Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

Lampiran 1. Lampiran Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun ekor naga (Rhaphidopora pinnata (L.f.) Schott.)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Surat keterangan sampel

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman jambu bol (Syzygiun malaccense L. Merr & Perry)

Lampiran 1. Hasil identifikasi rumput laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lampiran 1. Hasil identifikasi teripang Holothuria atra Jaeger

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode eksploratif meliputi pengumpulan

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA SERTA ISOLASI STEROID/TRITERPENOID DARI EKSTRAK ETANOL PUCUK LABU SIAM (Sechium edule (Jacq.) Sw.

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Lampiran 1. Hasil identifikasi dari jenis rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan daun bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng)

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)

III. BAHAN DAN METODA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB II METODE PENELITIAN

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

BABm METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN SKRIPSI KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN ISOLASI SENYAWA SAPONIN DARI BIJI TUMBUHAN GAMBAS (Luffa acutangula Roxb. L.)

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

Bab III Metodologi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

BAB IV PROSEDUR KERJA

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan 67

Lampiran 2. Bagan kerja penelitian Pucuk labu siam Dicuci Ditiriskan lalu ditimbang Dikeringkan hingga kering Simplisia Diserbuk Serbuk simplisia pucuk labu siam Ditimbang serbuk simplisia Ekstrak Etanol Diekstraksi dengan etanol 96 % Diekstraksi cair-cair dengan n- heksan Diisolasi secara kromatografi cair vakum dengan fase gerak gradien dan kolom dengan fase gerak isokratik, serta diklt Isolat Diisolasi secara kromatografi preparatif, kemudian di KLT 2 arah Diidentifikasi dengan UV dan IR Spektrum 68

Lampiran 3. Bagian makroskopik tumbuhan dari pucuk labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Tumbuhan labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Pucuk labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) 69

Lampiran 3. (Lanjutan) Simplisia pucuk labu siam (Sechii edulei herba) Serbuk simplisia pucuk labu siam (Sechii edulei herba) 70

Lampiran 4. Gambar mikroskopik dari pucuk labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) 1 2 3 4 5 6 7 Serbuk simplisia pucuk labu siam (Sechii edulei herba) Keterangan: 1. Kutikula 2. Epidermis 3. Jaringan palisade 4. Lapisan bunga karang 5. Stomata tipe parasitik 6. Berkas pengangkut 7. Rambut penutup 71

Lampiran 4.(Lanjutan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penampang melintang daun muda segar pucuk labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Keterangan : 1. Kutikula 2. Epidermis atas 3. Jaringan palisade 4. Lapisan bunga karang 5. Epidermis bawah 6. Xilem 7. Stomata 8. Floem 9. Rambut penutup 72

Lampiran 4. (Lanjutan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Penampang melintang jaringan batang segar pucuk labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Keterangan : 1. Kutikula 6. Floem luar 2. Epidermis 7. Kambium 3. Kolenkim 8. Xilem 4. Sklerenkim 9. Parenkim penghubung 5. Parenkim 10. Floem dalam 73

Lampiran 5. Bagan skrining fitokimia dan karakterisasi serbuk simplisia Pucuk labu siam Dicuci Ditiriskan Dikeringkan (diangin-anginkan) S i m p l i s i a Dihaluskan Serbuk Simplisia Skrining Fitokimia Karakterisasi Serbuk Simplisia Pembuatan Ekstrak - Alkaloida - Flavonoida - Saponin - Tanin - Glikosida - Antrakuinon - Steroida/Triterpenoida - Pemeriksaan Mikroskopik - Pemeriksaan Makroskopik - Penetapan kadar air - Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol - Penetapan kadar sari yang larut dalam air - Penetapan kadar abu total - Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam 74

Lampiran 6. Bagan pembuatan ekstrak etanol pucuk labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) 300 g serbuk simplisia Dimasukkan ke dalam bejana Direndam dengan etanol sebanyak 2250 ml,, ditutup Dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk Disaring Maserat Ampas Dicuci dengan etanol 96% secukupnya hingga 3000 ml Maserat Pindahkan kedalam bejana tertutup, digabung Dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya,selama 2 hari 2 hari Enap tuangkan atau disaring Dipekatkan dengan alat rotary evaporator pada suhu 40 Ekstrak cair Dikeringkan dengan alat freeze dryer Ekstrak kental 75

Lampiran 7. Bagan ekstraksi cair-cair ekstrak etanol Ekstrak Ditambah 40 ml etanol Ditambahkan 100 ml air panas, dihomogenkan Dimasukkan ke dalam corong pisah Diekstrasi dengan 100 ml n-heksan sebanyak 3 kali Fraksi n-heksan di k k Fraksi air 76

Lampiran 8. Isolasi steroid/triterpenoid dari fraksi n-heksan pucuk labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Fraksi n-heksan Di KCV dengan fase gerak n-heksan:etilasetat secara gradien dan fase diam silika gel 60 H 11 fraksi 100:0 95:5 90:10 85:15 80:20 75:25 70:30 65:35 60:40 55:45 50:50 Digabung Di KCV dengan fase gerak n heksan :etilasetat secara gradien dan fase diam silika gel 60 H 11 fraksi 100:0 90:10 80:20 70:30 60:40 50:50 40:60 30:70 20:80 10:90 0:100 Di kromatografi kolom dengan fase gerak n-heksan:etilasetat (80:20) dan fase diam silika gel 60 H Fraksi-fraksi (85 vial) 77

Lampiran 8. (Lanjutan) Fraksi-fraksi (85 vial) Fraksi yang sama digabung F1-9 F10-14 F15-18 F19-23 F24-26 F27-30 F31-39 F40-79 F80-85 Dua noda Di KLT preparatif isolat Masing-masing dikerok Direndam dengan metanol 20 ml dan disaring residu filtrat isolat Dicuci dengan metanol dingin Satu noda KLT dua arah Isolat murni UV dan IR Spektrum 78

Lampiran 9. Kromatogram dan harga Rf dari fraksi n-heksan pucuk labu siam (Sechium edule (jacq.) sw.) bp tp 100:0 90:10 80:20 70:30 60:40 (V 1 ) (V 2 ) (V 3 ) (V 4 ) (V 5 ) Keterangan: Fase diam silika gel GF 254, fase gerak n-heksan-etilasetat (80:20) penampak bercak Liebermann-Burchard, tp=titik penotolan, bp=batas pengembangan, V= vial (V 3 adalah fase gerak yang terbaik). Harga Rf kromatogram fraksi n-heksan pucuk labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Fase gerak n-heksan:etilasetat (100:0) n-heksan:etilasetat (90:10) n-heksan:etilasetat (80:20) Harga Rf 1=0,35 2=1 1=0,18 2=0,26 3=0,39 1=0,25 2=0,38 3=0,59 4=0,73 n-heksan:etilasetat (70:30) 1=0,91 n-heksan:etilasetat (60:40) 1=0,96 79

Lampiran 10. Kromatogram cair vakum I dari hasil ekstraksi cair-cair bp tp 100:0 95:5 90:10 85:15 80:20 75:25 70:30 65:35 60:40 55:45 50:50 (V 1 ) (V 2 ) (V 3 ) (V 4 ) (V 5 ) (V 6 ) (V 7 ) (V 8 ) (V 9 ) (V 10 ) (V 11 ) Keterangan: Fase diam silika gel GF 254, fase gerak n-heksana:etilasetat (80:20), penampak bercak Liebermann-Burchard, tp= titik penotolan, bp= batas pengembangan, V= vial (V 8, V 9, V 10, dan V 11 digabung). 80

Lampiran 11. Kromatogram cair vakum II dari fraksi KCV I yang digabung bp tp 100:0 90:10 80:20 70:30 60:40 50:50 40:60 30:70 20:80 10:90 0:100 (F 1 ) (F 2 ) (F 3 ) (F 4 ) (F 5 ) (F 6 ) (F 7 ) (F 8 ) (F 9 ) (F 10 ) (F 11 ) Keterangan: Fase diam silika gel GF 254, fase gerak n-heksan:etilasetat (80:20), penampak bercak Liebermann-Burchard, tp=titik penotolan, bp=batas pengembangan, F=fraksi (F 3 dikromatografi kolom). 81

Lampiran 12. Kromatogram kolom dari fraksi KCV II (F 3 ) bp tp F 1 F 4 F 7 F 10 F 13 F 16 F 19 F 22 F 25 F 28 F 31 F 34 F 37 F 40 F 43 F 46 F 49 bp tp F 52 F 55 F 58 F 61 F 64 F 67 F 70 F 73 F 76 F 79 F 82 F 85 Keterangan: Fase diam silika gel GF 254, fase gerak n-heksana:etilasetat (80:20), penampak bercak Liebermann-Burchard, tp=titik penotolan, bp=batas pengembangan, F=fraksi (F 10 -F 14 digabung). 82

Lampiran 13. KLT preparatif dari fraksi kolom (F 10 -F 14 ) bp km hk mu tp Keterangan: Fase diam silika gel GF 254, fase gerak n-heksan:etilasetat (80:20), penampak bercak Liebermann-Burchard, tp=titik penotolan, bp=batas pengembangan, mu= merah ungu, hj= hijau kekuningan, km= kuning merah. 83

Lampiran 14. KLT dua arah dan harga Rf dari isolat murni A2 bp2 bp1 mu A1 tp Keterangan: Fase diam silika gel GF 254, fase gerak I=n-heksana:etilasetat (80:20), fase gerak II=toluen:etilasetat (90:10), penampak bercak Liebermann-Burchard, tp=titik penotolan, bp1=batas pengembangan pertama, bp2=batas pengembangan kedua, A1=arah pertama, A2 =arah kedua, mu= merah ungu. Harga Rf KLT dua arah Fase gerak Harga Rf n-hekasan:etilasetat (80:20) - toluen:etilasetat (90:10) 0,35 84

Lampiran 15. Panjang gelombang isolat pucuk labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) 3.153 3.000 1 2.000 Abs. 1.000 0.000-0.264 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 nm. No. P/V Wavelength Abs. Description 1 207.50 2.868 85

Lampiran 16. Spektrum isolat T 52.5 r %T a 45 n s 37.5 m i 30 t a 22,5 n.09 852.72 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 Pucuk Labu Siam IR 1/cm 1710.86 164142 1562.34 1448.54 1379.10 60.85 1002.98 No Peak Intensity Corr. Intensity Base (H) Base (L) Area Corr. Area 1 1002.98 21.804 1.555 1022.27 941.26 50.534 0.778 2 1060.85 20.494 2.114 1091.71 1024.2 44.952 1.35 3 1379.1 24.262 0.105 1381.03 1363.67 10.644 0.009 4 1448.54 23.955 1.728 1481.33 1429.25 31.53 1.092 5 1562.34 28.162 0.194 1564.27 1546.91 9.493 0.036 6 1641.42 22.166 0.322 1660.71 1633.71 17.588 0.119 7 1710.86 22.364 0.08 1712.79 1689.64 14.874 0.048 8 2852.72 20.968 0.828 2866.22 2690.7 107.23 0.235 9 2924.09 19.692 0.868 2941.44 2879.72 42.54 0.525 10 3414 18.671 0.089 3417.86 3406.29 8.421 0.014 86

Lampiran 17. Perhitungan hasil penetapan kadar a. Perhitungan hasil penetapan kadar air Kadar air = volume air (ml) berat sampel (g) x 100% 1.Sampel I Berat sampel = 5,001 g 2.Sampel II Volume air Kadar air = = 0,2 ml 0,2 5,0019 x 100% = 3,99% Berat sampel Volume air = 5,0021 g = 0,2 ml 3.Sampel III Kadar air = 0,2 5,0021 x 100% = 3,99% Berat sampel Volume air = 5,0010 g = 0,2 ml Kadar air = 0,2 5,0010 x 100% = 3,99% Kadar air rata-rata = 3,99%+3,99%+3,99% 3 = 3,99% b. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air Kadar sari larut dalam air = berat sari x 100 x berat simplisia 20 100% 87

Lampiran 17. (lanjutan) 1. Kadar sari larut dalam air I Berat Cawan Berat Cawan + Berat Sari Berat Sampel Berat sari = 45,081 g = 45,418 g = 5,0011 g = 33,7 g Kadar sari larut dalam air = 33,7 5,0011 x 100 20 x 100% 2. Kadar sari larut dalam air II Berat Cawan Berat Cawan + Berat Sari Berat Sampel Berat sari = 33,69 % = 43,205 g = 43,536 g = 5,0020 g = 33,1 g Kadar sari larut dalam air = 33,1 5,0020 x 100 20 x 100% 3.Kadar sari larut dalam air III Berat Cawan Berat Cawan + Berat Sari Berat Sampel Berat sari = 33,08 % = 45,211 g = 45,547 g = 5,0020 g = 33,6 g Kadar sari larut dalam air = 33,6 5,0020 x 100 20 x 100% = 33,58% Kadar sari larut dalam air rata-rata = 33,69%+33,08%+33,58% 3 = 33,45% 88

Lampiran 17. (lanjutan) c. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam etanol Kadar sari larut dalam etanol = 1. Kadar sari larut dalam etanol I Berat Cawan Berat Cawan + Berat Sari Berat Sampel Berat sari = 44,156 g = 44,252 g = 5,001 g = 9,6 g Kadar sari larut dalam etanol = 9,6 5,001 x 100 20 x 100% 2. Kadar sari larut dalam etanol II Berat Cawan Berat Cawan + Berat Sari Berat Sampel Berat sari = 9,59% = 45,110 g = 45,211 g = 5,002 g = 10,1 g Kadar sari larut dalam etanol = 10,1 5,002 x 100 20 x 100% 3. Kadar sari larut dalam etanol III Berat Cawan Berat Cawan + Berat Sari Berat Sampel Berat sari berat sari x 100 x berat simplisia 20 100% = 10,09% = 45,120 g = 45,232 g = 5,003 g = 10,2 g Kadar sari larut dalam etanol = 10,2 5,003 x 100 20 x 100% = 10,19% Kadar sari larut dalam etanol rata-rata = 9,59%+10,09%+10,19% 3 = 9,96% 89

Lampiran 17. (lanjutan) d. Perhitungan hasil penetapan kadar abu total Kadar abu total = berat abu berat simplisia x 100% 1. Sampel I Berat simplisia = 2,0099 g 2. Sampel II Berat abu = 0,0825 g Kadar abu total = 0,0825 2,0099 x 100% = 4,10% Berat simplisia = 2,1544 g Berat abu 3. Sampel III = 0,0891 g Kadar abu total = 0,0891 2,1544 x 100% = 4,13% Berat simplisia = 2,0133 g Berat abu = 0,0834 g Kadar abu total = 0,0834 2,0133 x 100% = 4,14% Kadar abu total rata-rata = 4,10%+4,13%+4,14% 3 = 4,13% e. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam Kadar abu tidak larut dalam asam = berat abu x berat simplisia 100% 90

Lampiran 17. (lanjutan) 1. Sampel I Berat simplisia = 2,0099 g 2. Sampel II Berat abu = 0,0192 g Kadar abu tidak larut asam = 0,0192 2,0099 x 100% = 0,95% Berat simplisia = 2,1544 g Berat abu 3. Sampel III = 0,0191 g Kadar abu tidak larut asam = 0,0191 x 100% 2,1544 = 0,88 % Berat simplisia = 2,0133 g Berat abu = 0,0207 g Kadar abu tidak larut asam = 0,0207 2,0133 x 100% = 1,03 % Kadar abu tidak larut asam rata-rata = 0,95%+0,88%+1,03% 3 = 0,96% 91

92