LEGENDA WONOBOYO: PERSEPSI MASYARAKAT PERDIKAN MANGIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

VARIASI LEGENDA KI AGENG MANGIR BERDASARKAN TRANSMISI MASYARAKAT PENDUKUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

WATU GATENG DAN WATU GILANG KOTAGEDE. Theresiana Ani Larasati

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

Benteng Fort Rotterdam

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

CERITA RAKYAT SENDANG KASIHAN DI DESA TAMANTIRTA KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan yang sejenis kini makin banyak dilakukan. Dengan misi pelestarian dan

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. Purworejo di Barat, serta Kabupaten Magelang di Utara. Kulon Progo terdiri

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 463

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi wilayah Kecamatan Galur, salah satunya yakni Desa Kranggan.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASAL MULA NAMA PANTARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada

Sumber: data pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki banyak obyek wisata unggulan seperti makam Yosodipuro, wisata alam

yang masih dipertahankan di suku Jawa adalah Ritual Bulan suro.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

Wujud Cerita Panglima Besar dalam Masyarakat Desa Sei Nagalawan. merupakan panglima yang tinggal di Desa Sei Nagalawan. Tokoh Panglima Besar

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional

2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

LEGENDA JAKA TINGKIR VERSI PATILASAN GEDONG PUSOKO KARATON PAJANG DAN FUNGSINYA BAGI MASYARAKAT: TINJAUAN RESEPSI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

Transkripsi:

Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global LEGENDA WONOBOYO: PERSEPSI MASYARAKAT PERDIKAN MANGIR Sudartomo Macaryus Lembaga Pengembangan Kebudayaan Nasional Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta msudartomo@ymail.com Abstrak: Kisah Ki Ageng Mangir sebagai penguasa perdikan Mangir telah menjadi lakon yang melegenda pada masyarakat terutama penggemar seni tradisi ketoprak. Ki Ageng Mangir Wonoboyo tidak mau tunduk kepada Panembahan Senapati, penguasa Mataram. Oleh karena itu, demi harga diri dan potensi ekonominya yang besar sebagai lumbung padi kerajaan Mataram, penguasa Mataram berusaha menaklukkannya. Untuk keperluan tersebut Pembayun, putri Panembahan Senapati menyamar sebagai penari tayub. Ki Ageng Mangir Wonoboyo yang terpesona oleh kecantikan Pembayun akhirnya meminang dan mengambilnya sebagai istri. Dengan demikian ia menjadi menantu Panembahan Senapati. Akan tetapi saat menghadap Panembahan Senapati ia tidak disambut sebagai menantu tetapi ditempatkan sebagai musuh yang harus dibinasakan. Saat menyembah kepalanya dibenturkan pada batu yang hingga saat ini dikenal dengan sebutan watu gilang. Demi perdikan Mangir, raja tega membunuh menantu, membiarkan putrinya menjadi janda, dan cucunya kelak lahir sebagai anak yatim. Tulisan ini mengaji persepsi masyarakat Mangir terhadap tokoh Wonoboyo yang dikenal sakti mandraguna. Kata-kata Kunci: ketoprak, perdikan, persepsi masyarakat PENDAHULUAN Dusun Mangir terletak di Kalurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Wilayahnya cukup luas hingga terbagi menjadi tiga pedukuhan, yaitu Mangir Lor, Mangir Tengah, dan Mangir Kidul. Pada masa pemerintahan Wonoboyo (I, II, dan III), wilayah Mangir lebih luas dibandingkan saat ini. Petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo terletak di Dusun Mangir Tengah. Petilasan berupa Watu Gilang yang dipercaya sebagai tempat duduk Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Secara historis, Ki Ageng Mangir Wonoboyo adalah keturunan Raja Brawijaya dari Majapahit yang melarikan diri saat mendapat serangan dari Kerajaan Demak. 1 Pada masa pemerintahan Panembahan Senapati, Mangir dipimpin oleh Wonoboyo III. Sebelumnya Mangir dipimpin Wonoboyo I dan dilanjutkan Wonoboyo II. Wonoboyo III melanjutkan pesan leluhur yang menempatkan Mangir sebagai daerah 1 Salah satu versi cerita mengemukakan bahwa perjalanan Wanabaya I berhenti sementara di daerah Gunungkidul. Selanjutnya ia melakukan samadi di Gua Langse dan mendapat bisikan agar berjalan ke arah barat laut. Perjalanan dilakukan dan sampailah ia di daerah Mangir. Di daerah Gunungkidul juga terdapat petilasan Mangir dan masih ada yang menempatkan diri sebagai kekturunan dari Wanabaya. PS PBSI FKIP Universitas Jember Seminar Nasional 577

Sudartomo Macaryus perdikan Majapahit. Oleh karena itu, tidak memiliki kewajiban untuk pasok glondhong pengareng-areng, atau menyerahkan hasil panen sebagai pajak kepada Majapahit. Setelah Majapahit runtuh, Perdikan Mangir menjadi incaran Kerajaan Mataram. Akan tetapi Wonoboyo III tidak mau tunduk kepada Mataram. Oleh Wonoboyo III, Mangir dipertahankan sebagai daerah pendikan. Dari beberapa sumber dikatakan bahwa Panembahan Senapati mengirim utusan agar Wanabaya III tunduk kepada Mataram. Hal tersebut dilakukan karena daerah Mangir merupakan wilayah yang subur dan berpotensi menjadi lumbung padi dari Kerajaan Mataram. Dengan kesaktiannya, Wonoboyo III tidak mau memenuhi harapan Kerajaan Mataram. Hal tersebut memiliki kemiripan dengan Belambangan yang pernah menjadi ajang perebutan kerajaan-kerajaan besar Jawa Kulonan dan Bali. Belambangan juga merupakan wilayah yang subur dan berpotensi menjadi lumbung padi bagi kerajaan-kerajaan yang menguasainya. Fenomena tersebut memunculkan legenda Menakjinggo yang memiliki beberapa versi. Saat ini Dusun Mangir terus berbenah melengkapi fasilitas sebagai desa wisata. Situs sejarah Ki Ageng Mangir Wonoboyo menjadi objek wisata sejarah dan religi. Tempuran, pertemuan Sungai Gedog dan Progo sebagai destinasi wisata alam untuk memanjakan pengunjung yang memiliki hobi memancing. Warung di sekitar tempuran menjadi destinasi wisata kuliner. Selain warung di sekitar tempuran, di wilayah Kecamatan Pajangan tersedia industri kuliner yang khas, yaitu gudeg manggar. Selanjutnya, saat ini sedang dikembangkan galeri batik di Mangir Tengah, dengan mengabadikan nama Putri Pembayun. Nama tersebut untuk mengingat sejarah Mangir yang pemimpinnya, yaitu Wonoboyo III beristri Putri Pembayun. Masyarakat memandang perlu menggunakan nama tersebut sebagai upaya melestarikan sejarah Mangir yang pernah dipimpin oleh Ki Ageng Mangir Wonoboyo III yang menikah dengan Sekar Kedaton Retno Pembayun, Putri dari Panembahan Senapati. Galeri tersebut dirancang untuk menyediakan cenderamata batik dan pernak-pernik khas Bantul lainnya. 578 Legenda Wonoboyo: Persepsi Masyarakat Perdikan Mangir

Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global Gambar 1: Persawahan subur yang mengelilingi Dusun Mangir (Kiri). Jalan beraspal mulus menuju Dusun Mangir (Kanan) (Dokumentasi Penulis, 2017) Sumber tertulis yang cukup lama mengenai Mangir terdapat pada Babad Mangir. Akan tetapi sumber tersebut ditulis sesudah perang Diponegoro yang berlangsung tahun 1825 1830. Sementara itu masa pemerintahan Panembahan Senapati berlangsung tahun 1587 1601. Jarak waktu yang cukup panjang tersebut memungkinkan terjadinya perbedaan interpretasi. Oleh karena itu, validitas informasi yang terdapat di dalamnya tentu sudah mengalami distorsi. Selain itu, penulis Babad Mangir tersebut hingga saat ini juga belum diketahui. Salah satu informan menyebutkan bahwa di desa Mangir tidak terdapat dokumen berupa babad dan keluarga yang menjadi keturunan Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Responden menunjukkan bahwa babad mengenai Mangir justru terdapat di wilayah Bagelen, Purworejo, dan Banyumas. Legenda, Sejarah, dan Sumber Spiritualitas Legenda dikatkan sebagai cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah, tokoh terkenal (Sugono, 2008:803), atau tokoh yang berprestasi besar dalam salah satu bidang kehidupan. Rudi Hartono yang memiliki prestasi gemilang dalam olahraga bulutangkis menjadi legenda. Ramang yang piawai dalam bermain sepak bola juga sudah melegenda. Dalam Oxford Dictionary (2016), legenda dikatakan sebagai cerita tradisional kadang-kadang populer dan dianggap sebagai sejarah tetapi tidak dikonfirmasi: menurut legenda, Raja Arthur dibuang semua ular dari Irlandia. Pengertian lainnya adalah sejarah kisah kehidupan orang suci atau orang yang sangat terkenal terutama di bidang tertentu. Dua pendapat tersebut menunjukkan adanya kesamaan, yaitu adanya unsur cerita rakyat atau cerita tradisional dan peristiwa sejarah tetapi tidak dikorfirmasi. Legenda tidak menuntut validitas data, dari segi waktu, tempat, peristiwa, dan pelaku. Legenda juga dapat memiliki beberapa versi cerita. Hal tersebut cukup beralasan karena pada umumnya legenda disampaikan secara lisan yang mengandalkan daya ingat, daya dengan, daya cerita, serta tujuan penceritaan. Sebagai cerita rakyat atau cerita tradisional, legenda dihidupi oleh masyarakat, utamanya masyarakat tradisional. Lazimnya masyarakat memanfaatkan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Di banyak tempat, legenda berkaitan dengan peristiwa sejarah, yang dapat berkaitan dengan tokoh, peristiwa, tempat, dan waktu tertentu. Legenda Sri Tanjung, Banyuwangi misalnya berkaitan dengan peristiwa sejarah zaman kerajaan, nama tempat Banyuwangi, pesan moral mengenai kejujuran, kesetiaan, dan kesucian seorang istri. Seniman Ludruk Cak Gondo Durasim yang melakukan perlawanan terhadap penguasa Jepang melalui tembang dan parikan yang dibawakan dalam pertunjukan Ludruk telah menjadi legenda. Demikian juga Ki Ageng Mangir Wonoboyo III yang menjadi penguasa Perdikan Mangir juga telah melegenda. PS PBSI FKIP Universitas Jember Seminar Nasional 579

Sudartomo Macaryus Sebagai salah satu cerita rakyat, legenda ditempatkan sebagai subjenis sastra lisan. Penyebaran secara lisan, turun-temurun, dan secara intrinsik mengandung saranasarana kesusastraan dan memiliki efek estetik dalam kaitannya dengan konteks moral maupun kultur dari sekelompok masyarakat tertentu (Taum, 2011:21). Aspek kesejarahan dalam legenda tidak memerlukan konfirmasi karena hal tersebut berbaur dengan kreasi dan imajinasi kreator. Pandangan lain menyebutkan legenda adalah kisah semi-nyata, yang telah diwariskan dari secara lisan, turun-temurun, dan memiliki makna simbolisme dengan budaya asal. Sebuah legenda biasanya mencakup unsur kebenaran, atau didasarkan pada fakta sejarah. Legenda biasanya melibatkan karakter heroik atau tempat-tempat yang fantastis dan sering mencakup keyakinan spiritual dari budaya asalnya. 2 Hal tersebut sejalan dengan pandangan Danandjaja yang secara khusus berbicara mengenai folklor. Dikatyakannya bahwa folklore merupakan kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device) (1994:1 2). Berdasarkan pandanganpandangan di depan, legenda Wonoboyo merupakan salah satu cerita rakyat yang berkaitan dengan sejarah dan juga tidak memerlukan konfirmasi. Hal itu tampak misalnya pada salah satu versi makam Ki Ageng Mangir Wonoboyo yang terdapat di dua tempat, yaitu di Godean dan Imogiri. Perdikan Mangir Masyarakat Mangir mengetahui bahwa saat itu wilayahnya merupakan daerah perdikan. Hal itu berlangsung sejak zaman Majapahit. Fenomena tersebut mengasumsi bahwa Mangir pernah berjasa besar kepada Majapahit sehingga menjadi perdikan. Akan tetapi, piagam perdikan tersebut hingga saat ini belum ditemukan. Menilik nama wilayah Kecamatan Pajangan, ada kemungkinan piagam tersebut memang pernah ada dan "dipajang" yang berarti 'dipasang' di wilayah tersebut agar dapat dilihat oleh masyarakat. Sebagai perdikan, Mangir tetap menjadi wilayah kerajaan Majapahit, akan tetapi dibebaskan dari kewajiban membayar pajak, upeti, atau pasok glondhong pengareng-areng. Secara geografis, Dusun Mangir terletak kurang lebih 20 kilometer dari kota Yogyakarta. Saat terjadi gempa, ada 6 rumah yang roboh dan tidak ada korban jiwa. Saat ini Dusun Mangir di sebelah timur dan selatan dibatasi oleh Sungai Bedog dan sebelah barat dibatasi Sungai Progo. Pada ujung Sungai Bedog yang merupakan tempuran 'pertemuan' dengan Sungai Progo terdapat gejlik 'bendungan' besar. Lokasi tempuran tersebut menjadi arena untuk memancing. Setiap hari banyak pemancing yang melakukan kegiatan di lokasi tersebut. Sementera itu, warga masyarakat lainnya ada 2 http://myths.e2bn.org/teachers/info311-what-are-myths-legends-and-folktales.html. Diunduh, 15 Maret 2017. 580 Legenda Wonoboyo: Persepsi Masyarakat Perdikan Mangir

Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global yang memanfaatkan Sungai Progo dan Bedog sebagai tempat untuk menambang pasir. Kebutuhan makan, minum, snack, dan rokok dapat dipenuhi dengan mudah karena di lokasi tempuran tersebut terdapat beberapa warung makan yang menyediakan kebutuhan tersebut. Memasuki wilayah Dusun Mangir memang mengagumkan. Dusun Mangir dan sekitarnya tampak subur, seperti dikelilingi permadani hijau yang terbentang luas. Sawah-sawah ditanami padi yang menghijau. Pekarangan ditanami berbagai pohon buah seperi nangka, rambutan, pisang, pepaya, alpukat, mangga serta berbagai jenis tanaman lainnya seperti bambu, jati, ketapang, sengon, nagasari, kelapa, dan petai. Tanah yang subur tersebut menjadikan masyarakat sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani. Gambar 2: Gapura masuk ke petilasan Ki Ageng Mangir Wanabaya di Dusun Mangir Tengah, Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY dibangun sekitar tahun 2005 (Dokumentasi Penulis, 2017) Petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo terletak di Dusun Mangir Tengah. Jalan masuk ke petilasan terdapat gapura besar yang dibangun pada tahun 1997. Gapura tersebut menunjukkan keperkasaan dan kemegahan, seperti tampak pada gambar 2 di atas. Situs Purbakala dan Ritual Saat ini, petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo secara resmi tercatat sebagai situs peninggalan sejarah dan dilestarikan keberadaannya. Akan tetapi subsidi dari pemerintah untuk pemeliharaan tidak ada. Pemeliharaan dilakukan secara swadaya atau donatur, seperti Pak Wito (Kakak Almarhum Jenderal Besar Soeharto). Semangat PS PBSI FKIP Universitas Jember Seminar Nasional 581

Sudartomo Macaryus pelestarian yang masih terus dihidupi tampak pada penyelenggaraan ritual di petilasan tersebut. Ritual yang masih terus dihidupi oleh masyarakat Dusun Mangir ada dua, yaitu yang diselenggarakan pada bulan Ruwah/Sya'ban dan Sura/Muharam. Bulan Ruwah/Sya'ban diselenggarakan pada malam tanggal satu. Ritual dilakukan dengan melakukan ziarah ke petilasan dan dilanjutkan dengan pengajian, akan tetapi tidak seramai bulan Suro/Muharam. Pada bulan Sura/Muharam ritual diselenggarakan malam Jumat Kliwon. Bila tidak melewati hari Jumat Kliwon, ritual diselenggarakan pada malam Selasa Kliwon. Upacara ini sudah berlangsung tiga tahun. 3 Bulan Sura/Muharam sekaligus sebagai upacara bersih desa yang diikuti oleh tiga dusun, yaitu Mangir Lor, Mangir Tengah, dan Mangir Kidul. Setiap tahun, bersih desa juga dimeriahkan dengan pertunjukan wayang kulit. Tempat penyelenggaraan bergilir di tiga Dusun Mangir tersebut (Lor, Tengah, dan Kidul). Ritual diawali dengan melakukan ziarah ke petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo. 4 Selanjutnya pada malam harinya diselenggarakan selamatan, doa bersama, dan pengajian. Ritual diikuti oleh warga masyarakat Dusun Mangir Lor, Mangir Tengah, dan Mangir Kidul, yang terdiri atas 13 RT. Masing-masing RT membuat tumpeng nasi gurih atau sega wuduk dan ingkung 'ayam jantan yang dimasak utuh'. Tumpeng dan ingkung tersebut dibawa ke halaman petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo, didoakan bersama, kemudian dimakan bersama. Kesempatan tersebut lazimnya juga dihadiri oleh pemerintah setempat dari Dusun, Desa, Kecamatan, tamu dari luar daerah yang hendak melakukan ziarah, pers yang meliput ritual, dan pengamat/peneliti yang hendak mengabadikan peristiwa budaya tersebut. Kegiatan ditangani oleh panitia yang terdiri atas para Kepala Dusun, Ketua RT, Karang Taruna, dan warga masyarakat yang terpilih. Ustad yang memberi tausiah pernah dihadirkan dari Wonokromo, Tuksono, dan Srandakan. Ritual Sura diikuti oleh seluruh warga masyarakat Dusun Mangir dan para tamu yang hadir dari luar Dusun Mangir. Biaya penyelenggaraan ditanggung bersama oleh masyarakat Dusun Mangir. Lokasi situs sejarah yang terletak di Dusun Mangir Tengah tersebut memberikan kesan cukup terpelihara. Ruangan berpagar tembok, kurang lebih setinggi 120 cm. Luas lokasi petilasan sekitar 36 m 2. 5 Di dalamnya terdapat watugilang, pohon Randu Alas 3 Bulan Ruwah, oleh masyarakat Jawa ditempatkan sebagai bulan untuk menghormati arwah dengan melakukan ziarah ke makam leluhur. Bulan Suro yang merupakan awal tahun Hijriah ini oleh masyarakat Jawa ditempatkan sebagai waktu khusus untuk berbagai kegiatan ritual. Seperti jamas pusaka dan membersihkan berbagai fasilitas yang digunakan untuk keperluan ritual. 4 Petilasan tersebut dipercaya oleh masyarakat pernah menjadi tempat tinggal Ki Ageng Mangir Wonoboyo III. 5 Pagar tembok tersebut dibangun pada tahun 1978, oleh Rektor UGM Pak Suroso dan Wali Kota Pak Purwokusumo. 582 Legenda Wonoboyo: Persepsi Masyarakat Perdikan Mangir

Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global dengan ukuran kira-kira lima depa orang dewasa dan diperkirakan sudah berumur ratusan tahun. 6 Juga ada Randu Alas yang lebih kecil, dengan ukuran kira-kira seperlimanya. Tumbuhan lainnya adalah pohon Nogosari, Puring, dan Mlinjo. Ruang menghadap watugilang dipasang keramik warna putih memanjang dengan ukuran 3x6 meter. Ruang dan fasilitas tersebut disediakan bagi peziarah yang hendak melakukan doa atau ritual. Watugilang terlesak di dekat pohon dilindungan atap strimin. Di permukaan watugilang terdapat bunga-bunga yang sudah kering dan keren [kərən] 'tungku arang' sebagai tempat untuk membakar dupa. Semua itu menunjukkan bahwa petilasan tersebut masih sering dikunjungi peziarah yang melakukan penghormatan, ritual, dan doa di depan petilasan tersebut. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh juru kunci, Nardi Sudarmo. Pengunjung pada umumnya datang dari berbagai kota (Jakarta, Surabaya, Magelang, Bagelen, Banyuwangi), bahkan pernah ada pula dari luar Jawa (Palembang). Ketika ditanya oleh Nardi Sudarmo, mereka rata-rata mengetahui situs tersebut melalui internet. Di kompleks petilasan tersebut telah berdiri bangunan-bangunan rumah dengan arsitektur modern berdinding tembok. Meskipun demikian di kompleks tersebut terdapat bangunan Langgar atau Mushola berdinding bambu yang hingga kini sudah berusia tiga generasi. Nardi Sudarmo, juru kunci petilasan adalah generasi ketiga dan saat ini sudah berusia 68 tahun. Ayah Nardi Sudarmo generasi 2 sudah meninggal dan eyang Nardi Sudarmo, generasi 1 juga sudah meninggal. Jika masing-masing diperkirakan berusia rata-rata berusia 75 tahun, dapat diperkirakan usia Mushola 7 Mushola tersebut menjadi salah satu peninggalan yang dikagumi oleh para pengunjung. tersebut sudah 200-an tahun. Sebagian besar pengunjung mengharapkan agar Mushola tersebut dipertahankan keasliannya. 6 Juru kunci petilasan, Nardi Sudarmo atau Subakri yang merupakan ketutunan ketiga yang mewarisi kedudukan sebagai juru kunci mengatakan bahwa pohon Randu Alas tersebut sudah ada sejak zaman eyangnya menjadi juru kunci. Dengan demikian dapat diperkirakan, usianya sudah mencapai 200-an tahun. 7 Mushola pernah dipugar. Rusuk bambu diganti kayu. Pemugaran dilakukan oleh ayah Nardi Sudarmo yang meninggal tahun 1998. Jadi diperkirakan pemugaran sekitar 20-an tahun lalu. PS PBSI FKIP Universitas Jember Seminar Nasional 583

Sudartomo Macaryus Gambar 3: Interior Langgar yang sudah berusia dua ratusan tahun. Kertas yang tergantung di sebelah kiri adalah berita lelayu (Dokumentasi Penulis, 2017) Secara kognitif masyarakat mengetahui bahwa wilayah Mangir pada zaman kerajaan Majapahit merupakan tanah perdikan. Akan tetapi mereka tidak mengetahui dokumen dan mengapa Mangir mendapat keistimewaan sebagai tanah perdikan. Akan tetapi peninggalan yang mereka hidupi bahwa Mangir sebagai tanah perdikan adalah dalam hal kempelilikan tanah. Dikatakan oleh beberapa responden bahwa tanah di Mangir adalah milik masyarakat dan bukan magersari. 8 Peristiwa sejarah yang sudah melegenda tersebut diabadikan oleh masyarakat dengan menjadikan tokoh mereka sebagai nama industri batik dan kuliner khas, yaitu gudeg manggar. Hal tersebut memiliki manfaat ganda, yaitu untuk mengenang peristiwa sejarah yang pernah dialami oleh pemimpin Mangir, membangun kesadaran sejarah, dan ngalap berkah 'mengharapkan restu dan berkah' dari leluhur yang pernah tinggal dan memimpin daerah Mangir. Gambar 4: Masyarakat mengabadikan nama Pembayun untuk usaha batik (Dokumentasi penulis, 2017) dan kuliner gudeg manggar 9 Gambar di atas menggunakan nama Pembayun, putri Panembahan Senapati yang diperistri oleh Pangeran Wonoboyo III sebagai nama industri batik (kiri). Pada gambar kanan nama Pembayun diabadikan sebagai nama industri kuliner, gudeg manggar, 8 Magersari yang dimaksudkan adalah menempati dan mengolah tanah milik raja yang menguasai wilayah tertentu. 9 https://backpackeran.wordpress.com/2012/07/06/gudeg-manggar-pembayun/. Dindunduh 10 Maret 2017. 584 Legenda Wonoboyo: Persepsi Masyarakat Perdikan Mangir

Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global namun wajah yang terpampang adalah wajah Pangeran Wonoboyo III. Cara lain untuk mengabadikan nama pemimpin Perdikan Mangir tersebut adalah menempatkan sebagai nama jalan, seperti tampak pada gambar berikut. Gambar 5: Wonoboyo diabadikan menjadi nama jalan di Dusun Mangir Kidul (Dokumentasi Penulis, 2017) Kematian Ki Ageng Mangir Wonoboyo III menyebabkan para pengikutnya sebagian besar melarikan diri ke arah barat, ke daerah Bagelen, Purworejo, Kebumen, dan Banyumas. Oleh karena itu, cukup beralasan jika babad lebih banyak terdapat di daerah-daerah tersebut. Masyarakat menyadari bahwa Mangir yang mengalami kekalahan dari Mataram menyebabkan versi sejarah yang muncul adalah yang ditulis oleh pihak yang menang, yaitu Mataram. Akan tetapi hal tersebut tidak menampakkan keinginan masyarakat untuk membuat perlawanan atau sejarah tandingan versi masyarakat Mangir. Masyarakat menghayati legenda Ki Ageng Mangir Wonoboyo mengandung pesan moral bagi masyarakat. Pangeran Wonoboyo III tetap teguh mempertahankan Mangir sebagai tanah perdikan, seperti yang dipesankan oleh leluhurnya. Ia tidak mau berada di bawah kekuasaan Mataram. Akan tetapi godaan perempuanlah yang menyebabkan kejatuhan. Salah satu responden menganalogikan fenomena tersebut seperti pada anak yang sekolah bila tergoda asmara pun dapat menyebabkan kegagalan dalam studi. SIMPULAN Hasil pembahasan pada bab terdahulu menunjukkan bahwa masyarakat mengetahui bahwa Mangir sebagai tanah perdikan sejak zaman kerajaan Majapahit. Akan tetapi mereka tidak mengetahui dokumen dan apa yang menyebabkan wilayah tersebut mendapat keistimewaan sebagai perdikan. Responden memberikan informasi PS PBSI FKIP Universitas Jember Seminar Nasional 585

Sudartomo Macaryus bahwa masyarakat pada umumnya mengetahui sejarah Mangir yang dipimpin oleh Wonoboyo III dan menjadi menantu Panembahan Senapati. Hal tersebut diperkuat oleh adanya ritual yang diselenggarakan pada malam tanggal satu Ruwah dan pada bulan Suro yang sekaligus sebagai ritual bersih desa. Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa tidak ada upaya masyarakat dan pemerintah setempat Kepala Dusun maupun Kepala Desa untuk membuat kreasi cerita yang menokohkan Ki Ageng Mangir Wonoboyo sebagai protagonis dan pemimpin yang berjasa bagi wilayah perdikan Mangir. Masyarakat juga menghayati pesan moral dari legenda Ki Ageng Mangir Wonoboyo bahwa godaan perempuan berpotensi menyebabkan kejatuhan. Akan tetapi, masyarakat tetap menampakkan kekaguman. Oleh karena itu, mereka mengabadikan kisah pemimpin perdikan Mangir, yaitu Wonoboyo III dan Pembayun sebagai nama industri batik, industri kuliner gudeg manggar, dan nama jalan di Dusun Mangir. Semua itu sekaligus sebagai upaya pengembangan desa wisata Mangir yang memiliki keindahan alam berupa tempuran, yaitu pertemuan sungai Bedog dan Sungai Progo yang hingga saat ini memanjakan para pengunjung yang suka memancing. Petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo yang merupakan destinasi wisata sejarah dan religius, serta rumah makan di sekitar tempuran yang menyajikan menu khusus untuk memanjakan lidah para tamu yang hadir di Mangir. DAFTAR RUJUKAN Danandjaja, J. 1984. Folklore Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers. Myths. 2017. "Myths and Legend's: Home About Myths and Legends Create your own Teachers." http://myths.e2bn.org/teachers/info311-what-are-myths-legends-andfolktales.html. Diunduh, 15 Maret 2016. Oxford. 2016. Oxford Dictionary. Versi Digital Online. Diunduh 12 Maret 2017. Sugono, Dendy (Pemimpin Redaksi). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Taum, Y.Y. 2011. Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode, dan Pendekatan Disertai Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Lamalera. 586 Legenda Wonoboyo: Persepsi Masyarakat Perdikan Mangir