Keywords:Pendidikan, Ketidaktuntasan, Putus Sekolah, Logistik

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian

Sandi Prianggoro / Pembimbing Sundari., SE.,MM

maksimum, rata-rata, dan deviasi standar tentang masing-masing variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. mahasiswa. Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI TENGAH

HASIL REKAP DATA. Jenis Kelamin. Status Pernikahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sehingga analisis deskriptif dipisahkan dari variabel lain. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Kinerja Lingkungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Berapa nilai pajak yang Bapak/Ibu/Saudara harus bayarkan kekantor pajak

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Statistik frekuensi digunakan untuk menyajikan distribusi data kedalam

BINARY LOGISTIC REGRESSION (BLR) TERHADAP STATUS BEKERJA DI KOTA SURABAYA

BAB 4 PEMBAHASAN. beberapa kategori, sehingga dapat dilihat banyaknya elemen yang termasuk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pemilihan sampel menggunakan metode sampel bertujuan (purposive sampling), dimana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL REKAP DATA. Status

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Forum for Corporate

LAMPIRAN A :HASIL OUTPUT SPSS UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin (RB) Amanda yang

LAMPIRAN 1. Hasil Tabulasi Kuesioner Harga (X 1 ) Butir Soal/item No. Responden. Skor Total. Universitas Sumatera Utara

6. Pekerjaan : 1). Bekerja 2). Tidak bekerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

: Josy N Tampubolo NPM : Dosen Pembimbing : FX Aji Sukarno, SE., MM

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH STATUS BEKERJA TERHADAP JENIS KELAMIN DAN UMUR DENGAN PENDEKATAN BINARY LOGISTIC REGRESSION

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemilihan sampel dengan metode purposive sampling terhadap

MAKALAH REGRESI LOGISTIK DAN REGRESI DENGAN VARIABLE DUMMY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. resmi pemerintahan daerah yang terdapat di internet. Horizon waktu yang

ANALISIS REGRESI LOGISTIK UNTUK MENGETAHUI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KEDATANGAN PELANGGAN DI PUSAT PERBELANJAAN X

Gambaran Duplikasi Penomoran Rekam Medis. Gambaran Kualifikasi Pendidikan. Gambaran Pengetahuan. Statistics pemberian nomor. N Valid 60.

A. Perbedaan Status Gizi Z-Score (IMT/U) berdasarkan Usia Remaja

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif GC

Lampiran. 1. Kuisioner

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat credit

KUESIONER PENELITIAN. Pengaruh Iklim Kelompok Kerja Terhadap Tingkat Penjualan pada Divisi. Pemasaran PT. X

: Dian Lesmana NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Dionysia Kowanda, SE., MMSi

NI - Dep

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian asosiatif, yaitu jenis

Kuisioner Penelitian Pengaruh Harga, Loaksi, Promosi, dan Gaya Hidup Terhadap Minat Pembelian Ulang Ke SOGO Department Store Sun Plaza Medan

Oleh: Dana Fasily (Dosen Pembimbing: Dra. Vince Rahmawati, M. Si., Ak dan Drs. Azhari S., MA., Ak) Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau

Disusun oleh: Nama : Ridwan Rifai NPM : Jurusan : Akuntansi / S1 Pembimbing : Dr. Widyatmini

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan dan hipotesis penelitian, penelitian ini

ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan 100 orang responden dengan karakteristik demografi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. IV.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

Polres Tapanuli Selatan merupakan bagian dari Kepolisian Republik Indonesia yang melayani di bidang pemeliharan dan keamanan, ketertiban

a. Nama : b. Umur : c. Alamat : d. Pendidikan terakhir : 1. Tidak Tamat SD/ Tamat SD 2. Tamat SMP 3. Tamat SMA 4. Tamat Akademi/Sarjana

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUESIONER. Karakteristik Responden

Lampiran 1. Perbandingan Komposisi Gizi Pada Susu Sapi, Susu Kambing dan ASI

Lampiran Hasil Output SPSS. Statistics. Skor Kepuasan Pasien Rawat Jalan. Valid 200 Missing 0 Mean Skor Kepuasan Pasien Rawat Jalan Frequenc y

Saintia Matematika ISSN: Vol. 02, No. 04 (2014), pp

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap auditor

KUESIONER. a. Nama Responden : b. AlamatResponden : c. Jenis kelamin : d. Umur Responden : e. Pekerjaan : 1. Bekerja 2.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI DISCLAIMER BPK TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DI JAKARTA

Lampiran 1. Data Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Universitas Sumatera Utara

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sektor perbankan dipilih karenakan perusahaan perbankan memiliki

NET SALES SAMPEL PENELITIAN. Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri ( Di nyatakan dalam jutaan rupiah ) Net Sales (2008)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GURILLA PEMATANGSIANTAR

LAMPIRAN 1 Tabel 1 Hasil Tabulasi Kuisioner Variabel Cara Pelayanan (X 1 ) Butir Soal/Item

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

BAB III DESAIN PENELITIAN. Dalam desain penelitian, akan dijelaskan gambaran singkat dari

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIF EKONOMI TERHADAP PENGGUNAAN FORMALIN DAN BORAKS OLEH PEDAGANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian adalah pengunjung pasar modern Hypermart, Carrefour,

Hasil Olah Data Tahun Hasil Olah Data Tahun 2009

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah berjumlah 120 perusahaan. Sampel

Uji OR dan Regresi Logistik Sederhana

KUESIONER PENGARUH KARAKTERISTIK KADER TERHADAP PELAKSANAAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU KABUPATEN PIDIE NANGGRO ACEH DARUSSALAM TAHUN 2010

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia periode Penelitian ini meggunakan data sekunder yaitu dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

KUESIONER PENGARUH POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) TERHADAP STATUS GIZI PADA BAYI 6-12 BULAN DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKTUNTASAN BELAJAR 12 TAHUN PADA PENDUDUK USIA 18 TAHUN KEATAS DI PROVINSI PAPUA BARAT BERDASARKAN HASIL SUSENAS TAHUN 2011 PROVINSI PAPUA BARAT Yaya Setiadi 1, Robert Kurniawan 2, dan Galuh Diantoro 3 Abstrak : Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk belajar dan memahami demi kehidupan yang lebih baik. Ketuntasan wajib belajar merupakan masalah yang perlu diperhatikan agar seluruh masyarakat dapat memenuhi syarat minimal mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pendidikan di Provinsi Papua Barat serta mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan ketidaktuntasan belajar 12 tahun pada penduduk usia 18 tahun ke atas di Provinsi Papua Barat berdasarkan hasil susenas tahun 2011 yang dilaksanakan Badan Pusat Statistik. Metode penelitian menggunakan regresi biner logistik untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 8065 sampel individu usia 18 tahun ke atas, didapatkan angka ketuntasan belajar 12 tahun ada sebanyak 3182 yang tuntas atau 39,45 %, sementara sisanya tidak memiliki ijazah SMA. Analisis faktor-faktor yang menyebabkan ketidaktuntasan belajar 12 tahun di Papua Barat menunjukkan bahwa ketidaktuntasan belajar 12 tahun tersebut dipengaruhi oleh faktor geografi, jenis kelamin, ekonomi dan juga faktor jenis kelamin kepala rumah tangga. Keywords:Pendidikan, Ketidaktuntasan, Putus Sekolah, Logistik 1. Pendahuluan Pembangunan sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan. Oleh karena itu pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu dilakukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan jalan yang paling diharapkan untuk mencapai tujuan tersebut. Pendidikan merupakan pilar penting dalam pembangunan, dalam pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, termaktub di dalamnya salah satu tujuan Negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pelaksanaan amanat undangundang tersebut, pemerintah menerapkan berbagai kebijakan dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah wajib belajar. Bukti nyata semua rencana adalah program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang dicanangkan pada tanggal 2 mei 1994. Sebenarnya, sejak tahun 1984, tepatnya pada masa Menteri Pendidikan Nugroho Notosusanto pendidikan wajib belajar 9 tahun sudah ditetapkan. Namun pada waktu itu pendidikan belum dapat dinikmati oleh seluruh anak Indonesia. Guna menyiapkan generasi emas Indonesia pada 2045, mulai tahun ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program Pendidikan Menengah Universal (PMU) atau wajib belajar 12 tahun(metrotvnews). Program wajar 12 tahun memberikan isyarat pada seluruh lapisan masyarakat secara umum bahwa warga negara Indonesia diwajibkan menyelesaikan pendidikan minimal berijazah kualifikasi SMA sederajat. Jika program perpanjangan wajib belajar ini diterapkan dengan sukses, maka penduduk muda Indonesia akan mendapat manfaat dari peningkatan akses pendidikan. Anak-anak ini membawa peluang yang sangat besar. Ketika mereka bergerak menuju pasar tenaga kerja, mereka memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan per-kapita nasional sebelum usia penduduk mengalami penuaan dan tingkat ketergantungan meningkat.salah satu indikator untuk melihat kesiapan dalam merealisasikan program wajib 1 Pengajar dan peneliti di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta. Email: setiadi@stis.ac.id 2 Pengajar dan peneliti di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta. Email: robertk@stis.ac.id 3 Mahasiswa peminatan Statistika Sosial Kependudukan, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta. Email : 11.6675@stis.ac.id

belajar 12 tahun adalah jumlah atau persentase penduduk yang berusia 18 tahun keatas yang mampu menamatkan pendidikan hingga SMA atau sederajat. Dalam informasi yang di dapatkan di website Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pemerintah memiliki perhatian yang besar terhadap pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat, utamanya pada sektor Pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui unit utamanya, memiliki berbagai program prioritas untuk mencapai kemajuan dan percepatan pembangunan pendidikan di kedua provinsi tersebut. Dari data susenas Provinsi Irian Jaya Barat tahun 2011, dari 8065 sampel individu usia 18 tahun ke atas yang valid, didapatkan angka ketuntasan belajar 12 tahun ada sebanyak 3182 yang tuntas atau 39,45 % dari total sampel yang ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih dari setengah penduduk usia 18 tahun keatas tidak memiliki ijazah SMA sederajat. Tingginya angka ketidaktuntasan belajar 12 tahun tersebut dapat disebabkan berbagai faktor. Ketuntasan wajib belajar erat kaitannya dengan putus sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Weni Yusrida yang dilakukan di kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Luwes, Sumatera Utara pada tahun 2013 menunjukkan bahwa ketidaktuntasan wajib belajar dipengaruhi oleh faktor geografi, ekonomi dan budaya.penelitian lain yang dilakukan oleh Nur Ika Choiriyah dkk. yang dilaksanakan di wilayah Surabaya Utara menyatakan bahwa salah satu faktor ketidak tuntasan belajar adalah jenis kelamin. Berdasarkan referensi dan informasi dari berbagai media dan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, masalah yang ingin diperoleh jawaban dari penelitian ini adalah apa saja faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar 12 tahun pada penduduk usia 18 tahun keatas berdasarkan hasil susenas tahun 2011. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk perumusan kebijakan dalam dalam hal pendidikan berdasarkan analisis faktorfaktor yang mempengaruhi ketidaktuntasan belajar 12 tahun di provinsi Papua Barat. 2. Tinjauan Pustaka Provinsi Papua Barat. Provinsi Papua Barat beribukota di Kabupaten Manokwari. Secara administratif, Provinsi Papua Barat terdiri dari 8 (delapan) kabupaten dan 1 (satu) kotamadya, yaitu Kabupaten Fak-fak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, dan Kotamadya Sorong. Terdiri dari 124 Kecamatan, 48 Kelurahan, dan 1173 Kampung(www.papuabaratprov.go.id). Putus Sekolah Menurut konsep dan definisi yang digunakan BPS, angka putus sekolah adalah proporsi anak menurut kelompok usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Adapun kelompok umur yang dimaksud adalah kelompok umur 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Sehingga putus sekolah adalah keadaan dimana seseorang tidak bersekolah lagi atau tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh Olvrias Tenisa Ajis dkk. di Lampung menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi putus sekolah adalah faktor ekonomi, ukuran keluarga atau jumlah anak, lingkungan sosial, dan keinginan sekolah yang rendah karena lebih memilih membantu bekerja orang tua. Putus sekolah secara langsung berkaitan dengan ketuntasan wajib belajar 12 tahun. Ketika seseorang tidak melanjutkan sekolah lagi, maka orang tersebut tidak dapat menamatkan atau menuntaskan wajib belajar 12 tahunnya. Angka Partisipasi Sekolah BPS merumuskan bahwa konsep Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada satu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai. Sejak tahun 2009, Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B dan Paket C) turut diperhitungkan.aps yang tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan secara umum. Pada kelompok umur mana peluang tersebut terjadi dapat dilihat dari besarnya APS setiap kelompok umur.

Rata-rata lama Sekolah Jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang).tingginya angka Rata-rata Lama Sekolah (MYS) menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang. Semakin tinggi angka MYS maka semakin lama/tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkannya. Regresi Logistik Regresi logistik adalah bagian dari analisis regresi yang digunakan untuk menganalisis variabel dependen yang berupa kategorik dan variabel independen bersifat kategorik, kontinu, atau gabungan dari keduanya. Analisis regresi logistik digunakan untuk memperoleh probabilitas terjadinya variabel dependen. π(x i ) = exp (β 0 + β 1 x 1i + β 2 x 2i + + β p x pi ), dengan i = 1, 2,, n 1 + (β 0 + β 1 x 1i + β 2 x 2i + + β p x pi ) Dimanaπ(x i ) merupakan peluang terjadinya variabel dependen Y. Selanjutnya dilakukan pengujian apakah model yang kita bangun sudah sesuai untuk meramalkan, pengujian yang kita lakukan menggunakan goodness of fit test, atau Hosmer and Lemeshow Test. Hipotesis pengujiannya adalah H o : E(Y) = exp (β 0+β 1 x 1i +β 2 x 2i + +β p x pi ) atau dengan kata lain model sesuai 1+(β 0 +β 1 x 1i +β 2 x 2i + +β p x pi ) H 1 : E(Y) = exp (β 0+β 1 x 1i +β 2 x 2i + +β p x pi ) atau dengan kata lain model tidak sesuai 1+(β 0 +β 1 x 1i +β 2 x 2i + +β p x pi ) Statistik Hosmer-Lemeshow mengikuti distribusi Chi-square dengan df = g 2 dimana g adalah banyaknya kelompok, dengan rumus : g 2 χ hit = (O i N i π i) 2 N i π i(1 π i) i=1 dimana: Ni : Total frekuensi pengamatan kelompok ke-i Oi : Frekuensi pengamatan kelompok ke-i π i : Rata-rata taksiran peluang kelompok ke-i Untuk menguji kecocokan model, nilai Chi-square yang diperoleh dibandingkan dengan nilai 2 2 Chi-square pada table Chi-square dengan df = g 2. Jika χ hit < χ tabel maka keputusannya adalah terima H0 yang artinya model sesuai dan dapat digunakan untuk peramalan dan dilanjutkan uji selanjutnya. Uji selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian parameter regresi, apakah berpengaruh signifikan atau tidak. Pengujian dapat dilakukan secara simultan atau secara single. Pengujian secara simultan (serentak seluruh parameter) dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut H 0 : β 1 = β 2 = = β i = 0 (Model tidak berguna) H 1 : minimal ada satu β i 0 (Model berguna) Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut G = 2 log ( l 0 ) = 2[log(l l 0 ) log(l 1 )] = 2(L 0 L 1 ) 1 dimana : l 0: Nilai maksimum fungsi kemungkinan untuk model di bawahhipotesis nol l 1: Nilai maksimum fungsi kemungkinan untuk model di bawah hipotesis alternatif L 0: Nilai maksimum fungsi log kemungkinan untuk model di bawah hipotesis nol L 1: Nilai maksimum fungsi log kemungkinan untuk model di bawah hipotesis alternatif Nilai G akan mengikuti distribusi Chi-Square dengan derajat bebas p dengan p adalah jumlah 2 parameter regresi dikurangi 1. Terima Ho jika G < χ tabel yang artinya model tidak berguna

karena tidak ada variabel independent yang berpengaruh signifikan. Sebaliknya, jika tolak Ho maka model berguna karena ada minimal satu variabel independen yang berpengaruh signifikan. Untuk itu biasanya dilanjutkan dengan uji single atau parsial parameter regresi untuk mengetahui variabel mana yang signifikan atau yang tidak sehingga dapat dikeluarkan dari model. Uji signifikansi parameter secara individual dilakukan dengan menggunakan Wald Test dengan hipotesis sebagai berikut: H 0 : β i = 0, i = 1, 2,, p H 1 : β i 0 Statistik uji yang digunakan adalah uji Wald b i W 2 = [ Se(b i ) ] Nilai kuadrat W diatas akan mengikuti distribusi Chi-square dengan derajat bebas 1. Tolak Ho jika nilai statistik kuadrat W lebih dari nilai Chi-square yang kita dapatkan di tabel, yang berarti variabel tersebut memiliki pengaru yang signifikan. 3. Pembahasan Kondisi pendidikan di Provinsi Papua Barat Kondisi pendidikan di Papua Barat berdasarkan Papua Barat Dalam Angka Tahun 2012 adalah sebagai berikut Tabel 1.Banyaknya Sekolah, Guru, Murid, danratio Murid pada Taman Kanak-kanak menurut Kabupaten/Kota Number of School, Teachers, Students, and Students Ratio ofkindergarten by Regency/Municipality

Rasio murid terhadap guru di Papua Barat paling besar adalah Kabupaten Tambrauw. Semakin tinggi nilai rasionya, diduga akan semakin berkurang pengawasan/perhatian guru terhadap murid sehingga kualitas pengajaran akan cenderung semakin rendah (BPS). Sementara itu rasio paling kecil adalah kabupaten Raja Ampat dengan rasio sebesar 6,20 yang artinya seorang guru memiliki 6 sampai 7 murid sekolah yang perlu diawasi. Sementara itu jumlah gedung sekolah yang paling banyak adalah di kabupaten Teluk Bintuni dengan 54 sekolah, namun rasio murid terhadap sekolah paling kecil adalah kabupaten Raja Ampat dengan rasio 25,33 dimana setiap sekolah memiliki rata-rata 25 sampai 26 murid. Jumlah sekolah ini yang sedikit akan berdampak pada jauhnya jarak tempuh ke sekolah, terutama untuk daerah perdesaan, sehingga diperlukan usaha dan waktu untuk mencapai tempat pendidikan tersebut. Berdasarkan hasil susenas tahun 2011 yang dilakukan oleh BPS, angka partisipasi sekolah di Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut Tabel 2.Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur School Enrollment Ratio by Regency/Municipality and Age Group Tahun / Years 2009 2011 Sumber : Papua Barat Dalam Angka 2012, BPS Papua Barat

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan angka partisipasi sekolah semakin menurun. Pada tahun 2011 di Papua Barat, APM untuk SD adalah 88,28, kemudian turun ketika jenjang SMP menjadi 57,66, dan ketika jenjang SMA hanya 47,88. Hal ini menunjukkan adanya putus sekolah yang menyebabkan tidak tuntasnya wajib belajar 12 tahun. Sementara itu, tren dari 2009 sampai 2011 menunjukkan adanya peningkatan angka partisipasi sekolah setiap jenjang pendidikan, kecuali pada jenjang SD yaitu pada tahun 2011 mengalami penurunan dari 91,91 menjadi 88,28. Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius agar partisipasi sekolah dapat meningkat lagi, dengan kata lain penduduk yang bersekolah lebih banyak lagi sehingga pendidikan dapat menjangkau semua penduduk. Tabel 3.Angka Putus Sekolah (APTS) menurut Kabupaten/Kota umur 16-18 School Enrollment Ratio by Regency/Municipality age 16-18 Sumber : Papua Barat Dalam Angka 2012, BPS Papua Barat Angka putus sekolah di Papua Barat pada umur 16-18 tahun cukup kecil, namun di beberapa kabupaten masih cukup besar, seperti di kabupaten Teluk Bintuni dimana angka putus sekolah mecapai 9,72 %. Sementara itu antara laki-laki dan perempuan, persentase yang putus sekolah lebih banyak penduduk perempuan yaitu 3,23 %, sementara angka putus sekolah untuk

laki-laki adalah 2,63 %. Hal ini mungkin terkait faktor lain misalnya budaya dimana perempuan biasanya lebih banyak menikah muda dibanding laki-laki. Data berikut adalah hasil susenas 2011, dari 8821 sampel penduduk yang berusia 18 tahun ke atas, ada sebanyak 745 yang menikah dibawah usia 18 tahun dan seluruhnya adalah perempuan. Tabel 4. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin yang menikah dan tidak menikah dibawah 18 tahun 2011 kawinpertama Tidak kawin dibawah 18 kawin tahun dibawah 18 tahun Total JK Laki-laki 4501 0 4501 Perempuan 3575 745 4320 Total 8076 745 8821 Sumber : Susenas 2011 Provinsi Papua Barat Indikator lain yang dihasilkan susenas yang dapat memotret keadaan pendidikan di Papua Barat adalah rata-rata lama sekolah. Tabel 5. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin yang menikah dan tidak menikah dibawah 18 tahun 2011

Secara umum rata-rata lama sekolah di Papua Barat adalah 8,26 tahun. Sementara itu pemerintah sejak tahun 1994 mencanangkan program pendidikan dasar 9 tahun, dan hingga tahun 2011 program itu belum terlaksana. Berdasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki ratarata lama sekolah yang lebih rendah, yaitu hanya 7,78 tahun sementara laki-laki 8,74 tahun. Dengan rata-rata lama sekolah dibawah 9 tahun, dapat dikatakan banyak penduduk yang tidak menyelesaikan pendidikan hingga SMP, sementara pada tahun 2013 pemerintah memiliki program baru yaitu memperpanjang wajib belajar dari 9 tahun menjadi 12 tahun. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pihak terkait dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Provinsi Papua Barat melalui pendidikan. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktuntasan belajar Dari beberapa variabel yang diduga mempengaruhi ketidaktuntasan belajar 12 tahun pada penduduk usia 18 tahun ke atas provinsi Papua Barat berdasarkan hasil susenas tahun 2011 Provinsi Papua Barat, selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan regresi logistik. Akhirnya didapat model yang signifikan adalah yang mengandung variabel independen faktor geografi yaitu perkotaan dan perdesaan, jenis kelamin, dan faktor ekonomi serta jenis kelamin kepala rumah tangga. Uji yang pertama kali dilakukan adalah pengujian model dengan uji Hosmer dan lemeshow. Pengujian dilakukan dengan SPSS sehingga di dapatkan output sebagai berikut : Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 11.411 6.076 Signifikansi menunjukkan angka 0,076. Dengan penelitian yang menggunakan α sebesar 5% maka model tersebut dapat diterima. Artinya, model yang kita bangun dapat meramalkan dengan baik. Dari output SPSS model summary, kita dapat melihat koefisien determinasi Negelkerke R-Square yaitu sebesar 13,4 %. Artinya, variabel-variabel yang ada di model regresi yang kita bangun mampu menjelaskan variasi dari peluang ketidaktuntasan belajar 12 tahun adalah 13,4 %, sementara sisanya adalah variabel selain faktor geografi, gender, ekonomi dan jenis kelamin kepala rumah tangga. Model Summary -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R Step likelihood Square Square 1 9977.359 a.099.134 a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than.001. Langkah selanjutnya adalah menguji secara overall atau serentak seluruh parameter regresi yang kita gunakan dalam model regresi. Dengan menggunakan SPSS kita dapatkan seperti berikut ini. Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1 Step 841.636 4.000 Block 841.636 4.000 Model 841.636 4.000 Dari tabel uji omnibus diatas dapat kita lihat bahwa seluruh signifikansinya adalah 0 sehingga dapat kita simpulkan Tolak Ho atau dengan kata lain variabel penelitian yang kita gunakan secara signifikan mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini artinya adalah variabel geografi, jenis kelamin, ekonomi, dan jenis kelamin kepala rumah tangga memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap ketidaktuntasan nelajar 12 tahun pada penduduk usia 18 tahun keatas di Provinsi Papua Barat. Pengujian omnibus diatas adalah untuk melihat apakah seluruh variabel secara bersamasama mempengaruhi ketidaktuntasan belajar 12 tahun, untuk menguji apakah masing-masing variabel geografi, jenis kelamin, ekonomi dan jenis kelamin kepala rumah tangga memiliki pengaruh yang signifikan dapat kita gunakan uji wald. Hasil pengujian dengan menggunakan software SPSS didapatkan hasil pengujian sebagai berikut. Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1 a B1R5.955.054 316.639 1.000 2.600 JK.420.049 73.922 1.000 1.522 miskin 1.009.065 239.259 1.000 2.743 JKKRT -.266.086 9.676 1.002.766 Constant -.632.051 155.678 1.000.531 a. Variable(s) entered on step 1: B1R5, JK, miskin, JKKRT. Dari hasil pengujian tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikansi seluruh variabel independent adalah 0 atau lebih kecil dari taraf signifikan yang kita tentukan yaitu 0,05 sehingga keputusannya adalah tolak Ho. Kesimpulan yang kita dapatkan adalah faktor geografi yaitu perbedaan desa dan kota memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketidaktuntasan belajar 12 tahun, dimana penduduk yang tinggal di perdesaan 2,6 kali peluangnya tidak menamatkan pendidikan hingga SMA dibanding penduduk yang tinggal perkotaaan. Hal ini kemungkinan terjadi karena fasilitas pendidikan yang kurang memadai di pedesaan, misalnya sekolah yang jauh sehingga penduduk enggan untuk melanjutkan sekolah hingga tamat SMA. Jenis kelamin juga signifikan mempengaruhi ketidaktuntasan belajar 12 tahun. Penduduk perempuan 1,5 kali lebih besar peluangnya tidak tuntas belajar 12 tahun dibandngkan laki-laki. Selanjutnya faktor kemiskinan juga signifikan mempengaruhi penduduk Papua Barat untuk menamatkan pendidikan hingga SMA. Penduduk yang berasal dari rumah tangga miskin memiliki peluang 2,743 kali lebih besar daripada penduduk yang berasal dari rumah tangga tidak miskin. Jenis kelamin kepala rumah juga mempengaruhi ketidaktuntasan belajar hingga tuntas 12 tahun. 4. Kesimpulan a) Secara umum pendidikan di Papua Barat memerlukan perhatian yang lebih, dapat dilihat dari angka partisipasi murni pada tahun 2011 yang hanya mencapai angka 47,88 pada tingkat SMA. Artinya penduduk usia SMA yang bersekolah di SMA hanya 47,88 %, sementara lebih dari setengahnya tidak melanjutkan pendidikannya di SMA. Rata-rata lama sekolah penduduk Papua Barat juga masih rendah, dan secara umum dibawah 9 tahun. Sementara pada tahun 2013 pemerintah mulai mencanangkan program wajib belajar 12 tahun. b) Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktuntasan belajar 12 tahun di Papua Barat pada penduduk usia 18 tahun ke atas berdasarkan susenas tahun 2011 provinsi Papua Barat adalah faktor geografi, jenis kelamin, ekonomi rumah tangga, dan jenis kelamin kepala rumah tangga, dimana faktor ekonomi merupakan penyebab yang paling besar. 5. Saran a) Berdasarkan hasil pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktuntasan belajar 12 tahun yang telah dilakukan, maka perlu program pendidikan yang dapat membantu masyarakat miskin untuk bersekolah hingga menamatkan SMA, karena faktor yang paling berpengaruh adalah faktor ekonomi. Program tersebut bisa berupa beasiswa kepada penduduk miskin, bantuan fasilitas pendidikan seperti seragam, buku, alat tulis dan lainnya.

b) Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan terutama di pedesaan, tidak hanya membangun gedung baru namun juga tenaga pengajar yang kompeten. Hal ini dimaksudkan agar tercapai pemerataan sehingga penduduk di pedesaan memiliki peluang yang sama dengan daerah perkotaan untuk menuntaskan belajar hingga minimal tingkat SMA. c) Memberikan sosialisasi dan pemahaman bahwa pendidikan itu penting tidak hanya untuk laki-laki. Perempuan juga harus memiliki peluang yang sama untuk menamatkan pendidikan hingga bangku SMA, serta memberi pemahaman agar berkurang proporsi penduduk yang kawin muda, terutama perempuan. Daftar pustaka BPS.(2012).Laporan MDGs Provinsi Papua Barat Tahun 2011.Manokwari:Badan Pusat Statistik Papua Barat BPS.(2012).Papua Barat Dalam Angka Tahun 2012.Manokwari:Badan Pusat Statistik Papua Barat Choiriyah, N.I., dkk. (2009). Karakteristik Siswa Putus Sekolah Tingkat SD dan SMP di Kawasan Surabaya Utara<http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9313- Paper.pdf> Draper, N.R., Smith, H.(1998).Applied Logistic Regression Third Edition. John Wiley and Sons, Inc. USA. Haloho, Oktani et all.(2013).penerapan Analisis Regresi Logistik Pada Pemakaian Alat Kontrasepsi Wanita <http://jurnal.usu.ac.id/index.php/smatematika/article/view/1294> http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/06/25/3/163936/kemendikbud-luncurkan- Wajib-Belajar-12-Tahun diakses pada hari Selasa Tanggal 28 januari 2014 pukul 13:55 WIB http://blogs.worldbank.org/eastasiapacific/node/3099 diakses pada hari Rabu Tanggal 28 januari 2014 pukul 13:53 WIB http://papuabaratprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=49&itemid=57 diakses pada hari Rabu Tanggal 29 Januari 2014 pukul 09:20 WIB http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/jpg/article/view/1119 diakses pada hari Rabu Tanggal 29 Januari 2014 pukul 10:42 WIB Kuther, Michael H., dkk. (2005). Applied Linear Statistical Models: Fifth Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. UNICEF.(2012).Indonesia Laporan Tahunan.Jakarta:UNICEF Yusrida,Weni.(2013). Studi Tentang Ketuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun Di Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues<http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/869/844>