untuk menanam, menyulam dan menyiang. Pembayaran upah biasanya secara borongan. Namun, dengan adanya teknologi yang dapat meringankan pekerjaan manusia maka pekerjaan yang berat seperti membajak sawah digantikan dengan tenaga mesin seperti traktor. Besarnya 1 HKM tenaga kerja mesin traktor setara dengan 25 HKP dalam kegiatan usahatani padi sawah.

17 43 Adapun besarnya curahan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban adalah sebagai berikut: Tabel 13. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Petani Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0, Pengolahan Lahan ,071 Penanaman ,160 0 Penyulaman 0, Penyiangan 0, Pemupukan dan Pengendalian Hama 0, Pengairan 0, Pemanenan , Jumlah 1, ,301 7,160 21,071 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun Tabel 14. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0, Pengolahan Lahan ,857 Penanaman ,023 0 Penyulaman 0, Penyiangan 0, Pemupukan dan Pengendalian Hama 0, Pengairan 0, Pemanenan , Jumlah 1, ,739 7,023 17,857 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja pada tahap persemaian dikerjakan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga. Pengolahan lahan dikerjakan dengan tenaga kerja mesin traktor dengan tiga tahap

18 44 yaitu dua kali bajak dan satu kali garu dimana satu tenaga kerja mesin setara dengan 25 HKP tenaga kerja manusia. Penanaman dikerjakan oleh tenaga kerja wanita yang berasal dari luar keluarga dimana satu tenaga kerja wanita setara dengan 0,8 HKP tenaga kerja pria. Penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama, pengairan serta pemanenan juga dikerjakan oleh tenaga kerja pria, namun tenaga kerja yang digunakan dalam pemanenan berasal dari luar keluarga. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah pada tahap pengolahan lahan. Tabel 15. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Petani Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0, Pengolahan Lahan ,643 Penanaman ,520 0 Penyulaman 0, Penyiangan 1, Pemupukan dan Pengendalian Hama 0, Pengairan 0, Pemanenan , Jumlah 2, ,375 5,520 14,643 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

19 45 Tabel 16. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0, Pengolahan Lahan ,857 Penanaman ,067 0 Penyulaman 0, Penyiangan 1, Pemupukan dan Pengendalian Hama 0, Pengairan 0, Pemanenan , Jumlah 3, ,208 8,067 17,857 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja pada tahap persemaian dikerjakan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga. Pengolahan lahan dikerjakan dengan tenaga kerja mesin traktor dengan tiga tahap yaitu dua kali bajak dan satu kali garu dimana satu tenaga kerja mesin setara dengan 25 HKP tenaga kerja manusia. Penanaman dikerjakan oleh tenaga kerja wanita yang berasal dari luar keluarga dimana satu tenaga kerja wanita setara dengan 0,8 HKP tenaga kerja pria. Penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama, serta pengairan juga dikerjakan oleh tenaga kerja pria dari dalam keluarga, dan pemanenan dikerjakan oleh tenaga pria berasal dari luar keluarga. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah pada tahap pengolahan lahan.

20 46 Tabel 17. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Tegel Petani Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam tegel Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0, Pengolahan Lahan ,205 Penanaman ,556 0 Penyulaman 0, ,282 0 Penyiangan 0, ,353 0 Pemupukan dan Pengendalian Hama 0, Pengairan 0, Pemanenan , Jumlah 2, ,102 7,191 16,205 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun Tabel 18. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Tegel Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Tegel Jenis Tahapan TKDK TKLK HKP HKW HKM HKP HKW HKM semaian 0, Pengolahan Lahan ,857 Penanaman ,193 0 Penyulaman 0, , Penyiangan 1, , Pemupukan dan Pengendalian Hama 0, Pengairan 0, Pemanenan , Jumlah 2, ,982 8,193 17,857 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja2 pada tahap persemaian dikerjakan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga. Pengolahan lahan dikerjakan dengan tenaga kerja mesin traktor dengan tiga tahap yaitu dua kali bajak dan satu kali garu dimana satu tenaga kerja mesin setara dengan 25 HKP tenaga kerja manusia. Penanaman dikerjakan oleh tenaga kerja

21 47 wanita yang berasal dari luar keluarga dimana satu tenaga kerja wanita setara dengan 0,8 HKP tenaga kerja pria. Penyulaman dan penyiangan dikerjakan oleh tenaga kerja pria dan wanita yang berasal dari dalam keluarga, pemupukan dan pengendalian hama, pengairan serta pemanenan juga dikerjakan oleh tenaga kerja pria, namun tenaga kerja yang digunakan dalam pemanenan berasal dari luar keluarga. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah pada tahap pengolahan lahan. Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh total curahan tenaga kerja per tahapan dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban adalah sebagai berikut: Tabel 19. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Petani Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jenis Tahapan Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel HKP HKP HKP semaian 0,588 0,525 0,621 Pengolahan Lahan 21,071 14,643 16,205 Penanaman 7,16 5,52 6,556 Penyulaman 0,225 0,07 0,408 Penyiangan 0,288 1,089 0,919 Pemupukan dan Pengendalian Hama 0,55 0,225 0,81 Pengairan 0,263 0,138 0,122 Pemanenan 10,301 7,375 9,102 Jumlah 40,446 29,585 34,390 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

22 48 Tabel 20. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jenis Tahapan Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel HKP HKP HKP semaian 0,543 0,742 0,809 Pengolahan Lahan 17,857 17,857 17,857 Penanaman 7,023 8,067 8,193 Penyulaman 0,291 0,078 0,272 Penyiangan 0,320 1,715 1,186 Pemupukan dan Pengendalian Hama 0,509 0,367 0,498 Pengairan 0,320 0,293 0,262 Pemanenan 9,739 10,208 9,735 Jumlah 36,602 39,327 38,812 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 Pada tahap persemaian curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan jumlah jam kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah. Pada tahap pengolahan lahan jumlah curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 sama dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan sistem upah dengan cara borongan sama yaitu dua kali bajak dan satu kali garu yang dikerjakan oleh satu orang pekerja. Pada tahap penanaman curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam tegel. Pada tahap penyulamam curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan

23 49 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan saat penanaman jumlah bibit yang ditanam hanya 1-2/lubang tanam. Pada tahap penyiangan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan jumlah tanaman yang lebih sedikit sehingga curahan tenaga kerja lebih rendah karena pertumbuhan gulma terkendali dan curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah tanaman yang lebih banyak mengakibatkan banyaknya gulma yang tumbuh. Pada tahap pemupukan dan pengendalian hama curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan adanya jumlah baris kosong membuat petani lebih detail untuk memupuk tanaman dan pengendalian hama melalui baris kosong dan waktu yang digunakan juga lebih lama sehingga curahan tenaga kerja lebih tinggi. Pada tahap pengairan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel. Pada tahap pemanenan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah rumpun yang lebih sedikit sehingga waktu yang dibutuhkan lebih cepat dan lebih tinggi dari sistem tanam tegel dikarenakan jumlah rumpun lebih banyak sehingga waktu yang digunakan lebih lama dan curahan tenaga kerja yang tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah rumpun tanaman yang lebih banyak. Dari uraian diatas secara fisik terlihat ada perbedaan curahan tenaga kerja antara ketiga sistem tanam tersebut. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:

24 50 Tabel 21. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. No Sistem Tanam Curahan Tenaga Kerja Petani (HKP/Petani/MT) Curahan Tenaga Kerja Hektar (HKP/Ha/MT) 1 Jajar Legowo 2:1 40,446 36,602 2 Jajar Legowo 4:1 29,585 39,327 3 Tegel 34,743 38,812 Sumber:Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas menunjukkan bahwa besarnya curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan jumlah jam kerja pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1.Walau terlihat ada perbedaan, namun secara statistik yang diuji melalui uji beda ANOVA dibantu perangkat lunak SPSS, maka hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari hasil uji berikut: Tabel 22. Hasil Analisis Uji ANOVA Curahan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 43, ,866,682,512 Within Groups 1089, ,041 Total 1133, Sumber: Lampiran 7 (Data Diolah), Tahun Dari hasil uji analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,512 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel. Untuk mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja yang lebih signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1,

25 51 sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel, dan sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel maka dapat dilihat dari hasil uji berikut: Tabel 23. Hasil Analisis Uji Post Hoc Test Curahan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Post Hoc Tests Multiple Comparisons (I) grup (J) grup Sig. Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1,535 Tegel,594 Tukey HSD Jajar Legowo 4:1 Jajar Legowo 2:1,535 Tegel,972 Tegel Jajar Legowo 2:1,594 Jajar Legowo 4:1,972 Sumber: Lampiran 7 (Data Diolah), Tahun Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar 0,535 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,594 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,972 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel.

26 Biaya Produksi Biaya produksi usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dari awal hingga akhir dalam proses produksi selama satu kali musim tanam. Biaya produksi dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban meliputi biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya penyusutan. Adapun rincian biaya produksi tersebut adalah sebagai berikut: Biaya benih merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan benih. Harga benih adalah Rp /Kg. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: Tabel 24. Penggunaan Benih Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Jenis Biaya Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Kg Kg Kg Kg Kg Kg Benih 29,50 25,00 20,70 25,33 23,71 28,30 Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas menunjukkan bahwa penggunaan benih pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan penggunaan benih tertinggi adalah sistem tanam tegel dikarenakan petani yang menggunakan sistem tanam tegel terbiasa menyemai benih lebih banyak sebagai cadangan untuk penyulaman apabila bibit yang ditanam terkena banjir atau terserang hama seperti keong mas.

27 53 Tabel 25. Biaya Benih Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Jenis Biaya Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Rp Rp Rp Rp Rp Rp Benih Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya benih pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah sistem tanam tegel. Biaya pupuk merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan pupuk. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: Tabel 26. Penggunaan Pupuk Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel (Kg) (Kg) (Kg) Jenis Pupuk Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Urea 196,90 165,13 90,75 135,00 107,91 122,38 SP ,00 141,58 101,50 116,50 88,74 97,47 ZA 125,50 119,58 101,10 114,50 88,74 97,74 NPK 126,70 121,08 101,50 116,50 88,74 97,74 Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penggunaan pupuk masing-masing sistem tanam berbeda jumlah dosisnya. Penggunaan pupuk sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel baik untuk penggunaan pupuk Urea, SP-36, ZA, dan NPK.

28 54 Tabel 27. Biaya Pupuk Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Jenis Biaya Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pupuk Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas dapat diketahui biaya pupuk sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pupuk sistem tanam jajar legowo lebih tinggi. Pada tahap pengendalian hama jumlah dosis yang digunakan juga berbeda. Umumnya pengendalian hama dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Pengendalian hama yang dilakukan oleh petani menggunakan pestisida dengan cara disemprot, adapun pestisida yang digunakan untuk lahan padi sawah per hektar adalah sebagai berikut : Tabel 28. Penggunaan Pestisida Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Tanam Jajar 4:1 Tegel (Botol) (Botol) (Botol) Jenis Pupuk Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Spontan 2,60 2,08 3,10 4,28 3,24 3,95 Maxima 0,85 0,57 0,52 0,75 0,76 0,72 Rosasol 1,25 0,84 0,97 1,38 0,59 0,75 Blast 0,74 0,71 0,18 0,30 0,73 0,80 Ultimex 0,74 0,73 0,63 0,94 0,77 0,93 Welcot 0,74 0, ,30 0,35 Emerge 0,59 0,70 0,63 0,79 0,53 0,54 Inotan 0 0 0,25 0, Sekribid 0 0 0,14 0, Skor Diten ,85 1, Sumber:Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.

29 55 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penggunaan pestisida pada sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah Spontaan, Maxima, Rosasol, Blast, Ultimex, Welcot, dan Emerge begitu juga dengan sistem tanam tegel sedangkan sistem tanam jajar legowo 4:1 menggunakan pestisida Spontan, Maxima, Rosasol, Blast, Ultimex, Emerge, Inotan, Sekribid dan Diten 45. Biaya pestisida merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan pestisida. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: Tabel 29. Biaya Pestisida Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Jenis Biaya Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pestisida Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas dapat diketahui biaya pestisida sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pestisida sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih sedikit jenis nya dan biaya pestisida tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah jenis pestisida yang digunakan lebih banyak. Biaya tenaga kerja merupakan hasil kali curahan tenaga kerja dengan upah. Besarnya upah tenaga adalah Rp /HKP, tetapi upah penanaman upah berbeda, untuk sistem tanam jajar legowo 2:1 sebesar Rp dan untuk sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel sebesar Rp Untuk upah pengolahan lahan dengan tenaga mesin traktor adalah Rp /rante atau

30 56 bila dikonversikan ke satuan luas lahan yaitu hektar adalah Rp Besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani adalah sebagai berikut: Tabel 30. Penggunaan Biaya Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jenis Biaya Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Rp Rp Rp Rp Rp Rp semaian Pengolahan Lahan Penanaman Penyulaman Penyiangan Pemupukan & P.Hama Pengairan Pemanenan Jumlah Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya persemaian sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah. Biaya pengolahan lahan memiliki biaya yang sama karena upah borongan per hektar juga sama sebesar Rp Biaya penanaman sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan upah tanam sistem jajar legowo 2:1 lebih tinggi sebesar Rp bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel sebesar Rp Biaya penyulaman sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi. Biaya penyiangan sistem tanam

31 57 jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah gulma yang banyak sehingga biaya yang dikeluarkan untuk penyiangan juga tinggi. Biaya pemupukan dan pengendalian hama sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pupuk dan pestisida lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tegel. Biaya pengairan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo lebih tinggi. Biaya pemanenan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan curahan tenaga kerja tinggi. Biaya penyusutan merupakan biaya penyusutan dari suatu peralatan yang digunakan petani dalam usahatani padi sawah. Biaya penyusutan diperoleh dari selisih harga awal dengan harga akhir peralatan dibagi dengan masa pakai. alatan yang digunakan dalam usahatani padi sawah seperti cangkul, koret, parang, arit, semprot manual, semprot mesin, ember, hand tractor, dan mesin babat. Besarnya biaya penyusutan peralatan tersebut adalah sebagai berikut:

32 58 Tabel 31. Biaya Penyusutan alatan Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Sistem Tanam Jajar Legowo Tanam Jajar 4:1 Tegel 2:1 Jenis Pupuk (Rp) (Rp) (Rp) Petani Hektar Petani Hektar Petani Hektar Cangkul Koret Parang Arit Semprot Manual Semprot Mesin Ember Hand Tractor Mesin Babat Jumlah Sumber:Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun Tabel 32. Total Biaya Penyusutan alatan Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Biaya Penyusutan No Sistem Tanam Petani Hektar (Rp) (Rp) 1 Jajar Legowo 2: Jajar Legowo 4: Tegel Sumber: Lampiran 4 Data (Diolah), Tahun Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya penyusutan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan biaya awal peralatan pada sistem tanam jajar legowo 4:1 lebih mahal dan umur ekonomis peralatan rendah dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam tegel dikarenakan umur ekonomisnya lebih lama. Berdasarkan uraian diatas maka besarnya total biaya produksi dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban adalah sebagai berikut:

33 59 Tabel 33. Total Biaya Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Biaya Produksi No Sistem Tanam Petani Hektar (Rp) (Rp) 1 Jajar Legowo 2: Jajar Legowo 4: Tegel Sumber: Lampiran 5 (Data Diolah), Tahun Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya produksi sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan lebih tinggi bila dibandingkan sistem tanam tegel. Walau terlihat ada perbedaan, namun secara statistik yang diuji melalui uji beda ANOVA dibantu perangkat lunak SPSS, maka hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari hasil uji berikut: Tabel 34. Hasil Analisis Uji ANOVA Biaya Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. ANOVA Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups , ,95 2,957,065 Within Groups , ,71 Total ,26 36 Sumber: Lampiran 8 (Data Diolah, Tahun Dari hasil analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,065 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan sistem tanam tegel. Untuk mengetahui perbedaan biaya produksi yang lebih signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1, sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel, dan sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel maka dapat dilihat dari hasil uji berikut:

34 60 Tabel 35. Hasil Analisis Uji Post Hoc Test Biaya Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Post Hoc Tests Multiple Comparisons (I) grup (J) grup Sig. Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1,251 Tegel,825 Tukey HSD Jajar Legowo 4:1 Jajar Legowo 2:1,251 Tegel,055 Tegel Jajar Legowo 2:1,825 Jajar Legowo 4:1,055 Sumber: Lampiran 8 (Data Diolah), Tahun Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar 0,251 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,825 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,055 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel.

35 Produktivitas Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan luas lahan yang digunakan selama musim tanam. Secara fisik terlihat ada perbedaan produktivitas antara ketiga sistem tanam tersebut. bedaan ini dikarenakan Luas lahan sawah yang dimiliki dan input yang digunakan seperti varietas benih, pupuk dan pestisida tiap petani berbedabeda antara ketiga sistem sehingga mempengaruhi produktivitas Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 36. Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Produktivitas No Sistem Tanam Petani Hektar (Ton) (Ton) 1 Jajar Legowo 2:1 8,77 7,48 2 Jajar Legowo 4:1 5,33 6,45 3 Tegel 4,65 5,03 Sumber: Lampiran 6 (Data Diolah), Tahun Tabel 37. sentase Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. sentase Produktivitas No Sistem Tanam Petani Hektar (%) (%) 1 Jajar Legowo 2:1 46,77 39,45 2 Jajar Legowo 4:1 28,43 34,02 3 Tegel 24,80 26,53 Total Sumber: Lampiran 6 (Data Diolah), Tahun Berdasarkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan rata-rata produktivitas padi sawah dalam kurun waktu lima tahun terakhir adalah 5,11 ton/ha. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa produktivitas per hektar sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel. Bila dilihat dari standart rata-rata produktivitas maka usahatani sistem

36 62 tanam jajar legowo 2:1 tergolong tinggi bahkan ada yang mencapai 9 ton/ha. Oleh karena produktivitas padi sawah sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel maka sebaiknya usahatani yang diterapkan didaerah penelitian adalah sistem tanam jajar legowo 2:1. bedaan ini juga dapat dilihat dari hasil uji statistik yang diuji melalui uji beda ANOVA dibantu perangkat lunak SPSS, maka hasil uji menunjukkan ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari hasil uji berikut: Tabel 38. Hasil Analisis Uji ANOVA Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. ANOVA Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 39, ,800 35,940,000 Within Groups 18,731 34,551 Total 58, Sumber: Lampiran 9 (Data Diolah), Tahun Dari hasil analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak H 1 diterima yang artinya ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan sistem tegel. Untuk mengetahui perbedaan produktivitas yang lebih signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1, sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel, dan sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel maka dapat dilihat dari hasil uji berikut:

37 63 Tabel 39. Hasil Analisis Uji Post Hoc Test Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Hektar Musim Tanam Di Desa Sei Bamban. Post Hoc Tests Multiple Comparisons (I) grup (J) grup Sig. Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1,011 Tegel,000 Tukey HSD Jajar Legowo 4:1 Jajar Legowo 2:1,011 Tegel,000 Tegel Jajar Legowo 2:1,000 Jajar Legowo 4:1,000 Sumber: Lampiran 9 (Data Diolah), Tahun Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar 0,011 < α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,000 < α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel. Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,000 < α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel.

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No Pertanyaan Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Total Skor 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28 3

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN Singgih Kusuma Wardani / 20110220024 Francy Risvansuna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Deskripsi Umum Wilayah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara Geografis Wilayah Kecamatan Dungaliyo, merupakan salah satu Wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo, yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015

Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015 Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015 No Kelompok Tani Luas Lahan (Ha) Umur (Tahun) Lama Bertani (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Tingkat Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) (Suatu Kasus di Desa Wanareja Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Eni Edniyanti

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 3 IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 3.1 Indikator dan Skoring 3.1.1 Indikator Daerah Berpendapatan Rendah Daerah berpendapatan rendah dalam kajian ini adalah daerah bila dilihat dari

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui 5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH Andi Ishak, Bunaiyah Honorita, dan Yesmawati Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dari bulan Maret sampai bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai 3.1.1 Letak Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2 0 57 Lintang Utara, 3 0 16 Lintang Selatan, 98 0 33 Bujur Timur,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Identitas petani merupakan gambaran umum petani di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman. Identitas petani yang dimaksud meliputi usia, tingkat pendidikan terakhir,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO ISBN : 978-602-1276-01-3 SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK EVALUASI PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DALAM SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 (Kasus : Desa Sei Buluh Kec. Teluk Mengkudu Kab. Serdang Bedagai) Susilo Sudarman *), Salmiah **) dan M. Jufri **) *) Alumni Program

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Uns Ke 41 Tahun 2017 "Peranan SDM Pertanian dan Perkebunan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional" Tingkat Penerapan Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang dilakasanakan pada musim gadu bulan Juli-Oktober 2012. Pengamatan dilakukan

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK PENDAHULUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja Eddy Makruf, Yulie Oktavia dan Wawan Eka Putra

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI Keragaan usahatani pada penelitian ini dijelaskan secara deskriptif. Penjelasan keragaan usahatani meliputi penggunaan input dan cara budidaya padi dengan metode

Lebih terperinci

Lampiran 1. Biaya Penggunaan Bibit pada UsahaTani Padi Sawah Sistem Tanam SRI per Petani permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

Lampiran 1. Biaya Penggunaan Bibit pada UsahaTani Padi Sawah Sistem Tanam SRI per Petani permusim Tanam di Desa Pematang Setrak Lampiran 1. Biaya Penggunaan Bibit pada UsahaTani Padi Sawah Sistem Tanam SRI per Petani permusim Tanam di Desa Pematang Setrak No. Sampel Luas Lahan (Ha) Kebutuhan Benih (Kg) Bibit Biaya Benih 1 0.20

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah Kabupaten grobogan salah satu wilayah yang secara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Grobogan

Lebih terperinci

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan LAMPIRAN 9 Lampiran. Pengukuran variabel penelitian Tabel. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan a. Varietas lokal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen

Lebih terperinci

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH Oleh : Drh. Saiful Helmy Pendahuluan Dalam rangka mendukung Upaya Khusus Pajale Babe yang digalakkan pemerintah Jokowi, berbagai usaha dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya. Kemampuan sektor pertanian dapat ditunjukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH PER 1 JANUARI 2010 TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

PENGARUH KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH PER 1 JANUARI 2010 TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH PENGARUH KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH PER 1 JANUARI 2010 TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH Studi Kasus : Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang SKRIPSI

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Eka Rastiyanto Amrullah¹ dan Sholih Nugroho Hadi² ¹Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Ciptayasa KM 01 Ciruas Serang

Lebih terperinci

59 ZIRAA AH, Volume 43 Nomor 1, Pebruari 2018 Halaman ISSN ELEKTRONIK

59 ZIRAA AH, Volume 43 Nomor 1, Pebruari 2018 Halaman ISSN ELEKTRONIK 59 ANALISIS USAHA TANI PADI (Oriza sativa L) DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO 2:1 DI KELURAHAN BINUANG KECAMATAN BINUANG KABUPATEN TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (Rice Farming System (Oriza sativa L) Analysis

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH

KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH Salah satu komponen teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah yaitu dianjurkan untuk mengatur jarak tanaman dan populasi

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH Oleh : Chairunas, Adli Yusuf, Azman B, Burlis Han, Silman Hamidi, Assuan, Yufniati ZA,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jurnal Jurnal Perspektif Perspektif Pembiayaan Pembiayaan dan Pembangunan dan Pembangunan Daerah Daerah Vol. 2. Vol. 2, 2 Oktober-Desember. 1, Juli - September 2014 2014 ISSN: 2338-4603 Penerapan Sistem

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM LEGOWO

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM LEGOWO 1 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 (Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) RELATIONSHIP

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 75 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Cucu Kodir Jaelani 1 1) Badan Pelaksana Penyuluhan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara I. PENDEKATAN PETAK OMISI Kemampuan tanah menyediakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan dan Permasalahan telah memasuki tahap akhir dimana setelah penyusunan Laporan Pendahuluan dan Laporan Kompilasi Data,

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Strata I dan II pada Usahatani Jeruk di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Strata I II No. Sampel Luas Lahan (ha) Umur Petani (tahun) Pengalaman Bertani

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan sistem jajar legowo di Kabupaten Bantul menggunakan metode dekriptif analisis. Metode deskriptif bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan alokasi waktu

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Padi Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, kedua desa tersebut merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN 1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani

Lebih terperinci

Nila Suryati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas ABSTRAK

Nila Suryati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas ABSTRAK SOCIETA III - : 69 74, Desember 04 ISSN 30-480 ANALISIS KOMPARASI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI LAHAN IRIGASI TEKNIS DENGAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TEGEL DI KABUPATEN MUSI RAWAS Nila

Lebih terperinci