PENGARUH KOMPRESI DADA BERDASARKAN RULE OF FIVE TERHADAP KEDALAMAN DAN FREKUENSI KOMPRESI DADA

dokumen-dokumen yang mirip
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BAB I LATAR BELAKANG

ejournal keperawatan (e-kp) Volume: 1. Nomor: 1. Agustus 2013

APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penyebab Kematian Manusia di Negara dengan Pendapatan Menengah Kebawah (WHO, 2012)

A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

Adult Basic Life Support

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI RS GATOEL MOJOKERTO

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan basic life suport, perilaku perawat, primary survey.

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR. 1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic Life

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN PERAN PERAWAT SEBAGAI PELAKSANA DALAM PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebab kematian pada semua umur telah mengalami pergeseran dari

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

BAB III METODE PENELITIAN. setelah dilaksanakan intervensi ( Arikunto, 2006) dengan menggunakan. Intervensi A 1. Bladder training

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv

sebelum diberi perlakuan (kelompok eksperimen)

BAB III METODE PENELITIAN

The Overview of Motivation to Help Traffict Accident Victims of Yogyakarta Police

PERBANDINGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN GAWAT DARURAT DAN GAWAT NON DARURAT TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI UGD RS.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif yaitu eksperimen semu. kontrol diri sendiri (pre and post test without control).

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, A Definisi dan Jenis Pengetahuan.

PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode True Eksperiment Pre-

BAB III METODE PENELITIAN. eksperiment, dengan desain pre-post test with control group yaitu melibatkan. Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian

PENGARUH PENYULUHAN DAN SIMULASI BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMAN 9 KOTA MANADO. *Mulyadi

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

PROPOSAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan jumlah 7,4 miliar jiwa dari tahun Pada tahun 2012, 17,5 juta

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental Semu (Quasi Experiment Design) yaitu desain. Rancangan yang dipilih adalah One Group Pretest-Postest

Penelitian Eksperimen (Experimental Research)

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang mempengaruhi penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERPRETASI ELECTROCARDIOGRAM (ECG) PERAWAT DENGAN PEMBELAJARAN PELATIHAN DAN MULTIMEDIA DI RSUD DR.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini menggunakan metode Quasy-Experiment (penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

Tri Viviyawati 1 1 Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA


BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pre - post

BAB III METODE PENELITIAN. Quasy Eksperiment dengan rancangan Pre-Post Test, di mana pada awalnya

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU SEBELUM DAN SESUDAH BERENANG PADA WISATAWAN DI KOLAM RENANG TAMAN REKREASI KARTINI REMBANG

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

PENGARUH BUKU SAKU TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA (Studi Di SMA Teuku Umar Semarang Tahun 2016)

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group

REKOMENDASI RJP AHA 2015

PENGARUH PELATIHAN BASIC LIFE SUPPORT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan pendekatan pre-test

BAB III METODE PENELITIAN. eksperiment dengan pretest posttest group design. Rancangan penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap. Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk.

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH EDUKASI TB PARU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA TB PARU DI KECAMATAN SELOMERTO KABUPATEN WONOSOBO

BANTUAN VENTILASI PADA KEGAWATDARURATAN

Moh. Fachrizal Rosyid 1), Tanto Hariyanto 2), Vita Maryah Ardiyani 3) ABSTRAK

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

Transkripsi:

PENGARUH KOMPRESI DADA BERDASARKAN RULE OF FIVE TERHADAP KEDALAMAN DAN FREKUENSI KOMPRESI DADA Rendi Editya Darmawan 1, Oktavianus 2 1,2 Prodi S-1 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Kompresi dada rule of ve yaitu kompresi dada menggunakan irama perhitungan dengan angka yang mempunyai 2 suku kata. Suku kata pertama digunakan sebagai kode waktu kompresi dan suku kata kedua sebagai kode waktu pengisian ventrikel. Irama perhitungan yang digunakan yaitu satu, dua, tiga, empat, satu, satu, dua, tiga, empat, dua, satu, dua, tiga, empat, tiga, satu, dua, tiga, empat, empat, satu, dua, tiga, empat, lima, satu, dua, tiga, empat, enam. Tujuan penelitian untuk menganalisis efek kompresi dada berdasarkan rule of ve terhadap kedalaman dan frekuensi kompresi dada. Metode penelitian adalah Quasy Eksperiment dengan rancangan Pre-Post Test Randomized Control Group Design. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi memiliki IMT normal dan telah mengikuti pelatihan basic life support, dengan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel 43 responden. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Mann-Withney U Test dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signi kan antara pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan hasil statistik Mann-Withney U Test P Kedalaman = 0,96 dan P Frekuensi = 0,597 (p = 0,05). Kompresi dada berdasarkan rule of ve menghasilkan kedalaman kompresi 4-5cm, dengan kecepatan kompresi 100x/menit. Keteraturan irama kompresi menyebabkan tenaga penolong terjaga, sehingga kecepatan dan tekanan pijatan tetap konstan. Kesimpulan penelitian ini yaitu tidak ada efek kompresi dada berdasarkan rule of ve terhadap kedalaman dan frekuensi kompresi dada. Kata kunci: kompresi dada, rule of ve, kedalaman,frekuensi, kompresi dada ABSTRACT Rule of ve chest compression is chest compression using two word counting rhtym. The rst word is used as a code when compressing and the second word as a code when lling ventricle. Counting rhythm used is one, two, three, four,one, one, two, three, four, two, one, two, three, four, three, one, two, three, four, four, one, two, three, four, ve, one, two, three, four,six. This research is aimed to anylize the effect of chest compression based on rule of ve to the depth dan frequency of chest compression. The methode is a Quasy Experiment with Pre-Post Test Randomized Control Group Design. The sample chosen based on inclusion criteria normal IMT having a basic life training with simple random sampling with a number of 43 respondent. Data were analyzed using the Mann-Whitney U test with a signi cance level of 0.05. The results showed that there was no signi cant difference between pre-test and post-test in

the control group and the experimental group with the statistical results of the Mann-Whitney U test P = 0.96 and P Depth Frequency = 0.597 (p = 0.05 ). Chest compression based on the rule of ve produce 4-5cm depth of compression, with compression speed 100 X/menit. Rhythm regularity compression causes attendants maintained, so that the speed and the pressure remains constant massage. It is concluded that there is no effect of chest compression is based on the rule of ve of the depth and frequency of chest compressions. Keyword: chest compression, rule of ve, depth, frequency, chest compression PENDAHULUAN Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi normal darah karena kegagalan jantung berkontraksi secara efektif (AHA, 2010). Henti jantung berpotensi reversibel jika diobati dini dalam beberapa menit saja. Serangan jantung tak terduga dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa menit. Tindakan Perawatan untuk henti jantung terbagi menjadi 2 berdasarkan irama jantung yang ditunjukkan. Irama tersebut yaitu shockable dan unshockable. Untuk irama unshockable dengan tanda Asystole atau PEA maka tindakan yang dilakukan yaitu dengan resusitasi jantung paru (AHA, 2010). Menurut Jakarta Medical Service 119 (2012) survey primer berpatokan pada urutan airway, breathing, circulation, disability, dan exposure. Sedangkan menurut American Heart Association (2010) survey primer berpatokan pada urutan circulation, airway, breathing, disability, dan exposure. Pada pedoman resusitasi jantung paru berdasarkan American Heart Association maupun Jakarta Medical Service 119 tetap terdapat komponen kompresi dada. Kompresi dada menggunakan rasio 30:2 dimana diartikan 30 kali kompresi dan 2 kali pemberian nafas (AHA, 2010). Sedangkan untuk irama penghitungan kompresi yang digunakan oleh rumah sakit belum terstandart. Irama peng hitungan kompresi tidak dican- tumkan pada buku-buku prosedur resusitasi jantung paru seperti Handbook of Emergency Cardiovascular Care For Health Providers, buku pedoman pelatihan BTCLS, dan buku Advance Trauma Life Support. Akibat keadaan ini maka rumah sakit memiliki tehnik penghitungan irama yang berbedabeda. Pada RSUD Dr Soetomo Surabaya diterapkan irama perhitungan rule of ve. Irama perhitungan rule of ve hanya menggunakan angka yang mempunyai 2 suku kata dan angka penghitungan yang digunakan yaitu angka 1,2,3,4,5, dan 6 (Diklat Ambulance 118 Soetomo, 2012). Sedangkan Pada Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta penghitungan irama kompresi menggunakan tehnik penghitungan rule of ten dimana angka yang digunakan didalam kompresi yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8,9, 10, 20, dan 30. (Diklat RS Ortopedi, 2013). Selain rumah sakit yang disebutkan masih ada beberapa aplikasi irama perhitungan kompresi yang diterapkan pada instansi gawat darurat. Di negara Eropa disebutkan dengan menggunakan sistem irama and one, and two, and three, and four. Belum adanya standart yang jelas tentang metode yang paling efektif didalam pelaksanaan resusitasi jantung paru menimbulkan persepsi yang mengakibatkan perdebatan antar perawat sehingga menimbulkan kon ik antar perawat di rumah sakit. Menurut studi pendahuluan periode Janu- 48

ari 2013 pada mahasiswa STIKes Kusuma Husada didapatkan dari 15 orang sample, 80 % sample hanya mampu melaksanakan 3 siklus resusitasi jantung paru dan 20 % mampu melakukan 4 siklus resusitasi jantung paru pada pantom resusitasi jantung paru. Dengan menghitung kecepatan kompresi 100x/menit maka untuk standart frekuensi kompresi dada yang harus dilakukan oleh penolong dalam 2 menit yaitu 200 kali. Seringnya pergantian penolong mengakibatkan waktu terbuang dan kesempatan keberhasilan resusitasi jantung paru menurun (AHA, 2010). Namun sampai saat ini pengaruh kompresi dada berdasarkan rule of ve terhadap kedalaman dan frekuensi kompresi dada belum dapat dijelaskan. Resusitasi jantung paru atau tindakan bantuan hidup jantung (Basic Cardiac Life Support) sebagai bantuan pertama penderita henti jantung sangat diperlukan. Di Jepang angka keberhasilan resusitasi jantung paru mencapai 50-74 persen (Consensus, 2009). Kasus di Amerika, 383.000 serangan jantung henti mendadak terjadi di luar rumah setiap tahun dan kesempatan untuk hidup akan berkurang sekitar 10 persen setiap menit waktu yang terlewati jika tidak menggunakan alat kejut jantung walaupun tanpa resusitasi. Tanpa pertolongan yang cepat dan tepat dalam empat menit kesempatan hidup bisa hilang antara 60-80 persen. (AHA, 2010) Adapun faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari resusitasi jantung paru antara lain kemampuan dari tenaga kesehatan, respone time, kualitas resusitasi jantung paru, ketersediaan peralatan emergensi, kondisi klien, lokasi dirawat, dan kebijakan rumah sakit (Jakarta Medical Service 119, 2012). Semakin cepat seorang pasien yang mengalami henti jantung diberikan bantuan hidup dasar dengan RJP kurang dari 5 menit dari saat ia mengalami henti jantung maka kemungkinan untuk tetap dapat bertahan hidup besar. Kualitas resusitasi jantung paru dapat di gambarkan dengan efekti tas kompresi dada. Dengan efektifnya kompresi maka aliran darah yang ada pada jantung akan tetap mengalir keseluruh tubuh. Hal ini diperoleh dari kompresi mengakibatkan penekanan jantung oleh sternum dan vertebra (Jakarta Medical Service 119, 2012). Menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat (2007) kompresi dengan kecepatan 130-150 kompresi permenit akan meningkatkan perfusi otak dan coronaria. Salah satu metode penghitungan yang dapat digunakan didalam irama penghitungan kompresi dada yaitu dengan sistem rule of ve. Metode ini menggunakan jenis angka yang memiliki 2 suku kata dengan harapan dapat menghemat tenaga penolong. Selain itu dengan menggunakan 2 suku kata maka efekti tas pijatan akan lebih efektif. Hal ini dikarenakan suku kata pertama digunakan sebagai kode kompresi dan suku kata kedua digunakan sebagai waktu jeda pengisian darah ulang. Dengan demikian maka keteraturan siklus resusitasi akan terjaga selama proses pijat jantung paru (Diklat Ambulance 118 Soetomo, 2012). Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kompresi dada berdasarkan rule of ve terhadap kedalaman dan frekuensi kompresi dada. METODOLOGI PENELITIAN J enis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment Design bentuk Pre-Post Test Randomized Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa tingkat III S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta periode Juni 2013 yang pernah melakukan resusitasi jantung paru. 49

Besar populasi terjangkau dalam penelitian ini sebanyak 45 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara simple random sampling. Variabel independennya adalah kompresi dada berdasar rule of ve. Variabel dependennya adalah kedalaman kompresi dan frekuensi kompresi. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada variabel kompresi dada berdasar rule of ve maka digunakan standart operasional prosedur kompresi dada berdasar rule of ve sehingga tindakan yang dilakukan seragam. Untuk variabel kedalaman kompresi dada maka akan diukur dengan menggunakan alat peraga kompresi dada. Alat peraga kompresi dada pada indikator akan menunjukkan warna hijau jika kompresi yang dilakukan > 5 cm. Dari hasil observasi indikator kedalaman kompresi maka akan dicatat pada lembar observasi banyaknya kompresi dada yang mengahsilkan kedalaman >5cm dan <5cm. Pengklasi kasian berdasarkan Hidayat (2007) dapat dibagi menjadi 3 yaitu baik (>75%), cukup (41-74%), dan kurang (<40%). Selanjutnya jumlah kompresi dada >5cm akan dibagi jumlah keseluruhan kompresi sehingga didapatkan persentase keefektifan kompresi dada.persentase tersebut akan dikonfersikan menjadi kode 3 (baik), 2 (cukup), dan 1 (kurang) Untuk mengetahui variabel frekuensi kompresi maka digunakan stopwach dan alat penghitung frekuensi. Sampel dianjurkan melakukan kompresi dada selama 2 menit lalu peneliti akan menghitung frekuensi kompresi dada dalam 2 menit. Data yang telah dikumpulkan kemudian ditabulasi. Data yang dianggap memenuhi syarat untuk selanjutnya diberi tanda khusus (coding) untuk menghindari pencantuman identitas atau menghindari adanya kesalahan dan duplikasi entri data. Analisis data dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test (uji komparasi 2 sampel berpasangan) dengan derajat kemaknaan p 0,05 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Identi kasi kedalaman kompresi dada sebelum kompresi dada menggunakan rule of ve 80% 60% 40% 20% 0% 60% 64% Perlakuan 40% 36.00% Kontrol Baik Cukup Gambar 1. Distribusi kedalaman kompresi dada sebelum kompresi dada menggunakan rule of ve Dari gambar 1 menunjukkan kompresi dada sebelum dilaksanakan kompresi dada berdasarkan metode rule of ve didapatkan pada kelompok perlakuan sebagian besar responden memiliki kedalaman kompresi dada baik (60%) dan sisanya memiliki kemampuan kompresi dada cukup (40%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden memiliki kedalaman kompresi dada baik (64%) dan sisanya memiliki kedalaman kompresi dada cukup (36%). Identi kasi kedalaman kompresi dada sesudah kompresi dada menggunakan rule of ve 50

80% 60% 40% 20% 0% 65% 68% Perlakuan 35% 32% Baik Kontrol Cukup Gambar 2. Distribusi kedalaman kompresi dada sesudah kompresi dada menggunakan rule of ve Dari gambar 2. menunjukkan kedalaman kompresi dada sesudah dilaksanakan kompresi dada berdasarkan metode rule of ve didapatkan pada kelompok perlakuan sebagian besar responden memiliki kedalaman kompresi dada baik (65%) dan sisanya memiliki kedalaman kompresi dada cukup (35%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden memiliki kedalaman kompresi dada baik (68%) dan sisanya memiliki kedalaman kompresi dada cukup (32%). Identi kasi frekuensi kompresi dada sebelum kompresi dada menggunakan rule of ve 100% 80% 60% 40% 20% 0% 95% 95.50% Perlakuan 5% 4.50% Kontrol Baik Kurang Gambar 3. Distribusi frekuensi kompresi dada sebelum kompresi dada menggunakan rule of ve Dari gambar 4.5 menggambarkan frekuensi kompresi dada sebelum dilaksana Dari gambar 3 menunjukkan frekuensi kompresi dada sebelum dilaksanakan kompresi dada berdasarkan kan kompresi dada berdasarkan metode rule of ve didapatkan pada kelompok perlakuan sebagian besar responden memiliki frekuensi kompresi dada baik (95%) dan sisanya memiliki kemampuan kompresi dada kurang (5%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden memiliki frekuensi kompresi dada baik (95,5%) dan sisanya memiliki kemampuan kompresi dada kurang (4,5%). Identi kasi frekuensi kompresi dada sesudah kompresi dada menggunakan rule of ve Gambar 4. Distribusi frekuensi kompresi dada sesudah kompresi dada menggunakan rule of ve Dari gambar 4. menunjukkan frekuensi kompresi dada sesudah dilaksanakan kompresi dada berdasarkan metode rule of ve didapatkan pada kelompok perlakuan sebagian besar responden memiliki frekuensi kompresi dada baik (95%) dan sisanya memiliki kemampuan kompresi dada kurang (5%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden memiliki frekuensi kompresi dada baik (91%) dan sisanya memiliki kemampuan kompresi dada kurang (9%). Analisa Data menggunakan perangkat lunak SPSS 17 1. Analisis Perbedaan Sebelum dan Sesudah Dilakukannya Kompresi Dada Berdasarkan Rule of Five Terhadap Kedala- 51

man Kompresi Dada pada Kelompok Perlakuan uji Wilcoxon didapatkan asymp. sig 0,84, maka H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan kedalaman kompresi dada sebelum dan sesudah dilakukan kompresi dada berdasarkan rule of ve pada kelompok perlakuan. 2. Analisis Perbedaan Sebelum dan Sesudah Dilakukannya Kompresi Dada Berdasarkan Rule of Five Terhadap Kedalaman Kompresi Dada pada Kelompok Kontrol uji Wilcoxon didapatkan asymp. sig 0,884, maka H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan kedalaman kompresi dada sebelum dan sesudah dilakukan kompresi dada berdasarkan rule of ve pada kelompok kontrol. 3. Analisis Pengaruh Kompresi Dada Berdasarkan Rule of Five Terhadap Kedalaman Kompresi Dada uji Mann-Whitney didapatkan asymp. sig 0,96 ( =0,05), maka H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan kedalaman kompresi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 4. Analisis Perbedaan Sebelum dan Sesudah Dilakukannya Kompresi Dada Berdasarkan Rule of Five Terhadap Frekuensi Kompresi Dada pada Kelompok Perlakuan uji Wilcoxon didapatkan asymp. sig 0,011, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya ada perbedaan frekuensi kompresi dada sebelum dan sesudah dilakukan kompresi dada berdasarkan rule of ve pada kelompok perlakuan. 5. Analisis Perbedaan Sebelum dan Sesudah Dilakukannya Kompresi Dada Berdasarakan Rule of Five Terhadap Frekuensi Kompresi Dada pada Kelompok Kontrol uji Wilcoxon didapatkan asymp. sig 0,39, maka H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan frekuensi kompresi dada sebelum dan sesudah dilakukan kompresi dada berdasarkan rule of ve pada kelompok kontrol. 6. Analisis Pengaruh Kompresi Dada Berdasarkan Rule of Five Terhadap Frekuensi Kompresi Dada uji Mann-Whitney didapatkan asymp. sig 0,597 ( =0,05), maka H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan frekuensi kompresi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sebelum dilakukan intervensi berupa kompresi dada berdasarkan rule of ve, kedua kelompok baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol dilakukan pengukuran kompresi dada. Kompresi dada sebelum dilaksanakan kompresi dada berdasarkan metode rule of ve didapatkan pada kelompok perlakuan sebagian besar responden memiliki kedalaman kompresi dada baik (60%) dan sisanya memiliki kemampuan kompresi dada cukup (40%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden memiliki kedalaman kompresi dada baik (64%) dan sisanya memiliki kedalaman kompresi dada cukup (36%). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kedalaman dari kompresi dada yaitu jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Hal ini dapat ditunjukkan pada kelompok perlakuan memiliki distribusi jenis kelamin laki-laki 30% dan perempuan 70%, sedangkan pada kelompok kontrol jumlah 52

responden laki-laki dan perempuan memiliki distribusi sama yaitu 50%. Tentunya hal ini akan mempengaruhi kekuatan kompresi pada masing-masing kelompok. Dengan data menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki distribusi kompresi dada baik lebih banyak daripada kelompok perlakuan dikarenakan distribusi jenis kleamin laki-laki lebih banyak pada kelompok kontrol. Pada kedua kelompok baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol seluruhnya adalah mahasiswa semester 6 Program Studi S-1 Keperawatan Stike Kusuma Husada dimana responden telah mengikuti proses pelatihan Basic Life Suport. Perbedaan kompresi yang terjadi pada masing-masing responden diakibatkan oleh pengetahuan masing-masing responden yang berbeda tentang kedalaman kompresi yang benar. Masih adanya mahasiswa yang belum dapat memperkirakan kedalaman kompresi menyebabkan kompresi tidak efektif. Pada manusia dewasa maka seharusnya responden dapat mengkompresi dada pantom sedalam 5cm, akan tetapi karena rasa takut akan terlalu dalam maka kompresi tidak dilakukan dengan kuat, sehingga persentase kedalaman kompresi yang efektif masih dalam kategori cukup. Pada variabel frekuensi kompresi dada, sebelum dilakukan intervensi berupa kompresi dada berdasarkan rule of ve, kedua kelompok baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol dilakukan pengukuran frekunsi kompresi dada. Frekuensi kompresi dada sebelum dilaksanakan kompresi dada berdasarkan metode rule of ve didapatkan pada kelompok perlakuan sebagian besar responden memiliki frekuensi kompresi dada baik (95%) dan sisanya memiliki kemampuan kompresi dada kurang (5%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden memiliki frekuensi kompresi dada baik (95,5%) dan sisanya memiliki kemampuan kompresi dada kurang (4,5%). Faktor- faktor yang mempengaruhi frekuensi kompresi dada sama dengan faktor yang mempengaruhi kedalaman frekuensi dada yaitu jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Hal ini dapat ditunjukkan pada kelompok perlakuan memiliki distribusi jenis kelamin laki-laki 30% dan perempuan 70%, sedangkan pada kelompok kontrol jumlah responden lakilaki dan perempuan memiliki distribusi sama yaitu 50%. Tentunya hal ini akan mempengaruhi daya tahan kompresi pada masing-masing kelompok. Dengan data menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki distribusi kompresi dada baik lebih banyak daripada kelompok perlakuan dikarenakan distribusi jenis kelamin laki-laki lebih banyak pada kelompok kontrol. Pada umumnya laki-laki memiliki tenaga yang lebih kuat daripada perempuan. Pada kedua kelompok baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol seluruhnya adalah mahasiswa semester 6 Program Studi S-1 Keperawatan Stike Kusuma Husada dimana responden telah mengikuti proses pelatihan Basic Life Suport. Perbedaan frekuensi kompresi yang terjadi pada masing-masing responden diakibatkan oleh pengetahuan masing-masing responden yang berbeda tentang frekuensi kompresi yang benar. Masih adanya mahasiswa yang belum dapat memperkirakan kecepatan kompresi. Kecepatan kompresi yang seharusnya 100x/ menit tidak dilakukan dengan benar, sehingga menyebabkan lambatnya proses kompresi dan dalam waktu tertentu tidak didapatkan frekuensi kompresi yang maksimal. Tentunya frekuensi kompresi yang tidak maksimal akan membuat cardiac ouput pasien menurun dan proses resusitasi jantung paru gagal. Setelah dilakukannya intervensi kompresi dada berdasarkan rule of ve didapatkan hasil yang berbeda dengan sebelum dilakukan intervensi. Kedalaman kompresi 53

dada sesudah dilaksanakan kompresi dada berdasarkan metode rule of ve didapatkan pada kelompok perlakuan sebagian besar responden memiliki kedalaman kompresi dada baik (65%) dan sisanya memiliki kedalaman kompresi dada cukup (35%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden memiliki kedalaman kompresi dada baik (68%) dan sisanya memiliki kedalaman kompresi dada cukup (32%). Untuk variabel frekuensi kompresi dada sesudah dilaksanakan kompresi dada berdasarkan metode rule of ve didapatkan pada kelompok perlakuan sebagian besar responden memiliki frekuensi kompresi dada baik (95%) dan sisanya memiliki kemampuan kompresi dada kurang (5%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden memiliki frekuensi kompresi dada baik (91%) dan sisanya memiliki kemampuan kompresi dada kurang (9%). Hal ini disebabkan karena irama perhitungan rule of ve hanya menggunakan angka yang mempunyai 2 suku kata dan angka penghitungan yang digunakan yaitu angka 1,2,3,4,5, dan 6 (Diklat Ambulance 118 Soetomo, 2012). Irama perhitungan rule of ve menggunakan penghitungan sa-tu, du-a, ti-ga, empat, sa-tu, sa-tu, du-a, ti-ga, empat, du-a, sa-tu, du-a, ti-ga, empat, ti-ga, sa-tu, du-a, ti-ga, em-pat, em-pat, sa-tu, du-a, ti-ga, em-pat, li-ma, sa-tu, du-a, ti-ga, em-pat, e-nam. Metode ini menggunakan jenis angka yang memiliki 2 suku kata dengan harapan dapat menghemat tenaga penolong. Selain itu dengan menggunakan 2 suku kata maka efekti tas pijatan akan lebih efektif. Hal ini dikarenakan suku kata pertama digunakan sebagai kode kompresi dan suku kata kedua digunakan sebagai waktu jeda pengisian darah ulang. Dengan demikian maka keteraturan siklus resusitasi akan terjaga selama proses pijat jantung paru (Diklat Ambulance 118 Soetomo, 2012). Sedangkan penghitungan irama kompresi menggunakan tehnik penghitungan irama rule of ten dimana angka yang digunakan didalam kompresi yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8,9, 10, 20, dan 30. (Diklat RS Ortopedi, 2013). Pada kelompok perlakuan yang menggunakan kompresi dada berdasarkan rule of ve maka responden memiliki irama didalam kompresi. Irama tersebut menyebabkan terkontrolnya kecepatan dari kompresi dada. Hal ini ditunjukkan pada kelompok perlakuan setelah menggunakan kompresi dada berdasarkan rule of ve memiliki rata-rata kecepatan kompresi 100x/ menit. Tentunya hal ini sesuai dengan kondisi yang dianjurkan dimana pengisian ulang darah menuju ventrikel kiri bisa maksimal sehingga stroke volume akan terisi maksimal. Dengan stroke volume yang maksimal maka angka kebehasilan resusitasi jantung paru akan meningkat. Pada penggunaan perhitungan irama rule of ten menggunakan perhitungan tu, a, ga, pat, ma, nam, juh, pan, lan, luh, tu, a, ga, pat, ma, nam, juh, pan, lan, dua puluh, tu, a, ga, pat, ma, nam, juh, pan, lan, tiga puluh (Diklat RS Ortopedi, 2013). Tehnik perhitungan rule of ten dapat menghemat tenaga penolong akan tetapi irama kecepatan kompresi tidak dapat terkontrol dengan baik. Hal ini ditunjukkan bahwa rata-rata responden yang menggunakan kompresi dada berdasarkan rule of ten memiliki frekuensi kompresi dada lebih dari 150x/menit. Dengan kecepatan kompresi 150x/menit maka fase pengisian ulang darah yang menuju ke ventrikel kiri belum terisi penuh akan tetapi sudah terdistribusikan. Hal ini menyebabkan stroke volume dari jantung sendiri akan menurun. Dengan penurunan stroke volume ini akan menyebabkan resusitasi jantung paru kurang efektif. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan kedalaman kompresi dada maupun frekuensi kompresi dada pada ke- 54

lompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa baik metode rule of ve yang dilakukan oleh kelompok perlakuan dan metode rule of ten yang digunakan pada kelompok kontrol memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan metode rule of ten penolong dapat menghemat tenaga dikarenakan tidak banyak energi yang terbuang saat menyebutkan angka. Akan tetapi dengan hanya menggunakan satu suku kata saja hal ini mengakibatkan kecepatan dari kompresi bertambah dan ketidak efektifan pada stroke volume pasien. Pada kelompok perlakuan yang menggunakan metode rule of ve pada kompresi dada lebih mudah dalam mengatur irama kompresi. Dengan dua suku kata tersebut mengakibatkan kecepatan terkontrol. Akan tetapi pada beberapa responden menyebutkan bahwa metode rule of ve lebih mudah lelah daripada rule of ten. Hal ini diakibatkan tenaga yang dikeluarkan untuk menyebutkan angka lebih banyak daripada metode rule of ten. KESIMPULAN Pada penelitian pengaruh kompresi dada berdasarkan rule of ve terhadap kedalaman dan frekuensi kompresi dada, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kedalaman kompresi dada kelompok kontrol sebelum dilakukan pelakuan lebih baik daripada kelompok perlakuan. 2. Kedalaman kompresi dada kelompok kontrol sesudah dilakukan pelakuan lebih baik daripada kelompok perlakuan. 3. Tidak ada pengaruh kompresi dada berdasarkan rule of ve terhadap kedalaman kompresi dada 4. Frekuensi kompresi dada kelompok kontrol sebelum dilakukan pelakuan lebih baik daripada kelompok perlakuan. 5. Frekuensi kompresi dada kelompok perlakuan sesudah dilakukan pelakuan lebih baik daripada kelompok kontrol 6. Tidak ada pengaruh kompresi dada berdasarkan rule of ve terhadap frekuensi kompresi dada DAFTAR PUSTAKA Andrew H. Travers. (2010). CPR Overview 2010 American heart association guidelines for cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care. circulation 2010. California Hidayat, (2007). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika. Hal: 90-91. John M. Field. (2010). American heart association guidelines for cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care circulation 2010. California Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skipsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika, hal 16-21 Nursalam & Pariani. (2000). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Surabaya: FK. Unair, hal 23 Putra. (2010). CPR ABC to CAB New AHA guidlines for resuscitation.http:// www.exomedindonesia.com /referensikedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/ jantung-dan-pembuluh-darah-cardiovaskular/2010/11/06/ cpr-abc-to-cbanew-aha-guidlines-for-resuscitation/ Robert A. Berg. (2010). Adult basic life support2010 american heart association guidelines for cardiopulmonary resus- 55

citation and emergency cardiovascular care. California Sastroasmoro, S. (2002). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto, hal 39-40 Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabetha, hal 61-69 Tim pengajar 119 Jakarta. (2012). Jakarta: Jakarta Medical Service 119 Training Division. Jakarta Selatan Tim (2000). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI -oo0oo- 56