PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUJIAN LABORATORIS KEAMPUNAN UMPAN HEXAFLUMURON TERHADAP RAUAP TANAH Coptoterrnes eurvignathus Wolmgren (Isoptera : Rhinotermitidae)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN PRODUK FORMULASI UMPAN RAYAP UNTUK PERLINDUNGAN BANGUNAN Development of Termite Formulation Baiting for Building Protection

LAMPIRAN Lampiran 1 PERSIAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Hewan Coba

Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan. Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan. Setelah Perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

BAB III BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

DAYA RACUN EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignatus Holmgren)

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke-

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Data perhitungan analisis proksimat bahan baku

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

EFEKTIVITAS BIOATRAKTAN DARI BAHAN ALAMI TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)

Lampiran 1 dari Kulit Udang serta Transformasi Kitin menjadi Kitosan 1. Gambar Persiapan Bahan

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

Lampiran 1 Data panjang dan bobot lobster air tawar yang digunakan sebagai hewan uji

SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

LAMPIRAN. Lampiran 1 Komisi Etik Penelitian

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

LAMPIRAN. Arang Sekam (C)

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R.

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA ENTOMOPATOGEN PADA LARVA Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI. Oleh :

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO

Lampiran 1: Data Mentah Pengamatan Sebelum Dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

SKRIPSI. Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH SYA BI AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH

UJI BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae) (Coeloptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid

EFEKTIVITAS TOKSISITAS KITOSAN UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP (Coptotermes curvignathus HOLMGREN) PADA TANAMAN KARET

Hari ke-1 Pembelian mencit dari FMIPA ITB Bandung. Hari ke-1 sampai ke-7 Aklitimasi/adaptasi mencit hingga mencapai usia dan berat ideal

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

Lampiran 1 : Perhitungan Dosis

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH

I M COMPANY PROFILE. CV. IRHAM MUGHNII Jl. Industri Cikarang Kp. Sempudarussalam RT003/002 Pasir Gombong Cikaran Bekasi Telp.

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

Uji ANOVA Dua-Arah dengan SPSS

Sel dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neaubauer dengan metode perhitungan leukosit (4 bidang sedang) dibawah mikroskop cahaya.

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

BAHAN ANTI NYAMUK (Mosquito repellent) dari AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth)

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g)

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI LARUTAN KITOSAN TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae)

UJI PATOGENITAS JAMUR

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E

SKRIPSI BUHARI MUSLIM

KAJIAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN ARANG SEKAM PADA TANAH SAWAH TERCEMAR LIMBAH PABRIK TERHADAP Pb TANAH DAN TANAMAN PADI SKRIPSI OLEH :

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun

Transkripsi:

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) NOVIANTI SRI WAHYUNI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PERNYATAAN MENGENAI SKIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Laboratoris Efikasi Umpan Hexaflumuron 0.5% terhadap Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Novianti Sri Wahyuni NIM E24090093

ABSTRAK NOVIANTI SRI WAHYUNI. Pengujian Laboratoris Efikasi Umpan Hexaflumuron 0,5% terhadap Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae). Dibimbing oleh DODI NANDIKA. Rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae ) merupakan salah satu serangga perusak bangunan gedung yang paling banyak menimbulkan kerugian di Indonesia. Pengendalian hama tersebut pada umumnya dilakukan dengan metode perlakuan tanah (soil treatment) dan pengawetan kayu. Namun dalam aplikasi kedua metode tersebut digunakan pestisida yang berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan. Sementara itu metode pengendalian rayap yang relatif lebih ramah lingkungan adalah metode pengumpanan (baiting). Salah satu bahan aktif yang digunakan sebagai umpan rayap dalam metode tersebut adalah hexaflumuron. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efikasi dua formulasi hexaflumuron 0,5%, yaitu formulasi blok dan formulasi pelet terhadap rayap tanah C. curvignathus secara laboratoris dengan metode PSIH IPB 1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua formulasi hexaflumuron 0,5% tersebut mampu mengeliminasi rayap C. curvignathus setelah empat minggu pemapamaran umpan. Namun ketermakanan (palatibility) formulasi pelet (49,43%) lebih tinggi daripada ketermakanan formulasi blok (8,52%) Kata kunci: hexaflumuron, rayap tanah, ketermakanan ABSTRACT NOVIANTI SRI WAHYUNI. Laboratory Evaluation of Hexflumuron Bait Against Subterranean Termite Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae). Supervised by DODI NANDIKA. Subterranean termite Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) is the most important buildings destructing insects in Indonesia. Up to now, soil treatment and wood preservation are the most popular termite control techniques in urban areas. However, applications of both techniques could causing environmental pollution. Meanwhile termite baiting is known as more environmentally friendly termite control technique. One of the active ingredient used in the baiting system is hexaflumuron. A laboratory study was conducted to determine the efficacy of two formulations of hexaflumuron 0.5 % i.e blocks formulation and pellet formulation, against subterranean termite C. curvignathus based on PSIH-IPB-1998 standard methods. The results showed that both formulations of hexaflumuron 0.5 % is effective to eliminate the C. curvignathus. However, palatability of pellet formulation (49.43 %) is much higher than palatability of blocks formulation (8.52 %) Key word: hexaflumuron, subterranean termites, palatability

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) NOVIANTI SRI WAHYUNI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Judul Skripsi : Pengujian Laboratoris Efikasi Hexaflumuron 0.5% terhadap Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) Nama : Novianti Sri Wahyuni NIM : E24090093 Disetujui oleh Prof. Dr. Jr. Dodi Nandika, M. S. NIP. 195112071982031 001 Darmawan M. Sc. ''"'1-&'''~12 199103 1 002 Tanggal Lulus 1. r.-- 2013

Judul Skripsi : Pengujian Laboratoris Efikasi Hexaflumuron 0.5% terhadap Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) Nama : Novianti Sri Wahyuni NIM : E24090093 Disetujui oleh Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, M. S. NIP. 19511207 1982031 001 Diketahui oleh Prof. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M. Sc. NIP. 19660212 199103 1 002 Tanggal Lulus

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi berjudul Pengujian Laboratoris Efikasi Hexaflumuron 0.5% terhadap Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) ini berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis. 2. Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika MS. sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 3. Keluarga besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, teman-teman Hasil Hutan angkatan 46, dan Rio Pria Adhihutama atas semangat dan do a yang telah diberikan kepada penulis Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat sebagai penunjang penelitian di lapangan dan semua pihak yang bersangkutan serta masyarakat luas. Bogor, September 2013 Novianti Sri Wahyuni

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 3 Waktu dan Tempat Penelitian 3 Bahan dan Alat 3 Prosedur Penelitian 4 Penyiapan Media Pengujian 4 Aplikasi Bahan Aktif 4 Pengumpulan Data 5 Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Konsumsi Umpan 6 Mortalitas Rayap 8 SIMPULAN DAN SARAN 10 Simpulan 10 Saran 10 DAFTAR PUSTAKA 11 LAMPIRAN 12 RIWAYAT HIDUP 16

DAFTAR GAMBAR 1 Penampang memanjang (a) dan penampang melintang (b) umpan formulasi blok 3 2 Penampang sisi memanjang (a) dan penampang sisi melebar (b) umpan formulasi pelet 3 3 Rayap pekerja (a) dan rayap prajurit (b) C. curvignathus Holmgren (perbesaran 10x). 3 4 Bejana Pengujian 4 5 Umpan hexaflumuron formulasi blok (a) dan formulasi pelet (b) 5 6 Kehilangan berat umpan hexaflumuron setelah empat minggu pemaparan umpan hexaflumuron terhadap C. curvignathus 6 7 Umpan formulasi blok (a) dan pelet (b) setelah empat minggu pengumpanan 7 8 Mortalitas rayap C. curvignathus setelah pemaparan umpan hexaflumuron selama empat minggu 8 9 Kayu umpan (kontrol) yang diserang rayap Coptotermes curvighnathus 9 DAFTAR LAMPIRAN 1 Mortalitas rayap tanah C. curvignathus 12 2 Uji analisis sidik ragam mortalitas rayap tanah C. curvignathus 13 3 Kehilangan berat umpan hexaflumuron 0.5% 14 4 Uji analisis sidik ragam kehilangan berat termitisida hexaflumuron 0.5% 15

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Tarumingkeng (1992) rayap adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo, yaitu ordo Isoptera dari kelas Arthropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar 2000 spesies dan di Indonesia sampai tahun 1970 telah tercatat lebih kurang 200 spesies. Menurut Nandika dkk (2003), ada sekitar 200 jenis rayap di Indonesia dan lima persen diantaranya menjadi musuh manusia. Di daerah tropis, terutama di Indonesia, rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) merupakan salah satu serangga perusak kayu yang paling banyak menimbulkan kerusakan pada kayu dan bangunan kayu. Menurut Rahmawati (1996) kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh rayap Coptotermes curvignathus di Indonesia pada tahun 2000 akan mencapai Rp 1,46 trilyun. Sementara itu, di wilayah Jabotabek, persentase perumahan yang terserang rayap mencapai 42,83% (Rudi dan Nandika 1999). Hal ini menyebabkan kerugian ekonomis yang tidak sedikit, apalagi ketersediaan jenis-jenis kayu yang awet makin langka, digantikan dengan jenis-jenis kayu yang umumnya tidak awet. Oleh karena itu metode dalam pengendalian rayap terus dikembangkan. Tarumingkeng (2007) menyatakan bahwa bahan pengawet yang dimasukkan ke dalam kayu umumnya merupakan bahan beracun (toxic material) agar jasad hidup perusak kayu tidak menyerang. Metode yang umum digunakan dalam pengendalian rayap adalah dengan menggunakan termitisida. Karena pertimbangan lingkungan, penggunaan termitisida untuk pengawet kayu juga makin dibatasi dengan jenis-jenis yang berdaya racun rendah. Metode alternatif yang lain dalam pengendalian rayap adalah dengan menggunakan metode pengumpanan (baiting). Dalam metode pengumpanan ini digunakan bahan aktif yang terbuat dari bahan yang disenangi rayap sehingga rayap tertarik untuk memakannya. Prinsip dasar dari metode ini adalah memanfaatkan sifat tropalaksis pada rayap, yaitu saling memberi makanan terhadap anggota rayap lain (Nandika dan Tambunan 1989) dan juga memanfaatkan sifat ketersukaan rayap terhadap bahan aktif dan rayap pekerja akan memakannya dan kemudian bahan aktif beracun yang telah dimakannya disebarkan kedalam koloni oleh rayap pekerja. Oleh karena itu, bahan aktif yang digunakan harus bekerja secara lambat (slow action) sehingga rayap pekerja rnasih sempat memberi makan pada seluruh koloninya dan bahan aktif pun akan tersebar ke seluruh koloni sehingga seluruh koloni dapat teracuni. Salah satu bahan aktif yang digunakan dalam metode baiting ini adalah bahan aktif hexaflumuron. Hexaflumuron merupakan bahan kimia golongan Benzoylphenyl Urea. Umpan rayap berbahan aktif hexaflumuron 0.5% telah mendapat registrasi dari EPA (Environment Protection Agency) Amerika Serikat pada tahun 1994 sebagai salah satu produk umpan yang ramah lingkungan. Bahan kimia ini mempunyai daya racun rendah terhadap mamalia, beraroma tidak menyengat (tidak berbau), bereaksi secara lambat dan tidak menyebabkan iritasi yang berat sehingga serangga tidak menolaknya (Su 1994). Sifat-sifat ini menyebabkan hexaflumuron dapat diformulasikan dalam bentuk umpan, dengan dosis yang rendah, yaitu 0.5% yang disenangi rayap. Rayap yang memakan umpan masih sempat membawanya ke sarang untuk disebarkan ke semua anggota

2 koloni. Semua kasta yang telah mencerna hexaflumuron tidak akan menunjukkan gejala keracunan dengan segera, setelah beberapa hari kemudian terjadi kematian. Keampuhan hexaflumuron telah diuji di Florida, Amerika Serikat dan dapat mengeliminasi 0.17 2.8 juta koloni Reticulitermes flavipes dan Coptotermes formosanus hingga menjadi sebesar 0 10% saja dengan umpan sebanyak 4 1500 mg (Scheffrahn dan Su 1991). Suatu penelitian telah dilakukan dalam skala laboratorium untuk mengetahui efikasi Hexaflumuron 0,5% terhadap rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keampuhan (efikasi) Hexaflumuron dalam dua macam formulasi, yaitu formulasi blok dan formulasi pelet terhadap rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermidae) yang dipelihara di laboratorium. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi yang akan bermanfaat bagi upaya pengembangan teknologi umpan rayap berbasis senyawa hexaflumuron. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Juni 2013, bertempat di Laboratorium Rayap dan Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat 1. Insektisida uji: a. Formulasi blok, yaitu umpan siap pakai yang terbuat dari campuran polimer dan selulosa berbentuk batang silindris (block) dengan panjang ± 3,5 cm (Gambar 1) yang diimpregnasi dengan insektisida hexaflumuron 0,5%; b. formulasi pelet, yaitu umpan rayap siap pakai yang terbuat dari campuran polimer dan selulosa berbentuk pelet dengan panjang 17 ± 0,066 mm, lebar 10 ± 0,03 mm, dan tebal 7 ± 0,064 mm (Gambar 2) yang diimpregnasi dengan insektisida hexaflumuron 0,5%.

3 0,75 cm 1,5 cm 0,75 cm 3,5 cm 2,5 cm (a) (b) Gambar 1 Penampang Memanjang (a) dan Penampang Melintang (b) umpan formulasi blok. 0,7 cm 1 cm 1,7 cm (a) (b) Gambar 2 Penampang Sisi Memanjang (a) dan Penampang Sisi Melebar (b) umpan formulasi pelet. 2. Kayu pinus solid (30 gram) sebagai kontrol. 3. Rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren sebanyak 30000 ekor dengan komposisi 10% jenis rayap prajurit dan 90% jenis rayap pekerja yang berasal dari biakan laboratorium (umur koloni ±5 tahun) (Gambar 3). (a) Gambar 3 Rayap pekerja (a) dan rayap prajurit (b) C. curvignathus Holmgren (perbesaran 10x). (b) 4. Termitarium, yaitu bejana pengujian dari kaca yang berisi campuran 1.000 gram tanah berpasir berkadar air ±25% sesuai dengan PSIH-IPB-1998 (Gambar 4).

4 17. 5 cm Tutup Bejana Bejana Kaca 26 cm Pasir Wadah Plastik berisi air Sumbu kompor Gambar 4 Bejana Pengujian Prosedur Penelitian 1. Penyiapan Media Pengujian Media Pengujian adalah bejana kaca dengan berdiameter 26 cm dan tinggi 26 cm yang di bagian atasnya terdapat lubang berdiameter 17,5 cm. Berisi pasir sebanyak 6.600 cm2. Di bagian tengah dasar wadah tersebut terdapat lubang berdiameter 1,5 cm berisi sumbu kompor (panjang 10 cm) sebagai penghubung antara tanah didalam wadah dengan air yang menggenangi bagian dasar wadah. Kedalam wadah tersebut dimasukkan dua ribu ekor rayap tanah C. curvignathus (90% kasta pekerja dan 10% kasta prajurit). Wadah yang sudah berisi rayap tanah C. curvignathus disimpan didalam ruang gelap selama tiga minggu. 2. Aplikasi Bahan Aktif Sebanyak 30 gram hexaflumuron dengan formulasi blok 0.5% dan pelet 0.5% (Gambar 5) dikering ovenkan dan ditimbang beratnya kemudian diaplikasikan ke dalam bejana pengujian (termitarium). Umpan blok dibenamkan secara vertikal ke dalam tanah di bagian tengah bejana pengujian (50% terbenam, 50% muncul di atas permukaan tanah) sedangkan umpan pelet disebarkan di atas dan di bawah permukaan tanah di dalam bejana pengujian (50% tersebar di atas permukaan tanah, 50% terbenam 1-2cm di bawah permukaan tanah). Masing-masing perlakuan mendapat lima ulangan. Disamping itu disediakan juga perlakuan kontrol berupa termitarium (dengan kayu pinus solid) tanpa aplikasi termitisida. Setelah tiga minggu timbang kembali seluruh umpan dan kayu solid tersebut. Kehilangan berat umpan hexaflumuron mengindikasikan laju konsumsi umpan oleh rayap.

5 (a) Gambar 5 Umpan hexaflumuron formulasi blok (a) dan pelet (b) 3. Pengumpulan data a. Kehilangan berat umpan Setelah termitarium dibongkar, umpan dibersihkan dan dikeringkan oven (BKT akhir). Selanjutnya umpan ditimbang untuk mengetahui persentasi kehilangan berat umpan dengan formula : (b) dimana : W 1 = Berat umpan mula-mula (gram) W 2 = Berat umpan setelah pengujian (gram) b. Mortalitas rayap Empat minggu setelah aplikasi umpan, seluruh media pengujian (termasuk kontrol) dibongkar dan dihitung mortalitas rayap pada masingmasing media pengujian dengan menggunakan formula : dimana : N 1 = Jumlah rayap awal N 2 = Jumlah rayap yang mati pada akhir masa pemaparan Analisis data Data yang diperoleh (mortalitas rayap dan kehilangan berat umpan) dianalisis dengan Sidik Ragam (Analysis of Variance) SPSS 16.0 dengan taraf uji

6 5% dan 1% untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan dengan pola rancangan acak lengkap (RAL). HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Umpan Hexaflumuron Konsumsi umpan hexaflumuron tertinggi terjadi pada formulasi pelet, yaitu dengan kehilangan berat mencapai 49,43% dan rata-rata konsumsi termitisida mencapai 15,63 gram, sedangkan kehilangan berat formulasi blok hanya mencapai 8,52%, dengan rata-rata konsumsi termitisida sebesar 2,75. Di pihak lain, kehilangan berat pada kontrol yaitu sebesar 16,76% dengan rata-rata konsumsi sebesar 4,45 gram (Gambar 6). 49,43 Kehilangan Berat (%) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 16,12 8,52 Pelet Blok Kayu Kontrol Formulasi Gambar 6 Kehilangan berat umpan hexaflumuron setelah empat minggu pemaparan umpan hexaflumuron terhadap C. curvignathus. Dari hasil analisis keragaman diketahui bahwa formulasi mempengaruhi kehilangan berat umpan. Selanjutnya, berdasarkan uji Duncan terlihat bahwa jenis formulasi blok dan formulasi pelet berbeda nyata (Lampiran 2). Kehilangan berat formulasi pelet akibat dikonsumsi oleh rayap C. curvignathus juga jauh lebih besar dari pada kehilangan berat formulasi blok (Gambar 7). Hal ini menunjukan bahwa keterpaparan (exposure) formulasi pelet terhadap rayap tanah C. curvignathus lebih efektif dibandingkan formulasi blok. Namun begitu aktivitas hexaflumuron di dalam tubuh rayap tidak dipengaruhi oleh dosis bahan aktifnya. Menurut Diba (1999) seberapapun banyaknya hexaflumuron yang dikonsumsi oleh rayap, efek racunnya tidak akan muncul sampai rayap mengalami ganti kulit.

Hal ini pun dibuktikan dalam penelitian Karl A H dan Michael K R (2005) yang mengungkapkan bahwa hexaflumuron kurang bergantung pada banyaknya dosis, lebih tergantung pada waktu berbeda dengan termitisida konvensional seperti organofosfat atau piretroid. Perilaku makan rayap di laboratorium berbeda dengan perilaku makan rayap pada habitat aslinya. Dalam kondisi laboratorium, rayap perlu melakukan penyesuaian terhadap keadaan lingkungannya yang baru, yang meliputi penyesuaian terhadap kelembaban, ketersediaan makanan, kondisi ekologis dan suhu termitarium. Pada tahap awal, rayap akan melakukan penyesuaian terhadap habitat ekologis buatan dalam termitarium dan hal ini membawa dampak pada aktivitas makan rayap (Diba F 1999). 7 (a) (b) Gambar 7 Umpan formulasi balok (a) dan pelet (b) setelah empat minggu pengumpanan. Hasil penelitian menunjukan bahwa palatabilitas formulasi blok lebih sedikit daripada formulasi pelet. Rayap C. curvignathus lebih aktif mengkonsumsi formulasi pelet karena luas permukaan termitisida tersebut pada dosis/berat yang sama jauh lebih besar daripada luas permukaan formulasi blok. Selain itu, rayap akan memilih tipe makanan yang paling sesuai, yaitu yang banyak selulosa, mudah digigit, dan dikunyah. Dengan gigitannya yang bersifat mekanis, maka tipe makanan yang keras akan ditinggalkan bila makanan yang lebih lunak tersedia Tarumingkeng (1993). Di pihak lain, hal ini menunjukkan bahwa umpan rayap hexaflumuron dapat diterima rayap sebagai makanan (non repellent) dan menarik bagi rayap karena mengandung selulosa dan cukup lunak. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas hexaflumuron dalam tubuh rayap adalah temperatur. Menurut French (1996) aktivitas makan rayap akan menurun sejalan dengan menurunnya temperatur. Sebaliknya pada temperatur panas, aktivitas makan rayap akan semakin meningkat. Umpan rayap hexaflumuron memiliki sifat racun yang bekerja secara lambat sehingga rayap yang mengkonsumsiya tidak langsung menunjukkan gejala kematian. Menurut Su (1995) rayap yang telah mengkonsumsi hexaflumuron

8 tidak akan menunjukkan gejala kematian segera, tetapi terjadi dalam beberapa minggu kemudian, yaitu pada saat rayap akan melakukan proses ganti kulit. Namun begitu hexaflumuron merupakan umpan rayap yang ramah lingkungan. Penelitian yang dilakukan Philip A et al (2001) di kebun jeruk Florida, Amerika Serikat dimana hexaflumuron digunakan untuk mengeliminasi rayap tanah Reticulitermes spp. Hexaflumuron mampu menghindari penggantian lebih dari 200 pohon jeruk akibat serangan Reticulitermes spp, dan keadaan perkebunan tetap subur. Mortalitas Rayap Setelah dilakukan pemberian umpan hexaflumuron selama empat minggu, rayap yang mengkonsumsi umpan hexaflumuron menunjukkan gejala kematian. Mortalitas rayap C. curvignathus yang tertinggi terjadi pada formulasi pelet yaitu sebesar 100%, sedangkan pada formulasi blok mortalitasnya adalah 96.96%. Sementara itu pada perlakuan kontrol nilai mortalitas rayap hanya mencapai 6.43% (Gambar 8). 100 96,96 Mortalitas (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pelet Blok Kayu Kontrol Formulasi 6,43 Gambar 8 Mortalitas rayap C. curvignathus setelah pemaparan umpan hexaflumuron selama empat minggu. Berdasarkan analisis sidik ragam, diketahui bahwa faktor jenis perlakuan formulasi blok maupun formulasi pelet sangat mempengaruhi mortalitas rayap C. curvignathus sehingga terdapat perbedaan mortalitas yang jelas antara bejana yang diberi perlakuan dengan menggunakan formulasi blok dan formulasi pelet dengan bejana control (Lampiran 4). Pada bejana kontrol aktifitas rayap masih dapat terlihat jelas setelah empat minggu pengumpanan (Gambar 9).

9 Gambar 9 Kayu umpan (kontrol) yang diserang rayap Coptotermes curvighnathus. Selanjutnya, berdasarkan Uji Duncan diketahui bahwa mortalitas rayap C. curvignathus akibat umpan hexaflumuron formulasi blok tidak berbeda nyata dengan umpan hexaflumuron formulasi pelet, mortalitas rayap pada formulasi blok dan formulasi pelet lebih tinggi daripada mortalitas pada perlakuan kontrol. Dengan kata lain, kedua jenis bahan pengawet ini mampu berfungsi sebagai umpan rayap (termite bait) dan memiliki efikasi yang tinggi terhadap mortalitas rayap C. curvignathus. Sejalan dengan itu penelitian Robertson dan Su (1995) menunjukkan bahwa hexaflumuron diterima rayap sebagai makanan dan mampu mengeliminasi koloni rayap tersebut. Hexaflumuron akan mempengaruhi kerja enzim, khususnya pada kerja enzim khitinase. Hexaflumuron akan menghambat pembentukan khitin rayap pada saat rayap berganti kulit, sehingga kutikula rayap tidak dapat terbentuk dengan sempurna. Akibat selanjutnya adalah integumen rayap tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai pelindung tubuh dan rayap mengalami dehidrasi, kemudian rayap akan mengalami kematian. (Su et all. 1995). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Umpan hexaflumuron baik formulasi blok maupun formulasi pelet mampu mengeliminasi koloni rayap tanah C. curvignathus selama empat minggu di laboratorium. Dalam hal ini, keampuhan termitisida formulasi blok tidak berbeda nyata dengan keampuhan termitisida formulasi pelet. 2. Ketermakanan umpan rayap formulasi pelet yaitu dengan rata-rata mencapai 49,43% dan rata-rata konsumsi umpan sebesar 15,63 gram lebih tinggi

10 terhadap ketermakanan umpan rayap formulasi blok dengan rata-rata sebesar 8,52% dan rata-rata konsumsi sebesar 2,75 gram. Dalam hal ini, palatabilitas termitisida formulasi blok oleh rayap tanah C. curvignathus lebih rendah daripada palatabilitas termitisida formulasi pelet. Saran Uji efikasi lapangan perlu dilakukan untuk mengetahui dosis optimal formulasi blok dan formulasi pelet dalam mengeliminasi koloni rayap tanah C. curvignathus di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Diba F. 1999. Pengujian Keampuhan umpan hexaflumuron terhadap koloni rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae) secara laboratoris. [Tesis]. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. French J R J. 1996. Subterranean termite, Reticulitermes spp (Isoptera : Rhinotermitidae), colony response to baiting with hexaflumuron using prototype commercial termite baiting system. Journal of Entomological Science 31 : 143 151. USA. Karl A, Michael K R. 2005. Effect of hexaflumuron on mortality of the Western subterranean termite (Isoptera: Rhinotermitidae) during and following exposure and movement of hexaflumuron in termite groups. Journal of Pest Management Science 61 : 517 531. Nandika D, Tambunan B. 1989. Deteriorasi kayu oleh faktor biologis. PAU Bioteknologi IPB. Bogor. Nandika D, Rudi. 1999. Termite resistancy of some Indonesian timber species hayati 6 (2) : 12-15. Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap biologi dan pengendaliannya. Muhammadiyah University Press. Surakarta. Philip A, N Y Su, James M C. 2001. Management of subterranean termites, Reticulitermes spp. (Isoptera: Rhinotermitidae) in a citrus orchard with hexaflumuron bait. Journal of Crop Protection 20 : 199-206. Rahmawati. 1996. Prakiraan kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di Indonesia. [Skirpisi] Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Robertson dan Su N Y. 1995. Discovery of an affective slow-acting insect growth regulator for controlling subterranean termites. Journal Down To Earth 50 (1) : 1-7. USA. Scheffrahn R H dan N Y Su. 1991. Laboratory evaluation of two slow acting toxicants againts Formosan and Eastern subterranean termites (Isoptera : Rhinotermitidae). Journal of Econ Entomol 84 : 170-175. USA. Su N Y. 1991. Evaluation of bait-toxicants for supression of subterranean termite populations. Sociobiology 19 : 211-220. USA

-----------. 1994. Field evaluation of a hexaflumuron bait for population suppression of subterranean termites (Isoptera: Rhinotermidae). Journal of Economic Entomology 87 : 389 397. USA Su N Y, Thoms E M, Ban P MM, Scheffrahn R H. 1995. Monitoring/baiting station to detect and eliminate foragging populations of subterranean termites (Isoptera: Rhinotermitidae) near structures. Journal of Economic Entomology 88 : 932 936. USA Tarumingkeng R C. 1992. Insektisida : sifat, mekanisme kerja dan dampak penggunaannya. Ukrida Press : Jakarta 11

12 Lampiran 1 Kehilangan berat umpan hexaflumuron 0.5% Perlakuan Ulangan BKT awal (gram) BKT akhir (gram) Kehilangan berat (%) Konsumsi Umpan (gr) Pelet 1 32,10 16,06 49,96 16,04 2 30,55 13,63 55,39 16,92 3 33,58 17,76 47,10 15,82 4 29,85 17,52 41,33 12,34 5 31,92 14,88 53,39 17,04 Rata-rata 49,43 15,63 Blok 1 33,31 30,65 7,99 2,66 2 32,46 28,62 11,82 3,84 3 31,92 30,41 4,73 1,51 4 30,51 27,82 8,83 2,69 5 32,89 29,86 9,22 3,03 Rata-rata 8,52 2,75 Kontrol 1 31,25 28,04 10,25 3,20 2 23,74 18,22 23,26 5,52 3 28,81 24,79 13,95 4,02 4 27,66 22,18 19,81 5,48 5 30,12 26,11 13,31 4,01 Rata-rata 16,12 4,45

Lampiran 2 Uji analisis sidik ragam kehilangan berat termitisida hexaflumuron 0.5% 13 ANOVA Kberat Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 4433.769 2 2216.885 85.574.000 Within Groups 233.155 9 25.906 Total 4666.924 11 kberat perlaku an N Subset for alpha = 0.05 1 2 Duncan a 2 5 8.5180 3 2 16.7550 1 5 49.4320 Sig..066 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,333.

14 Lampiran 3 Mortalitas Rayap Tanah C. curvignathus Perlakuan Ulangan Jumlah Rayap Awal Jumlah Rayap Akhir Mortalitas (%) Pelet 1 2000 0 100 2 2000 0 100 3 2000 0 100 4 2000 0 100 5 2000 0 100 Rata-rata 100 Blok 1 2000 0 100 2 2000 0 100 3 2000 171 91,45 4 2000 0 100 5 2000 133 93,35 Rata-rata 96,96 Kontrol 1 2000 1796 10,20 2 2000 1929 3,55 3 2000 1886 5,7 4 2000 1902 4,9 5 2000 1844 7,8 Rata-rata 6,43

15 Lampiran 4 Uji analisis sidik ragam mortalitas rayap tanah C. curvignathus ANOVA mortalitas Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 14008.897 2 7004.449 676.190.000 Within Groups 93.228 9 10.359 Total 14102.126 11 mortalitas perlaku an N Subset for alpha = 0.05 1 2 Duncan a 3 2 6.8750 2 5 96.9600 1 5 100.0000 Sig. 1.000.254 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,333.

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 November 1990 dari ayah Ade Irman dan ibu Sri Dewi Swastika. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri IPB dan diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti beberapa kegiatan organisasi seperti Himpunan Profesi HIMASILTAN sebagai anggota Divisi Eksternal pada tahun 2011 dan anggota kelompok minat TPMK HIMASILTAN pada tahun 2012. Penulis juga mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Sancang Timur dan Hutan Gunung Papandayan pada tahun 2011, Praktek pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2012, dan pada bulan Februari-April 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di CV. Joko Joyo Jati Furniture, Jepara, Jawa Tengah. Penulis juga terlibat dalam beberapa kepanitian yang diselenggarakan oleh HIMASILTAN pada rentang waktu 2010 2012.