BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat penting untuk mempertahankan negara atau memperluas wilayah jajahan. Jumlah penduduk yang besar dianggap sebagai kekuatan suatu negara. Pada periode ini pertumbuhan penduduk sangat rendah karena tingkat kelahiran dan kematian relatif tinggi. Donal J. Bogue (1969 dalam Tukiran, 2010) memperkirakan tingkat pertumbuhan penduduk dunia sebelum 1900-an sekitar 0,34 persen per tahun, dan periode meningkat menjadi 0,56 persen. John R. Weeks, 1992 (dalam Tukiran, 2010) memperkirakan pada dekade an meningkat menjadi 1,81 persen kemudian pada periode diperkirakan menurun lagi menjadi sekitar 0,62 persen per tahun. Perubahan penduduk dunia ini disebabkan tingkat kematian dan tingkat kelahiran mengalami penurunan yang cukup berarti bersamaan dengan peningkatan kualitas penduduk. Dari paparan fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk penting. Undang-Undang No 52 Tahun 2009 mengenai perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyatakan bahwa penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung wilayah. Dalam artian yang lebih sederhana, penduduk merupakan pusat dari seluruh kebijakan dan program pembangunan yang dilakukan. Keadaan penduduk yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai maka akan menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi. 1

2 Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan tingkat kualitas rendah, menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban bagi pembangunan nasional. Jumlah penduduk yang besar akan mempengaruhi struktur umur penduduk. Struktur penduduk meliputi jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah, dan perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk. Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat (237,6 juta) setelah China (1.346 juta), India (1.198 juta) dan Amerika Serikat (315 juta) (United Nation, 2009). Jumlah penduduk Indonesia yang besar ini disumbangkan dari sejarah pertumbuhan penduduk yang tinggi di masa an yang mencapai 2,31 persen. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Indonesia menurut Region, Region Penduduk Jawa + Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Papua Indonesia Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Selama kurun waktu 40 tahun, jumlah penduduk Indonesia bertambah dua kali lipat dari tahun awal ( ). Penyebab utama peningkatan jumlah penduduk Indonesia adalah perumbuhan penduduk yang masih tinggi. Peningkatan jumlah penduduk perlu mendapat perhatian lebih karena berdampak sangat luas. Jumlah penduduk yang meningkat berarti pemenuhan hidup juga meningkat seperti sandang, pangan, papan, kesempatan kerja, kesehatan, pendidikan dan hak dasar lainnya. Jumlah penduduk yang besar mempunyai implikasi pada berbagai penyediaan kebutuhan baik fisik maupun non 2

3 fisik yang berbeda-beda pada kelompok umur, individu maupun keluarga. Namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, Indonesia telah berhasil dalam mengurangi tingkat kelahiran penduduk pada tiga dekade terakhir. Fenomena tersebut berdampak terhadap perubahan struktur penduduk Indonesia (demographic transition). Indikasi perubahan dapat dilihat adalah dari bentuk piramida penduduk Indonesia yang sebelumnya (1970an sampai 1980-an didominasi oleh penduduk usia muda, yang berarti pertumbuhan penduduk tinggi, namun sejak pertengahan tahun 1990-an cenderung mengarah pada meningkatnya proporsi penduduk usia kerja dan penduduk usia tua (Gambar 1.1). Hal ini berarti telah terjadi pergeseran komposisi penduduk Indonesia dilihat dari segi umur penduduk. Di Indonesia telah terjadi tiga kali perubahan demografi (Ananta, 1997). Pertama, pada tahun 1950-an dimana terjadi penurunan mortalitas secara cepat menyebabkan terjadi perubahan yang cepat dilihat dari jumlah, komposisi dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Pada waktu itu jumlah penduduk meningkat dengan pesat karena fertilitas tidak segera mengikuti penurunan mortalitas. Kedua, pada akhir tahun 1970-an ditandai dengan adanya penurunan fertilitas yang relatif cepat di Indonesia. Transisi demografi kedua ini masih berlangsung sampai sekarang yang dampaknya dapat dilihat dari penurunan angka pertumbuhan penduduk periode an. Ketiga, dimulai pada tahun 1990an yang mengubah komposisi regional penduduk di Indonesia. Melalui revolusi mobilitas, perubahan demografi yang terjadi di suatu wilayah akan memperlihatkan dampaknya pada kondisi demografi wilayah lain. 3

4 Piramida Penduduk Indonesia, 1971 Piramida Penduduk Indonesia, 1980 Piramida Penduduk Indonesia, 1990 Piramida Penduduk Indonesia, 2000 Piramida Penduduk Indonesia, Keterangan : laki-laki perempuan Gambar 1.1 Piramida Penduduk Indonesia,

5 Struktur penduduk Indonesia menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan perubahan akibat terjadinya transisi demografi yang berlangsung di Indonesia. Transisi demografi tersebut ditandai dengan penurunan angka kelahiran, dan penurunan angka kematian. Berlangsungnya trasnsisi demografi tersebut makin lama makin mengubah wajah penduduk Indonesia, dengan menggeser distribusi umur penduduk. Proporsi penduduk muda makin menurun, proporsi penduduk usia kerja meningkat pesat, dan proporsi penduduk usia lanjut bergerak naik secara perlahan. Fenomena diatas akan memberikan sumbangan yang besar pada rasio ketergantungan yang tinggi. Dependency ratio atau rasio ketergantungan merupakan rasio yang menyatakan perbandingan penduduk belum produktif (usia dibawah 15 tahun) dan penduduk tidak produktif (usia 65 tahun keatas) terhadap penduduk usia produktif (usia kerja) secara ekonomi. Apabila proporsi penduduk usia muda menurun, maka dapat mengurangi besarnya investasi untuk pemenuhan kebutuhan penduduk muda tersebut, sehingga sumberdaya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Selanjutnya pertumbuhan penduduk usia kerja yang lebih pesat dibanding dengan pertumbuhan penduduk muda memberikan peluang untuk mendapatkan bonus demografi (atau sering disebut demographic dividend), yakni apabila ada respon kebijakan pemerintah yang positif pada saat bonus demografi menyediakan tenaga kerja cukup besar untuk meningkatkan produktivitas. Transisi demografi (demographic transition) seringkali disebut juga dengan trasnsisi vital. Transisi vital disini mengandung arti lebih sempit yaitu perubahan-perubahan tingkat kelahiran dan tingkat kematian dimulai dari tingkat kelahiran dan kematian tinggi, berangsur-angsur berubah menjadi tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah, dan tingkat kematian menurun lebih cepat dibandingkan dengan tingkat kelahiran. Transisi vital ini merupakan teori pokok dalam demografi. Data tahun menyebutkan bahwa angka fertilitas Daerah Istimewa Yogyakarta terendah dibandingkan provinsi se Jawa-Bali, walaupun pada tahun TFR DIY sedikit lebih tinggi daripada Provinsi 5

6 Jawa Timur yang kala itu memiliki TFR terendah. Sedangkan TFR tertinggi selama periode dimiliki oleh Provinsi Jawa Barat (Tabel 1.2). Terjadinya perbedaan ini bukan hanya disebabkan oleh adanya perbedaan keadaan sosial ekonomi dan budaya, juga karena adanya perbedaan waktu pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB). Tabel 1.2 TFR menurut Provinsi se Jawa-Bali, Provinsi 1971 Sensus 1976 SUPAS 1980 Sensus 1985 SUPAS 1987 SPI 1990 Sensus DKI 5,18 4,78 3,99 3,25 2,8 2,33 2,14 1,90 2,04 2,2 2,1 2,6 Jawa Barat 6,34 5,64 5,07 4,31 3,6 3,47 3,37 3,17 3,02 2,8 2,6 3,4 Jawa Tengah 5,33 4,92 4,37 3,82 3,2 3,05 2,85 2,77 2,63 2,1 2,3 2,8 DIY 4,76 4,47 3,42 2,93 2,3 2,08 2,04 1,79 1,85 1,9 1,8 2,3 Jawa Timur 4,72 4,32 3,56 3,20 2,7 2,47 2,13 2,22 2,33 2,1 2,1 2,6 Bali 5,96 5,24 3,97 3,09 2,6 2,27 2,22 2,14 2,12 2,1 2,1 2,5 Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, SUPAS 1985, SPI 1987, 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012 Yogyakarta selain mendapat julukan kota pelajar, juga memiliki corak kependudukan yang berlainan dengan daerah-daerah Jawa lainnya, sehingga penelitian kependudukan untuk daerah ini sangat bermanfaat bagi studi kependudukan pada umumnya. Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk provinsi yang telah memiliki tingkat fertilitas rendah. Hasil (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) 2007 menunjukkan bahwa tingkat fertilitas Daerah Istimewa Yogyakarta terendah se Indonesia dengan angka fertilitas total (TFR atau Total Fertility Rate) sebesar 1,8. Selain memiliki tingkat fertilitas yang rendah, DIY juga memiliki tingkat mortalitas yang relatif rendah. Berdasarkan 2007 angka kematian bayi menunjukkan angka yang rendah yaitu 19 per 1000 kelahiran hidup. Melihat fakta-fakta diatas, maka penelitian mengenai Analisis Perubahan Struktur Umur Penduduk Tahun akan dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan membandingkan antara level regional (Daerah Istimewa Yogyakarta) dengan empat kabupaten dan satu kota di DIY

7 1.2 Perumusan Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki corak kependudukan yang berlainan dengan daerah-daerah lain di Jawa, seperti angka kelahiran total yang terus menurun dan merupakan paling kecil di Indonesia. Perubahan struktur umur DIY terjadi secara perlahan-lahan dibandingkan provinsi lain karena faktor kelahiran dan kematian yang turun serta faktor migrasi yang relatif tinggi. Perubahan struktur umur penduduk DIY diteliti dalam kurun waktu lima periode sensus yaitu tahun Beberapa pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah: 1. Perubahan struktur umur penduduk telah terjadi di DIY, bagaimana pola perubahan struktur umur penduduk dilihat dari level kabupaten/kota? 2. Perubahan struktur umur penduduk dapat mempengaruhi terjadinya potensi bonus demografi. Kapan potensi bonus demografi terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta?dan bagaimana distribusinya? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian Analisis Perubahan Struktur Umur Penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun memiliki beberapa tujuan penelitian, diantaranya : 1. Mengetahui perubahan struktur penduduk menurut umur pada setiap periode sensus di Daerah Istimewa Yogyakarta dan kabupaten/kota se DIY. 2. Mengetahui kapan terjadinya potensi bonus demografi di Daerah Istimewa Yogyakarta serta distribusinya. 7