BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

dokumen-dokumen yang mirip
PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA TERWUJUDNYA KABUPATEN (REMAJA) VISI KABUPATEN MAJALENGKA MAJALENGKA YANG. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ITB Central Library, penduduk (population) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala

ASPEK KEPENDUDUKAN IV

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat

EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.1


BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB 2 LANDASAN TEORI. penduduk, dan Grafein adalah menulis. Jadi demografi adalah tulisan tulisan atau

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

SP2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Kabupaten Nabire- Angka Sementara

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

Ditulis oleh Administrator Senin, 26 Desember :43 - Terakhir Diperbaharui Senin, 09 Januari :16

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

KABUPATEN BREBES. Data Agregat per Kecamatan

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia Mulai Tahun 1961 sampai Tahun 2010

Demografi formal = Demografi murni. Sumber data Sekunder. Pengambilan Data Penduduk. Registrasi Survai

BAB 2 LANDASAN TEORI

Ruang Lingkup dan Fungsi Dasar Mempelajari Ilmu Kependudukan

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

pengisian data dan cara pembuatan grafik. setelah pengolahan dan analisa perhitungan serta saran-saran yang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU

BAB 2 LANDASAN TEORI

K A T A P E N G A N T A R

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 11 TAHUN 2011

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Data Penduduk Kabupaten Murung Raya 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI


PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

KABUPATEN MA'ALENGKA. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Kelompok Industri Pangan Kabupaten Majalengka. No Jenis Industri/ Produksi Sentra Produksi.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN


MIGRASI. Oleh : CHOTIB Donovan Bustami

Katalog BPS: TREN/ REN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI. BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA

Transkripsi:

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi. Kajian demografi mencakup jumlah, persebaran, teritorial dan komponen penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, migrasi dan mobilitas sosial atau perubahan status (Hauser & Duncan,1959). Dalam definisi yang lain demografi disebutkan sebagai ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi spasial dan penduduk serta perubahanperubahan aspek tersebut sepanjang masa, melalui berprosesnya lima komponen yaitu (1) kelahiran (fertilitas); (2) kematian (mortalitas); (3) perkawinan; (4) migrasi; dan (5) mobilitas sosial (Bogue,1969). Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi : jumlah, persebaran dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah dan perubahan tersebut disebabkan proses demografi yaitu : kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi penduduk. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 9

Pada bagian ini akan dibahas mengenai gambaran profil umur dan jenis kelamin penduduk di Kabupaten Majalengka sebagai bagian dari analisis demografi yang terdiri atas jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, seks ratio, angka ketergantungan dan piramida penduduk. 3.2. Perkembangan Penduduk Kabupaten Majalengka 1961-2010 Untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai dinamika kependudukan suatu daerah dapat dilihat dari beberapa aspek yang merupakan potret utama profil kependudukan daerah tersebut. Hal yang pokok dari komponen tersebut adalah Jumlah Penduduk serta Laju Pertumbuhannya dan beberapa evaluasi penduduk menurut struktur umur. Mencermati variabel-variabel tersebut dapat terlihat seberapa besar kenaikan/penurunan, komposisi jenis kelamin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jumlah Penduduk Kabupaten Majalengka menurut Sensus Penduduk yang pertama pada Tahun 1961 adalah 645.297 jiwa. Pada tahun 1990 penduduk Kabupaten Majalengka tercatat mencapai di atas satu juta, yaitu 1.032.023 jiwa. Kurun waktu berikutnya pertambahan penduduk semakin mengecil terbukti pada tahun 2000-2010 penduduk Kabupaten Majalengka hanya bertambah sekitar empat puluh lima ribu jiwa. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 10

Tabel 1. Jumlah Penduduk, Seks Ratio dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 1961-2010 Jumlah Penduduk (Jiwa) Seks Tahun Laki- Perempuan Jumlah Ratio Laki 1961 310.109 335.188 645.297 93 LPP (%) 1971 371.280 394.613 765.893 94 1,71 1980 438.001 459.721 897.722 95 1,76 1990 509.230 522.793 1.032.023 97 1,39 2000 557.611 564.030 1.121.641 99 0,83 2010 582.892 583.581 1.166.473 100 0,40 Sumber : SP 1961-2010 Pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Majalengka tahun 1961-1971 dibandingkan dengan 1971-1980 mengalami kenaikkan, tetapi selanjutnya terus menurun dalam perubahan yang cukup signifikan. LPP tertinggi terjadi pada kurun waktu 1971-1980 yaitu mencapai angka 1,76 persen, hal tersebut dimungkinkan dengan mulai turunnya angka mortalitas, karena di Kabupaten Majalengka pembangunan ekonomi mulai berjalan termasuk peningkatan sarana dan prasarana kesehatan. Setelah periode tersebut LPP setiap periode sensus trendnya terus menurun menjadi 1,39 persen pada kurun waktu 1980-1990 dan terakhir mencapai 0,40 persen pada periode 2000-2010. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 11

2.00 Gambar 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 1961-2010 (%) L P P 1.50 1.00 0.50 1.71 1.76 1.39 0.83 0.00 0,40 1961-1971 1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010 Tahun Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan LPP terjadi karena perubahan komponen demografi yaitu Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi. Di Kabupaten Majalengka penurunan LPP kemungkinan terjadi karena pertumbuhan alami yang terkendali dalam hal ini kesadaran masyarakat yang semakin meningkat dalam pengendalian kelahiran/partisipasi KB. Hal lain yang mempunyai peranan penting dalam penurunan LPP adalah faktor migrasi. Angka migrasi ke luar di Kabupaten Majalengka mempunyai angka yang cukup tinggi. Hal tersebut didorong oleh (push factor) : - Kesempatan kerja yang terbatas di Kabupaten Majalengka menyebabkan penduduk Kabupaten Majalengka berusaha mendapatkan mata pencaharian di luar kota sampai ke luar Jawa bahkan ke luar negeri untuk menjadi TKI. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 12

- Terbatasnya sarana pendidikan di Kabupaten Majalengka, terutama Perguruan Tinggi juga menyebabkan banyak penduduk yang melanjutkan pendidikan ke luar kota. Sebaliknya angka migrasi masuk ke Kabupaten Majalengka relatif rendah karena sampai saat ini belum ada faktor-faktor penarik (full factor) penduduk dari luar untuk masuk ke Majalengka dalam jumlah yang besar. Sementara komposisi penduduk menurut jenis kelamin/seks ratio pada tahun 1961 menunjukkan jumlah laki laki sebanyak 93 orang dari setiap 100 orang perempuan. Keadaan tersebut terus berubah mengalami kenaikkan sehingga pada Sensus Penduduk 2010 seks ratio menunjukkan jumlah laki-laki seimbang dengan jumlah penduduk perempuan (100). 102 98 94 Gambar 2. Seks Ratio Penduduk Kab Majalengka Tahun 1961-2010 93 94 95 97 99 100 90 1961 1971 1980 1990 2000 2010 Tahun Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 13

Perubahan tersebut dimungkinkan dengan semakin meningkatnya jumlah Tenaga Kerja Wanita ke luar daerah ataupun ke luar negeri sehingga jumlah wanita cenderung menurun. Di sisi lain penduduk laki-laki juga bermigrasi ke kota untuk bekerja. Kedua hal tersebut menyebabkan komposisi penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Majalengka secara agregat semakin seimbang, padahal di beberapa kecamatan seks ratio menunjukkan jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan maupun sebaliknya. Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar permasalahan kemiskinan. Jadi aspek demografis mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada saat ini termasuk di Kabupaten Majalengka. Daerah miskin sering ditinggalkan penduduknya untuk bermigrasi ke tempat lain dengan alasan mencari kerja. Mereka dapat berpindah secara permanen, menjadi migran ulang-alik, menjadi migran sirkuler yakni bekerja di tempat lain dan pulang ke rumahnya sekali dalam beberapa minggu atau beberapa bulan, atau menjadi migran musiman, misalnya bekerja di kota setelah musim tanam dan musim panen. Kesimpulan bahwa, pertumbuhan penduduk berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu para penentu kebijakan Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 14

dan perencana program untuk dapat mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tepat sasaran. 3.3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan kecamatan Jatiwangi tetap sebagai kecamatan yang paling banyak penduduknya yaitu 82.532 jiwa disusul dengan Kecamatan Majalengka dan Cikijing sebagai tiga kecamatan dengan penduduk terbanyak. Kecamatankecamatan tersebut merupakan daerah perkotaan yang terletak di jalur utama Majalengka, sehingga daerah tersebut merupakan wilayah yang berkembang cukup pesat dan mempunyai keunggulan/potensi masing-masing. Kecamatan Jatiwangi merupakan sentra industri genteng di Kabupaten Majalengka yang terletak di jalur Cirebon-Bandung, Kecamatan Majalengka merupakan pusat pemerintahan, pendidikan dan juga ekonomi, sementara Kecamatan Cikijing merupakan sentra ekonomi konveksi dan industri makanan yang terletak di wilayah Selatan jalur Majalengka-Kuningan-Ciamis. Kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Sindang, Banjaran dan Panyingkiran. Tiga kecamatan tersebut merupakan kecamatan pemekaran yang secara konvensional hanya bertumpu pada sektor pertanian. Dilihat dari tingkat kepadatan penduduk, Kecamatan Jatiwangi, Kadipaten, Sumberjaya dan Leuwimunding adalah kecamatan terpadat yang mencapai di atas 1.700 jiwa/km 2. Keempat Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 15

kecamatan tersebut secara geografis terletak di wilayah Utara dan Timur Kabupaten Majalengka serta termasuk kategori daerah perkotaan. Kecamatan yang mempunyai tingkat kepadatan paling rendah adalah Kecamatan Kertajati, Jatitujuh dan Ligung di wilayah dataran sebelah Utara, sedangkan di wilayah pegunungan sebelah selatan rata-rata mempunyai kepadatan di bawah rata-rata Kabupaten Majalengka, kecuali Kecamatan Cikijing yang mencapai 1.368 jiwa/km 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, LPP, Seks Ratio dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka Per Kecamatan Hasil SP 2000-2010 Kode Kecamatan Luas wilayah (Km 2 ) Jumlah Penduduk 2000 (Jiwa) Jumlah Penduduk 2010 (Jiwa) LPP (%) SR 2010 Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) 010 LEMAHSUGIH 78,64 53.164 57.038 0,69 100 725 020 BANTARUJEG 66,52 40.672 42.634 0,47 99 641 021 MALAUSMA 45,04 39.985 40.936 0,24 96 909 030 CIKIJING 43,54 54.956 59.577 0,79 106 1.368 031 CINGAMBUL 37,03 33.619 35.719 0,58 101 965 040 TALAGA 43,5 39.546 43.045 0,85 103 990 041 BANJARAN 41,98 23.253 23.903 0,50 99 569 050 ARGAPURA 60,56 32.523 33.460 0,27 98 553 060 MAJA 65,21 45.487 48.396 0,63 101 742 070 MAJALENGKA 57,00 64.202 68.871 0,76 97 1.208 080 CIGASONG 24,17 30.429 33.937 1,10 103 1.404 090 SUKAHAJI 32,52 37.482 39.579 0,55 100 1.217 Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 16

091 SINDANG 23,97 Jumlah Penduduk 2000 (Jiwa) 14.538 100 RAJAGALUH 34,37 40.509 41.377 0,20 100 1.204 110 SINDANGWANGI 31,76 29.390 30.290 0,26 99 954 120 LEUWIMUNDING 32,46 58.311 55.736-0,46 94 1.717 130 PALASAH 38,69 45.010 45.661 0,11 96 1.180 140 JATIWANGI 40,03 79.246 82.524 0,41 100 2.062 150 DAWUAN 23,8 41.213 44.491 0,77 97 1.869 151 KASOKANDEL 31,61 42.169 45.858 0,84 99 1.451 160 PANYINGKIRAN 22,98 28.159 29.576 0,50 98 1.287 170 KADIPATEN 21,86 41.657 43.346 0,41 101 1.983 180 KERTAJATI 138,36 42.850 42.263-0,13 103 305 190 JATITUJUH 73,66 51.255 50.864-0,10 101 691 200 LIGUNG 62,25 57.598 56.328-0,23 101 905 210 SUMBERJAYA 32,73 54.418 57.038 0,69 103 1.731 KAB. MAJALENGKA 1204,24 1.121.641 1.166.473 0,40 100 969 Kode Kecamatan Luas wilayah 2 (Km ) Jumlah Penduduk 2010 (Jiwa) 14.409 SR 2010 Kepadatan Penduduk 2 (Jiwa/Km ) -0,09 99 601 LPP (%) Sumber : SP 2000-2010 3.4. Laju Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Penghitungan metode geometris tentang Laju Pertumbuhan Penduduk tahun 2000-2010, ternyata LPP yang paling tinggi terjadi di Kecamatan Cigasong (1,10 %) disusul oleh Talaga (0,85 %), Kasokandel (0,84 %) dan Kecamatan Cikijing (0,79 %). Di Kecamatan Cigasong yang mempunyai LPP tertinggi kemungkinan terjadi karena daerah tersebut secara geografis Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 17

berbatasan dengan wilayah Kecamatan Majalengka, sehingga merupakan daerah penyangga/pengembangan apalagi di wilayah tersebut terdapat pasar, terminal dan beberapa komplek perumahan yang terus berkembang. Kecamatan Talaga dan Cikijing juga merupakan daerah yang terus berkembang sebagai salah satu daerah pusat perekonomian di wilayah Selatan Kabupaten Majalengka. Sedangkan untuk Kecamatan Kasokandel ditopang oleh tumbuhnya komplek perumahan dan kost-kost an bagi para pekerja pabrik tekstil yang terus berkembang mencakup Desa Kasokandel, Gunungsari dan sekitarnya. Sementara LPP paling rendah dan mencapai minus terjadi di Kecamatan Leuwimunding (-0,46%), Ligung (-0,23%), Kertajati (0,13%), Jatitujuh (-0,10%) dan kecamatan Sindang (-0,09%). Kecamatan Leuwimunding merupakan sentra pengusaha di bidang kredit barang di kota-kota besar, bahkan luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Sejak tahun 2005 usaha mereka terutama di beberapa desa seperti Parakan, Patuanan, Heuleut dan Tanjungsari mulai berkembang pesat sehingga 1 orang pengusaha bisa mempunyai anak buah sampai 200 orang yang berasal dari penduduk setempat. Desa-desa tersebut mempunyai kontribusi yang besar dalam penurunan jumlah penduduk di kecamatan Leuwimunding sehingga LPP nya negatif. Kecamatan lain yang angka pertumbuhannya negatif adalah Kecamatan Kertajati, Jatitujuh dan Ligung, hal ini disebabkan pada kecamatan tersebut jumlah pekerja terutama perempuan yang berangkat ke luar negeri sebagai TKW jumlahnya semakin Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 18

meningkat. Data PODES tahun 2008 menunjukkan untuk ke 3 kecamatan ini jumlah TKW mencapai 5.500 orang. Kecamatankecamatan lain angkanya berkisar di angka Kabupaten dan menunjukkan pertumbuhan yang wajar (normal) bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. 3.5. Struktur Umur Komposisi Penduduk menurut umur merupakan salah satu informasi dasar yang sangat penting dalam studi kependudukan. Bagi pemerintah struktur umur perlu menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan publik, karena kebutuhan penduduk terhadap suatu produk atau pelayanan sangat bervariasi menurut umur. Demikian juga bagi dunia usaha, struktur umur akan mempengaruhi segmentasi pasar. Sejalan dengan desentralisasi pembangunan, komposisi penduduk menurut umur penting untuk skala nasional dan juga regional. Karakteristik umur memegang peranan penting dalam studi demografis. Berbagai macam perencanaan pembangunan yang dirancang baik oleh pemerintah maupun swasta, seperti perencanaan militer, perencanaan pelayanan publik, pelayanan kesehatan, dan program strategis lainnya membutuhkan data penduduk yang terpisah, baik menurut jenis kelamin maupun menurut struktur umur. 3.5.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Pada permulaan tahun kelahiran, secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Melalui proses demografi, Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 19

penduduk laki-laki biasanya cenderung lebih rentan dalam hal tingkat kesehatan dan memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah dari penduduk perempuan. Di sisi lain penduduk laki-laki memiliki tingkat mobilitas yang lebih tinggi dari perempuan terkait aktivitasnya untuk bersekolah atau mencari pekerjaan di tempat lain. Proses demografi tersebut berfluktuasi menurut kelompok umur. Evaluasi komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu : 1. Masculinity Proportion yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap total penduduk. Nilai Masculinity Proportion yang lebih besar dari 50% menunjukkan kelebihan jumlah penduduk laki-laki dan sebaliknya nilai Masculinity Proportion yang lebih kecil dari 50% menunjukkan kelebihan jumlah penduduk perempuan. 2. Seks Ratio adalah jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Seks ratio yang lebih besar dari 100 menunjukkan kelebihan jumlah penduduk laki-laki, dan sebaliknya seks ratio yang lebih kecil dari 100 menunjukkan kelebihan jumlah penduduk perempuan. 3. Percentage excess or deficit of males to the total population Nilai 0 menunjukkan jumlah yang seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan, nilai positif menunjukkan kelebihan jumlah penduduk laki-laki, dan nilai negatif menunjukkan kelebihan jumlah penduduk perempuan. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 20

Tabel 3. Evaluasi Penduduk Kabupaten Majalengka Menurut Jenis Kelamin Uraian Tahun 2000 2010 Laki-Laki (Jiwa) 557.611 582.892 Perempuan (Jiwa) 564.030 583.581 Laki-Laki+Perempuan (Jiwa) 1.121.641 1.166.473 Masculinity proportion (%) 49,71 49,97 Seks Ratio 99 100 Percentage excess or deficit of males to the total population (%) -0,58-0,06 Tabel di atas menunjukkan bahwa dari ketiga macam evaluasi penduduk tersebut jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan, tetapi melihat kecenderungannya dari tahun 2000 ke tahun 2010 terdapat peningkatan menuju keseimbangan, sehingga selisihnya semakin sedikit. Untuk melihat lebih rincinya akan diuraikan melalui seks ratio per kecamatan. 3.5.2. Seks Ratio per Kecamatan Seks ratio total penduduk Kabupaten Majalengka menunjukkan proporsi yang seimbang antara komposisi laki laki dengan perempuan yaitu 100, tetapi bila mencermati angka kecamatannya menunjukkan angka yang lebih bervariasi. Seks ratio tertinggi terdapat di Kecamatan Cikijing yaitu mencapai angka 106 Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 21

yang berarti terdapat kelebihan jumlah laki-laki dengan proporsi 106 laki-laki diantara 100 orang perempuan. Beberapa kecamatan yang lain yang mempunyai angka seks ratio cukup tinggi di atas 100 selain Kecamatan Cikijing adalah Talaga, Cigasong, Kertajati dan Sumberjaya (Gambar 3). Jumlah lakilaki yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan terjadi karena faktor migrasi yang lebih dominan dibanding faktor kelahiran dan kematian. Fenomena yang terjadi menunjukkan seperti di kecamatan-kecamatan tersebut merupakan daerah yang cukup banyak mengirim Tenaga Kerja Wanita ke Luar Negeri, sehingga jumlah laki-laki yang tinggal lebih besar daripada jumlah perempuan. Khusus untuk Kecamatan Cigasong jumlah laki-laki yang lebih banyak karena di kecamatan tersebut terdapat Blok Khusus Milliter Yonif 321 yang di dalamnya terdapat barak tentara dalam jumlah yang cukup besar (5 kompi) sehingga angka SR nya mencapai 103. Sementara angka seks ratio yang paling rendah terjadi di Kecamatan Leuwimunding, Palasah dan Kecamatan Malausma. Kecamatan Leuwimunding mempunyai angka SR terendah yaitu 94 yang berarti setiap 100 orang wanita hanya terdapat 94 orang lakilaki. Hal tersebut dikarenakan Kecamatan Leuwimunding merupakan daerah sentra pedagang kreditan yang mempekerjakan kaum laki-laki ke luar daerah seperti Jakarta, Bandung dan juga ke luar Jawa. Hal yang sama terjadi di Kecamatan Palasah yang juga merupakan sentra pedagang kreditan. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 22

Gambar 3. Seks Ratio Terendah dan Tertinggi Menurut Kecamatan Tahun 2010 Jatitujuh Cigasong Kec. Majalengka Malausma Leuwimunding 94 97 97 96 96 103 103 103 103 106 85 90 95 100 105 110 Seks Ratio Gambar 4 memperlihatkan seks ratio menurut kelompok umur, pada kelompok umur 0-14 tahun Seks Ratio berada pada level di atas 100. Selanjutnya pada kelompok umur 20-24 tahun terjadi penurunan tajam yang menunjukkan jumlah laki-laki lebih sedikit daripada perempuan. Pada kelompok umur berikutnya, seks ratio berada di atas 100 dan puncaknya pada kelompok umur 55-59 tahun. Selanjutnya ratio kembali menurun seiring dengan semakin tuanya penduduk. Hal tersebut sejalan dengan fenomena bahwa usia harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Perubahan atau dinamika seks ratio tersebut berkaitan dengan pola umum yang terjadi antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan. Laki-laki Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 23

cenderung rentan pada usia awal kelahiran dan cenderung melakukan migrasi pada usia-usia produktifnya, sementara perempuan cenderung lebih kuat dari sisi kesehatan tetapi relatif tidak terlalu melakukan migrasi dibandingkan laki-laki. Gambar 4. Seks Ratio menurut Kelompok Umur Kabupaten Majalengka Tahun 2010 120 100 80 seks aratio 60 40 20 0 05 10 75+ 3.5.3. Rasio Ketergantungan Ada tiga pengelompokan penduduk berkenaan dengan kaitan antara struktur umur dan kemampuan berproduksi secara ekonomi yaitu : Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 24

Kelompok penduduk usia muda, yaitu penduduk yang berumur di bawah 15 tahun (0-14 tahun); Kelompok penduduk usia produktif, yaitu penduduk yang berumur 15-64 tahun; Kelompok penduduk usia tua, yaitu penduduk yang berumur 65 tahun ke atas. Rasio ketergantungan usia adalah angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk yang tidak produktif (usia muda dan usia tua) terhadap penduduk usia produktif. Rasio ketergantungan menyatakan jumlah orang yang secara ekonomi tidak aktif per seratus penduduk yang aktif secara ekonomi. Tabel 4. Rasio Ketergantungan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2010 Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase Penduduk (%) Total dependency ratio (%) Youth dependency ratio (%) Aged dependency ratio (%) 0-14 316.636 27,14 15-64 766.527 65,71 65+ 83.310 7,14 52,18 41,31 10,87 Jumlah 1.166.473 100,00 Dari Tabel di atas terlihat bahwa, penduduk Kabupaten Majalengka 65,71 persen adalah penduduk dengan usia produktif, sedangkan yang tidak produktif mencapai 34,29 persen. Komposisi tersebut menyebabkan angka ketergantungan atau dependency ratio Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 25

mencapai 52,18 persen artinya penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif mencapai angka 52 persen. Tingginya angka ketergantungan di Kabupaten Majalengka bukan hanya dipengaruhi oleh fertilitas dan mortalitas, tetapi angka migrasi yang cukup tinggi pada kelompok usia produktif juga mempengaruhi komposisi dependency ratio yang menyebabkan dependency ratio semakin meningkat. Semakin tinggi beban ketergantungan, maka semakin berat bagi masyarakat tersebut untuk dapat meningkatkan kesejahteraanya. Ketergantungan penduduk usia muda mencapai 41,31 persen menunjukkan bahwa, sebagian besar beban yang harus ditanggung adalah dari penduduk muda (0-14 tahun) sementara untuk penduduk tua hanya mencapai 10,87 persen. 3.5.4. Piramida Penduduk Piramida Penduduk merupakan gambaran secara visual dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Penggunaan piramida akan membantu memudahkan mengenal dan memahami karakteristik penduduk suatu wilayah menurut umur dan jenis kelamin. Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, karakteristik penduduk dari suatu negara dapat dibedakan atas tiga ciri yaitu: Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 26

1. Expansive: jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Tipe ini umumnya terdapat pada negara-negara yang mempunyai angka kelahiran dan angka kematian tinggi. 2. Constrinctive: jika penduduk yang berada dalam kelompok termuda jumlahnya sedikit. Tipe ini terdapat pada negara-negara dimana tingkat kelahiran turun dengan cepat, dan tingkat kematiannya rendah. 3. Stationary: jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama, kecuali pada kelompok umur tertentu.tipe ini terdapat pada negara-negara yang mempunyai tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah. Gambar 5 Piramida Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2010 T a h u n 70-74 60-64 50-54 40-44 30-34 20-24 10-14 0-4 60,000 40,000 20,000 0 20,000 40,000 60,000 Perempuan Laki-Laki (Orang) Piramida Penduduk Kabupaten Majalengka termasuk kategori ekspansif. Ini terlihat dari melebarnya piramida penduduk pada Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 27

kelompok usia muda. Hal tersebut menunjukkan masih tingginya angka kelahiran dan turunnya angka kematian. Pada kelompok umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun terdapat lekukan yang cukup dalam dibandingkan dengan kelompok umur muda lainnya. Hal ini dimungkinkan karena program KB pada kurun waktu tersebut 1985-1995 berada pada level tertinggi, sehingga kesadaran tentang pembatasan kelahiran benar-benar dilaksanakan. Turunnya tingkat kematian terutama pada usia muda sementara angka fertilitas tetap tinggi juga menyebabkan melebarnya dasar piramida penduduk. Faktor fertilitas akan lebih besar pengaruhnya terhadap dasar piramida, semakin turun angka fertilitas maka dasar piramida juga akan semakin menyempit. Faktor migrasi yaitu perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah yang lain akan mempengaruhi piramida pada kelompok umur dewasa. Biasanya yang melakukan migrasi adalah mereka yang bekerja (sekolah) di luar kota. Fenomena yang terjadi di Kabupaten Majalengka terlihat bahwa migrasi dilakukan oleh kaum perempuan dan laki-laki dalam rangka mencari nafkah (penghidupan) yang lebih baik ke luar kota bahkan ke luar negeri. Profil Kependudukan Kabupaten Majalengka 28