BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penetian ini dilakukan pada semester 1 tahun ajaran 2016/2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. IPS sejarah dengan menerapkan model pembelajarankartu Domino. Siswa kelas X-B berjumlah 37 siswa terdiri dari :

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang diperlukan oleh penulis. Subjek penelitiannya yaitu siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai

III. METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini terfokus pada peserta didik SD Negeri 1 Gedong Tataan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karaktersistik Subjek Penelitian. Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD 06 Bulungcangkring

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Wetan Kabupaten Karawang. SDN Cilamaya I merupakan sekolah tempat penulis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODEI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perbaikan dalam berbagai aspek. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB III METODE PENELITIAN. yang layak untuk melakukan PTK adalah guru di kelasnya sendiri. Lebih rinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjaya (2009: 26) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan proses

BAB III METODE PENELITIAN

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan penelitian, desain penelitian, faktor-faktor yang diamati, rencana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Tempat Penelitian : Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Karangwangkal Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas pada dasarnya adalah penelitian yang dikembangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (PTK) atau disebut classroom action research.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

BAB III RENCANA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Room Action

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research, yaitu satu action research yang

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

BAB III METODE PENELITIAN. Jika akar permasalahan sudah diketahui, alternatif berikutnya adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 1

B. Model Penelitian Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari beberapa model yaitu: Model PTK Kurt Lewin Model PTK Kemmis dan Mc Taggart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan subyek/obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tindakan Kelas ini adalah mulai bulan November Negeri 1 Pajerukan. Desa Pajerukan, Kecamatan Kalibagor.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tindakan kelas ini dibagi menjadi 2 siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang memfokuskan pada proses belajar di kelas. Peserta didik menjadi subjek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian menurut Nana Sudjana menekankan kepada cara

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran sejarah dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal Aqib,dkk. 2011:144) berpendapat bahwa penelitian tindakan merupakan suatu kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas praktik. Waktu yang digunakan untuk pelaksaan penelitian Siklus I pada tanggal 28 Oktober 2011 dan Siklus II tanggal 4 November 2011. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-5 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Siswa kelas X-5 berjumlah 29 orang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki, yang mempunyai karakteristik pada hasil UTS semester gasal tahun ajaran 2011/2012 belum semua siswa tuntas dalam mata pelajaran sejarah sesuai dengan KKM (65). C. Bentuk Penelitian Adapun bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berkolaborasi dengan melibatkan guru mata pelajaran sejarah, untuk bersama-sama melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti 31

bertindak sebagai pengajar, sedangkan guru mata pelajaran sejarah bertindak sebagai observer. D. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari: 1. Siswa Subjek dalam penelitian ini adalah siswa, yang sekaligus sebagai sumber data untuk mengetahui hasil belajar, aktivitas selama pembelajaran berlangsung dan respon atau tanggapan terhadap model pembelajaran make a match yang diterapkan pada saat proses belajar mengajar mata pelajaran sejarah. 2. Guru Aktivitas guru banyak berfungsi sebagai fasilitator yang melayani para siswa, baik dalam menjelaskan konsep pembelajaran maupun teknis operasional pembelajaran (Mulyasa, 2009:188). Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti sendiri. Data yang dapat diperoleh dari guru adalah aktivitas guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran sejarah. 3. Observer dan kolaborator Bertindak sebagai observer sekaligus kolaborator dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah guru pamong mata pelajaran sejarah SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Observer mencatat semua kejadian yang ada dalam proses pembelajaran dalam lembar 32

pengamatan (observasi) yang sudah disediakan. Data yang dapat diperoleh dari observer yakni hasil pengamatan dari aktivitas siswa dan guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan penerapan model pembelajaran make a match. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Tes Tes sebagai alat penilaian disusun berupa butir-butir soal yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, tulisan atau tindakan (Nana Sudjana, 1989:35). Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa, terutama aspek kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tes dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur belajar siswa (Slameto, 1986:34). Bentuk tes yang peneliti pilih untuk pengumpulan data adalah tes tertulis bentuk uraian (esay) dan pilihan ganda. Tes bentuk uraian (esay) merupakan tes dengan kegiatan menguraikan jawaban pertanyaan secara jelas dan lengkap. Sedangkan, tes bentuk pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. 33

2. Observasi (Pengamatan) Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya (Slameto, 1986:108). Menurut Sudjana (1990:84) observasi dapat mengukur atau menilai proses belajar, misalnya tingkah laku siswa dan guru pada saat proses belajar mengajar. Observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan setiap siklus, untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa. Lembar pengamatan guru digunakan oleh observer pada waktu guru melaksanakan proses pembelajaran dan lembar aktivitas siswa yang dilengkapi dengan penilaian sikap siswa digunakan oleh observer untuk memantau kegiatan siswa pada waktu melakukan kegiatan pembelajaran. 3. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang silabus mata pelajaran sejarah, nilai rata-rata mata pelajaran sejarah siswa kelas X-5 pada tengah semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012, buku atau materi pelajaran sejarah dan daftar siswa kelas X-5. Foto digunakan untuk mendokumentasikan data tentang peristiwa yang terjadi dalam proses pembelajaran (Zainal Aqib, 2011:157). Setiap kegiatan yang terjadi di kelas baik yang dilakukan oleh guru, siswa maupun observer didokumentasikan dengan foto. Alat elektronik ini dapat membantu peneliti dalam mendeskripsikan kegiatan selama penelitian tindakan kelas. 34

4. Angket Angket atau kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaanpertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh siswa (Slameto, 1986:153). Dalam pengumpulan data ini angket dibuat dalam bentuk chek-list agar lebih efisien, pelaksanaannya mudah, cepat dan hasil yang diperoleh banyak. Sebagaimana pendapat Kunandar (2011:173) bahwa dalam realitanya wawancara dan angket merupakan instrumen penelitian yang paling efektif untuk memperoleh data atau informasi dari responden tentang suatu masalah atau topik penelitian. Lembar angket dibagikan kepada siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Angket berfungsi untuk mendapatkan data tentang respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran sejarah. 5. Diskusi Diskusi dilaksanakan antara peneliti dengan kolaborator atau observer setelah proses pembelajaran selesai. Peneliti dan observer mendiskusikan secara bersama-sama hasil observasi yang dijadikan catatan lapangan untuk langkah-langkah berikutnya. Disini, hubungan kemitraan antara peneliti dan pengamat terjalin secara positif dan saling membantu. 35

F. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dalam penelitian tindakan kelas ini, merujuk pada model Kemmis dan McTaggart, yang pada hakikatnya berupa perangkatperangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) yang keempatnya merupakan satu siklus (Tukiran dkk, 2010:24, adaptasi Depdiknas, 1999:21). Keempat langkah model Kemmis dan McTaggart tersebut diatas dapat digambarkan sebagai berikut: PLAN REFLECT SIKLUS I ACT & OBSERVE REVISED PLAN REFLECT SIKLUS II ACT s & OBSERVE Gambar 2. PTK model Kemmis dan McTaggart 36

Peneliti melaksanakan dua siklus sebagai dasar dalam penelitian tindakan kelas dan tiap siklus telah dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. SIKLUS I 1. Tahap Perencanaan (Planning) meliputi: a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Dasar dalam silabus. b. Menyiapkan instrumen (angket siswa, lembar pengamatan siswa dan guru). c. Merancang format evaluasi (Post Tes) dan kunci jawabannya. d. Menyiapkan materi pembelajaran dan media pembelajaran yang diperlukan (kartu soal dan kartu jawaban dengan warna yang berbeda). e. Merancang pembelajaran dengan membentuk dua kelompok belajar siswa, tiap kelompok beranggotakan 14-15 siswa yang saling berpasangan dan berhadapan. 2. Tahap Tindakan (Action) meliputi: Kegiatan Awal a. Menyiapkan LCD dan kartu-kartu yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. b. Mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi pembelajaran. 37

c. Siswa diberi penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran make a match. Kegiatan Inti a. Dengan metode ceramah bervariasi, guru menjelaskan materi pelajaran mengenai tradisi sejarah masyarakat di Indonesia masa aksara pada awal perkembangan Hindu-Buddha. b. Guru membagi kelas dalam dua kelompok belajar siswa (kelompok A untuk soal dan kelompok B untuk jawaban) secara heterogen yang saling berpasangan dan berhadap-hadapan. c. Siswa dibagikan satu kartu soal dan satu kartu jawaban, dan tiap siswa harus mencocokkan antara kartu soal yang sesuai dengan kartu jawaban, begitu sebaliknya dengan batasan waktu. d. Guru berkeliling untuk memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap siswa yang belum memahami pembelajaran. e. Siswa yang sudah mendapat pasangan melaporkan hasilnya kepada guru, kemudian siswa saling duduk berdekatan. f. Siswa diberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan kartu tersebut dengan menuliskan kunci jawaban di papan tulis. g. Secara acak satu pasangan siswa yang mendapat jawaban benar ditunjuk oleh guru untuk mempresentasikan materi yang sudah diperolehnya di depan kelas, yang ditanggapi oleh pasangan kelompok lain. 38

h. Guru memberikan aplaus sebagai penghargaan bagi siswa yang telah melakukan presentasi. i. Siswa dengan dibimbing guru membuat kesimpulan hasil belajar pada materi tersebut. Kegiatan Akhir a. Siswa secara individual mengerjakan post tes di akhir pelajaran. b. Siswa diminta mengisi angket untuk mengetahui tanggapannya terhadap penerapan model pembelajaran make a match. 3. Tahap Observasi (Observation) meliputi: a. Observer mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran sejarah. b. Observer mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran make a match pada lembar pengamatan siswa dan guru. 4. Tahap Refleksi (Reflection) meliputi: a. Siswa masih belum dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan tepat. b. Setelah diberikan konfirmasi jawaban, terdapat dua pasangan siswa yang menjawab salah. c. Beberapa siswa masih merasa malu apabila berhadapan dengan pasangannya. 39

d. Pada saat presentasi terdapat beberapa kelompok terlihat kurang percaya diri. e. Belum semua pasangan dapat mempresentasikan hasilnya karena keterbatasan waktu. f. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan, untuk merencanakan perbaikan tindakan pembelajaran pada siklus berikutnya g. Menganalisa hasil pekerjaan siswa. h. Menganalisa angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran make a match. Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka peneliti merencanakan mengubah strategi pada siklus II agar pelaksanaannya lebih efektif. Pada siklus ini perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran (Sunardi, 2011: 88). SIKLUS II 1. Tahap Perencanaan (Planning) meliputi: a. Identifikasi masalah berdasarkan refleksi pada siklus I. b. Menyusun kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Dasar dalam silabus. c. Menyiapkan kembali instrumen (angket siswa, lembar pengamatan siswa dan guru). 40

d. Merancang kembali format evaluasi (Post Tes) dan kunci jawabannya. e. Menyiapkan materi pelajaran tentang karya sastra masyarakat Indonesia masa aksara (dalam bentuk hand out) yang diberikan kepada siswa sebelum hari pelaksanaan penelitian siklus II, agar siswa dapat mempelajari materi dirumah. f. Menyiapkan kembali media pembelajaran yang diperlukan (kartu soal dan kartu jawaban dengan warna yang berbeda). g. Merancang pembelajaran dengan membentuk tiga kelompok belajar siswa, tiap kelompok beranggotakan 8-10 siswa yang saling berpasangan dan membentuk lingkaran. 2. Tahap Tindakan (Action) meliputi: Kegiatan awal a. Menyiapkan kartu-kartu yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. b. Mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi pembelajaran. c. Siswa diberi penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran make a match. Kegiatan Inti a. Guru memberikan sedikit penjelasan materi penjelasan tentang karya sastra masyarakat Indonesia masa aksara. 41

b. Guru membagi kelas dalam tiga kelompok belajar (kelompok Kitab, kelompok Hikayat dan kelompok Babad). c. Siswa dibagikan satu kartu soal dan satu kartu jawaban sesuai dengan materi kelompoknya, dan tiap siswa harus mencocokkan antara kartu soal yang sesuai dengan kartu jawaban dengan batasan waktu. d. Tiap kelompok dibagikan kertas putih kosong (HVS) untuk menempelkan hasilnya. e. Siswa membacakan kartu soal atau kartu jawaban yang sudah diperolehnya, untuk memudahkan mencari pasangan dalam kelompok. f. Guru berkeliling untuk memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap kelompok yang belum memahami pembelajaran. g. Siswa yang sudah menemukan pasangan jawaban menyusun materi secara utuh. h. Kelompok yang sudah selesai menyusun materi, melaporkan hasilnya kepada guru. d. Siswa diberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan kartu tersebut dengan menuliskan kunci jawaban di papan tulis. e. Secara acak satu kelompok ditunjuk oleh guru untuk mempresentasikan materi yang sudah diperolehnya di depan kelas, dan ditanggapi oleh kelompok lain. 42

f. Setelah tiap kelompok selesai presentasi, guru memberikan penjelasan tambahan materi dari topik yang telah dipresentasikan oleh kelompok. g. Guru memberikan aplaus bagi kelompok yang sudah selesai presentasi. h. Melanjutkan presentasi kelompok, begitu seterusnya sampai semua kelompok dapat mempresentasikan materinya. i. Mengulang permainan dengan langkah-langkah seperti di atas tetapi tiap kelompok berganti materi, dan presentasi dilakukan tiap pasangan siswa. j. Siswa dengan dibimbing guru membuat kesimpulan hasil pada materi tersebut. Kegiatan akhir: a. Siswa secara individual mengerjakan post tes di akhir pelajaran. b. Siswa kembali diminta mengisi angket untuk mengetahui tanggapannya terhadap penerapan model pembelajaran make a match. 3. Tahap Observasi (Observation) meliputi: c. Observer mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran sejarah. 43

d. Observer mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran make a match pada lembar pengamatan siswa dan guru. 4. Tahap Refleksi (Reflection) meliputi: a. Antusias siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sangat baik, terlihat semua siswa aktif. b. Siswa telah dapat memanfaatkan waktu dengan baik. c. Kelancaran siswa dalam mengemukakan pendapat pada saat presentasi. d. Setelah diberikan konfirmasi jawaban, hanya terdapat satu pasangan siswa yang menjawab salah. Dari refleksi siklus II dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan ketuntasan klasikal mencapai 90% pada mata pelajaran sejarah, sehingga kegiatan penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. G. Indikator Keberhasilan Adapun yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah meningkat, yaitu nilai rata-rata klasikal sudah mencapai lebih dari sembilan puluh (>90) dan ketuntasan minimum kelas 95 %. H. Analisis Data Langkah selanjutnya setelah data-data diperoleh adalah menganalisis serta mengolah data. Penelitian tindakan kelas ini 44

menggunakan analisa deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan dan memaparkan data hasil belajar siswa antara kondisi awal dengan siklus 1, membandingkan dan memaparkan hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa serta tanggapan siswa terhadap model pembelajaran make a match antara siklus 1 dan siklus 2. Sedangkan untuk menghitung prosentase ketuntasan kelas digunakan analisa kuantitatif dengan rumus: % = N n x 100 Keterangan: % = prosentase ketuntasan kelas n = jumlah siswa tuntas N = jumlah siswa keseluruhan (Muh. Ali, 1993:186) 45