Kunjungan Ke Batam Tentang Batam Batam dihubungkan dengan pulau-pulau Repang dan Galang, luas tanahnya 415 kilometer persegi dan sekarang penduduk di sana kira-kira sejuta orang. Orang-orang di sana memakai bahasa Indonesia dan bahasa Melayu untuk berkomunikasi. Batam dekat sekali dari Singapura, kira-kira satu jam kalau naik kapal kecil. Kali ini, kami dari kelas BI3 bahagia sekali karena ibu guru memilih Batam untuk kami kunjungi dan tahu lebih banyak tentang kehidupan di sana. Harbour Front Pada tanggal 8 Febuari, Kami dan teman-teman dari kelas BI 4 pergi ke Batam bersama-sama untuk membuat proyek BI. Kami berkumpul di Harbour Front dan berangkat kira-kira pada jam 9.15 pagi. Kami membawa banyak barang-barang untuk anak-anak yatim piatu di panti asuhan untuk misalnya biskuit, permen, kerupuk, dan sebagainya. Kami naik kapal kecil dari Harbour Front dan lama perjalanan kira-kira 1 jam lebih. Di kapal kecil, kami merasa gembira karena ini adalah pertama kali pergi ke Batam untuk beberapa orang dari kami. Untuk teman-teman yang pernah pergi ke sana, mereka juga ingin tahu lebih banyak tentang Indonesia. Pada jam 10.15 pagi, kami sampai di Batam. Waktu di Batam, kami bertemu dengan pemandu wisata. Dia orangnya cantik, langsing dan
semua bahasa yang dia ketahui lancar sekali. Rambutnya panjang dan lurus. Kemudian, kami naik bis kecil untuk pergi ke tempat yang pertama. Kampong Melayu Tempat yang pertama adalah Kampung Melayu. Waktu sampai di Kampung Melayu, kami bertemu dengan Bapak ketua di sana. Bapak itu namanya Pak Saptono dan dia orangnya agak gemuk, pendek, kulitnya berwarna gelap dan rambutnya pendek.di sana, Bapak itu memperkenalkan diri kepada kami dan mengajak kami ke pentas untuk mewawancarai dia, dia bertanggung-jawab untuk bagian kebudayaan di sana. Dia bercerita tentang orang yang tinggal di Kampung Melayu itu, bagaimana mereka bekerja dan bagaimana kehidupan mereka. Dia menceritakan pekerjaan orang-orang di sana adalah nelayan dan ikan yang ditangkap biasanya dijual di Singapura, jadi orang di sana tidak bisa makan ikan yang bagus. Dari Singapura ke sana untuk kira-kira 45 menit. Setelah itu, kami jalanjalan di sekitar kampungnya. Kami melihat banyak kelong di atas laut dan Bapak ketua berkata orang-orang yang tinggal di kelong itu hampir semuanya orang Singapura, bukan orang Indonesia. Kami pikir orang Singapura mau tinggal di sana karena mereka mau kehidupan mereka menjadi lebih santai. Waktu kami di sana, kami melihat beberapa anak yang sedang berenang di dalam laut itu. Mereka bahagia sekali! Kehidupan di sana sederhana sekali, tetapi juga santai sekali. Meskipun kehidupan di sana susah, mereka tetap bahagia sekali. Kami pikir dalam hidup, hal yang penting adalah kebahagiaan. Sesudah mengunjungi Kampung Melayu, kami langsung ke panti asuhan untuk anak-anak yatim piatu. Panti Asuhan Untuk Anak-anak Yatim Piatu Di tempat itu, sebelum masuk ke dalam tempat itu, kami harus melepaskan sepatu. Di panti asuhan untuk anak-anak yatim piatu itu, semua orang beragama Islam. Anak-anak di sana lucu sekali tetapi kasihan karena mereka tidak punya bapak dan ibu. Anak-anak di situ mempunyai
orang tua yang sudah meninggal, atau bercerai, atau tidak mau mengurus mereka. Sesudah melihat anak-anak di sana, kami merasa sedih akan kehidupan anak-anak itu dan merasa kami beruntung sekali, karena orang tua kami selalu mengurus kami. Tetapi, kami juga merasa bersyukur untuk anak-anak itu karena mereka masih ada orang-orang yang seperti orang tuanya di sana yang masih memperhatikan mereka, menjaga mereka dan membantu mereka. Kami sangat mengharapkan anak-anak itu bisa menjadi orang ketika mereka menjadi besar. Kami memberikan camilan kepada anak-anak di sana dan mengambil foto dengan anak-anak itu. Kami tinggal di sana untuk kira-kira setengah jam. Habis itu, kami melanjutkan perjalanan kami ke restoran untuk makan siang. Restoran dan Kuda Kepang Restoran itu di atas laut karena restoran itu adalah restoran makanan laut. Tempat itu(restoran) adalah tempat yang paling kami sukai karena bisa makan! Kami bahagia sekali karena semua teman-teman dan ibu gurunya lapar sekali. Makanan di situ enak sekali dan segar sekali. Kami makan sayur, sup, ikan, udang, gonggong, sotong, nasi putih dan minum air kelapa karena cuacanya pada hari itu panas sekali. Sesudah makan di sana, kami pergi ke pondok yang kecil di seberang restoran itu untuk melihat kuda kepang, sebuah pertunjukan tradisional. Pertunjukan Kuda kepang itu selama kira kira 20 menit. Pertunjukan Kuda kepang itu menarik dan berbahaya sekali, karena penari di sana bermain dengan api, makan kaca beling dan mengupas kelapa dengan gigi dia. Waktu kami melihat, kami juga berdoa untuk mereka karena kami takut sekali mereka akan cedera.
Toko Polo Kemudian, kami naik bis kecil lagi untuk pergi ke toko Polo. Kami melihat-lihat di dalam toko itu dan beberapa teman membeli baju dan celana untuk keluarganya. Harganya di toko itu sangat murah kalau dibandingkan dengan di Singapura, jadi beberapa teman-teman membeli banyak baju. Di luar toko itu, ada beberapa penjual keliling yang menjual buah-buahan seperti mangga dan avocad. Itu adalah pertama kali untuk beberapa teman-teman melihat penjaja keliling karena di Singapura, tidak ada penjual keliling. Buah-buahan yang dijual di sana segar sekali tetapi kami tidak mau membeli karena kalau membeli terlalu banyak barangbarang, berat sekali untuk dibawa kembali ke Singapura nanti. Meskipun kami tidak mau membeli buah-buahan, penjual masih keras hati karena itu mereka mengetok jendela bis untuk membujuk kami membeli buah-buahan. Pasar Kering Lalu, kami pergi ke pasar.pasar itu kecil dan panas karena tidak ada AC. Di sana, toko itu menjual banyak macam makanan kecil misalnya kerupuk dan makanan kering contohnya ikan bilis. Karena itu, di toko itu ada banyak lalat. Harga makanan di sana lebih murah daripada di Singapura, tetapi harganya lebih mahal daripada di Matahari. Kami bahagia sekali karena kami bisa membeli banyak makanan yang kecil untuk dibawa kembali ke Singapura. Sesudah membeli banyak makanan, kami melanjutkan perjalanan ke kelenteng. Kelenteng Kelenteng itu bernama Maha Vihara Duta Maitreya. Kelenteng ini dibangun pada tahun 1999 dan sekarang masih terus dibangun. Kelenteng ini juga salah satu yang terbesar di Asia selatan. Kelenteng ini tidak hanya besar sekali, tapi juga megah. Di kelenteng itu, kami bisa melihat patung Buda
yang besar di bubungan atap. Kami lebih terkejut waktu kami melihat di semua kamar untuk sembahyang, ada berberapa patung Buda yang besar juga. Di situ, kami berputar-putar di dalam kelenteng itu tetapi tidak ada orang masuk bersembahyang dalam kelenteng itu, karena kami kira tidak ada teman yang beragama Buda. Kelenteng ini sangat berbeda daripada kelenteng di Singapura. Kami membaca dari artikel kelenteng ini dibangun oleh penganut Buda di Batam karena pemimpin mereka melihat bayangan kelenteng ini sesudah dia mengunjungi candi Borobodur. Mal Matahari Tempat yang terakhir adalah Matahari. Di tempat itu ramai sekali karena hari itu adalah hari Minggu. Kami melihat orang-orang di sana kebanyakan orang-orang yang masih muda. Di tempat itu, kami membeli banyak barang-barang misalnya CD, baju kaos, majalah, koran dan celana. Sayang sekali kami hanya boleh berbelanja di sana untuk 1 jam, kalau bisa, kami ingin tinggal di tempat itu lebih lama. Kami pergi ke pasar swalayan juga di mal itu dan harga barang-barang yang dijual di sana murah sekali kalau dibandingkan dengan barang-barang yang dijual di Singapura. Sesudah membayar semua barang-barang, kami pergi ke restoran untuk menunggu teman-teman yang lain. Semua orang harus berkumpul di restoran itu sebelum berangkat ke pelabuhan. Di restoran itu, ada beberapa mahasiswa membeli jus avocado, karena ada banyak orang belum pernah mencoba buah avocad waktu di Singapura. Jus avocad itu rasanya sedikit pahit tetapi pekat/kental, jadi ada beberapa orang kurang suka rasa avocad itu. Kira-kira pada jam 6 sore, kami berangkat dari Batam untuk kembali ke Singapura.
Singapura Waktu sampai di Singapura sudah jam 7 lebih dan kami semuanya capai sekali, tetapi, pengalaman ini adalah yang tidak terlupakan! Sekarang, kami sudah kembali ke Singapura, tetapi kami masih ingat pengalaman di Batam. Kami tidak hanya tahu lebih banyak tentang kehidupan di Indonesia, tetapi kami juga merasa kami beruntung sekali, jadi kami seharusnya mencintai apa yang sudah kami punyai sekarang. Kami merasa orang-orang di Batam akrab sekali, karena meskipun kehidupan mereka kurang baik, mereka masih merasa mereka bertanggung-jawab untuk menjaga dan membantu orang yang lain di Batam. Dibandingkan dengan kehidupan di Singapura, setiap hari, kami sibuk sekali, tidak ada waktu untuk omong-omong dengan tetangga dan juga tidak ada waktu untuk santai seperti orang-orang di Batam. Meskipun kehidupan di Batam tidak sebagus seperti di Singapura, kami merasa semua orang di Batam masih bahagia sekali. Kami juga belajar dari orangorang di Batam yang seseorang tidak perlu kehidupan yang kaya untuk menjadi bahagia, kami tetap bisa menjadi bahagia dengan kehidupan yang sederhana. Kami mengharapkan kehidupan di Batam bisa menjadi lebih baik dan kami bisa mengunjungi Batam lagi.