Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Transkripsi

1 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat September 2017, Nilai Tukar Petani Sulawesi Barat sebesar 107,57. Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat September 2017 sebesar 107,57; meningkat 1,41 persen dibandingkan NTP Agustus Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) 99,22; Subsektor Hortikultura (NTP-H) 105,08; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R) 115,60; Subsektor Peternakan (NTP-T) 105,84; dan Subsektor Perikanan (NTN) 105,95. Hasil pemantauan harga konsumen perdesaan menunjukkan terjadinya deflasi perdesaan di Sulawesi Barat pada September 2017 sebesar 0,23 persen, yang secara umum dipicu oleh turunnya indeks harga kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,58 persen. Inflasi di daerah perdesaan terjadi di delapan provinsi di Indonesia, tertinggi di Sumatera Utara 0,51 persen dan terendah di Banten 0,01 persen. Sementara itu, 25 provinsi lainnya mengalami deflasi perdesaan, tertinggi di Sulawesi Utara 1,24 persen dan terendah di Maluku 0,01 persen. Untuk skala nasional, NTP bulan September 2017 sebesar 102,22; meningkat sebesar 0,61 persen dibandingkan bulan Agustus 2017, dan mengalami deflasi perdesaan sebesar 0,27 persen. 1

2 Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Sulawesi Barat Menurut Subsektor Agustus September 2017 serta Perubahannya (2012=100) Gabungan Subsektor Agustus September Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) a. Nilai Tukar Petani (NTP) 106,07 107,57 1,41 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 131,43 133,06 1,24 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 123,90 123,69-0,17 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,65 127,36-0,23 - Indeks BPPBM 110,86 110,95 0,08 Gabungan tanpa Perikanan a. Nilai Tukar Petani (NTP) 106,15 107,65 1,41 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 131,54 133,17 1,23 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 123,92 123,70-0,18 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,55 127,24-0,24 - Indeks BPPBM 110,84 110,92 0,08 1. Tanaman Pangan a. Nilai Tukar Petani (NTPP) 98,73 99,22 0,50 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 122,73 123,16 0,34 - Padi 121,64 122,33 0,57 - Palawija 125,57 125,29-0,22 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 124,31 124,13-0,15 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,81 126,57-0,19 - Indeks BPPBM 111,37 111,44 0,07 2

3 Subsektor Agustus September Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) 2. Hortikultura a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 103,10 105,08 1,92 b.. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 127,72 129,98 1,77 - Sayur-sayuran 142,98 139,92-2,14 - Buah-buahan 125,39 128,46 2,45 - Tanaman Obat 133,48 133,48 0,00 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 123,88 123,70-0,15 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,39 126,16-0,19 - Indeks BPPBM 110,99 111,09 0,09 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai Tukar Petani (NTPR) 113,50 115,60 1,85 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 142,55 144,88 1,64 - Tanaman Perkebunan Rakyat 142,55 144,88 1,64 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 125,60 125,33-0,21 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128,79 128,43-0,27 - Indeks BPPBM 110,71 110,86 0,13 4. Peternakan a. Nilai Tukar Petani (NTPT) 104,62 105,84 1,16 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 126,44 127,68 0,98 - Ternak Besar 123,66 124,98 1,07 - Ternak Kecil 139,63 141,43 1,29 - Unggas 113,87 114,12 0,21 - Hasil Ternak 132,13 133,87 1,32 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,85 120,64-0,18 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,30 126,95-0,27 - Indeks BPPBM 110,34 110,35 0,00 5. Perikanan a. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 104,49 105,95 1,40 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 129,08 130,80 1,33 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 123,53 123,45-0,07 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,83 129,66-0,14 - Indeks BPPBM 111,37 111,47 0, Perikanan Tangkap a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 110,07 112,12 1,87 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan(It) 136,36 138,82 1,81 - Penangkapan 136,36 138,82 1,81 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 123,89 123,81-0,06 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,73 129,56-0,13 - Indeks BPPBM 113,36 113,46 0, Perikanan Budidaya a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 94,74 95,17 0,45 b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 116,46 116,90 0,37 - Budidaya 116,46 116,90 0,37 c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 122,93 122,83-0,07 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,01 129,83-0,14 - Indeks BPPBM 107,91 108,01 0,09 3

4 Hasil pemantauan harga produsen berbagai komoditi barang dan jasa di daerah perdesaan menunjukkan bahwa NTP Sulawesi Barat September 2017 sebesar 107,57 atau meningkat sebesar 1,41 persen dibandingkan dengan NTP Agustus 2017 yang sebesar 106,07. Hal ini disebabkan perubahan indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 1,24 persen sedangkan indeks yang dibayar petani turun sebesar 0,17 persen. Berarti secara umum kenaikan harga komoditi hasil pertanian dari bulan sebelumnya lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan harga barangbarang keperluan konsumsi dan produksi. Akibatnya, perbandingan antara indeks harga yang diterima dengan indeks harga yang dibayar petani cenderung lebih tinggi. Apabila diamati NTP menurut subsektor bulan September 2017, dibandingkan dengan NTP subsektor yang sama bulan sebelumnya, semua subsektor mengalami peningkatan, yaitu subsektor tanaman pangan meningkat sebesar 0,50 persen, subsektor hortikultura meningkat sebesar 1,92 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat meningkat sebesar 1,85 persen, subsektor peternakan meningkat sebesar 1,16 persen, dan subsektor perikanan meningkat sebesar 1,40 persen. 1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks harga yang diterima petani (It) menggambarkan perkembangan harga beragam komoditi pertanian yang dihasilkan petani. September 2017, indeks harga yang diterima petani (It) gabungan dari lima subsektor adalah sebesar 133,06 atau meningkat sebesar 1,24 persen dibandingkan dengan indeks harga yang sama pada Agustus 2017 sebesar 131,43. Perubahan positif It terjadi pada semua subsektor, yaitu subsektor subsektor tanaman pangan meningkat sebesar 0,34 persen, subsektor hortikultura meningkat sebesar 1,77 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat meningkat sebesar 1,64 persen, subsektor peternakan meningkat sebesar 0,98 persen, dan subsektor perikanan meningkat sebesar 1,33 persen. Grafik 1 Perkembangan NTP Sulawesi Barat (2012 =100), Januari September ,00 115,00 110,00 105,00 100,00 95,00 Jan '17 Feb '17 Mar '17 Apr '17 Mei '17 Juni '17 Juli '17 Agt '17 Sept '17 NTP Gab NTP-P NTP-H NTP-R NTP-T NTNP 4

5 2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat diamati fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar penduduk Sulawesi Barat, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk proses produksi hasil pertanian. Pada bulan September 2017, indeks harga yang dibayar petani (Ib) gabungan lima subsektor sebesar 123,69, turun sebesar 0,17 persen bila dibandingkan Ib Agustus 2017 yang sebesar 123,90. Perubahan negatif Ib terjadi pada semua subsektor, dimana subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,15 persen, subsektor hortikultura turun sebesar 0,15 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,21 persen, subsektor peternakan turun sebesar 0,18 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,07 persen. 3. NTP Menurut Subsektor Mengamati NTP menurut subsektor, terlihat bahwa hanya NTP subsektor tanaman pangan yang nilainya kurang dari 100. NTP September 2017 tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 115,60, sedangkan yang terendah adalah subsektor tanaman pangan dengan NTP sebesar 99, Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) Pada bulan September 2017, indeks harga yang diterima petani sebesar 123,16 atau meningkat sebesar 0,34 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan indeks yang dibayar petani sebesar 124,13 atau turun sebesar 0,15 persen, sehingga menyebabkan Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) meningkat sebesar 0,50 persen. Indeks harga yang diterima petani (It) meningkat dikarenakan indeks harga subkelompok padi meningkat sebesar 0,57 persen meskipun indeks harga pada subkelompok palawija turun sebesar 0,22 persen. Sementara itu, turunnya indeks yang dibayar petani (Ib) diakibatkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,19 persen meskipun indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,07 persen. 3.2 Subsektor Hortikultura (NTP-H) Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTP-H) September 2017 meningkat sebesar 1,92 persen dikarenakan indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 1,77 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,15 persen. Indeks yang diterima petani (It) mengalami perubahan yang positif dikarenakan adanya perubahan positif pada indeks harga subkelompok buah-buahan sebesar 2,45 persen meskipun indeks harga subkelompok sayur-sayuran turun sebesar 2,14 persen dan indeks harga subkelompok tanaman obat cenderung tidak mengalami perubahan. Sementara itu, turunnya 5

6 indeks yang dibayar petani disebabkan indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) turun sebesar 0,19 persen meskipun indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,09 persen. 3.3 Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R) Pada bulan September 2017, Nilai Tukar Petani pada Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R) meningkat sebesar 1,85 persen, disebabkan indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 1,64 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,21 persen. Perubahan positif yang terjadi pada indeks yang diterima petani (It) dikarenakan meningkatnya indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,85 persen yaitu dari 142,55 menjadi 144,88. Di sisi lain perubahan negatif pada indeks yang dibayar petani (Ib) dikarenakan indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) turun sebesar 0,27 persen meskipun indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,13 persen. 3.4 Subsektor Peternakan (NTP-T) Pada September 2017, Nilai Tukar Petani pada Subsektor Peternakan (NTP-T) mengalami perkembangan positif sebesar 1,16 persen, dikarenakan indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 0,98 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,18 persen. Perubahan positif indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh indeks harga subkelompok ternak besar meningkat sebesar 1,07 persen, indeks harga subkelompok ternak kecil meningkat sebesar 1,29 persen, indeks harga subkelompok unggas meningkat sebesar 0,21 persen, dan indeks harga subkelompok hasil ternak meningkat sebesar 1,32 persen. Indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami perubahan negatif dikarenakan indeks kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) turun sebesar 0,27 persen meskipun indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) cenderung stabil. 3.5 Subsektor Perikanan (NTNP) Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan atau Nilai Tukar Nelayan (NTNP) mengalami perubahan positif sebesar 1,40 persen pada September 2017 disebabkan perubahan indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 1,33 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,07 persen. Perubahan positif yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani (It) subsektor ini dikarenakan oleh indeks kelompok perikanan tangkap meningkat sebesar 1,81 persen dan indeks harga subkelompok budidaya perikanan meningkat sebesar 0,37 persen. Sementara itu, perubahan negatif yang terjadi pada indeks harga yang dibayar petani (Ib) diakibatkan oleh turunnya indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,14 persen meskipun 6

7 indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,09 persen Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada September 2017, Nilai Tukar Nelayan (NTN) meningkat sebesar 1,87 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) meningkat sebesar 1,81 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) turun sebesar 0,06 persen. Turunnya Ib dikarenakan indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) turun sebesar 0,13 persen sedangkan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,09 persen Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada September 2017, Nilai Tukar Pembudidayaan Ikan (NTPi) meningkat sebesar 0,45 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) meningkat sebesar 0,37 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) turun sebesar 0,07 persen. Perubahan negatif yang terjadi pada Ib dikarenakan indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) turun sebesar 0,14 persen sedangkan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,09 persen. 4. NTUP Subsektor Pada September 2017, NTUP Sulawesi Barat meningkat sebesar 1,16 persen. Hal ini karena perubahan positif It sebesar 1,24 persen lebih tinggi dibandingkan indeks BPBBM yang mengalami perubahan positif sebesar 0,08 persen. Perubahan positif NTUP disebabkan oleh meningkatnya NTUP semua subsektor yaitu, subsektor tanaman pangan meningkat sebesar 0,28 persen, subsektor hortikultura meningkat sebesar 1,68 persen, tanaman perkebunan rakyat meningkat sebesar 1,50 persen, subsektor peternakan meningkat sebesar 0,98 persen, dan subsektor perikanan meningkat sebesar 1,24 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Sulawei Barat per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Agustus - September 2017(2012=100) Subsektor Agustus September Perubahan (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 110,21 110,51 0,28 2. Hortikultura 115,08 117,01 1,68 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 128,75 130,69 1,50 4. Peternakan 114,59 115,71 0,98 5. Perikanan 115,91 117,35 1,24 a. Tangkap 120,29 122,35 1,72 b. Budidaya 107,93 108,23 0,28 Nilai Tukar Usaha Pertanian 118,55 119,92 1,16 7

8 5. Perkembangan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Perubahan Indeks harga Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Pada September 2017, Sulawesi Barat mengalami deflasi perdesaan 0,23 persen. Deflasi ini dipicu oleh turunnya indeks harga kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,58 persen. Sementara itu, indeks harga lima kelompok pengeluaran lainnya mengalami peningkatan yaitu, indeks harga kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau meningkat sebesar 0,07 persen, indeks harga kelompok pengeluaran perumahan meningkat sebesar 0,02 persen, indeks harga kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,08 persen, indeks harga kelompok pengeluaran kesehatan meningkat sebesar 0,17 persen, dan indeks harga kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,08 persen. Indeks harga kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi cenderung tidak mengalami perubahan. Tabel 3 Inflasi Perdesaan Menurut Kelompok, Januari - September 2017 (2012=100) KELOMPOK JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Bahan Makanan 0,82-0,08 0,32 0,48 0,35 2,61 0,82-0,59-0,58 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, &Tembakau 0,54 0,37 0,15 0,00 0,29 0,13 0,04 0,00 0,07 Perumahan 0,58 0,23 0,11 0,10 0,07 0,82-0,03 0,04 0,02 Sandang 0,32 0,11-0,06-0,05 0,19 1,28-0,33 0,05 0,08 Kesehatan 0,19 0,10 0,01 0,06 0,42 0,64-0,01 0,00 0,17 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0,26 0,12 0,00 0,00-0,08 0,20 0,62 0,08 0,11 Transportasi & Komunikasi 0,32 0,21-0,06 0,13 0,08 0,07 0,00 0,16 0,00 Konsumsi Rumah Tangga 0,61 0,10 0,18 0,25 0,25 1,40 0,39-0,24-0,23 6. Perbandingan Antarprovinsi di Pulau Sulawesi Bila dibandingkan NTP antarprovinsi di Pulau Sulawesi, pada Bulan September 2017 terlihat bahwa hanya Sulawesi Selatan yang mengalami perubahan negatif, yaitu sebesar 0,70 persen. Sementara itu, lima provinsi lainnya mengalami perubahan positif. Perubahan positif tertinggi terjadi pada Provinsi Sulawesi Barat yang meningkat sebesar 1,41 persen, diikuti Sulawesi Utara yang meningkat sebesar 0,79 persen, Sulawesi Tengah meningkat sebesar 0,23 persen, Gorontalo meningkat sebesar 0,10 persen, dan terkecil Sulawesi Tenggara yang meningkat sebesar 0,03 persen. Jika dibandingkan perubahan indeks harga konsumen perdesaan (inflasi/deflasi) antarprovinsi di Pulau Sulawesi, semua provinsi di Pulau Sulawesi mengalami deflasi perdesaan. Deflasi tertinggi terjadi di Sulawesi Utara yaitu sebesar 1,24 persen dan terendah di Sulawesi Selatan sebesar 0,09 persen. Deflasi tertinggi kedua dan ketiga terjadi di Gorontalo dan Sulawesi Tengah yaitu masing-masing sebesar 1,23 persen dan sebesar 0,64 persen. Sementara itu, 8

9 Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat mengalami deflasi perdesaan masing-masing sebesar 0,34 persen dan 0,23 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase Perubahannya September 2017 (2012=100) PROVINSI IT SEPTEMBER 2017 IB SEPTEMBER 2017 NTP SEPTEMBER 2017 INDEKS % PERB INDEKS INDEKS INDEKS % PERB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sulawesi Utara 117,85-0,16 126,73-0,93 92,99 0,79 Sulawesi Tengah 122,03-0,20 129,22-0,43 94,43 0,23 Sulawesi Selatan 129,03-0,73 129,01-0,03 100,02-0,70 Sulawesi Tenggara 120,02-0,18 127,67-0,21 94,01 0,03 Gorontalo 134,24-0,78 127,27-0,88 105,48 0,10 Sulawesi Barat 133,06 1,24 123,69-0,17 107,57 1,41 Tabel 5 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Menurut Provinsi se-sulawesi, September 2017 (2012=100) Provinsi Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah raga Transportasi dan Komunikasi Konsumsi Rumah Tangga (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Sulawesi Utara -2,91 0,02 0,45 0,40 0,76 0,01 0,23-1,24 Sulawesi Tengah -1,56 0,21 0,02 0,15 0,15 0,24-0,07-0,64 Sulawesi Selatan -0,42 0,30-0,08 0,17 0,16 0,16 0,18-0,09 Sulawesi Tenggara -0,88-0,10 0,38-0,03 0,34 0,08 0,08-0,34 Gorontalo -2,52 0,07 0,14 0,06 0,00 0,05 0,26-1,23 Sulawesi Barat -0,58 0,07 0,02 0,08 0,17 0,11 0,00-0,23 9

10 Grafik 2 Laju Inflasi Perdesaan Indonesia dan Provinsi se-sulawesi, September 2017 (2012=100) 0,00-0,20-0,40-0,60-0,80 Indonesia Sulut Sulteng Sulsel -0,09 Sultra Gorontalo Sulbar -0,27-0,34-0,23-0,64-1,00-1,20-1,40-1,24-1,23 Diterbitkan oleh: 10