NTP Provinsi Aceh, September 2017 sebesar 94,18. Inflasi Pedesaan, September 2017 sebesar 0,46 persen.

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE MEI 2017

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara per Subsektor Maret-April 2012 (2007=100)

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN BERAS

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2013 SEBESAR 117,68

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN MARET 2017 TURUN -0,03 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN MEI 2017 TURUN -0,26 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN DESEMBER 2016 TURUN -0,11 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 101,64

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN AGUSTUS 2017 TURUN -0,28 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2017 NAIK 0,60 PERSEN

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2016 TURUN -0,27 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

Grafik 1 Perkembangan NTP dan Indeks Harga yang Diterima/Dibayar Petani Oktober 2015 Oktober 2016

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN JANUARI 2016 NAIK 0,61 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Transkripsi:

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH NTP Provinsi Aceh, September 2017 sebesar 94,18. Inflasi Pedesaan, September 2017 sebesar 0,46 persen. Selama September 2017, di tingkat petani terjadi penurunan ratarata harga gabah kualitas GKP sebesar 4,36 persen. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada September 2017, dihasilkan NTP sebesar 94,18 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,31 persen. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan hanya sebesar 0,06 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) dapat meningkat sebesar 0,38 persen. Terjadi peningkatan NTP hanya pada dua subsektor yaitu Hortikultura dan Tanaman Pekebunan Rakyat. Sedangkan penurunan NTP terjadi pada tiga subsektor, yaitu Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan. Kenaikan tertinggi terjadi pada Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,80 persen. Di sisi lain, penurunan terbesar terjadi pada Subsektor Perikanan yaitu 1,63 persen Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada September 2017 meningkat sebesar 0,06 persen dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan nilai It hanya terjadi pada dua subsektor, yaitu Hortikultura dan Tanaman Pekerbunan Rakyat. Hal ini disebabkan kenaikan komoditas sayur dan buah serta semakin membaiknya harga komoditas sawit. It kedua subsektor ini masing-masing sebesar 1,14 dan 1,21 persen. Sedangkan It ketiga subsektor lainnya menurun, dengan penurunan It tertinggi terjadi pada Subsektor Perikanan sebesar 1,19 persen. Diikuti subsektor Tanaman Pangan dan Peternakan yang masing-masin turun sebesar 0,87 dan 0,65 persen. Ini terlihat dari semakin rendahnya harga jual gabah dan kembali normalnya harga daging setelah idul adha. Selama September 2017, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Aceh meningkat sebesar 0,38 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan Ib tersebut terjadi pada seluruh subsektor dengan kenaikan tertinggi pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,47 persen. Sedangkan keempat subsektor lainnya bertambah 0,18 hingga 0,45 persen. Kenaikan Ib terendah terjadi pada Subsektor Peternakan. Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, hanya 9 provinsi yang mengalami penurunan NTP dengan penurunan tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebsar 0,95 dan terendah terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,19 persen. Sedangkan 24 Provinsi lainnya mengalami kenaikan NTP dengan kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 2,16 persen dan yang terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,03 persen. NTP Nasional sendiri berada pada angka 102,22 dengan kenaikan tercatat sebesar 0,61 persen dibanding periode sebelumnya. selama September 2017, terjadi inflasi di perdesaan sebesar 0,46 persen. Inflasi perdesaan September 2017 ini sedikit menurun dibanding periode sebelumnya. Hal ini wajar mengingat naiknya harga barang dan jasa menjelang hari raya idul adha selama Agustus Kemarin. Normalnya harga barang dan jasa setelah hari raya kurban membuat inflasi perdesaan yang terbentuk menjadi lebih terkontrol. Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan, setengahnya mengalami deflasi sebesar 0,04 hingga 0,70 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Bangka Belitung dan deflasi terendah terjadi di Kepulauan Riau. Sedangkan lima Provinsi lainnya mengalami Inflasi pada angka 0,05 hingga 0,51 persen dengan nilai tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara dan inflasi terendah terjadi di Provinsi Jambi. Selama September 2017, di tingkat petani terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 4,36 persen. Sejalan dengan itu, harga gabah GKP di tingkat penggilingan juga menurun sebesar 4,44 persen. Dibanding bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama September 2017 turun sebesar 192,41 rupiah menjadi Rp 4.220,09 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan turun sebesar Rp.199,37 per kg menjadi Rp 4.290,63 per kg. 1

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada September 2017, dihasilkan NTP sebesar 94,18 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,31 persen. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan hanya sebesar 0,06 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) dapat meningkat sebesar 0,38 persen. Tabel 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh menurut Subsektor, September 2017 (2012=100) Subsektor/Rincian Bulan Perubahan Agustus 2017 September 2017 (%) [1] [2] [3] [4] 1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima Petani (It) 117.31 116.29-0.87 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 129.75 130.35 0.47 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 90.41 89.21-1.33 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPP) 97.98 97.18-0.82 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima Petani (It) 135.26 136.80 1.14 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 127.43 127.88 0.35 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 106.15 106.98 0.78 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPH) 117.15 118.37 1.04 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima Petani (It) 110.43 111.77 1.21 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 127.86 128.37 0.40 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 86.37 87.07 0.80 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPR) 90.63 91.24 0.66 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima Petani (It) 128.68 127.84-0.65 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 122.75 122.97 0.18 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 104.83 103.96-0.83 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPT) 113.90 113.40-0.43 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) 120.50 119.07-1.19 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 125.08 125.64 0.45 c. Nilai Tukar Petani (NTPN) 96.34 94.77-1.63 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPN) 106.85 105.46-1.30 Gabungan a. Indeks yang Diterima Petani (It) 120.27 120.35 0.06 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 127.31 127.79 0.38 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 94.47 94.18-0.31 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 101.79 101.73-0.06 Gabungan Tanpa Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) 117.94 118.18 0.20 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 123.53 124.42 0.72 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 95.47 94.98-0.51 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 102.48 102.68 0.19 2

Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa rata-rata NTP tersebut tidak lebih baik dibanding tahun 2012 sebagai tahun dasar perhitungannya dan menurun 0,31 persen dibanding bulan sebelumnya NTP gabungan diatas sangat dipengaruhi oleh kelima NTP subsektor didalamnya. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa terjadi peningkatan NTP hanya pada dua subsektor yaitu Hortikultura dan Tanaman Pekebunan Rakyat. Sedangkan penurunan NTP terjadi pada tiga subsektor, yaitu Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan. Kenaikan tertinggi terjadi pada Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,80 persen. Di sisi lain, penurunan terbesar terjadi pada Subsektor Perikanan yaitu 1,63 persen. 106.00 Gambar 1. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh, September 2017(2012=100) 104.00 102.00 100.00 98.00 96.00 94.00 92.00 90.00 NTP NTP USAHA 88.00 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Dari gambar diatas terlihat bahwa sejak Februari 2017 NTP Provinsi Aceh terus mengalami penurunan. Kenaikan NTP pada Juni dan Agustus 2017 tentu sangat membantu kebutuhan hidup para petani menjelang Idul Fitri dan Idul Adha. Sayangnya angka tersebut kembali menurun pada September 2017 ini. Selain NTP, indikator pertanian lainnya yang juga tidak kalah penting untuk dicermati adalah NTP Usaha Pertanian. NTP merupakan rasio antara It terhadap Ib, dimana Ib merupakan gabungan antara KRT (Konsumsi Rumah Tangga) dan BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal). Sedangkan NTP Usaha Pertanian merupakan rasio antara It terhadap BPPBM saja.sehingga NTP Usaha Pertanian selalu lebih tinggi dibandingkan NTP seperti terlihat pada Gambar 1. NTP Usaha pertanian yang biasanya bernilai di atas 100 dan NTP yang selalu bernilai di bawah 100 menunjukkan bahwa keuntungan petani sejak tahun 2012 semakin tinggi, akan tetapi tingginya kenaikan harga konsumsi rumah tangga membuat daya beli petani semakin menurun. 1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada September 2017 meningkat sebesar 0,06 persen dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan nilai It hanya terjadi pada dua subsektor, yaitu Hortikultura dan Tanaman Pekerbunan Rakyat. Hal ini disebabkan kenaikan komoditas sayur dan buah serta semakin membaiknya harga komoditas sawit. It kedua subsektor ini masing-masing sebesar 1,14 dan 1,21 persen. Sedangkan It ketiga subsektor lainnya menurun, dengan penurunan It tertinggi terjadi pada Subsektor Perikanan sebesar 1,19 persen. Diikuti subsektor Tanaman Pangan dan Peternakan yang masing-masin turun sebesar 0,87 dan 0,65 persen. Ini terlihat dari semakin turunnya harga jual gabah dan kembali normalnya harga daging setelah idul adha. 3

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan yang sebagian besarnya merupakan petani. Hal ini tercermin dari indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT). Selain itu Ib juga menunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan petani untuk memproduksi hasil pertanian yang tercermin dari indeks BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal). Selama September 2017, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Aceh meningkat sebesar 0,38 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan Ib tersebut terjadi pada seluruh subsektor dengan kenaikan tertinggi pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,47 persen. Sedangkan keempat subsektor lainnya bertambah 0,18 hingga 0,45 persen. Kenaikan Ib terendah terjadi pada Subsektor Peternakan. Angka Ib tersebut dipengaruhi oleh Indeks Konsumsi Rumahtangga (KRT) dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Indeks KRT di Provinsi Aceh menguat sebesar 0,46 persen dibanding periode sebelumnya. Kenaikan ini disinyalir akibat melonjaknya harga cabe merah. Disisi lain, Indeks BPPBM di Provinsi Aceh meningkat sebesar 0,13 persen dibanding periode sebelumnya. 3. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan Pada September 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 89,21 atau mengalami penurunan indeks sebesar 1,33 persen. Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani tanaman pangan tidak lebih baik dibanding tahun 2012 dan menurun sebesar 1,33 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan NTPP diatas disebabkan oleh menurunnya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,87 persen, sedangkan indeks yang dibayarkan petani (Ib) meningkat sebesar 0,47 persen. Turunnya It tersebut disebabkan karena menurunnnya indeks kelompok padi dan palawija masing-masing sebesar 0,87 dan 0,86 persen. Sedangkan Ib mengalami peningkatan dengan naiknya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 0,55 persen, mengalahkan penurunan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) yang sebesar 0,05 persen. b. Subsektor Hortikultura Periode September 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) berada pada angka 106,98 atau mengalami peningkatan indeks sebesar 0,78 persen. Angka NTP yang berada di atas 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani hortikultura sudah lebih baik dibanding tahun 2012 dan meningkat sebesar 0,78 persen dibanding bulan sebelumnya. Peningkatan NTPH ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 1,14 persen, mengalahkan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,35 persen. Peningkatan It tersebut disebabkan oleh naiknya indeks kelompok sayur-sayuran mencapai angka 2,30 persen. Diikuti oleh kenaikan indeks tanaman obat dan buah-buahan yang masing-masing bertambah sebesar 2,28 dan 0,31 persen. Sedangkan Ib mengalami kenaikan indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 0,40 persen yang diikuti oleh peningkatan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) pada angka 0,09 persen. 4

c. Subsektor Perkebunan Rakyat Selama September 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) adalah sebesar 87,07 atau mengalami peningkatan indeks sebesar 0,80 persen. Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani perkebunan rakyat tidak lebih baik dibanding tahun 2012 dan meningkat sebesar 0,80 persen dibanding bulan sebelumnya. Peningkatan diatas dikarenakan indeks yang diterima petani (It) naik sebesar 1,21 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) hanya bertambah sebesar 0,40 persen. Kenaikan It tersebut disebabkan oleh meningkatnya harga produk beberapa komoditi tanaman perkebunan, terutama kelapa sawit. Sedangkan Ib mengalami kenaikan dengan semakin bertambahnya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,37 dan 0,54 persen. Pada gambar 2 terlihat bahwa sejak awal tahun 2017 NTPR semakin menurun setiap bulannya, semakin rendahnya harga karet dan tandan buah segar kelapa sawit sebagai komoditas utama pada subsektor ini menjadi penyebabnya. Naiknya harga tandah buah segar kelapa sawit akhir-akhir ini membuat pendapatan petani sejak Bulan Agustus dapat kembali meningkat. Gambar 2. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor Hortikultura, dan Subsektor Perkebunan Rakyat September 2017 (2012=100) 110.00 105.00 100.00 95.00 90.00 TANAMAN PANGAN 85.00 80.00 HORTIKULTURA TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 d. Subsektor Peternakan Pada September 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Peternakan (NTPT) mencapai angka 103,96 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,83 persen. NTP subsektor peternakan bernilai di atas 100 ini mengindikasikan bahwa daya beli peternak semakin membaik dibanding tahun 2012 akan tetapi menurun sebesar 0,83 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan diatas terjadi dikarenakan turunnya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,65 persen. Penurunan It tersebut terjadi pada semua kelompok ternak dengan penurunan tertinggi pada ternak kecil dan besar masing-masing sebesar 1,00 dan 0,67 persen. Sedangkan indeks unggas dan hasil peternakan masingmasing turun sebesar 0,29 dan 0,28 persen. Fenomena ini dinilai wajar dengan berakhirnya Idul Adha sehingga pembelian ternak besar dan ternak kecil merosot. Demikian juga ternak unggas yang semakin 5

berkurang permintaannya oleh masyarakat dengan berakhirnya tradisi Meugang menjelang Idul Adha. Disisi lain indeks yang dibayar petani (Ib) tetap meningkat sebesar 0,18 persen dengan naiknya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 0,46 persen, mengimbangi penurunan indeks BPPBM yang berkurang sebesar 0,22 persen. e. Subsektor Perikanan Periode September 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perikanan (NTPN) mencapai nilai 94,77 atau mengalami penurunan indeks sebesar 1,19 persen. NTP yang bernilai di bawah 100 ini mengindikasikan bahwa daya beli nelayan semakin berkurang dibanding tahun 2012 dan menurun 1,19 persen dibanding bulan sebelumnya. Kondisi ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) menurun sebesar 1,19 persen. Sedangkan penambahan indeks yang dibayar petani (Ib) mencapai angka 0,45 persen. Penurunan It tersebut disebabkan karena turunnya indeks kelompok perikanan tangkap dan budidaya sebesar 1,89 dan 0,45 persen. Sedangkan Ib mengalami peningkatan dengan semakin bertambahnya Indeks KRT sebesar 0,60 persen dan indeks BPPBM senilai 0,11 persen. Harga ikan laut yang sempat menurun di sejumlah kabupaten membuat nilai tukar petani ikan sedikit menurun. Diharapkan kondisi ini dapat membaik pada periode mendatang. Gambar 3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh Subsektor Peternakan dan Perikanan, September 2017 (2012=100) 107.00 105.00 103.00 101.00 PETERNAKAN PERIKANAN 99.00 97.00 95.00 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 e.1. Subsektor Perikanan Tangkap Selama September 2017, Nilai Tukar Petani untuk subsektor perikanan (NTPN) tangkap tercatat sebesar 98,04 atau mengalami penurunan indeks yang cukup tajam sebesar 2,36 persen. Angka tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan daya beli nelayan perikanan tangkap di bulan September ini menurun dibanding tahun 2012 dan berkurang sebesar 2,36 persen dibanding bulan sebelumnya. Padahal periode sebelumnya NTP Subsektor ini sempat berada pada angka 100. Penurunan ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) menurun sebesar 1,89 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) tumbuh sebesar 0,48 persen. Kenaikan Ib Konsumsi Rumah Tangga (KRT) dan Indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,61 dan 0,21 persen. 6

e.2. Subsektor Perikanan Budidaya Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perikanan (NTPN) Budidaya pada September 2017 hanya sebesar 91,58 atau mengalami penurunan indeks senilai 0,86 persen. Hal ini berarti, daya beli nelayan budidaya justru lebih menurun dibanding tahun 2012, dan menurun lagi sebesar 0,86 persen dibanding bulan sebelumnya. Kondisi NTP tersebut dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,45 persen sedangkan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) mencapai 0,42 persen. Penurunan It tersebut dialami oleh komoditas budidaya air laut dan payau sebesar 0,83 dan 0,61 persen. Sedangkan Ib sendiri meningkat dengan bertambahnya indeks KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,60 dan 0,01 persen. Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh Subsektor Perikanan, September 2017 (2012=100) 1. Penangkapan Subsektor Bulan Perubahan Agustus 2017 September 2017 (%) [1] [2] [3] [4] a. Indeks yang Diterima Petani (It) 125.17 122.81-1.89 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 124.67 125.26 0.48 c. Nilai Tukar Petani 100.40 98.04-2.36 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 111.53 109.19-2.10 2. Budidaya a. Indeks yang Diterima Petani (It) 115.92 115.41-0.45 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 125.49 126.01 0.42 c. Nilai Tukar Petani 92.38 91.58-0.86 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 102.29 101.83-0.46 7

Tabel 3. Perubahan Indeks yang di terima Petani (It) dan Indeks yang di bayar Petani (Ib) Menurut Subsektor di Provinsi Aceh September 2017 (2012=100) Subsektor Bulan Perubahan Agustus 2017 September 2017 (%) [1] [2] [3] [4] 1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima Petani (It) 117.31 116.29-0.87 - Padi 118.28 117.25-0.87 - Palawija 113.01 112.03-0.86 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 129.75 130.35 0.47 - Indeks KRT 131.55 132.27 0.55 - Indeks BPPBM 119.72 119.67-0.05 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima Petani (It) 135.26 136.80 1.14 - Sayur-sayuran 123.40 126.24 2.30 - Buah-Buahan 145.02 145.47 0.31 - Tanaman Obat 151.76 155.23 2.28 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 127.43 127.88 0.35 - Indeks KRT 129.87 130.39 0.40 - Indeks BPPBM 115.46 115.57 0.09 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima Petani (It) 110.43 111.77 1.21 - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 110.43 111.77 1.21 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 127.86 128.37 0.40 - Indeks KRT 129.05 129.53 0.37 - Indeks BPPBM 121.84 122.50 0.54 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima Petani (It) 128.68 127.84-0.65 - Ternak Besar 128.88 128.02-0.67 - Ternak Kecil 125.79 124.53-1.00 - Unggas 130.11 129.73-0.29 - Hasil Ternak 129.35 128.98-0.28 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 122.75 122.97 0.18 - Indeks KRT 130.69 131.30 0.46 - Indeks BPPBM 112.98 112.73-0.22 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) 120.50 119.07-1.19 - Penangkapan 125.17 122.81-1.89 - Budidaya 115.92 115.41-0.45 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 125.08 125.64 0.45 - Indeks KRT 131.72 132.51 0.60 - Indeks BPPBM 112.78 112.91 0.11 5a. Perikanan (Penangkapan) a. Indeks yang Diterima Petani (It) 125.17 122.81-1.89 - Penangkapan Laut 125.17 122.81-1.89 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 124.67 125.26 0.48 - Indeks KRT 131.72 132.52 0.61 - Indeks BPPBM 112.23 112.47 0.21 5b. Perikanan (Budidaya) a. Indeks yang Diterima Petani (It) 115.92 115.41-0.45 - Budidaya Air Tawar 103.47 103.47 0.00 - Budidaya Laut 101.89 101.04-0.83 - Budidaya Air Payau 128.11 127.32-0.61 b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 125.49 126.01 0.42 - Indeks KRT 131.71 132.50 0.60 - Indeks BPPBM 113.33 113.34 0.01 Keterengan : KRT = Konsumsi Rumahtangga BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal 8

4. Perbandingan antar Provinsi Tabel 4. Indeks yang Diterima Petani (It), Indeks yang Dibayar Petani (Ib), dan Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Provinsi di Indonesia, September 2017 (2012=100) Provinsi It Ib NTP Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Rasio % Perubahan [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] SUMATERA ACEH 120.35 0.06 127.79 0.38 94.18-0.31 Sumatera Utara 128.66 0.23 130.15 0.41 98.85-0.19 Sumatera Barat 122.45 0.19 127.11 0.09 96.34 0.10 Riau 130.17-0.11 127.99 0.09 101.70-0.20 Jambi 126.49-0.33 126.64 0.07 99.89-0.40 Sumatera Selatan 120.82 1.78 125.32-0.37 96.41 2.16 Bengkulu 121.76 0.73 129.05-0.08 94.35 0.81 Lampung 132.70 0.35 125.22-0.15 105.97 0.50 Bangka Belitung 116.63-1.51 121.88-0.57 95.69-0.95 Kepulauan Riau 117.59-0.39 121.80-0.02 96.55-0.37 JAWA DKI Jakarta 118.44-0.06 121.23-0.22 97.69 0.16 Jawa Barat 139.21 0.57 131.36 0.00 105.98 0.58 Jawa Tengah 130.92 0.87 127.65-0.13 102.56 1.01 Yogyakarta 131.25-0.32 127.39-0.47 103.03 0.16 Jawa Timur 137.62 0.61 129.38-0.31 106.37 0.92 Banten 129.52 0.88 128.64 0.02 100.69 0.85 BALI & NUSA TENGGARA Bali 129.55 0.11 124.02-0.38 104.45 0.49 Nusa Tenggara Barat 133.85 0.67 126.46-0.13 105.85 0.80 Nusa Tenggara Timur 130.37 0.83 126.57 0.17 103.00 0.66 KALIMANTAN Kalimantan Barat 123.52 1.52 127.05 0.03 97.22 1.50 Kaimantan Tengah 123.07 0.76 124.90-0.56 98.54 1.32 Kalimantan Selatan 117.85-0.05 122.65-0.26 96.09 0.21 Kalimantan Timur 121.18-0.54 126.01-0.08 96.17-0.46 SULAWESI Sulawesi Utara 117.85-0.16 126.73-0.93 92.99 0.79 Sulawesi Tengah 122.03-0.20 129.22-0.43 94.43 0.23 Sulawesi Selatan 129.03-0.73 129.01-0.03 100.02-0.70 Sulawesi Tenggara 120.02-0.18 127.67-0.21 94.01 0.03 Gorontalo 134.24-0.78 127.27-0.88 105.48 0.10 Sulawesi Barat 133.06 1.24 123.69-0.17 107.57 1.41 MALUKU Maluku 131.07 0.13 129.34-0.04 101.33 0.17 Maluku Utara 129.20 0.69 127.11-0.22 101.65 0.91 PAPUA Papua Barat 128.01 0.26 127.64-0.27 100.29 0.53 Papua 120.18-0.38 128.19 0.07 93.75-0.44 NASIONAL 130.94 0.49 128.10-0.12 102.22 0.61 9

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, hanya 9 provinsi yang mengalami penurunan NTP dengan penurunan tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebsar 0,95 dan terendah terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,19 persen. Sedangkan 24 Provinsi lainnya mengalami kenaikan NTP dengan kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 2,16 persen dan yang terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,03 persen. NTP Nasional sendiri berada pada angka 102,22 dengan kenaikan tercatat sebesar 0,61 persen dibanding periode sebelumnya. 5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan (Inflasi/Deflasi di Pedesaan) Perubahan Indeks Konsumsi Rumahtangga (KRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah perdesaan dalam Provinsi Aceh selama September 2017, terjadi inflasi di perdesaan sebesar 0,46 persen. Inflasi perdesaan September 2017 ini sedikit menurun dibanding periode sebelumnya. Hal ini wajar mengingat naiknya harga barang dan jasa menjelang hari raya idul adha selama Agustus Kemarin. Normalnya harga barang dan jasa setelah hari raya kurban membuat inflasi perdesaan yang terbentuk menjadi lebih terkontrol. Tabel 5. Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Di Provinsi Aceh September 2017 (2012=100) IHK Pedesaan Kelompok/Sub Kelompok Perubahan (%) Agustus 2017 September 2017 [1] [2] [3] [4] Konsumsi Rumah Tangga 130.40 131.00 0.46 Bahan Makanan 139.22 140.38 0.83 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 127.59 127.74 0.12 Perumahan 119.71 120.09 0.32 Sandang 122.06 122.03-0.02 Kesehatan 123.30 123.31 0.01 Pendidikan, Rekreasi, & Olah raga 113.70 113.69-0.01 Transportasi & Komunikasi 126.18 126.47 0.24 Inflasi di Pedesaan yang terjadi pada wilayah Provinsi Aceh selama September 2017 disebabkan oleh naiknya harga barang dan jasa di hampir semua kelompok dengan kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,83 persen seiring meningkatnya harga cabe merah. Disisi lain, kenaikan harga tarif dasar listrik ikut mempengaruhi inflasi kelompok perumahan sebesar 0,32 persen. Sedangkan kenaikan harga terendah terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 0,01 persen. Sebaliknya penurunan harga terjadi pada kelompok sandang dan pendidikan dengan nilai sebesar 0,02 dan 0,01 persen. Ini dapat dimaklumi dengan kembali menurunnya harga sandang seiring dengan berkurangnya permintaan masyarakat. Pada bidang pendidikan, berakhirnya tahun ajaran baru membuat harga barang dan jasa kelompok ini sedikit menurun. 10

6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan di Sumatera Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan, setengahnya mengalami deflasi sebesar 0,04 hingga 0,70 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Bangka Belitung dan deflasi terendah terjadi di Kepulauan Riau. Sedangkan lima Provinsi lainnya mengalami Inflasi pada angka 0,05 hingga 0,51 persen dengan nilai tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara dan inflasi terendah terjadi di Provinsi Jambi. Tabel 6. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi-Provinsi di Wilayah Sumatera September 2017 (2012=100) Provinsi IHK Pedesaan Perubahan Agustus September 2017 (%) 2017 [1] [2] [3] [4] 1. Aceh 130.40 131.00 0.46 2. Sumatera Utara 133.27 133.96 0.51 3. Sumatera Barat 131.93 132.01 0.06 4. Riau 131.14 131.29 0.11 5. Jambi 129.37 129.44 0.05 6. Sumatera Selatan 130.23 129.37-0.66 7. Bengkulu 132.88 132.58-0.22 8. Lampung 130.00 129.67-0.25 9. Bangka Belitung 125.27 124.40-0.70 10. Kepulauan Riau 127.64 127.59-0.04 11

Perkembangan Harga Produsen Gabah Pemantauan perkembangan harga gabah Provinsi Aceh dilakukan di Kabupaten Aceh Timur, Pidie, Bireuen, Aceh Utara,Aceh Barat Daya, Nagan Raya, dan Pidie Jaya. Observasi pemantauan harga selama September 2017 hanya mencakup GKP (Gabah Kering Panen). Pada periode ini hanya satu Kabupaten yang melakukan panen raya yaitu Kabupaten Pidie. Tabel 7 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani, Penggilingan, dan HPP menurut Kelompok Kualitas, September 2017 Kelompok Kualitas Jumlah Observasi Harga di Petani (Rp/Kg) Rata-Rata Harga (Rp/Kg) HPP(Rp/Kg) Terendah Tertinggi Petani Penggilingan Petani Penggilingan [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] GKP 56 3.700 4.600 4.220,09 4.290,63 3.700 3.750 (100%) (Nagan Raya) (Bireuen) GKG - - - - - - 4.650 GKR - - - - - - - 56 Total (100%) Keterangan: GKG : KA 14,00% dan KH 3,00% GKP : KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10,00% Harga Pembelian Pemerintah (HPP) berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2012 tgl. 27 Agustus 2012 Rata-Rata Harga menurut Kelompok Kualitas Selama September 2017, di tingkat petani terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 4,36 persen. Sejalan dengan itu, harga gabah GKP di tingkat penggilingan juga menurun sebesar 4,44 persen. Gambar 4 Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Petani (Rp/Kg), September 2017 5,900.00 5,400.00 4,900.00 4,400.00 3,900.00 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Agst-16 Sept-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 GKP 4,654. 4,569. 4,848. 4,708. 4,668. 4,722. 4,770. 5,065. 5,111. 4,844. 5,182. 5,134. 4,719. 4,309. 4,409. 4,416. 4,542. 4,412. 4,220. GKG 5,000. 5,300. 5,100. 4,533. 4,488. GKR 5,135. 5,087. 5,137. 5,145. 5,100. 5,100. 5,150. 4,866. 5,006. 5,050. % Per -2,87 - - 12

Dibanding bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama September 2017 turun sebesar 192,41 rupiah menjadi Rp 4.220,09 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan turun sebesar Rp.199,37 per kg menjadi Rp 4.290,63 per kg. Gambar 5 Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg), September 2017 5,900.00 5,400.00 4,900.00 4,400.00 3,900.00 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Agst-16 Sept-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 GKP 4,720. 4,643. 4,914. 4,783. 4,746. 4,803. 4,859. 5,136. 5,192. 4,913. 5,260. 5,205. 4,799. 4,388. 4,486. 4,488. 4,631. 4,490. 4,290. GKG 5,050. 5,393. 5,197. 4,633. 4,700. GKR 5,270. 5,222. 5,272. 5,280. 5,235. 5,235. 5,290. 4,966. 5,106. 5,150. % Per -4,44 - - BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH Jln l. Tgk. H. M. Daud Beureueh No. 50 Kuta Alam Banda Aceh, Telp (62-651) 23005, Mailbox : pst1100@bps.go.id 13