BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

WAWANCARA NARASUMBER KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi perkembangan negara dalam satu dekade terakhir ini menunjukkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI.

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

bahwa Penggugat memiliki tunggakan pajak sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI. melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi merupakan tahap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB IV PEMBAHASAN. sebelumnya. Pembahasan meliputi aspek-aspek penting yang perlu. diperhatikan dan selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

Penagihan Pajak. a. Pengertian Penagihan Pajak b. Sifat Utang Pajak c. Tatacara Penagihan Pajak (siklus) d. Pencairan Tunggakan

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar Hukum Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan di KPP Pratama

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sumber pendapatan kas negara yang digunakan untuk

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian pajak sehingga mudah untuk dipahami. Perbedaannya hanya terletak

BAB II KAJIAN TEORITIS. Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG

Pengertian Penagihan Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penanggung Pajak di. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Selatan.

BAB II LANDASAN TEORI

TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2006

bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00097/107/12/029/15 tanggal 28 September 2015 tidak termasuk

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

BUPATI BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. prosedur penagihan piutang pajak secara aktif. Selama kegiatan kerja praktek

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak.

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK (II) Dosen Pengampu: Adhi Prakosa, M. Sc

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian, Unsur, dan Fungsi Pajak. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

BAB III GAMBARAN DATA. A. Ketentuan - Ketentuan Mengenai Perpajakan. Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR

Transkripsi:

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah lembaga pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Adapun jumlah rencana penerimaan dan jumlah realisasi penerimaan pajak PPh dan PPN dari tahun 2010, 2011, dan 2012 yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran dapat di lihat dari tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Jumlah Rencana Penerimaan Dan Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak PPh dan PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran No. Tahun Rencana Realisasi Penerimaan PPh Penerimaan PPh dan PPN (Rp) dan PPN (Rp) 1 2010 1.036.237.829.266 993.985.159.897 2 2011 1.193.514.749.850 1.180.083.398.365 3 2012 1.334.388.254.148 1.309.578.384.335 Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran 51

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa jumlah realisasi penerimaan pajak dari PPh dan PPN dari tahun 2010, 2011 sampai dengan 2012 masih dibawah target rencana penerimaan pajak dari PPh dan PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Di tahun 2010 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran menargetkan penerimaan pajak dari PPh dan PPN sebesar Rp 1.036.237.829.266 namun kenyataannya hanya terealisasi sebesar Rp 993.985.159.897. Dengan kata lain, tahun 2010 pencapaian penerimaan pajak dari PPh dan PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sebesar 95%. Berbeda dengan tahun 2011. Pada tahun 2011 hampir 100% tercapai target penerimaan pajak dari PPh dan PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Pada tahun 2011 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran menargetkan penerimaan pajak dari PPh dan PPN sebesar Rp 1.193.514.749.850 dan yang terealisasi sebesar Rp 1.180.083.398.365. Di tahun 2011 % pencapaian penerimaan pajak mencapai 98,8%. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 95%. Lalu pada tahun 2012 rencana penerimaan pajak dari PPh dan PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sebesar Rp 1.334.388.254.148 dan yang terealisasi sebesar Rp 1.309.578.384.335. Ini berarti pada tahun 2012 target pencapaian penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sebesar 98,1%. Dari data di atas maka dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan pajak dari PPh dan PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran masih belum melampaui target yang diinginkan sehingga pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus melakukan langkah penagihan pajak terhadap Wajib Pajak yang belum melunasi utang pajaknya. 52

4.2 Wajib Pajak Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. 4.2.1 Wajib Pajak Terdaftar Wajib Pajak terdaftar dan/atau PKP terdaftar adalah Wajib Pajak dan/atau PKP yang telah terdaftar dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak dan telah diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP). Adapun total Wajib Pajak terdaftar yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran dapat kita lihat di bawah ini: Tabel 4.2 Wajib Pajak Terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Wajib Tahun No. Pajak 2010 2011 2012 1 Badan 10.178 10.917 11.715 2 OP 63.556 68.156 72.329 Total 73.734 79.073 84.044 Sumber:Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran 53

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa jumlah Wajib Pajak yang terdaftar baik badan dan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran mengalami peningkatan tiap tahunnya. Total Wajib Pajak terdaftar tahun 2010 sebanyak 73.734 Wajib Pajak, lalu tahun 2011 sebanyak 79.073 Wajib Pajak, dan 2012 sebanyak 84.044. Selisih total Wajib Pajak terdaftar tahun 2011 dan 2010 sebanyak 5.339 Wajib Pajak, dengan perincian selisih Wajib Pajak Badan sebesar 739 Wajib Pajak dan Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar 4600 Wajib Pajak. Artinya dari tahun 2010 sampai 2011 ada total 5.339 Wajib Pajak baru yang terdaftar. Sedangkan selisih total Wajib Pajak terdaftar tahun 2012 dengan tahun 2011 sebanyak 4.971 Wajib Pajak, dengan perincian selisih Wajib Pajak Badan sebesar 798 Wajib Pajak dan Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar 4.173 Wajib Pajak. Artinya 54

dari tahun 2011 sampai 2012 ada total 4.971 Wajib Pajak baru yang terdaftar. Jadi tiap tahun Wajib Pajak Badan maupun Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran mengalami kenaikan atau peningkatan. Dari hasil wawancara di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran usaha Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar di antaranya dengan mengadakan kegiatan ekstensifikasi yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama melalui Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, lalu dengan membuka stand di kampus dengan tujuan agar mahasiswa dapat memahami tentang wajib pajak terdaftar, dan dengan membuka stand di acara besar seperti PRJ (Pekan Raya Jakarta). 4.2.2 Wajib Pajak Efektif Wajib Pajak efektif adalah Wajib Pajak yang memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya berupa memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan atau Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan sebagaimana mestinya. Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE 89/PJ/2009 Tentang Tata Cara Penanganan Wajib Pajak Non Efektif Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak non Efektif yang selanjutnya disebut dengan WP NE adalah Wajib Pajak yang melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya baik berupa pembayaran maupun penyampaian Surat Pemberitahuan Masa dan/atau Surat Pemberitahuan Tahunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yang nantinya dapat di aktifkan kembali. Adapun total Wajib Pajak efektif yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran dapat kita lihat sebagai berikut: 55

Tabel 4.3 Wajib Pajak Efektif pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Wajib Tahun No. Pajak 2010 2011 2012* 1 Badan 2.201 2.829 488 2 OP 19.108 23.048 5.878 Total 21.309 25.877 6.366 *Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Per 31 Mei 2013 *Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Per 31 Mei 2013 *Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Per 31 Mei 2013 Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa jumlah Wajib Pajak efektif yang menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan atau Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan sebagaimana mestinya mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang 56

berjumlah 21.309 menjadi 25.877 di tahun 2011. Maka terjadi peningkatan sebesar 4.568 Wajib Pajak efektif, dengan perincian selisih Wajib Pajak efektif Badan tahun 2010 dengan tahun 2011 sebesar 628 Wajib Pajak efektif dan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi selisihnya sebesar 3.940 Wajib Pajak efektif. Sedangkan di tahun 2012 masih angka sementara karena hingga saat ini masih dalam proses pengadministrasian. Jadi di tahun 2012 jumlah Wajib Pajak efektif per 31 Mei 2013 sebesar 6.366 dengan perincian Wajib Pajak efektif Badan sebesar 488 Wajib Pajak efektif dan untuk Wajib Pajak efektif Orang Pribadi sebesar 5.878 Wajib Pajak efektif. Tabel 4.4 Tabel Perbandingan Wajib Pajak Terdaftar dengan Wajib Pajak Efektif pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Wajib Pajak Terdaftar Wajib Pajak Efektif Wajib Tahun Wajib Tahun No. Pajak 2010 2011 2012 1 Badan 10.178 10.917 11.715 2 OP 63.556 68.156 72.329 Total 73.734 79.073 84.044 No. Pajak 2010 2011 2012* 1 Badan 2.201 2.829 488 2 OP 19.108 23.048 5.878 Total 21.309 25.877 6.366 *Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Per 31 Mei 2013 Tidak semua Wajib Pajak yang terdaftar itu efektif. Di tahun 2010 Wajib Pajak Badan yang tidak efektif sebanyak 7.977 Wajib Pajak Badan sedangkan Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak efektif sebanyak 44.448 Wajib Pajak. Ini artinya 57

52.425 Wajib Pajak merupakan Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan atau Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan sebagaimana mestinya. Sedangkan di tahun 2011 Wajib Pajak Badan yang tidak efektif sebanyak 8.088 Wajib Pajak Badan sedangkan Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak efektif sebanyak 45.108 Wajib Pajak. Ini artinya sebanyak 53.196 Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan atau Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan sebagaimana mestinya. Ini artinya masih banyak Wajib Pajak yang belum sadar untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan atau Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Dari hasil wawancara di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran masih banyak Wajib Pajak yang belum melaporkan SPT dikarenakan masih banyak Wajib Pajak yang tidak mengerti tentang perpajakan sehingga Wajib Pajak tidak mengetahui kapan harus melaporkan SPT. Lalu banyak Wajib Pajak Badan yang mendirikan usaha tetapi sudah tidak aktif lagi sehingga Wajib Pajak yang terdaftar cenderung lebih sedikit yang melaporkan SPT Tahunannya. 4.3 Penerbitan Surat Teguran Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo, adapun jangka waktu Penerbitan Surat Teguran adalah 7 (tujuh) hari, sejak jatuh tempo atas Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP). 58

Berdasarkan data keterlambatan pembayaran tunggakan pajak yang diperoleh dari sistem, Juru Sita Pajak mencetak konsep Surat Teguran penagihan dan meneruskannya kepada kepala seksi penagihan. Surat Teguran penagihan tersebut dicetak minimal rangkap 2 (dua), yang selanjutnya lembar pertama diberikan untuk Wajib Pajak dan lembar kedua untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Kepala seksi penagihan pajak meneliti dan memarafkan konsep Surat Teguran penagihan dan meneruskannya kepada kepala kantor pelayanan pajak, tetapi jika dalam hal ini kepala seksi penagihan pajak tidak menyetujui maka Juru Sita Pajak harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut sampai disetujui oleh kepala seksi penagihan pajak dan ditanda tangani oleh kepala kantor pelayanan pajak. Setelah semua proses tersebut di atas, Surat Teguran penagihan paksa dikembalikan kepada kepala seksi penagihan pajak untuk ditata usahakan dan dikirimkan ke Wajib Pajak yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk mencatat Surat Teguran pada kartu pengawasan tunggakan pajak. Kemudian Surat Teguran di arsipkan dan disampaikan kepada sub bagian umum untuk dikirim kepada Wajib Pajak. Berikut di bawah ini data jumlah Surat Teguran dan jumlah tunggakan yang belum dibayar setelah Surat Teguran diterbitkan dari tahun 2010, 2011, dan 2012 yang diperoleh penulis dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran: 59

Tabel 4.5 Jumlah Surat Teguran dan Jumlah Tunggakan pada Surat Teguran di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran No Tahun Jumlah Surat Teguran 1 2010 1325 lembar 2 2011 1307 lembar 3 2012 1551 lembar Jumlah utang pajak (Rp) Jumlah utang pajak terealisasi (Rp) Jumlah Surat Teguran Yang Terealisasi 42.252.669.369 1.778.039.582 530 lembar 13.431.351.485 2.060.949.044 522 lembar 24.809.869.813 1.132.396.411 620 lembar Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Dari hasil penelitian atas Surat Teguran di seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran selama tahun 2010 Surat Teguran yang terbit sebanyak 1.325 lembar dengan jumlah utang pajak sebanyak Rp 42.252.669.369 dan telah terealisasi sebanyak 530 lembar surat teguran dengan nilai utang pajak yang terealisasi sebesar Rp 1.778.039.582. Pada tahun 2011 Surat Teguran yang diterbitkan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sebanyak 1.307 lembar dengan nilai utang pajaknya Rp 13.431.351.485 dan telah terealisasi sebanyak 522 lembar dengan nilai utang pajak yang terealisasi sebesar Rp 2.060.949.044. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah Surat Teguran yang terbit sebanyak 1.551 lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp 24.809.869.813 dan telah terealisasi sebanyak 620 lembar surat teguran dan dengan nilai utang pajak terealisasi sebesar Rp 1.132.396.411. 60

Dari data di atas dapat dilihat bahwa selama 3 tahun terakhir dari 2010, 2011, sampai 2012 surat teguran yang terealisasi hanya 40% dari jumlah surat teguran yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Menurut hasil wawancara dengan seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran hanya 40% saja surat teguran yang terealisasi dikarenakan Wajib Pajak masih banyak yang mengabaikan surat teguran tersebut sehingga masih banyak yang belum melunasi utang pajaknya sampai 21 hari setelah surat teguran diterbitkan. Disamping itu, Sistem informasi perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sedikit bermasalah beberapa Wajib Pajak yang seharusnya bisa diterbitkan Surat Tegurannya namun tidak diterbitkan Surat Tegurannya dikarenakan adanya sistem informasi perpajakan yang salah dalam pengisian pendataan SPT Wajib Pajak. Penerbitan surat teguran oleh pihak seksi penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sebenarnya sudah cukup efektif dengan sudah terealisasinya surat teguran sebesar 40% di tiap tahunnya dari tahun 2010, 2011, dan 2012, namun masih banyak Wajib Pajak yang belum jera dengan diterbitkannya surat teguran tersebut. Sehingga seksi penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus melakukan langkah selanjutnya sesuai proses penagihan pajak yaitu 21 hari setelah penerbitan surat teguran maka harus diterbitkannya surat paksa kepada Wajib Pajak yang belum melunasi utang pajaknya. 4.4 Penerbitan Surat Paksa Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat Paksa diterbitkan 21 (dua puluh satu) hari setelah 61

diterbitkannya Surat Teguran jika Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya. Surat Paksa diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, terhadap Wajib Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus atau Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan. Jika jumlah utang pajaknya dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding tidak dilunasi oleh Wajib Pajak maka kantor pajak dapat menerbitkan Surat Paksa. Proses penagihan penerbitan Surat Paksa dimulai berdasarkan data Surat Teguran yang sudah lewat waktu dari sistem. Dalam hal ini Juru Sita Pajak meneliti dan mencetak konsep Surat Paksa dan berita acara pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada kepala seksi penagihan, kepala seksi penagihan pajak meneliti dan memaraf konsep Surat Paksa dan berita acara serta meneruskannya kepada kepala kantor pelayanan pajak, yang selanjutnya menyetujui dan menandatangani Surat Paksa yang seterusnya disampaikan kembali kepada Juru Sita Pajak dan Juru Sita Pajak melanjutkannya kepada Wajib Pajak. Juru Sita Pajak membuat sekaligus menandatangani laporan pelaksanaan Surat Paksa (LPSP) dan disampaikan kepada kepala seksi penagihan pajak yang kemudian diteliti oleh kepala seksi penagihan pajak tersebut dan ditanda tanganinya. Kemudian laporan pelaksanaan Surat Paksa tersebut (LPSP) diserahkan kembali kepada Juru Sita Pajak untuk ditata usahakan. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa tersebut ditata usahakan dengan cara dicatat pada kartu pengawasan dan di arsipkan. Juru Sita Pajak kemudian melanjutkan Surat Paksa tersebut kepada Penanggung Pajak dan 62

menuangkan pelaksanaan penyampaian Surat Paksa tersebut dalam laporan pelaksanaan penagihan Surat Paksa. Dalam laporan pelaksanaan Surat Paksa tercantum tanggal pelaksanaan Surat Paksa, Objek Sita dan taksiran harga serta kepada siapa Surat Paksa tersebut disampaikan. Laporan tersebut juga dilampiri dengan Surat Paksa yang telah ditanda tangani oleh Wajib Pajak sebagai bukti bahwa Surat Paksa telah disampaikan. Berikut di bawah ini merupakan data Surat Paksa yang diterbitkan setelah adanya Surat Teguran dari tahun 2010, 2011, dan 2012 serta jumlah utang pajaknya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran: Tabel 4.6 Jumlah Surat Paksa dan Jumlah Tunggakan pada Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran No Tahun Jumlah Surat Paksa Jumlah utang pajak (Rp) Jumlah utang pajak terealisasi (Rp) Jumlah Surat Paksa Yang Terealisasi 1 2010 688 39.779.353.191 6.391.510.913 275 2 2011 569 47.167.433.898 7.814.051.280 227 3 2012 609 13.998.432.584 7.388.820.131 243 Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Dari penelitian di atas yang didapat dari sumber di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran, khususnya di seksi penagihan pajak selama tahun 2010 menunjukkan bahwa telah diterbitkan Surat Paksa sebanyak 688 lembar dengan jumlah utang pajaknya Rp 39.779.353.191 dan jumlah surat paksa yang telah 63

terealisasi sebanyak 275 lembar dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp. 6.391.510.913. Pada tahun 2011 menunjukkan bahwa telah diterbitkan Surat Paksa sebanyak 569 lembar dengan nilai utang pajaknya Rp 47.167.433.898 dan surat paksa yang terealisasi sebesar 227 lembar dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebanyak Rp 7.814.051.280. Menurut wawancara dengan Juru Sita Pajak adanya penurunan di tahun 2011 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 119 lembar dikarenakan belum diterbitkannya Surat Paksa atas beberapa Wajib Pajak karena petugas Juru Sita Pajak menyatakan bahwa jumlah utang pajak atas Wajib Pajak tidak ekonomis untuk diterbitkannya Surat Paksa. Surat Paksa baru dapat diterbitkan jika utang pajak atas nama Wajib Pajak tersebut akan daluarsa. Utang Pajak yang dimaksud adalah uang pajak dengan jumlah sampai dengan Rp 500.000. Pada tahun 2012 seperti yang kita lihat dari tabel di atas terjadi peningkatan dalam penerbitan jumlah Surat Paksa sebanyak 609 lembar dengan nilai utang pajaknya sebesar Rp 13.998.432.584 dan telah terealisasi sebesar 243 lembar surat paksa dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp 7.388.820.131. Dari data di atas dapat dilihat bahwa selama 3 tahun terakhir dari 2010, 2011, sampai 2012 surat paksa yang terealisasi kurang lebih sebesar 40% dari jumlah surat paksa yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Menurut hasil wawancara dengan seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran diterbitkannya Surat Paksa kepada Wajib Pajak sudah menimbulkan efek takut sehingga banyak Wajib Pajak yang melunasi utang pajaknya sehingga jumlah Surat Paksa yang beredar lebih kecil daripada jumlah Surat Teguran yang diterbitkan dan sudah bisa dikatakan efektif dengan diterbitkannya surat paksa tersebut. Namun pada kenyataannya masih ada beberapa Wajib Pajak yang mengabaikan ajakan petugas 64

pajak untuk melunasi tunggakan pajaknya sehingga seksi penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus melakukan tindakan selanjutnya sesuai dengan alur penagihan pajak yaitu dengan menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) setelah 2 x 24 jam setelah diterbitkannya surat paksa kepada Wajib Pajak yang belum juga melunasi utang pajaknya. 4.5 Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang Wajib Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan adalah 2x24 jam atau 2 hari setelah diterbitkannya Surat Paksa. Jika Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya maka Pejabat menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP). Juru Sita Pajak meneliti data tunggakan pajak beserta pelunasannya (SSP/STTS/SSB/bukti Pbk) atau pengurangan keputusan pembetulan/keputusan keberatan putusan banding/keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak/keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, membuat konsep SPMP dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi penagihan pajak. Selanjutnya Kepala Seksi penagihan pajak meneliti dan memaraf konsep SPMP yang kemudian menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Apabila Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SPMP maka SPMP tersebut akan diteruskan kembali kepada kepala seksi penagihan pajak. SPMP yang diterima oleh Juru Sita yang telah disetujui dan pada prakteknya penyitaan itu dilakukan oleh Juru Sita dengan disaksikan oleh dua orang dewasa, penduduk Indonesia, dan dikenal oleh Juru Sita Pajak dan dapat dipercaya. Setelah 65

Juru Sita Pajak melakukan Penyitaan maka Juru Sita Pajak tersebut segera membuat berita acara harga pasar yang wajar, nama alamat, dan tindakan para saksi serta gagalnya penyitaan. Penelitian terhadap berita acara sita yang dibuat oleh Juru Sita Pajak menunjukkan bahwa penyitaan dilakukan terhadap barang bergerak terlebih dahulu, kemudian jika berdasarkan taksiran Juru Sita Pajak menunjukkan bahwa Penyitaan tersebut tidak memenuhi utang pajak dan biaya-biaya penagihan pajak, maka Penyitaan diteruskan kepada barang-barang tidak bergerak. Biasanya kendala utama yang dihadapi oleh Juru Sita Pajak dalam hal melakukan proses penyitaan adalah ditemukannya alamat Wajib Pajak, alamat tidak dikenal atau Wajib Pajak pindah tanpa mekalukan pemberitahuan kepada KPP atau kelurahan setempat. Tabel 4.7 Jumlah SPMP dan Jumlah Tunggakan SPMP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran No Tahun Jumlah SPMP Jumlah utang pajak (Rp) Jumlah utang pajak terealisasi (Rp) Jumlah SPMP Yang Terealisasi 1 2010 25 29.779.353.191 27.481.242.796 23 2 2011 15 34.126.542.300 4.205.985.311 3 3 2012* 34 5.452.165.214 629.206.443 5 Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Per Mei 2013 Menurut data yang di dapat dari Seksi Penagihan Pajak Surat Perintah Melakukan Penyitaan pajak selama tahun 2010 telah diterbitkannya SPMP sebanyak 25 lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp 29.779.353.191 dan telah terealisasi sebanyak 23 lembar SPMP dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp 66

27.481.242.796. Pada tahun 2010 SPMP yang berhasil teralisasi mencapai 92% dari SPMP yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak. Sisa utang pajak yang masih ada akan dilakukan tindakan blokir oleh jurusita pajak. Ini dilakukan untuk mengunci aset tidak bergerak Wajib Pajak yang sebelum dilakukan tindakan lelang. Pada tahun 2011 telah diterbitkan SPMP adalah sebanyak 15 lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp 34.126.542.300 dan sebanyak 3 lembar SPMP yang telah terealisasi dengan jumlah utang pajak yang teralisasi sebesar Rp 4.205.985.311. Pada tahun 2011 SPMP yang terealisasi hanya sebesar kurang lebih 18% dari jumlah SPMP yang diterbitkan dari seksi penagihan pajak. Pada tahun 2011 ada beberapa Wajib Pajak terkena pailit sehingga sisa utang pajak tidak dapat ditagih lagi. Di tahun 2012 telah diterbitkan SPMP adalah sebanyak 34 lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp 5.452.165.214 dan ada 5 lembar SPMP yang telah teralisasi dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp 629.206.443. Pada tahun 2012 penulis hanya mendapatkan data sampai dengan bulan Mei 2013 karena saat ini masih dalam perhitungan. Dari data di atas dapat dilihat bahwa tahun 2010 SPMP yang terealisasi kurang lebih sebesar 92% dari jumlah SPMP yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Sedangkan tahun 2011 hanya sekitar 18% jumlah SPMP yang terealisasi dari jumlah SPMP yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak. Disamping itu di tahun 2011 ada beberapa Wajib Pajak pailit sehingga sisa utang pajak tidak dapat ditagih lagi. Lalu pada tahun 2012 penulis hanya mendapatkan pada per 31 Mei 2013 karena sampai saat ini masih dalam perhitungan. Menurut hasil wawancara dengan seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran diterbitkannya SPMP 67

kepada Wajib Pajak sudah sangat efektif karena sudah menimbulkan efek takut sehingga banyak Wajib Pajak yang melunasi utang pajaknya sehingga tidak dilaksanakannya lelang. Namun pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus dilaksanakan pemblokiran rekening karena ini cara terakhir untuk membekukan aset tidak bergerak milik Wajib Pajak. Adapun tindakan penyitaan hanya dapat dilakukan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan pajak) yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran, tanpa adanya SPMP penyitaan ini tidak dapat dilakukan. Juru Sita Pajak melakukan tindakan penyitaan semata-mata untuk memperoleh jaminan agar Wajib Pajak melunasi utang pajak dan membayar penagihannya, apabila semua kewajibannya telah dilaksanakan oleh Wajib Pajak maka barang-barang tersebut dapat segera dikembalikan. Setelah SPMP terbit, Juru Sita Pajak harus segera melakukan tindakan penyitaan kepada Wajib Pajak. Dan sering kali kendala utama yang sering dihadapi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran yang selama ini terjadi dalam proses penyitaan adalah setelah ditelusuri ternyata alamat pajak tidak dikenal, tidak ada atau pindah domisili tanpa melakukan pemberitahuan kepada Kantor Pelayanan Pajak atau aparat setempat. Dari pengamatan penulis sedikitnya SPMP yang bisa disampaikan secara langsung kepada Wajib Pajak dikarenakan hal-hal pada saat dilakukan penetapan pajak sebagai hasil pemeriksaan SPT masa atau SPT tahunan data alamat yang dicantum sudah tidak valid dimana Wajib Pajak sudah tidak ada lagi atau tidak dikenal atau pindah alamat tanpa pemberitahuan, untuk mengatasi hal ini perlu dibuat sebuah aturan tentang surat keterangan domisili yang diterbitkan oleh 68

kelurahan setempat dimana untuk mendapatkan surat keterangan domisili yang baru Wajib Pajak harus melampirkan surat keterangan pindah domisili dari kelurahan yang lama dengan cara ini kelurahan yang lama akan memiliki data kemana Wajib Pajak pindah alamat. Selain itu sedikitnya SPMP yang disampaikan secara langsung kepada Wajib Pajak dapat juga dikarenakan dimana tindakan penagihan pajak tidak segera dilakukan meskipun surat keputusan pajak telah lama diterbitkan dalam situasi seperti itu dapat memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak yang berniat untuk tidak membayar pajaknya, untuk pindah alamat atau domisili tanpa memberitahukan kepindahannya kepada Kantor Pelayanan Pajak atau kelurahan setempat, dan untuk mengatasinya, seharusnya tindakan penagihan pajak dilakukan secara konsisten dan memperhatikan jadwal waktunya dan dilakukan secara terus menerus kepada Wajib Pajak. Pemblokiran Rekening Wajib Pajak Upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran untuk mengatasi kendala selama proses penagihan pajak salah satunya dengan blokir rekening Wajib Pajak, dalam Pasal 17 UU No. 19 Tahun 1999 disebutkan bahwa pemblokiran dapat dilakukan dalam rangka fiskus melakukan penyitaan apabila Penanggung Pajak dalam jangka waktu yang telah diberikan tidak melunasi utang pajaknya, penyitaan tersebut dapat dilaksanakan terhadap milik Penanggung Pajak berupa barang bergerak, termasuk deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilakukan dengan pemblokiran terlebih dahulu. 69

4.6 Lelang Pengumuman Lelang dilakukan segera oleh Pejabat apabila utang pajak dan biaya Penagihan yang masih harus dibayar atau utang pajak yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak setelah lewat dari 14 hari setelah tanggal pelaksanaan Penyitaan. Apabila utang pajak dan atau biaya Penagihan Pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, Pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang. Barang yang disita berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusaahn lain, dikecualikan dari penjual secara lelang. Dalam hal penjualan yang dikecualikan dari lelang biaya penagihan pajak ditambah 1% dari hasil penjualan Uang Tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain yang disita digunakan untuk membayar biaya Penagihan Pajak dan utang pajak. Lelang dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang di ajukan oleh Wajib Pajak belum memperoleh keputusan Direktorat Jenderal Pajak, dilain pihak lelang dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Wajib Pajak. Dan apabila Wajib Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan Badan Peyelesaian Sengketa Pajak atau Objek Sita musnah pelaksanaan lelang tidak dapat dilaksanakan. Hasil lelang digunakan lebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak dan sisanya untuk membayar utang pajak, jika lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak pelaksanaan lelang dihentikan meskipun barang yang dilelang masih ada. Selanjutnya sisa barang 70

beserta kelebihan uang hasil lelang akan dikembalikan kepada Wajib Pajak setelah pelaksanaan lelang. Adapun pejabat yang lalai melaksanakan pelelangan dikenakan sanksi sesuai ketentuan. Setelah lelang selesai hak Wajib Pajak atas barangnya berpindah kepada pembeli, dan pembeli diberikan risalah lelang sebagai bukti otentik untuk pendaftaran dan pengalihan hak. Tindakan pelaksanaan lelang yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak atas barang-barang milik Wajib Pajak yang disita adalah cara yang ampuh, setelah berbagai upaya penagihan pajak dilakukan tetapi Wajib Pajak mangkir dan tidak melunasi utang pajaknya. Jika semua itu terjadi maka pelelanganpun dapat segera dilakukan walaupun pelelangan sebenarnya bukanlah tujuan akhir tindakan penagihan pajak karena pelelangan hanyalah merupakan salah satu sarana dari tujuan akhir tindakan penagihan pajak yaitu pembayaran utang pajak oleh Wajib Pajak dan KPP harus yakin bahwa prosedur penagihan pajak tersebut sudah benar dan berkas tindakan penagihan pajak juga sudah lengkap mulai dari penerbitan Surat Ketetapan Pajak sebagai hasil dari pemeriksaan sampai penyitaan aset Wajib Pajak. Sebenarnya dalam jeda waktu antara tanggal pengumuman lelang sampai dengan dilakukannya tindakan pelelangan atas aset-asetnya, Wajib Pajak masih diberi kesempatan terakhir untuk melunasi utang pajaknya, hal ini dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak yang masih mempunyai keinginan untuk memiliki kembali aset-asetnya yang telah disita. Untuk lelang penulis hanya dapat mendeskripsikan tata cara pelaksanaan lelang, dalam hal ini penulis tidak dapat menganalisis pelaksanaan lelang, dikarenakan selama tahun 2010, 2011, dan 2012 tidak ada kegiatan lelang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. 71

4.7 Evaluasi dari Penagihan Pajak Pada pengolahan dan pemrosesan penulis yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran yang mengacu pada data yang didapat dari seksi penagihan di KPP dari tahun 2010, 2011, 2012 didapatkan bahwa dalam Sistem Informasi Perpajakan khususnya Surat Teguran terlihat adanya beberapa Wajib Pajak yang menurut SIDJP sudah bisa diterbitkan tetapi belum diterbitkan Surat Tegurannya. Hal ini dikarenakan adanya Sistem Informasi yang salah dalam penyampaian STP Wajib Pajak. Untuk Surat Paksa berdasarkan perbandingan antara data dengan sub bagian menu Surat Paksa dalam SIDJP masih terlihat adanya Wajib Pajak yang menurut Sistem Informasi Perpajakan sudah bisa diterbitkan Surat Paksa namun belum diterbitkan juga. Berdasarkan wawancara dengan Juru Sita Pajak diketahui belum diterbitkannya Surat Paksa karena batas minimal utang pajak yang tidak ekonomis untuk menerbitkan Surat Paksa dan jika Surat Paksa yang diterbitkan sudah memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan. Surat Perintah Melakukan Penyitaan yang disampaikan kepada Wajib Pajak sering terjadi di Kantor Pelayanan Pajak khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran dikarenakan pada saat dilakukan penetapan pajak sebagai hasil pemeriksaan SPT masa atau SPT tahunan data alamat Wajib Pajak yang tercantum sudah tidak vaild, dimana Wajib Pajak sudah tidak lagi atau tidak dikenal atau pindah alamat tanpa pemberitahuan. Dan dapat terjadi juga berlarutnya tindakan penagihan pajak dimana tindakan penagihan pajak segera dilakukan meskipun keputusan pajak telah lama diterbitkan, hal ini dapat memberi kesempatan kepada Wajib Pajak yang berniat untuk tidak membayar pajak untuk pindah alamat atau 72

domisili tanpa pemberitahuan kepindahannya kepada Kantor Pelayanan Pajak atau aparat setempat. Untuk evaluasi pelaksanaan Lelang tidak dapat penulis simpulkan karena tidak pernah terjadi kegiatan lelang selama tahun 2010, 2011, dan 2012 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Dari serangkaian tindakan penagihan pajak, penulis menyimpulkan bahwa penerbitan surat teguran, surat paksa, SPMP dan blokir rekening Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sudah baik dan sudah benar dilakukan oleh petugas pajak sehingga pada 3 tahun terakhir 2010, 2011, dan 2012 sudah menjadi sedikit jumlah utang pajak yang belum terealisasi hingga diterbitkannya SPMP. Namun pihak seksi penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus lebih baik lagi dalam melaksanakan penagihan pajak ditiap tindakan penagihan pajak agar Wajib Pajak bersedia membayar utang pajaknya. 4.8 Kendala-kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak 4.8.1 Penetapan Pajak Yang Tidak Tepat Waktu Masalah penetapan pajak yang tidak tepat waktu dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum bahwa dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutang pajaknya berakhir, bagian tahun pajak DJP dalam mengeluarkan SKP. Sedangkan situasi Wajib Pajak masih jauh berada dalam situasi 5 tahun lalu. Wajib Pajak rutin sedang mengalami kemunduran, jatuh pailit atau meninggal dunia. Bila pemeriksaan menghasilkan pajak yang cukup besar kemungkinan Wajib Pajak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran atau tidak mungkin melunasinya. Jika 73

terjadi maka tindakan penagihan pajak yang dilakukan Juru Sita Pajak tidak akan tuntas kepada pelunasan utang pajak oleh Wajib Pajak. Sebenarnya semua dapat diatasi dengan cara mempercepat waktu pemeriksaan yang artinya jarak antara pelaksanaan pemeriksaan dengan tahun pajak jangan sampai terlalu jauh. Dengan melakukan pemeriksaan dan sekaligus mengeluarkan SKP yang sedekat mungkin dengan tahun pajak yang diperiksa, besar kemungkinan Wajib Pajak untuk mengatasi tambahan utang pajak yang timbul dari SKP yang masih ada. Solusi ini bukan tanpa masalah karena kendala lain yang menghalang adalah keterbatasan waktu dan tenaga para pemeriksa pajak yang tidak mencukupi jika seluruh Wajib Pajak diperiksa berdasarkan dengan tahun pajaknya. 4.8.2 Wajib Pajak Tidak Ditemukan Lagi Kendala yang seperti ini yang sering menyulitkan dan merepotkan dalam tindakan dan penagihan Juru Sita Pajak. Data fakta yang terjadi selama ini adalah ketika Wajib Pajak sudah tidak dikenal lagi atau berpindah tempat atau alamat tanpa diketahui alamat yang baru. Fakta seperti ini yang oleh Juru Sita Pajak tidak bisa dilakukan akibatnya jumlah tunggakan pajak akan membengkak dari tahun ke tahun. 4.8.3 Objek Sita Tidak Ditemukan Objek Sita tidak dapat ditemukan terkait dengan penetapan pajak yang tidak tepat waktu serta tindakan penagihan pajak yang berlarut-larut. Penetapan pajak yang dilakukan ketika kondisi ekonomi sedang turun, bangkrut atau pailit. Padahal jika potensi ini digarap dengan serius, kontribusi tindakan penagihan pajak dapat membantu negara dalam membiayai pembangunan. 74

4.8.4 Wajib Pajak Tidak Memahami Peraturan Perpajakan Seharusnya Wajib Pajak telah sadar untuk melakukan seluruh kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar sejak diterapkannya self assessment system. Namun faktanya kesadaran tersebut masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat setiap kali diadakannya pemeriksaan terhadap SPT tahunan maupun masa yang seringkali ditemukan adanya kesalahan pajak baik yang disengaja maupun tidak disengaja dan akhirnya berakibat dikeluarkannya ketetapan pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak bertambah. Hal itu sering membuat Wajib Pajak mengeluh dan berkelit bahwa mereka tidak memahami peraturan perpajakan yang berlaku termasuk mengacuhkan tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak. 4.9 Upaya Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Selama Proses Penagihan Pajak Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi selama proses penagihan pajak antara lain dengan mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat awam agar dapat memperlancar penyelesaian dalam pengisian formulir formulir dan Surat Penyetoran dan Pelaporan. Disamping itu pengadaan sarana dan prasarana untuk penagihan pajak diwujudkan guna memperlancar pencairan tunggakan pajak. Selain itu melakukan penyisiran, penelitian dan penyelidikan keberatan Wajib Pajak berdomisili. Dapat juga mengeluarkan biaya tambahan untuk memohon bantuan pada instansi berwajib lainnya atau mengadakan petunjuk pelaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan peningkatan pegawai agar produktifitas kerja lebih meningkat. 75