BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB 6 : KESEJAHTERAAN

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

Provinsi Nusa Tenggara Timur

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

No Lokasi Jenis Sapi Jumlah. 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali MEI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Periode November 2016

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

8.1. Keuangan Daerah APBD

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Transkripsi:

BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2012 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya persentase realisasi dimaksud lebih disebabkan oleh menurunnya realisasi Belanja Langsung terutama Belanja Modal. Sementara untuk realisasi penerimaan APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan terutama Dana Perimbangan. Pada triwulan I-2012, kenaikan penerimaan kurang diimbangi oleh penyerapan belanja Pemerintah Provinsi sehingga mendorong terjadinya kontraksi fiskal terhadap jumlah uang beredar di masyarakat. 4.1 PENDAPATAN DAERAH Pada triwulan I-2012, persentase realisasi pendapatan meningkat pada Dana Perimbangan dan Pendapatan lain-lain sementara untuk Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan. Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan I-2012 sebesar Rp 271,09 Miliar dengan capaian 29,75% dari target anggaran APBD 2012. Capaian tersebut meningkat apabila dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp 161,09 Miliar dengan capaian 25,30% dari target anggaran APBD 2011. Realisasi DAU dan DAK lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan I-2012, realisasi DAU telah mencapai 33,33% sementara Dana Bagi Hasil Bukan Pajak realisasinya mencapai 28,07%. Pendapatan Asli Daerah pada triwulan I-2012 mengalami penurunan, karena Pemerintah Provinsi selama semester I-2012 menerapkan kebijakan pembebasan BBN (Bea Balik Nama) dan Pajak kendaraan selama setahun untuk mobil/motor dari luar wilayah yang melakukan mutasi ke nomor polisi Gorontalo. Melalui penerapan kebijakan tersebut, tercatat realisasi penghimpunan pajak hanya mencapai 24,65% dari target anggaran 2012 sementara untuk periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 31,48%. Hasil liaison Bank Indonesia yang dilakukan kepada dealer utama kendaraan bermotor di Gorontalo menyatakan bahwa angka penjualan mobil/motor di showroom mengalami penurunan selama kebijakan tersebut dijalankan. Namun pengiriman kendaraan bermotor terutama mobil yang berasal dari luar Provinsi Gorontalo seperti dari Surabaya, Jakarta dan Manado justru mengalami peningkatan. Hal tersebut cenderung menarik perhatian masyarakat mengingat harga perolehan yang lebih rendah serta insentif pembebasan pajak kendaraan selama setahun yang cukup menguntungkan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 39

BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo I-2011 I-2012 Pendapatan Daerah APBD 2011 Pencapaian APBDP 2012 Pencapaian Nominal Nominal (%) (%) Pendapatan Asli Daerah 122.766.740.520 37.290.174.669 30,37 161.639.396.184 39.066.992.323 24,17 Pajak daerah 110.427.278.321 34.761.990.594 31,48 150.012.733.985 36.985.596.579 24,65 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 550.000.000 - - - - - Retribusi Daerah - - - 100.000.000 - - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11.789.462.199 2.528.184.075 21,44 11.526.662.199 2.081.395.744 18,06 Dana Perimbangan 513.873.300.000 123.789.631.179 24,09 630.131.540.835 200.778.207.044 31,86 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 24.698.000.000 92.944.179 0,38 23.983.008.835 6.731.439.044 28,07 Dana Alokasi Umum 461.118.100.000 115.279.527.000 25,00 582.140.302.000 194.046.768.000 33,33 Dana Alokasi Khusus 28.057.200.000 8.417.160.000 30,00 24.008.230.000 - - Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - 17.090.100-121.630.890.000 31.862.468.000 26,20 Jumlah Pendapatan 636.640.040.520 161.096.895.948 25,30 913.401.827.019 271.707.667.367 29,75 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD triwulan I-2012 sebesar 73,89% lebih rendah dibandingkan pangsa dana perimbangan pada triwulan I-2011 sebesar 76,84%. Sementara pangsa pembiayaan mandiri dari PAD tercatat 14,38% menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 23,15%. Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) I-2011 I-2012 Pendapatan Daerah APBD 2011 Nominal Komposisi (%) APBDP 2012 Nominal Komposisi (%) Pendapatan Asli Daerah 122.766.740.520 37.290.174.669 23,15 161.639.396.184 39.066.992.323 14,38 Pajak daerah 110.427.278.321 34.761.990.594 21,58 150.012.733.985 36.985.596.579 13,61 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 550.000.000 - - - - - Retribusi Daerah - - - 100.000.000 - - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11.789.462.199 2.528.184.075 1,57 11.526.662.199 2.081.395.744 0,77 Dana Perimbangan 513.873.300.000 123.789.631.179 76,84 630.131.540.835 200.778.207.044 73,89 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 24.698.000.000 92.944.179 0,06 23.983.008.835 6.731.439.044 2,48 Dana Alokasi Umum 461.118.100.000 115.279.527.000 71,56 582.140.302.000 194.046.768.000 71,42 Dana Alokasi Khusus 28.057.200.000 8.417.160.000 5,22 24.008.230.000 - - Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - 17.090.100 0,01 121.630.890.000 31.862.468.000 11,73 Jumlah Pendapatan 636.640.040.520 161.096.895.948 100,00 913.401.827.019 271.707.667.367 100,00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 4.2 BELANJA DAERAH Menurunnya penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi triwulan I-2012 terutama pada Belanja Langsung. Penyerapan hampir seluruh komponen penyusun Pos Belanja Langsung mengalami penurunan persentase realisasi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 147,07 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 15,67%, lebih rendah dibandingkan penyerapan belanja triwulan I-2011 yang mencapai Rp 118,21 Miliar (17,62%). Pada Pos Belanja Langsung, penyerapan anggaran tercatat sebesar Rp 40,54 Miliar atau sebesar 8,59% dari target anggaran 2012. Kondisi tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 59,90 Miliar atau sebesar 16,67% dari target anggaran. Penurunan persentase realisasi terbesar terjadi pada Belanja Modal yang 40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 BANK INDONESIA

BAB 4 KEUANGAN DAERAH realisasinya hanya mencapai Rp 4,36 Miliar atau hanya sebesar 2,9% dari target anggaran. Kondisi ini terjadi karena realisasi pelaksanaan proyek infrastruktur belum berjalan optimal sehingga penyerapan anggaran terhambat. Sementara Belanja Tidak Langsung, realisasi persentase penyerapannya meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat penyerapan Belanja Tidak Langsung sebesar Rp 106,52 Miliar atau sebesar 22,84% dari target anggaran 2012. Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 58,31 Miliar atau sebesar 18,71% dari target anggaran 2012. Peningkatan penyerapan belanja terbesar terjadi pada Belanja Pegawai dan Belanja Hibah. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo I-2011 I-2012 Belanja Daerah APBD 2011 Pencapaian APBDP 2012 Pencapaian Nominal Nominal (%) (%) Belanja Tidak Langsung 311.594.816.664,00 58.313.381.818,00 18,71 466.387.095.206,40 106.525.837.505,00 22,84 Belanja Pegawai 203.973.905.336,00 43.793.743.505,00 21,47 241.569.991.136,40 50.089.873.831,00 20,74 Belanja Subsidi 3.200.000.000,00 - - 4.500.000.000,00 - - Belanja Hibah 41.750.000.000,00 4.155.000.000,00 9,95 139.830.890.000,00 41.526.260.236,00 29,70 Belanja Bantuan Sosial 6.000.000.000,00 1.904.236.853,00 31,74 5.600.000.000,00 1.060.000.000,00 18,93 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 44.170.911.328,00 6.770.300.610,00 15,33 54.676.214.070,00 12.371.034.144,00 22,63 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D 7.500.000.000,00 1.618.100.850,00 21,57 15.210.000.000,00 1.478.669.294,00 9,72 Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000,00 72.000.000,00 1,44 5.000.000.000,00 - - Belanja Langsung 359.456.670.266,00 59.901.325.113,00 16,66 472.014.731.812,80 40.543.312.895,09 8,59 Belanja Pegawai 30.439.242.880,00 3.000.205.194,00 9,86 36.893.361.512,00 3.268.830.827,00 8,86 Belanja Barang dan Jasa 216.489.471.944,00 38.883.455.672,00 17,96 289.417.165.499,80 32.913.149.258,09 11,37 Belanja Modal 112.527.955.442,00 18.017.664.247,00 16,01 145.704.204.801,00 4.361.332.810,00 2,99 Jumlah Belanja 671.051.486.930,00 118.214.706.931,00 17,62 938.401.827.019,20 147.069.150.400,09 15,67 Kualitas APBD Gorontalo triwulan I-2012 lebih diarahkan pada kepentingan konsumsi sementara untuk kegiatan investasi relatif minimal. Pada triwulan laporan, komposisi belanja konsumsi mencapai 97,02% sementara untuk belanja investasi hanya mencapai 2,99%. Kondisi tersebut jauh menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana 15,24% anggaran direalisasikan untuk kepentingan investasi. Keterlambatan proses tender dinilai sebagai salah satu pendorong lambatnya belanja investasi Pemerintah Provinsi. Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo I-2011 I-2012 Belanja Daerah APBD 2011 Nominal Komposisi (%) APBDP 2012 Nominal Komposisi (%) Belanja Tidak Langsung 311.594.816.664,00 58.313.381.818,00 49,33 466.387.095.206,40 106.525.837.505,00 72,43 Belanja Pegawai 203.973.905.336,00 43.793.743.505,00 37,05 241.569.991.136,40 50.089.873.831,00 34,06 Belanja Subsidi 3.200.000.000,00 - - 4.500.000.000,00 - - Belanja Hibah 41.750.000.000,00 4.155.000.000,00 3,51 139.830.890.000,00 41.526.260.236,00 28,24 Belanja Bantuan Sosial 6.000.000.000,00 1.904.236.853,00 1,61 5.600.000.000,00 1.060.000.000,00 0,72 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 44.170.911.328,00 6.770.300.610,00 5,73 54.676.214.070,00 12.371.034.144,00 8,41 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D 7.500.000.000,00 1.618.100.850,00 1,37 15.210.000.000,00 1.478.669.294,00 1,01 Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000,00 72.000.000,00 0,06 5.000.000.000,00 - - Belanja Langsung 359.456.670.266,00 59.901.325.113,00 50,67 472.014.731.812,80 40.543.312.895,09 27,57 Belanja Pegawai 30.439.242.880,00 3.000.205.194,00 2,54 36.893.361.512,00 3.268.830.827,00 2,22 Belanja Barang dan Jasa 216.489.471.944,00 38.883.455.672,00 32,89 289.417.165.499,80 32.913.149.258,09 22,38 Belanja Modal 112.527.955.442,00 18.017.664.247,00 15,24 145.704.204.801,00 4.361.332.810,00 2,97 Jumlah Belanja 671.051.486.930,00 118.214.706.931,00 100,00 938.401.827.019,20 147.069.150.400,09 100,00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 41

BAB 4 KEUANGAN DAERAH 4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Realisasi anggaran konsumsi pemerintah pada triwulan I-2012 memberikan pangsa 5.73%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 0,18%. Pangsa konsumsi pemerintah terhadap sektor riil mengalami kenaikan dibandingkan triwulan I-2011 terutama untuk belanja rutin. Stimulus fiskal untuk kepentingan investasi masih sangat kecil, hal ini dikarenakan pelaksanaan proyek investasi belum berjalan secara optimal. Sementara apabila dilihat dari sisi anggaran masih terdapat surplus penerimaan sebesar Rp 124 Miliar dimana surplus tersebut lebih disebabkan karena realisasi belanja modal masih dibawah target anggaran. Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah APBD 2011 I-2011 I-2012 APBDP 2012 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Konsumsi Pemerintah 558.523.531.488 100.197.042.684 4,64 792.697.622.218 142.707.817.590 5,73 Belanja Pegawai 234.413.148.216 46.793.948.699 2,17 278.463.352.648 53.358.704.658 2,14 Belanja Subsidi 3.200.000.000 - - 4.500.000.000 - - Belanja Hibah 41.750.000.000 4.155.000.000 0,19 139.830.890.000 41.526.260.236 1,67 Belanja Bantuan Sosial 6.000.000.000 1.904.236.853 0,09 5.600.000.000 1.060.000.000 0,04 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 44.170.911.328 6.770.300.610 0,31 54.676.214.070 12.371.034.144 0,50 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D 7.500.000.000 1.618.100.850 0,07 15.210.000.000 1.478.669.294 0,06 Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000 72.000.000 0,00 5.000.000.000 - - Belanja Barang dan Jasa 216.489.471.944 38.883.455.672 1,80 289.417.165.500 32.913.149.258 1,32 Pembentukan Modal Tetap Bruto 112.527.955.442 18.017.664.247 0,83 145.704.204.801 4.361.332.810 0,18 Belanja Modal 112.527.955.442 18.017.664.247 0,83 145.704.204.801 4.361.332.810 0,18 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan I-2012 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD. Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD APBD 2011 I-2011 I-2012 APBDP 2012 Nominal %PDRB Realisasi %PDRB Pendapatan 636.640.040.520,00 161.096.895.948,26 7,46 913.401.827.019,20 271.707.667.366,64 10,91 Pendapatan Asli Daerah 122.766.740.520,00 37.290.174.669,26 1,73 161.639.396.184,20 39.066.992.322,64 1,57 Dana Perimbangan 513.873.300.000,00 123.789.631.179,00 5,73 630.131.540.835,00 200.778.207.044,00 8,06 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 24.698.000.000,00 92.944.179,00 0,00 23.983.008.835,00 6.731.439.044,00 0,27 Dana Alokasi Umum 461.118.100.000,00 115.279.527.000,00 5,34 582.140.302.000,00 194.046.768.000,00 7,79 Dana Alokasi Khusus 28.057.200.000,00 8.417.160.000,00 0,39 24.008.230.000,00 - - Dana Darurat - - Dana Penyesuaian - 17.090.100,00 0,00 121.630.890.000,00 31.862.468.000,00 1,28 Belanja 671.051.486.930,00 118.214.706.931,00 5,47 938.401.827.019,20 147.069.150.400,09 5,90 Belanja Pegawai 234.413.148.216,00 46.793.948.699,00 2,17 278.463.352.648,40 53.358.704.658,00 2,14 Belanja Subsidi 3.200.000.000,00 - - 4.500.000.000,00 - - Belanja Hibah 41.750.000.000,00 4.155.000.000,00 0,19 139.830.890.000,00 41.526.260.236,00 1,67 Belanja Bantuan Sosial 6.000.000.000,00 1.904.236.853,00 0,09 5.600.000.000,00 1.060.000.000,00 0,04 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 44.170.911.328,00 6.770.300.610,00 0,31 54.676.214.070,00 12.371.034.144,00 0,50 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. D 7.500.000.000,00 1.618.100.850,00 0,07 15.210.000.000,00 1.478.669.294,00 0,06 Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000,00 72.000.000,00 0,00 5.000.000.000,00 - - Belanja Barang dan Jasa 216.489.471.944,00 38.883.455.672,00 1,80 289.417.165.499,80 32.913.149.258,09 1,32 Belanja Modal 112.527.955.442 18.017.664.247 0,83 145.704.204.801 4.361.332.810 0,18 Surplus/Defisit (34.411.446.410) 42.882.189.017 1,99 (25.000.000.000) 124.638.516.967 5,00 Pembiayaan Netto (34.411.446.410) - - (25.000.000.000) - - Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo 42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 BANK INDONESIA

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2012 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Pada triwulan laporan juga sudah terdapat temuan uang palsu sebanyak enam lembar uang kertas. Sementara itu, sistem pembayaran non tunai transaksi kliring dan transaksi RTGS mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan volume transaksi dalam sistem pembayaran tersebut diperkirakan akibat dari menurunnya transaksi ekonomi dibandingkan triwulan sebelumnya yang merupakan siklus awal tahun. 5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2012 mengalami net inflow sebesar Rp 218,21 miliar. Aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih tinggi dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan. Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.1 Grafik 5.2 Netflow Kas Titipan Gorontalo Perkembangan Netflow Bulanan Kondisi net inflow pada triwulan laporan didominasi pada bulan Januari yang mencapai Rp171,39 miliar. Net inflow yang terjadi pada bulan Januari 2012 merupakan arus balik aliran uang kartal pasca akhir tahun 2011. Net inflow tersebut juga menggambarkan lambatnya aktivitas ekonomi pada awal tahun karena minimnya kegiatan-kegiatan (event) daerah yang masih belum berjalan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 43

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR Uang layak edar yang tersedia pada kas titipan Gorontalo pada akhir triwulan I-2012 sebesar Rp90,26 miliar lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp72,48 miliar. Adapun rincian uang layak edar dimaksud sebesar Rp90,25 miliar untuk uang kertas dan Rp18,92 juta untuk uang logam. Sementara itu, uang lusuh yang terdapat pada kas titipan pada triwulan laporan sebesar Rp18,92 miliar. Pecahan uang kertas sebesar Rp2000,- merupakan pecahan yang memiliki tingkat kelusuhan tertinggi yaitu sebanyak 350.000 lembar, kemudian diikuti oleh pecahan uang kertas sebesar Rp1000,- yang memiliki tingkat kelusuhan sebanyak 120.000 lembar. Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo (Dalam Rp.ribu) Jenis Pecahan (Rp) Tw. III 2011 Tw. IV 2011 Tw. I 2012 Jumlah (ribu) Jumlah (ribu) Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh Jumlah (ribu) Uang Kertas 100,000 60,400,000 7,500,000 67,900,000 35,900,000 1,000,000 36,900,000 38,800,000 6,000,000 44,800,000 50,000 51,900,000 7,000,000 58,900,000 15,000,000 2,000,000 17,000,000 35,000,000 9,000,000 44,000,000 20,000 4,500,000 4,200,000 8,700,000 6,240,000 900,000 7,140,000 5,160,000 1,200,000 6,360,000 10,000 5,400,000 2,000,000 7,400,000 5,420,000 1,000,000 6,420,000 4,850,000 1,000,000 5,850,000 5,000 2,880,000 2,300,000 5,180,000 4,515,000 250,000 4,765,000 2,030,000 900,000 2,930,000 2,000 3,320,000 1,300,000 4,620,000 4,962,000 600,000 5,562,000 4,404,000 700,000 5,104,000 1,000 16,000 400,000 416,000 422,000 135,000 557,000 5,000 120,000 125,000 Total 128,416,000 24,700,000 153,116,000 72,459,000 5,885,000 78,344,000 90,249,000 18,920,000 109,169,000 Uang Logam 500 25,000 25,000 20,000 5,000 100-50 2,000 2,000 2,000 Total 27,000 27,000 20,000-20,000 7,000-7,000 TOTAL UANG 128,443,000 24,700,000 153,143,000 72,479,000 5,885,000 78,364,000 90,256,000 18,920,000 109,176,000 Sumber : Bank Indonesia 5.1.3 UANG PALSU Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo Periode Jan-Maret 2012 Pecahan / Tahun Emisi Temuan Uang Palsu 100.000 / 2004 0 100.000 / 1999 0 50.000 / 2005 6 50.000 / 1999 0 50.000 / 1993 0 20.000 / 2004 0 10.000 / 2005 0 Jumlah 6 Sumber: Bank Indonesia Pada periode Januari Maret 2012, telah teridentifikasi enam lembar uang palsu yaitu uang kertas pecahan Rp50.000 tahun emisi 2005. Sementara itu, belum terdapat temuan uang palsu untuk pecahan lainnya. 44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp396,15 miliar atau mengalami kontraksi sebesar 5,12% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 4,43% (q.t.q). Adapun jumlah warkat sebanyak 17.673 lembar dengan pertumbuhan sebesar 1.12% (q.t.q). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan I-2012 sebesar Rp6,29 miliar atau mengalami kontraksi 3,58% (q.t.q). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 281 lembar atau tumbuh sebesar 2,72% (q.t.q). Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.3 Grafik 5.4 Perputaran Kliring di Gorontalo Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari Rata-rata rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan nominal warkat yang dikliringkan pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 1,57% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,27%. Sementara itu, rata-rata rasio warkat Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,16% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,08%. Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo Sumber : Bank Indonesia BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 45

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan I-2012 secara nominal sebesar Rp472 miliar atau terkontraksi 32,17% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,26% (q.t.q). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan selama triwulan I-2012 tercatat sebanyak 1.208 transaksi atau mengalami kontraksi secara triwulanan sebesar 22,55% (q.t.q). Perlambatan perkembangan transaksi RTGS diperkirakan karena pergerakan aktivitas ekonomi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Siklus pada awal tahun ditandai dengan lesunya transaksi RTGS dibandingkan akhir tahun. Diperkirakan transaksi-transaksi besar yang menggunakan fasilitas RTGS diantaranya transaksi untuk proyek pembangunan infrastruktur pemerintah belum direalisasikan pada awal tahun. Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo FROM TO FROM + TO Bulan Nilai Nilai Nilai Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) Volume Januari 155 574 360 474 515 1048 Februari 166 490 268 470 434 960 Maret 175 701 373 703 548 1404 Rata-rata tw I-11 165 588 334 549 499 1137 Pertumbuhan (qtq) -27.42% -35.28% -20.54% -39.63% -22.96% -37.45% April 196 725 267 611 464 1336 Mei 165 715 353 635 518 1350 Juni 216 796 365 710 581 1506 Rata-rata tw II-11 192 745 328 652 521 1397 Pertumbuhan (qtq) 16.26% 26.69% -1.57% 18.76% 4.34% 22.86% Juli 241 874 440 801 681 1675 Agustus 228 899 517 785 745 1684 September 192 772 327 563 519 1335 Rata-rata tw III-11 220 848 428 716 648 1565 Pertumbuhan (qtq) 14.54% 13.82% 30.27% 9.87% 24.46% 11.98% Oktober 244 844 396 687 640 1531 November 273 884 387 624 659 1508 Desember 327 954 460 685 787 1639 Rata-rata tw IV-11 281 894 414 665 695 1559 Pertumbuhan (qtq) 27.60% 5.38% -3.21% -7.12% 7.26% -0.34% Januari 206 667 154 441 360 1108 Februari 182 609 260 421 442 1030 Maret 238 913 375 572 613 1485 Rata-rata tw I-12 209 730 263 478 472 1208 Pertumbuhan (qtq) -25.73% -18.38% -36.55% -28.16% -32.17% -22.55% Sumber : Bank Indonesia 46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

BAB 6 KESEJAHTERAAN BAB 6 : KESEJAHTERAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat di Gorontalo menunjukkan tendensi penurunan sebagaimana tercermin dari salah satu indikatornya yaitu pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka tercatat mengalami peningkatan dari 4,26% pada bulan Agustus 2011 menjadi 4.81% pada Februari 2012. 6.1. PENGANGGURAN Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Provinsi Gorontalo berdasarkan data Februari 2012 tercatat sebanyak 471.128 jiwa atau meningkat dibanding angkatan kerja pada periode Agustus 2011 sebesar 465.027 jiwa. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut bersumber dari peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dimana pada Februari 2012 mencapai 448.489 jiwa atau naik 3.279 jiwa dibanding posisi Agustus 2011 yang tercatat sebanyak 445.210 jiwa. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Gorontalo pada Februari 2012 tercatat sebanyak 4,81%, mengalami peningkatan dibandingkan data Agustus 2011 sebesar 4,26%. Di sisi lain, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami kenaikan dari 64,12% pada Agustus 2011 menjadi 64,36% pada Februari 2012. Kenaikan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk Angkatan Kerja (1,31%) yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk Bukan Angkatan Kerja (0,26%). Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Jenis Kegiatan Februari Agustus Februari 2011 2011 2012 Bekerja 437,459 445,210 448,489 Pengangguran 21,120 19,817 22,639 Angkatan Kerja 458,579 465,027 471,128 Sekolah 71,393 33,142 73,060 Mengurus Rumah Tangga 162,649 171,804 160,867 Lainnya 24,979 55,270 26,966 Bukan Angkatan Kerja 259,021 260,216 260,893 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4.61 4.26 4.81 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 63.90 64.12 64.36 Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Gorontalo Dilihat dari lapangan usaha, sebagian besar penduduk Gorontalo bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 168.806 orang (Februari 2012) atau sekitar 36,52% dari total jumlah penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut meningkat 3,04% jika dibandingkan BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I -2012 47

BAB 6 KESEJAHTERAAN dengan Agustus 2011. Di sisi lain, terjadi shifting tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor jasa kemasyarakatan yang ditandai oleh peningkatan persentase sebesar 0,38% dari jumlah penduduk yang menggeluti sektor tersebut jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2011. Sementara itu pada sektor perdagangan, menempati posisi ketiga dengan persentase sebesar 13,62% pada Februari 2012. Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2011 Februari 2012 Februari 2011 Agustus 2011 Februari 2012 Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Pertanian 179,933 41.13 158,973 35.71 163,806 36.52 Industri 40,584 9.28 44,015 9.89 37,619 8.39 Perdagangan 64,022 14.63 65,851 14.79 61,079 13.62 Jasa Kemasyarakatan 87,087 19.91 91,393 20.53 91,741 20.46 Lainnya 40,322 9.22 84,978 19.09 94,244 21.01 Total 437,459 100 445,210 100 448,489 100 Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Grafik 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2011 Grafik 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2011 6.2 KEMISKINAN Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo berdasarkan data September 2011 tercatat sebanyak 192.396 jiwa atau 18,02% dari jumlah penduduk Gorontalo. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,73% dibandingkan posisi Maret 2011 yang tercatat sebesar 198.270 jiwa (18,75% dari jumlah penduduk Gorontalo). Penurunan jumlah penduduk miskin terbesar terjadi di perkotaan yang mencapai 4.538 jiwa atau 1,31%, sedangkan di pedesaan penurunan hanya sebesar 1.336 jiwa atau 0,44%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan September 2011 sebesar Rp.195.685 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp.8.470 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2011 yang tercatat sebesar Rp.187.215 per kapita per bulan. 48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

BAB 6 KESEJAHTERAAN Tabel 6.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) Periode Persentase Penduduk Miskin (%) Indikator Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Maret 2011 September 2011 Perubahan 18.75 198,270.00 18.02 192,396.00-0.73 (5,874.00) Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Tabel 6.4 Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo Menurut Wilayah Tahun 2012 Uraian Garis Kemiskinan (Rp) Maret 2011 September 2011 Perkotaan Pedesaan Total 194,161 202,305 183,637 192,274 187,215 195,685 Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2011, persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo terbesar masih berada di wilayah pedesaan yaitu sebanyak 92,33%, selebihnya 7,67% tinggal di wilayah perkotaan. Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, diharapkan pembangunan infrastruktur dan program pengembangan wilayah pedesaan dapat lebih dioptimalkan. 6.3. RASIO GINI Rasio gini Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan dalam 3 (tiga) tahun terakhir ini. Pada tahun 2007, indeks gini tercatat 0,39 meningkat dibandingkan tahun 2005 yang lalu sebesar 0,36. Kondisi tersebut menunjukkan kesenjangan pendapatan antar lapisan penduduk semakin meningkat. Berdasarkan komposisi pendapatan penduduk, terlihat bahwa persentase 20% penduduk berpenghasilan tinggi justru semakin meningkat dari 44,38% pada tahun 2005 menjadi 47,67% pada tahun 2007. Begitu pula 40% penduduk dengan pendapatan rendah, mengalami peningkatan persentase pendapatan dari 19.87% pada tahun 2005 menjadi 28.64% pada tahun 2007. Sementara itu, 40% penduduk dengan pendapatan sedang justru mengalami penurunan persentase, dari 35,75% di tahun 2005 menjadi 33.69 di tahun 2007. Hal inilah yang menyebabkan jurang kesenjangan kesejahteraan antar penduduk semakin lebar. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I -2012 49

BAB 6 KESEJAHTERAAN Provinsi 40% populasi dengan pendapatan rendah 40% populasi dengan pendapatan sedang Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Gorontalo 2005 20% populasi dengan Gini Ratio pendapatan tinggi 40% populasi dengan pendapatan rendah 40% populasi dengan pendapatan sedang 20% populasi dengan pendapatan tinggi Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas Gini Ratio Gorontalo 19.87 35.75 44.38 0.36 28.64 33.69 47.67 0.39 2007 6.4. IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo pada tahun 2007 tercatat sebesar 68,98, meningkat 0,97 poin dibandingkan IPM tahun 2006 sebesar 68,01. Peningkatan ini ditunjang oleh kenaikan Angka Harapan Hidup dari 65,60 tahun pada tahun 2006 menjadi 66,19 tahun pada tahun 2007. Sementara itu, rata-rata lama sekolah mengalami kenaikan dari 6,80 tahun menjadi 6,91 tahun dan rata-rata pengeluaran riil juga mengalami kenaikan dari Rp.608,65 ribu menjadi Rp.615,94 ribu pada periode pengukuran yang sama. Peningkatan tersebut, salah satunya dipicu oleh kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Gorontalo yang dilakukan secara berkala. Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo Komponen Pembentuk IPM 2002 2004 2005 2006 2007 Angka Harapan Hidup (tahun) 64.20 64.50 65.40 65.60 66.19 Angka Melek Huruf (%) 95.20 94.70 95.00 95.70 95.70 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6.50 6.80 6.80 6.80 6.91 Rata-rata Pengeluaran Riil (ribuan Rp) 573.30 585.90 607.80 608.65 615.94 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 64.13 65.4 67.5 68.01 68.98 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas Di sisi lain, ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan dan pembangunan infrastruktur yang terjadi sejak awal pemekaran wilayah menyebabkan perbedaan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara Provinsi dengan Kota/Kabupaten di Gorontalo. Angka IPM tertinggi sebesar 71,64 dimiliki oleh Kota Gorontalo, sedangkan IPM terendah sebesar 67,24 tercatat Kabupaten Boalemo (data tahun 2007). 50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

BAB 6 KESEJAHTERAAN BOKS 4 : MENGGUGAH KEMANDIRIAN MELALUI PELATIHAN WIRAUSAHA MUDA MAHASISWA 80 pemuda-pemudi Gorontalo antusias mengikuti kegiatan Pelatihan Wirausaha Muda. Pelatihan yang dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo itu bertujuan untuk menanamkan jiwa wirausaha kepada mahasiswa yang pada gilirannya dapat membentuk pengusaha-pengusaha baru yang ikut memberikan andil dalam pertumbuhan ekonomi Gorontalo. Pelatihan wirausaha muda berlangsung selama sembilan hari mulai tanggal 10 hingga 20 April 2012. Dalam pelatihan tersebut, dibagi dua kelompok besar yang masingmasing berjumlah 40 orang dengan beragam latar belakang pendidikan dan usaha yang akan digeluti. Berbagai materi seperti kiat memulai usaha, bagaimana membaca peluang dan memahami lingkungan usaha, etika bisnis hingga membuat dan mempresentasikan proposal usaha diusung guna memberikan pembekalan kepada peserta sebelum terjun ke dunia nyata. Pola pelatihan pun dibuat semenarik mungkin, dengan mengkombinasikan sistem klasikal, dinamika kelompok serta praktek kunjungan lapangan ke sentra-sentra usaha. Hal ini dilakukan agar para peserta tidak merasa jenuh dan senantiasa antusias dalam mengikuti pelatihan. Pengusaha lokal pun digandeng untuk menyampaikan success story-nya masingmasing. Disamping itu instansi teknis pemerintahan seperti Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan serta Badan Investasi Daerah juga diundang untuk memaparkan kebijakan pemerintah daerah khususnya terkait pengembangan sektor riil dan UMKM. Sebagai upaya mendukung program financial inclusion, dalam pelatihan tersebut juga dilibatkan perbankan Gorontalo yang memberikan informasi mengenai produk-produk dana maupun pembiayaan yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha dalam mendukung pengembangan usahanya ke depan. Materi yang disampaikan perbankan memberikan warna tersendiri bagi para peserta, karena dengan hadirnya perbankan dapat membuka sekat-sekat birokrasi yag selama ini dirasakan oleh sebagian masyarakat. Pelatihan yang berjalan selama sembilan hari tersebut ditutup oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo. Dalam sambutannya, Wahyu Purnama A menyampaikan harapannya agar para peserta dapat mengambil intisari dari seluruh materi yang telah diberikan. Wahyu juga berharap agar pelatihan ini menjadi cikal bakal terciptanya kemandirian berusaha yang pada akhirnya akan dapat menekan angka pengangguran di Provinsi Gorontalo. Ketika kemandirian tercipta, tingkat pengangguran tergerus dan kesejahteraan masyarakat pun terwujud, imbuh Wahyu menutup sambutan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I -2012 51

BAB 6 KESEJAHTERAAN Halaman ini sengaja dikosongkan 52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2012 diperkirakan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2011. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi menurunnya produksi pertanian selama triwulan II-2012 setelah mengalami puncak masa panen pada triwulan I-2012. Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2012 diproyeksikan pada kisaran 6,50% ± 1% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya Peningkatan inflasi tersebut tak lepas dari merangkak naiknya komoditas core inflation seiring dengan tingginya permintaan ekonomi daerah yang tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai. Aktivitas usaha perbankan diindikasikan mengalami peningkatan, pada triwulan II-2012 yang diperkirakan bersumber dari menguatnya aktivitas ekonomi masyarakat. 7.1 OUTLOOK MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2012 Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2012 diperkirakan tumbuh 7,6 8,1 % y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2011 (8,42% y.o.y). Setelah memasuki masa panen pada triwulan I-2012, perkembangan produksi pertanian akan kembali menurun. Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, luas tanam periode Januari-Februari yang akan dipanen April-Mei relatif lebih rendah dibandingkan panen triwulan I-2012 baik untuk komoditas jagung maupun padi. Mulai melambatnya kinerja pertanian ditunjukkan pula oleh tingkat NTP yang mulai menurun pada bulan April 2012. Pertumbuhan NTP terkontraksi sebesar 1,37% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan kondisi Januari Maret 2012. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 53

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Grafik 7.2 Grafik 7.3 Perkembangan Luas Tanam Padi Perkembangan Luas Tanam Jagung Sampai dengan akhir tahun 2012, secara kumulatif tahunan perkembangan pertanian padi diperkirakan akan menurun namun untuk pertanian jagung diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2011. Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM I-2012 memperkirakan bahwa produksi padi tahun 2012 sebesar 291.893 ton atau tumbuh 6,56 % (y.oy) melambat dibandingkan produksi padi tahun 2011 sebesar 273.921 ton (tumbuh 8,03% y.o.y) sementara produksi jagung tahun 2012 diperkirakan mencapai 698.888 ton atau tumbuh 15,37% (y.o.y) dibandingkan produksi jagung tahun 2011 sebesar 605.871 ton. Cuaca dan iklim diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong. Grafik 7.4 Grafik 7.5 Survei Konsumen Bank Indonesia Indeks Tendensi Konsumen BPS Gorontalo Sementara itu kinerja konsumsi juga diperkirakan melemah. Survei Konsumen Bank Indonesia memperkirakan bahwa ekspektasi konsumsi berada pada level optimis namun relatif lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011. Sementara hasil perkiraan Indeks Tendensi Konsumen BPS Gorontalo turut mengkonfirmasi hal dimaksud, dimana perkiraan nilai ITK di Provinsi Gorontalo pada Triwulan II 2011 sebesar 107,59, artinya kondisi ekonomi konsumen triwulan yang akan datang diperkirakan akan menurun (ITK TW I-2011 = 108.12). 54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Sementara itu kinerja dunia usaha selain sektor pertanian diperkirakan masih tumbuh lebih baik. Hasil survei kegiatan dunia usaha Bank Indonesia Gorontalo triwulan IV- 2011 mencatat bahwa angka prakiraan kondisi dunia usaha pada triwulan II-2011 berada pada level optimis 19,59. Sektor-sektor yang diperkirakan memberikan dukungan pada pertumbuhan adalah sektor PHR dan sektor angkutan 7.2 OUTLOOK INFLASI Grafik 7.6 Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Realisasi inflasi Gorontalo Triwulan-I 2012 sebesar 5,90% (yoy) berada pada batas atas proyeksi sebelumnya pada kisaran 5,00% ± 1% (yoy). Peningkatan inflasi tersebut tak lepas dari merangkak naiknya komoditas core inflation seiring dengan tingginya permintaan ekonomi daerah yang tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai. Pada Triwulan-II 2012, inflasi Gorontalo diproyeksikan berada pada kisaran 6,50% ± 1% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan inflasi diperkirakan akibat dari mulai naiknya harga komoditas bumbu-bumbuan karena berkurangnya stok. Di sisi lain, ketidakpastian kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi diperkirakan dapat mendorong kenaikan ekspektasi inflasi. Hasil Rapat Paripurna DPR tanggal 30 Maret 2012 memberi keputusan untuk memberikan kewenangan kepada Pemerintah agar menyesuaikan harga BBM apabila harga minyak mentah mengalami kenaikan atau penurunan sebesar 15% dalam waktu 6 bulan berjalan dibandingkan asumsi harga ICP dalam APBN-P 2012 (USD105/barrel). Dengan mempertimbangkan harga ICP pada bulan Maret 2012 yang mencapai sekitar USD128/barrel, dan jika pada April rata-rata ICP bertahan di USD135/barrel, maka rata-rata ICP 6 bulan terakhir dapat mencapai USD120,79/barrel (akan dilakukan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi). BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 55

Jawaban Responden (%) BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Perkembangan ini tetap membuka peluang yang cukup besar adanya kenaikan harga BBM pada Mei 2012. Apabila kebijakan ini diimplementasikan pada triwulan II-2012, tidak menutup kemungkinan realisasi inflasi akan jauh lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya. 7.3 PROSPEK PERBANKAN Aktivitas usaha perbankan diindikasikan mengalami peningkatan, pada triwulan II- 2012 yang diperkirakan bersumber dari menguatnya aktivitas ekonomi masyarakat. Meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat disinyalir karena menguatnya permintaan domestic maupun realisasi proyek pemerintah yang bersumber dari APBN dan APBD yang kecenderungannya dimulai pada triwulan II.Kondisi tersebut memberikan peluang ekspansi penyaluran kredit perbankan pada triwulan mendatang. Sementara itu, suku bunga perbankan gorontalo diperkirakan masih akan berada pada level stabil seiring dengan penetapan BI Rate di kisaran 5,75% (Maret 2012) dan himbauan Bank Indonesia untuk mendukung perkembangan sektor riil melalui penurunan suku bunga kredit. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I-2012 mengkonfirmasi kondisi usaha sector keuangan dalam keadaan yang relative stabil, dimana persentase responden yang menjawab ekspektasi usaha pada sector tersebut relative tetap/stabil pada triwulan II-2012 mencapai 100%. 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 - Meningkat Tetap Menurun Triwulan I-11 10.00 50.00 40.00 Triwulan II-11 30.00 70.00 0.00 Sumber: Bank Indonesia Gorontalo Grafik 7.7 Realisasi dan Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan 56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA