ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 1998 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pusat Statistik dan dari berbagai sumber lain yang dianggap relevan dengan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN Erie Sadewo

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan berupa data sekunder yang menggunakan Tabel

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,

Kinerja Sektor Industri Kota Bandung Berdasarkan Analisis Shift Share pada Model Input Output

Formula Multiplier Output

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

IV. METODE PENELITIAN

TINGKAT KETERKAITAN ANTAR SEKTOR EKONOMI DI PROVINSI ACEH (PENDEKATAN MODEL INPUT-OUTPUT)

IV. METODE PENELITIAN. lain meliputi data kependudukan dan ketenagakerjaan Kota bandung, Produk Domestik

DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

Bab III Metoda Taguchi

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN INDONESIA: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

IV. METODE PENELITIAN

MATERI 10 ANALISIS EKONOMI

Inflasi dan Indeks Harga I

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERIKANAN DENGAN SEKTOR LAIN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

KONTRIBUSI KOMODITAS KOPI TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER. Novi Haryati *) ABSTRACT

POSISI SEKTOR PERIKANAN DAN PARIWISATA BAHARI DALAM PETA KETERKAITAN EKONOMI SULAWESI UTARA: Analisis Pendekatan Input-Output

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN PROPINSI MALUKU UTARA TAHUN 2010 (MODEL INPUT-OUTPUT)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu ekonomi regional atau ilmu ekonomi wilayah adalah suatu cabang dari ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa

III. METODE PENELITIAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

KETERKAITAN SEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN DENGAN SEKTOR PEREKONOMIAN LAINNYA DI PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat dalam sebuah penelitian ditentukan guna menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN MALUKU: ANALISIS INPUT-OUTPUT

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menggerogoti stabilitas ekonomi suatu negara yang sedang melakukan pembangunan.

OPTIMASI PEREKONOMIAN JAWA TIMUR DENGAN MEMAKSIMALKAN EKSPOR BARANG DAGANG (MODEL INPUT-OUTPUT LINEAR PROGRAMMING)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KETERKAITAN PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI SWASTA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PALEMBANG (INPUT - OUTPUT ANALISIS)

MATERI 12 ANALISIS PERUSAHAAN

PERANAN SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : PENDEKATAN MODEL INPUT OUTPUT

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Potensi Ekowisata Hutan Mangrove ini dilakukan di Desa

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Variabel X merupakan variabel bebas adalah kepemimpinan dan motivasi,

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di halaman Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Bandar Lampung pada bulan Agustus 2011.

Oleh/ by : Indartik dan Elvida Yosefi Suryandari ABSTRACT. Keywords : Forestry sector, input-output analysis, sawmill industry.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. orang. Dan diperlukan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan

M A K A L A H. Disusun oleh : KARTOBI NIM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

MATERI 11 ANALISIS INDUSTRI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

BAB III METODE PENELITIAN

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5

BAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

KETERKAITAN USAHA KECIL SEKTOR PARIWISATA DENGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI LAINNYA DI PROVINSI BALI: SUATU PENDEKATAN MODEL INPUT-OUTPUT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Ajaran dengan jumlah siswa 40 orang yang terdiri dari 19 siswa lakilaki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD)

III. METODELOGI PENELITIAN

2.3. PENGEMBANGAN MODEL

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 1998 (ANALISIS INPUT OUTPUT) SKRIPSI Diajuka Utuk Memeuhi Tugas da Syarat-syarat Gua Memperoleh Gelar Sarjaa Ekoomi Jurusa Ekoomi Studi Pembagua Pada Fakultas Ekoomi Uiversitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : SARIFUDIN B 300 060 016 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Era reformasi yag terjadi di Idoesia saat ii telah bayak membawa perubaha dalam berbagai bidag pembagua da pemeritaha. Salah satu perubaha dalam pemeritaha adalah mulai diberlakukaya otoomi daerah yag diatur dalam UU.No.22/1999 megeai pemeritaha daerah da UU.No.25 /1999 megeai perimbaga keuaga atar pusat da daerah. Dalam UU.No.22/1999 dijelaska bahwa otoomi daerah adalah keweaga daerah otoom utuk megatur da megurus kepetiga masyarakat setempat meurut prakarsa sediri berdasarka aspirasi masyarakat sesuai perudag-udaga (Fatimah, 2002:16). Otoomi daerah merupaka keweaga daerah otoomi utuk megatur da megurus kepetiga masyarakat setempat meurut prakarsa sediri berdasarka aspirasi masyarakat. Ii karea daerah aka diberi pera yag lebih besar melalui peyeraha semua urusa pemeritaha serta sumber-sumber keuagaya, kecuali keweaga dalam politik luar egeri, pertahaa keamaa, peradila, moeter da fiskal, agama da perecaaa sosial. Ketidakmampua keuaga pusat akibat krisis ekoomi, megakibatka daerah diberika weweag utuk mecari sumber-sumber pedapata da megurus kebutuha sediri agar beba pemeritaha pusat mejadi berkurag (Izza, 2001:110). Meurut Kamaluddi (1987:46), maksud da tujua yag hakiki dari

3 otoomi daerah da desetralisasi daerah adalah: 1. Meguragi beba pemeritah pusat da campur tagaya tetag masalahmasalah tigkat lokal atau daerah di sampig itu memberi peluag utuk koordiasi pelaksaaa pada tigkat lokal tersebut. 2. Meigkatka pegertia serta dukuga pusat dalam kebutuha usaha pembagua daerah. 3. Peyusua program-program pembagua utuk perbaika da peyempuraa sosial ekoomi pada tigkat lokal aka mejadi realistis. 4. Melatih da megajar masyarakat utuk bisa megatur rumah taggaya. 5. Terciptaya pembiaa da pegembaga daerah dalam ragka kesatua asioal. Di era otoomi daerah ii setiap wilayah atau daerah ditutut utuk bisa mecari, megelola da megidetifikasi kemampua daerah bersagkuta. Utuk itu perlu adaya perecaaa pembagua yag tepat dega memperhatika potesi ekoomi yag dimilikiya. Provisi Naggro Aceh Darussalam terletak pada posisi 2-6 Litag Utara da 95-98 Litag Selata dega batas-batas sebelah utara da timur dega selat malaka, sebelah selata berbatasa dega Provisi Sumatera Utara da sebelah barat dega Samudera Hidia. Luas Provisi Naggroe Aceh Darussalam seluas 57.365,57 Km 2. Provisi Naggroe Aceh Darussalam terdiri dari 20 kabupate yaitu Kabupate Aceh Barat Daya (pecaha dari Aceh Selata), Gayo Lues (pecaha dari Aceh Teggara), Aceh Tamiag da Kota Lagsa (pecaha dari Aceh Timur), Naga

4 Raya da Aceh Jaya (pecaha dari Aceh Barat) serta Kota Lhokseumawe (pecaha dari Aceh Utara). Kemudia pada bula Jauari 2004 bertambah mejadi 21 kabupate/kota yaitu Beer Meuriah (pecaha dari Kabupate Aceh Tegah), Simeulu, Aceh Sigkil, Aceh Selata, Aceh Teggara, Aceh Timur, Aceh Tegah, Aceh Barat, Aceh Besar, Pidie, Bireu, Aceh Utara, Bada Aceh, Sabag, Kota Lhokseumawe, Kota Lagsa, Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Aceh Jaya, Naga Raya da Aceh Tamiag.(BPS, 2008). Dari kedua puluh satu kabupate/kota tersebut ada 201 Kecamata, 642 mukim da 5.720 desa. Berdasarka data Bada Pusat Statistik Provisi Naggroe Aceh Darussalam tahu 2003, jumlah peduduk Provisi Naggroe Aceh Darussalam berjumlah 4.073.006 jiwa da pada tahu 2004 berjumlah 4.142.100 jiwa, dega pertumbuha peduduk 1.81%. Dari jumlah peduduk tersebut, kabupate/kota yag pedudukya palig padat adalah Bada Aceh yaitu 3.628 jiwa/km 2 da setelahya adalah Sabag dega 205 jiwa/km 2 (KOMISI I, 2004). Pertumbuha ekoomi di Propisi Naggroe Aceh Darussalam (NAD) selama 2008 meuru 8,32%, karea ilai tambah yag berasal dari subsektor pertambaga miyak da gas bumi serta subsektor idustri migas meuru. (LIPI, 2008). Hal ii disebabka peraa sektor migas masih sagat domia terhadap ilai Produk Domestik Regioal Bruto (PDRB) NAD, sehigga memegaruhi pertumbuha ekoomi secara keseluruha. Pertumbuha egatif terjadi pada sektor pertambaga da peggalia sebesar 44,75%, idustri pegolaha 4,23%, da

5 sektor bagua 0,85%. Namu, beberapa sektor laiya justru megalami peigkata tertiggi di sektor listrik da air bersih yag mecapai 12,73%, diikuti sektor keuaga, persewaa, da jasa perusahaa sebesar 5,16%. Sektor perdagaga, hotel, da restora tumbuh sebesar 4,59%, pegagkuta da komuikasi 1,38%, jasa 1,21%, da sektor pertaia yag haya mampu tumbuh sebesar 0,81%. (LIPI, 2008). Meurut Bada Pusat Statistik Propisi Naggro Aceh Daussalam, sektor pertaia masih memegag peraa terbesar terhadap pembetuka PDRB Propisi NAD 2008 yaki 27,85% sedikit meigkat dari tahu sebelumya sebesar 27,50%. Meigkatya kotribusi dari sektor pertaia tidak terlepas dari semaki meuruya kotribusi dari sektor migas. Pada tahu 2007 sektor migas yag terdiri dari subsektor pertambaga da idustri migas mampu memberika kotribusi sebesar 29,32%, sedagka tahu 2008 turu mejadi 25,54%.(BPS, 2008). Secara sektoral, kotribusi terbesar kedua berasal dari pertambaga da peggalia 16,42%, disusul perdagaga, hotel, da restora 13,75%, idustri pegolaha 12,63% da sektor jasa-jasa 10,14%. Selajutya, struktur PDRB tapa migas sagat didomiasi oleh sektor pertaia dega kotribusi sebesar 37,40%. Namu, peraa sektor ii megalami peurua dari tahu sebelumya yag mecapai 38,91%. Kotribusi terbesar kedua berasal dari sektor perdagaga, hotel, da restora sebesar 18,47%, serta sektor jasa-jasa sebesar 13,62%. Sektor lai yag memberika kotribusi di atas 10% adalah sektor pegagkuta da komuikasi sebesar 11,54%, bagua 11,21%, sedagka sektor listrik da air bersih haya

6 0,35%.(BPS, 2008) Utuk mecapai tujua da sasara pembagua da daerah, khususya pembagua ekoomi di Propisi Naggroe Aceh Darussalam da utuk dapat memafaatka sumberdaya ekoomi daerah secara optimal, maka pembagua daerah dapat disusu meurut tujua atar sektor. Perecaaa sektoral dimaksudka utuk pegembaga sektor-sektor tertetu disesuaika dega keadaa da potesi masig-masig sektor da juga tujua pembagua yag igi dicapai. Dega megguaka tabel Iput-Output (I -O) Propisi Naggroe Aceh Darussalam tahu 1998 aka dijabarka sektor-sektor yag mejadi sektor uggula di Propisi Naggroe Aceh Darussalam. Selajutya diharapka dapat dipakai sebagai iformasi yag komprehesif agar tepat gua da tepat sasara bagi perekoomia Propisi Naggroe Aceh Darussalam. 1.2 Perumusa Masalah Berdasarka latar belakag masalah di atas, maka pokok permasalaha dapat dirumuska sebagai berikut : 1. Sektor apa saja yag mejadi sektor uggula dalam struktur perekoomia Propisi Naggroe Aceh Darussalam berdasarka tabel Iput Output Propisi Naggro Aceh Darussalam tahu 1998. 2. Seberapa besar keterkaita atar sektor kegiata ekoomi dalam perekoomia Propisi Naggroe Aceh Darussalam berdasarka tabel Iput Output Propisi Naggroe Aceh Darussalam tahu 1998.

7 1.3 Tujua Peelitia Da Mafaat Peelitia 1.3.1 Tujua peelita Sesuai dega uraia di atas maka tujua peelitia dalam megaalisis da membadigka sektor uggula dalam perekoomia Propisi Naggroe Aceh Darussalam tahu 1998 yaitu sebagai berikut: a. Utuk megetahui sektor-sekor uggula dalam perekoomia Propisi Naggroe Aceh Darussalam gua meetuka kebijaksaaa yag harus dijalaka. b. Utuk meghitug tigkat keterkaita atara berbagai sektor kegiata ekoomi gua memperoleh gambara megeai kotribusi suatu sektor terhadap perekoomia secara keseluruha. c. Megaalisis sektor-sektor uggula di Propisi Naggroe Aceh Darussalam berdasarka tabel iput-output Propisi Naggroe Aceh Darussalam tahu 1998 1.3.2 Mafaat Peelitia Adapu mafaat yag dapat diambil dalam peelitia ii adalah sebagai berikut: a. Sebagai masuka da baha perbadiga bagi pembuat kebijaksaaa dalam meyusu strategi pembagua Propisi Naggroe Aceh Darussalam. b. Peelitia ii diharapka mampu meyediaka data bagi peelitia selajutya.

8 c. Peelitia ii merupaka salah satu proses aplikasi dari teori-teori ekoomi yag telah diterima peulis selama studi. 1.4 Metodologi Peelitia 1. Data da Sumber Data Data yag diperguaka dalam peelitia ii adalah data sekuder yaitu tabel iput output perekoomia Propisi Naggroe Aceh Darussalam tahu 1998. Tabel iput output disajika dalam betuk matriks yag diklasifikasika mejadi 55 sektor perekoomia. Data tabel iput output perekoomia Propisi Naggroe Aceh Darussalam tahu 1998 diperoleh dari Bada Pusat Statistik Propisi Naggroe Aceh Darussalam da dari istasi terkait laiya. 2. Metode Da Alat Aalisis Data Metode aalisis data yag diguaka dalam peelitia ii adalah Model Iput-Output. Model iput-output pertama kali dikembagka oleh Wassily Leotief pada tahu 1930-a. Ideya sagat sederhaa amu mampu mejadi salah satu alat aalisis yag ampuh dalam melihat hubuga atar sektor dalam perekoomia (Nazara, 1997:48). Kompoe yag palig petig dalam aalisis iput out put adalah iverse matriks tabel iput output, yag serig disebut sebagai iverse Leotif (Miller, 1985:15). Matriks ii megadug iformasi petig tetag bagaimaa keaika produksi dari suatu sektor (idustri) aka meyebabka berkembagya sektor-sektor

9 laiya. Matriks kebalika leotif meragkum seluruh dampak dari perubaha produksi suatu sektor terhadap total produksi sektor-sektor laiya ke dalam koefisie-koefisie yag disebut sebagai multiplier (a ij). Multiplier ii adalah agka-agka yag terlihat di dalam matriks (1-A) -1. Adapu aalisis yag aka dihitug dalam peelitia ii adalah sebagai berikut: a. Ideks Keterkaita ke depa Kosep ii diartika sebagai kemampua suatu sektor utuk medorog pertumbuha produksi sektor-sektor lai yag memakai iput dari sektor ii. Total keterkaita ke depa disebut juga sebagai ideks derajat kepekaa (degree of sesitivity) yag diguaka utuk megukur kaita ke depa. Rumus utuk mecari ilai ideks total keterkaita ke depa yaitu : Dimaa : FL i i j 1 V X 1 j 1 ij ij FLi = ideks total keterkaita ke depa sektor i αij = usur matriks kebalika Leotief Nilai FLi dapat berilai sama dega 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila FLi = 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaa sektor i sama dega rata-rata derajat kepekaa seluruh sektor ekoomi.

10 Bila FLi > 1 hal tersebut berarti derajat kepekaa sektor i lebih tiggi dari derajat kepekaa seluruh sektor ekoomi. Sebalikya, bila FLi < 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaa sektor i dibawah rata-rata derajat kepekaa seluruh sektor ekoomi. b. Ideks keterkaita ke belakag Kosep ii diartika sebagai kemampua suatu sektor utuk meigkatka pertumbuha idustri huluya. Ideks total keterkaita ke belakag disebut juga sebagai ideks daya peyebara (power of dispersio) yag diguaka utuk megukur kaita ke belakag. Rumus utuk mecari ilai ideks total keterkaita ke belakag yaitu: Dimaa : BL j i 1 i 1 j 1 bij ij BLj = ideks total keterkaita ke belakag sektor j αij = usur matriks kebalika Leot ief Besara BLj dapat mempuyai ilai sama dega 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila BLj = 1 hal tersebut berarti bahwa daya peyebara sektor j sama dega rata -rata peyebara seluruh sektor ekoomi. Bila BLj > 1 hal tersebut berarti daya peyebara sektor j berada di atas rata-rata daya peyebara seluruh sektor ekoomi. Sebalikya, bila BLj < 1 hal tersebut berarti bahwa daya peyebara

11 sektor j lebih redah dari rata-rata daya peyebara seluruh sektor ekoomi. c. Aalisis Sektor Kuci Dari aalisis I-O dapat dilihat sektor-sektor kuci yag memiliki backward likages (keterkaita ke belakag) atau disebut juga derajat kepekaa yag tiggi da forward likages (keterkaita ke depa) atau daya sebar yag tiggi. Sektor yag mempuyai daya peyebara tiggi meujuka sektor tersebut mempuyai daya dorog yag cukup kuat dibadigka sektor laiya. Sedagka sektor yag mempuyai derajat kepekaa yag tiggi meujuka bahwa sektor tersebut mempuyai ketergatuga yag tiggi terhadap sektor lai. Sektor kuci didefiisika sebagai sektor yag memegag peraa petig dalam meggerakka roda perekoomia da ditetuka berdasarka ideks total keterkaita ke belakag da ke depa. Sektor kuci adalah sektor yag memiliki ideks total keterkaita ke belakag da ke depa lebih besar dari satu. 1.5 Sistematika Peulisa Bab I Pedahulua Dalam bab berisi tetag latar belakag masalah, perumusa masalah, tujua peelitia da mafaat peelitia, metodologi peelitia serta sistematika Peulisa

12 Bab II Ladasa Teori Berisisi tetag pera da fugsi sektor uggula dalam perekoomia da Tabel Iput Output perekoomia Naggroe Aceh Darussalam serta teori-teori yag releva dega peelitia yag dilakuka, tijaua terhadap peelitia-peelitia terkait yag perah dilakuka sebelumya. Bab III Metodologi Peelitia Bab ii berisika ruag ligkup peelitia, tekik aalisis data, jeis da sumber data. Bab IV Aalisis Data Da Pembahasa Meguraika tetag diskripsi data tabel Iput Output Naggroe Aceh Darussalam, Pembahasa da hasil aalisis yag meliputi hubuga keterkaita kedepa, keterkaita kebelakag, aalisis sektor kuci da itrepretasi ekoomi. Bab V Peutup Daftar Pustaka Lampira Membahas tetag kesimpula da sara