BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang memiliki beragam keunikan budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya adalah pikiran, akal budi atau adat istiadat. Budaya Jepang, baik budaya tradisional maupun modern sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Mulai dari fashion, makanan, olahraga, musik, drama, komik dan anime. Seperti contohnya di Indonesia, kebudayaan Jepang tersebar luas melalui anime, komik dan drama. Kebudayaan tersebut tersebar luas melalui berbagai media seperti koran, majalah, internet, televisi, radio dan lain sebagainya. Selain dari segi budaya, Jepang juga sangat terkenal dengan kecanggihan teknologinya. Seperti misalnya dari segi kecanggihan sistem transportasi yang dimiliki oleh Jepang. Jepang telah banyak melakukan inovasi di bidang transportasi. Hal ini membuat banyak orang, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia tertarik untuk mencari informasi terbaru mengenai Jepang. Pada zaman modern ini dengan berbagai kemudahan untuk mengakses informasi mengenai negara Jepang melalui media yang tersedia maka hal ini berpengaruh juga terhadap minat banyak orang untuk mengenal kebudayaan serta mempelajari bahasa Jepang. Wibowo (2009:3) menyatakan bahwa bahasa, di dalam wacana linguistik, sebagai sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap), yang bersifat arbitrer dan konvensional yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Prawiroatmodjo dan Hoed (1997:115) menyatakan bahwa peranan bahasa dalam kehidupan manusia sangat besar. Dari pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep dan perasaan. Oleh karena itu bahasa menjadi suatu bagian yang sangat penting dan berharga dalam 1
2 kehidupan manusia, karena dengan adanya bahasa, manusia dapat saling berinteraksi satu sama lain. Setiap bahasa memiliki keunikan tersendiri, begitupun dengan bahasa Jepang. Sudjianto dan Dahidi (2004: 11-12) mengatakan bahwa bahasa Jepang merupakan bahasa yang unik yang merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya, seperti bahasa Inggris, Malaysia, Brunei, dan bahasa Indonesia maupun bahasabahasa lainnya. Jika bahasa Indonesia hanya menggunakan huruf latin dalam penulisan, bahasa Jepang justru memiliki 3 macam aksara yang digunakan dalam penulisan. Ketiga aksara tersebut adalah hiragana ( ひらがな ), katakana ( カタカナ ) dan kanji ( 漢字 ). Selain pada keunikan aksaranya, pola kalimat dalam bahasa Jepang juga berbeda dengan bahasa Indonesia. Prawiroatmodjo dan Hoed (1997:116) menyatakan bahwa bahasa memiliki variasi. Setiap bahasa yang ada selain memiliki keunikan dalam hal aksara dan kosakata, juga memiliki keunikan dalam hal tata bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dalam bahasa Indonesia pola kalimat yang digunakan adalah S-P-O (Subjek-Predikat-Objek), sedangkan pola kalimat yang digunakan dalam bahasa Jepang adalah SOP (Subjek-Objek-Predikat). Sutedi (2003:70) menyatakan bahwa kalimat dalam bahasa Jepang terbentuk dari perpaduan beberapa jenis kata 品詞 yang disusun berdasarkan pada aturan gramatikalnya. Umumnya jenis kata pembentuk kalimat terdiri dari (1) 名詞 (nomina), (2) 動詞 (verba), (3) 形容詞 (adjektiva), (4) 助動詞 (kopula), (5) 助詞 (partikel), (6) 接続詞 (kata sambung), (7) 副詞 (kata keterangan), (8) 感動詞 (kata seru). Joshi ( 助詞 ) dibagi menjadi empat jenis yaitu kakujoshi ( 格助詞 ), setsuzokujoshi ( 接続助詞 ), fukujoshi ( 副助詞 ), shuujoshi ( 終助詞 ). Okutsu, et.al. (2000:10) mengatakan bahwa kakujoshi adalah partikel yang berada di belakang nomina, dalam membentuk kalimat bentuk sambung dan menempel pada predikat. Meskipun dapat dikatakan sebagai nomina yang dapat berdiri sendiri, sebenarnya nomina tersebut tidak dapat berdiri sendiri di dalam kalimat. Berbeda dengan yang
3 ada di kamus, nomina di dalam kalimat memiliki hubungan dengan predikat yang terdiri dari bermacam-macam kasus yaitu subjek, objek, keterangan waktu dan keterangan tempat. Fungsi nomina sebagai kasus dinyatakan dengan jelas dari kakujoshi dan nomina yang berdiri sendiri tidak dapat berfungsi apabila berada dalam kalimat. Menurut Iori, et.al. (2001:15) yang dimaksud dengan fukugoujoshi adalah kakujoshi yang menunjukkan hubungan antara frase nomina dengan predikat adalah が を に へ と から より まで で tetapi bentuk seperti について dan によって, dan lain-lain menunjukkan hubungan antara frase nomina dan predikat yang menggantikan kakujoshi. Bentuk hubungan seperti ini disebut fukugoujoshi. Sehubungan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai fungsi fukugoujoshi nitsuite について dan につき. Penulis akan meneliti mengenai fungsi fukugoujoshi nitsuite について dan nitsuki につき yang terdapat dalam artikel The Daily Jakarta Shimbun edisi Oktober dan November 2014. 1.2 Masalah Pokok Permasalahan pokok yang akan penulis teliti adalah mengenai pembahasan tentang fungsi fukugoujoshi nitsuite について dan nitsuki につき yang terdapat pada artikel koran. 1.3 Formulasi Masalah Formulasi masalah dalam penelitian ini adalah penulis akan menjabarkan mengenai pengertian fukugoujoshi, teori fungsi nitsuite dan nitsuki, menganalisis penggunaan fungsi nitsuite dan nitsuki dalam artikel The Daily Jakarta Shimbun edisi Oktober dan November 2014.
4 1.4 Ruang Lingkup Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis mengenai fungsi fukugoujoshi nitsuite dan nitsuki yang terdapat dalam artikel The Daily Jakarta Shimbun edisi Oktober dan November 2014. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui penggunaan fungsi fukugoujoshi nitsuite について dan nitsuki につき dan penulis dapat lebih memahami dan mengerti fukugoujoshi nitsuite dan nitsuki. Manfaat dalam penelitian ini adalah agar para pemelajar bahasa Jepang dapat lebih mengetahui dan memahami penggunaan fungsi fukugoujoshi nitsuite dan nitsuki. 1.6 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan melalui buku buku dari perpustakaan umum baik buku dalam bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia. Lalu didukung juga dengan jurnal jurnal ilmiah yang didapatkan oleh penulis melalui media internet. Umumnya bahasa Jepang memiliki 8 jenis kata pembentuk kalimat, berbeda dengan bahasa Indonesia yang memiliki 7 jenis kata pembentuk kalimat. Selain itu, bahasa Indonesia juga tidak memiliki partikel atau joshi. Dalam bahasa Jepang, partikel atau joshi adalah kata bantu. Karena joshi tidak bisa berdiri sendiri, sehingga berfungsi juga untuk membantu memperjelas makna kata lain. Berdasarkan fungsinya joshi dibagi menjadi empat jenis, yaitu : kakujoshi, setsuzokujoshi, fukujoshi, shuujoshi. Pada penelitian ini penulis akan meneliti mengenai fungsi fukugoujoshi nitsuite について dan nitsuki につき dalam artikel yang terdapat pada The Daily Jakarta Shimbun. Penilitian tentang fukugoujoshi sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Okta Alif Utami yang berjudul Analisis Penggunaan Fungsi
5 Fukugoujoshi (~Ni Taishite) dalam Soal Nouryoku Shiken dan The Daily Jakarta Shinbun Edisi 12-21 Maret 2011. Penilitian yang dilakukan adalah mengenai fungsi fukugoujoshi ~ni taishite. Dalam penilitian ini, penulis akan meniliti fungsi fukugoujoshi nitsuite dan nitsuki yang terdapat dalam artikel The Daily Jakarta Shimbun edisi Oktober dan November 2014. Penulis menggunakan teori dari Matsumoto sebagai rujukan primer dalam melakukan penelitian ini karena beliau memaparkan secara lebih jelas tentang fungsi fukugoujoshi nitsuite dan nitsuki, sedangkan teori lain penulis ambil sebagai rujukan seperti pendapat Masuoka, Takubo, Sakakura, Kawashima dan Iori.
6