BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang dilaksanakan dalam periode 2010 sampai dengan 2012 serta pencairan tunggakan dalam periode 2010 sampai dengan 2012, dengan surat teguran dan surat paksa serta atas dilakukannya tindakan penyitaan kekayaan Wajib Pajak dalam bentuk pemblokiran rekening milik Wajib Pajak oleh Fiskus terhadap pencairan tunggakan pajak. Pembahasan juga dilakukan dengan melakukan penghitungan analisis rasio untuk mengetahui tingkat efektivitas dan kontribusi penagihan pajak terhadap realisasi pencairan tunggakan piutang pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Penulis menggunakan metode ini untuk menggambarkan dan membandingkan efektivitas dan kontribusi penagihan pajak terhadap realisasi pencairan tunggakan piutang pajak berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Pembahasan didasarkan pada Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Teguran, Surat Paksa dan hal yang berkaitan dengan tindakan penyitaan kekayaan Wajib Pajak dalam bentuk pemblokiran rekening milik Wajib Pajak. Data tersebut dikumpulkan berdasarkan data yang diterbitkan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Taman Sari Dua berdasarkan SIDJP (Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak). Penulis dalam bab ini membahas lebih jauh tentang Surat Teguran, Surat Paksa dan penyitaan yang berkaitan dengan tindakan pemblokiran rekening Wajib Pajak yang dilihat dari pelaksanaan penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa dan pemblokiran rekening milik Wajib Pajak serta pencairan tunggakan piutang pajak 49

2 yang terjadi setelah penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa, dan pemblokiran rekening Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Penagihan tunggakan pajak merupakan tindakan penagihan yang dilaksanakan secara langsung oleh Juru Sita Pajak. Dalam penelitian ini, mulai dari penerbitan Surat Teguran sudah menjadi bagian dari proses penagihan pajak aktif yang pelaksanaannya sendiri telah dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak. 4.1 Tata Cara Penerbitan Dan Penyampaian Surat Teguran Seksi Penagihan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua mempunyai tugas melakukan penerimaan dan pengarsipan sehubungan dengan tunggakan pajak, usulan penundaaan pembayaran pajak, usulan penghapusan piutang pajak, penagihan aktif. Seksi Penagihan terdiri dari dua orang Juru Sita Pajak dan satu pelaksana di Seksi Penagihan. Seksi Penagihan telah menggunakan SIDJP yang terhubung secara intranet. Hal ini dilakukan sehubungan dengan adanya modernisasi di bidang perpajakan untuk mempermudah dalam administrasi perpajakan. Meskipun begitu, pencatatan secara manual masih tetap dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Pencatatan secara manual masih dilakukan dalam hal pencatatan pemberkasan dan kartu pengawasan tunggakan pajak. Dalam pelaksanaan penagihan tunggakan pajak dengan Surat Teguran, Seksi Penagihan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua mengacu pada Standard Operating Procedures Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Nomor B008 yang disahkan tanggal 19 Februari 2007, uraian ini sekaligus akan menjelaskan flow chart 4.1 yaitu : 1. Berdasarkan data keterlambatan pembayaran tunggakan pajak yang diperoleh dari sistem, Juru Sita Pajak mencetak konsep Surat Teguran (Lampiran 1) 50

3 Penagihan dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan. Surat Teguran Penagihan dicetak minimal dua rangkap yaitu : a. Lembar ke - 1 untuk Wajib Pajak b. Lembar ke 2 untuk Arsip Kantor Pelayanan Pajak 2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Teguran Penagihan dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Dalam hal Kepala Seksi Penagihan tidak menyetujui, Juru Sita Pajak harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut. 3. Kepala Kantor menandatangani Surat Teguran Penagihan kemudian mengembalikannya kepada Kepala Seksi Penagihan untuk ditatausahakan dan dikirimkan ke Wajib Pajak / Penanggung Pajak. 4. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Juru Sita Pajak untuk mencatat Surat Teguran pada Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak, mengarsipkan Surat Teguran, dan menyampaikan Surat Teguran Penagihan kepada Subbagian Umum untuk dikirim kepada Wajib Pajak 5. Proses selesai. Jangka waktu penyelesaian paling lama dua hari kerja. 51

4 Gambar 4.1 Flow chart Tata Cara Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran WAJIB PAJAK JURU SITA PAJAK KEPALA S.PENAGIHAN KEPALA KPP Mulai Data dari sistem Meneliti dan mencetak konsep Surat Teguran penagihan Konsep Surat Teguran Penagihan Konsep Surat Teguran Penagihan Meneliti dan memaraf menandatangani Surat Teguran penagihan SOP peyampain doukumen Menatausahakan dan mengirimkan Meneruskan, menugaskan untuk menatausahakan dan mengirimkan Surat Teguran tagihan Z Selesai Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua 4.2 Tata Cara Penerbitan Dan Penyampaian Surat Paksa Dalam pelaksanaan penagihan tunggakan pajak dengan Surat Paksa, Seksi Penagihan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua mengacu pada Standard Operating Procedures Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat 52

5 Jenderal Pajak Nomor B009 yang disahkan tanggal 19 Februari 2007, uraian ini sealigus akan menjelaskan flowchart 4.2 yaitu : 1. Berdasarkan data Surat Teguran yang telah lewat dari sistem, Juru Sita Pajak meneliti dan mencetak konsep Surat Paksa (Lampiran 2) dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa (Lampiran 3) serta meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Paksa kemudian menyampaikannya kepada Juru Sita Pajak. 4. Juru Sita Pajak menerima, kemudian memberitahukan Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Sebelum memberitahukan Surat Paksa, Juru Sita Pajak akan mengirimkan Surat Pemberitahuan Melaksanakan Surat Paksa (Lampiran 4) terlebih dahulu kepada Wajib Pajak atau Penanggunga Pajak. 5. Juru Sita Pajak membuat sekaligus menandatangani LPSP (Laporan Pelaksanaan Surat Paksa) (Lampiran 5) dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan. 6. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menandatangani LPSP kemudian menyerahkan kembali kepada Juru Sita Pajak untuk ditatausahakan. 7. Juru Sita Pajak menatausahakan LPSP dengan cara mencatat pada Kartu Pengawasan serta mengarsipkan LPSP. 8. Proses selesai. Jangka waktu penyelesaian paling lama tujuh hari kerja. 53

6 Gambar 4.2 Flow chart Tata Cara Penerbitan dan Penyampaian Surat Paksa Wajib Pajak Juru Sita Penagihan Pajak Kepala S.Penagihan Kepala KPP Mulai Data dari sistem Meneliti dan mencetak konsep SP,berita acara, pemberitahuan SP Konsep SP dan berita acara Meneliti dan memaraf menandatangani Proses pemberitahuan Surat Paksa Menerima SP kemudian memberitahukan ke WP Surat Paksa Surat Paksa Mencetak dan menandatangani LPSP LPSP Meneliti dan menandatangani Menatausahakan SP dan berita acara LPSP Kartu Pengawasan Z Selesai Sumber : KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua 4.3 Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan Dalam pelaksanaan penagihan tunggakan pajak dengan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Seksi Penagihan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua 54

7 mengacu pada Standard Operating Procedures Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Nomor B010 yang disahkan tanggal 19 Februari 2007, uraian ini sekaligus akan menjelaskan flow chart 4.3 yaitu : 1. Juru Sita Pajak meneliti data tunggakan pajak beserta pelunasannya (SSP/STTS/SSB/bukti Pbk) atau pengurangan (keputusan pembetulan/keputusan keberatan/putusan banding/keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak/keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi), membuat konsep SPMP (Lampiran 6) dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menyetujui konsep SPMP dan menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SPMP dan mengembalikannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 4. Kepala Seksi Penagihan meneruskan SPMP kepada Juru Sita Pajak. 5. Proses Selesai. Jangka waktu penyelesaian paling lama satu hari. 55

8 Gambar 4.3 Flow chart Tata Cara Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Perintah Melakukan Penyitaan Setelah mendapatkan kepastian akan tunggakan Wajib Pajak dan persetujuan dari Pejabat yang berwenang maka prosedur pemblokiran yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Kepala Seksi Penagihan mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank (Lampiran 7) disertai dengan penyampaian salinan Surat Paksa dan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan; 2. Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari Kepala Seksi Penagihan dan membuat berita acara pemblokiran serta 56

9 menyampaikan salinannya kepada Kepala Kantor Seksi Penagihan dan Penanggung Pajak; 3. Juru Sita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran dari bank memerintahkan penanggung pajak untuk memberikan kuasa kepada bank (Lampiran 8) agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan di bank kepada Juru Sita Pajak. 4. Penanggung Pajak yang memberikan kuasa akan membuat Surat Kuasa (Lampiran 9) untuk memberitahukan saldo kekayaannya di Bank. Apabila penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank (Lampiran 10) sebagaimana dimaksud, maka Kepala Seksi Penagihan meminta Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan (Lampiran 11) untuk memerintahkan bank untuk memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan di bank yang dimaksud; 5. Setelah diketahui saldo kekayaan yang tersimpan di Bank, juru Sita akan melaksanakan penyitaan dan membuat berita acara pelaksanaan sita (Lampiran 12) dan menyampaikannya kepada penanggung pajak dan bank yang bersangkutan (Lampiran 13); 6. Kepala Seksi Penagihan mengajukan pencabutan pemblokiran (Lampiran 14) apabila penanggung pajak telah melunasi tunggakan pajak beserta bunganya. 57

10 Gambar 4.4 Flow Chart Tata Cara Tindakan Pemblokiran Rekening Milik Wajib Pajak / Penanggung Pajak Dalam tahun , penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) yang diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua, dilakukan sebelum Juru Sita Pajak melakukan penyitaan aset / harta Wajib Pajak 58

11 yang dilakukan dalam bentuk pemblokiran atas rekening milik Wajib Pajak dalam rangka menjadikannya jaminan pelunasan utang pajak oleh Penanggung Pajak. 4.4 Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Tabel 5.1 Penagihan Pajak dengan Surat Teguran KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Nilai Nilai Nilai Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Penagihan pajak dengan Surat Teguran merupakan tindak lanjut setelah adanya penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dan Surat Tagihan Pajak. Adanya selisih dari tindakan penerbitan berdasarkan penelitian dapat disebabkan oleh : 1. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sebenarnya sudah melakukan pembayaran tunggakan pajak di Bank. Namun oleh Bank datanya belum ditransfer ke MPN (Modul Penerimaan Negara). 2. Tunggakan Pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak belum jatuh tempo untuk ditindaklanjuti dengan penyampaian Surat Teguran. 3. Penanggung Pajak atau Wajib Pajak mengajukan permohonan Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak. 4. Penanggung Pajak atau Wajib Pajak tidak dapat ditemukan karena terkendala alamat, sehingga masuk kedalam DPO (Daftar Pencarian Orang) dan tindakan penagihan untuk sementara dihentikan. Berdasarkan tabel 5.1, pada umumnya mengalami kenaikan dan penurunan. Penagihan pajak dengan nilai nominal paling besar terjadi pada tahun 2010, Hal ini 59

12 disebabkan oleh ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Penagihan tunggakan pajak dengan Surat Teguran dengan nilai nominal paling kecil terjadi pada tahun Berdasarkan data yang diperoleh hal ini dapat dipengaruhi oleh Wajib Pajak pada tahun 2012 lebih patuh dalam membayar pajak untuk semua jenis pajak terutama dengan Pajak Penjualan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 4.5 Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Tabel 5.2 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Nilai Nilai Nilai Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Penagihan pajak dengan Surat Paksa merupakan tindak lanjut setelah adanya penerbitan Surat Teguran. Adanya selisih dari tindakan penerbitan berdasarkan penelitian dapat disebabkan oleh : 1. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sebenarnya sudah melakukan pembayaran tunggakan pajak di Bank. Namun oleh Bank datanya belum ditransfer ke MPN (Modul Penerimaan Negara). 2. Tunggakan Pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak belum jatuh tempo untuk ditindaklanjuti dengan penyampaian Surat Paksa. 3. Penanggung Pajak atau Wajib Pajak mengajukan permohonan Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak. 4. Penanggung Pajak atau Wajib Pajak tidak dapat ditemukan karena terkendala alamat, sehingga masuk kedalam DPO (Daftar Pencarian Orang) dan tindakan penagihan untuk sementara dihentikan. 60

13 Berdasarkan tabel 5.2, penagihan pajak dengan Surat Paksa pada umumnya mengalami kenaikan dan penurunan. Penagihan pajak dengan nilai nominal paling besar terjadi pada tahun 2010, hal ini disebabkan oleh ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam melunasi tunggakan pajaknya. Sedangkan penagihan dengan Surat Paksa dengan nilai nominal paling kecil terjadi pada tahun Berdasarkan data yang diperoleh hal ini dapat dipengaruhi oleh Wajib Pajak lebih patuh dalam membayar pajak untuk semua jenis pajak jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 4.6 Penagihan Pajak Dengan Pemblokiran Rekening Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Tabel 5.3 Penagihan Pajak dengan Pemblokiran Rekening Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Nilai Nilai Nilai Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Penagihan Pajak sebagai tindak lanjut dari Surat Paksa adalah tindakan penyitaan harta kekayaan milik Wajib Pajak. Dalam penelitian ini, pada KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua tindakan penyitaan Objek Sita Tertentu berupa kekayaan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang tersimpan di Bank dapat berupa deposito, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Tujuan dari penyitaan kekayaan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan pemblokiran rekening ini adalah sebagai jaminan pelunasan tunggakan pajak oleh Wajib Pajak. Tindakan penagihan seperti ini dilakukan karena dinilai lebih sederhana jika dibandingkan dengan penyitaan dalam bentuk barang dimana kemudian harus dilakukan lelang. 61

14 Adanya selisih dari tindakan penerbitan berdasarkan penelitian dapat disebabkan oleh : 1. Tunggakan Pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak belum jatuh tempo untuk ditindaklanjuti dengan penyampaian Surat Paksa. 2. Penanggung Pajak atau Wajib Pajak mengajukan permohonan Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak. 3. Tidak semua Bank menindaklanjuti permintaan pemblokiran pajak yang sudah dilakuakan oleh KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Berdasarkan tabel 5.3, penagihan pajak dengan Surat Teguran pada umumnya mengalami kenaikan dan penurunan. Penagihan pajak dengan nilai nominal paling besar terjadi pada tahun 2010, hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah tunggakan pajak yang terjadi, sebagai tindak lanjut dari banyaknya tunggakan pajak yang masih belum diluniasi oleh Wajib Pajak setelah diterbitkannya Surat Teguran dan Surat Paksa. Sedangkan penagihan dengan Surat Teguran dengan nilai nominal paling kecil terjadi pada tahun Berdasarkan data yang diperoleh hal ini dapat dipengaruhi oleh Wajib Pajak pada tahun 2012 lebih patuh dalam membayar pajak untuk semua jenis pajak terutama dengan Pajak Penjualan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 4.7 Penerimaan Tunggakan Pajak Dengan Surat Teguran Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Penerimaan tunggakan pajak merupakan pelunasan tunggakan pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Pelunasan tunggakan pajak dapat menyebabkan meningkatnya penerimaan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua, sehingga membantu realisasi dari target penerimaan pajak bagi KPP yang bersangkutan dan meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. 62

15 Tabel 5.4 Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Teguran KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Nilai Nilai Nilai Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tabel Selisih Penerimaan Pajak dengan Tahun Sebelumnya KPP Pratama Jakarta Taman Sari Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun Selisih dengan tahun sebelumnya Kesimpulan kenaikan penerimaan penurunan penerimaan Data sudah diolah (2013) Berdasarkan tabel 5.4 dan tabel 5.4,1 penerimaan pajak setelah penerbitan Surat Teguran mengalami kenaikan dan penurunan. Penerimaan pajak paling tinggi setelah diterbitkannya Surat Teguran terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp Meskipun pada tahun 2010 juga mengalami peningkatan penerimaan, tapi jika dihitung selisihnya dengan tahun sebelumnya tahun 2011 tetap menghasilkan nilai penerimaan yang paling besar. Selain terjadi kenaikan penerimaan, juga dialami penurunan penerimaan tunggakan pajak. Dari tabel 5.4, dapat diketahui bahwa penurunan penerimaan pajak terjadi di tahun Penurunan penerimaan pada tahun 2012 dengan nilai Rp dan selisih dengan penerimaan tahun sebelumnya sebesar Rp6,316,088,

16 4.8 Penerimaan Tunggakan Pajak Dengan Surat Paksa Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Penerimaan tunggakan pajak merupakan pelunasan tunggakan pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Pelunasan tunggakan pajak dapat menyebabkan meningkatnya penerimaan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua, sehingga membantu realisasi dari target penerimaan pajak bagi KPP yang bersangkutan dan meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Tabel 5.5 Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Nilai Nilai Nilai Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tabel Selisih Penerimaan Pajak dengan Tahun Sebelumnya KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun Selisih dengan tahun sebelumnya Kesimpulan penurunan penerimaan penurunan penerimaan Data sudah diolah (2013) Berdasarkan tabel 5.5 dan tabel 5.5.1, penerimaan pajak setelah penerbitan Surat Paksa mengalami kenaikan dan penurunan. Penerimaan pajak paling tinggi setelah diterbitkannya Surat Paksa terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp Selain terjadi kenaikan penerimaan, juga dialami penurunan 64

17 penerimaan tunggakan pajak. Dari tabel 5.5.1, dapat diketahui bahwa penurunan penerimaan pajak terjadi di dua titik yaitu tahun 2011 dan tahun Namun, penurunan penerimaan yang paling besar terjadi pada tahun 2011 dengan nilai Rp dan selisih dengan penerimaan tahun sebelumnya sebesar Rp Penerimaan Tunggakan Pajak Dengan Pemblokiran Rekening Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Tabel 5.6 Penerimaan Pajak dengan Pemblokiran Rekening Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Nilai Nilai Nilai Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tabel Selisih Penerimaan Pajak dengan Tahun Sebelumnya KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun Selisih dengan tahun sebelumnya Kesimpulan penurunan penerimaan penurunan penerimaan Data sudah diolah (2013) Pemblokiran dilakukan sebagai salah satu tindak lanjut dari penagihan tunggakan pajak karena sampai diterbitkannya Surat Teguran dan Surat Paksa, Wajib Pajak masih tidak melunasi tunggakan pajaknya. Berdasarkan tabel 5.6 dan tabel 5.6.1, penerimaan pajak setelah pemblokiran Rekening Wajib Pajak mengalami 65

18 kenaikan dan penurunan. Penerimaan pajak paling tinggi setelah pemblokiran rekening Wajib Pajak terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp Selain terjadi kenaikan penerimaan, juga dialami penurunan penerimaan tunggakan pajak. Dari tabel 5.7, diketahui bahwa penurunan penerimaan pajak terjadi di dua titik yaitu tahun 2011 dan tahun Namun, penurunan penerimaan yang paling besar terjadi pada tahun 2012 dengan nilai Rp dan selisih dengan penerimaan tahun sebelumnya sebesar Rp Efekivitas Terhadap Pencairan Tunggakan Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran Efektivitas penerbitan Surat Teguran diukur dengan membandingkan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan Surat Teguran dengan potensi pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran yang dalam hal ini merupakan Surat Teguran yang diterbitkan dalam rangka tindakan penagihan tunggakan pajak. Pengukuran efektivitas ini dilakukan dengan asumsi bahwa semua tunggakan pajak yang diterbitkan Surat Teguran dapat ditagih seluruhnya. Efektivitas penagihan tunggakan pajak dengan Surat Teguran dihitung dengan rumus berikut : Efektivitas = x 100% Tabel berikut akan menunjukan penerbitan Surat Teguran, pembayaran Surat Teguran, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran tersebut berdasarkan data di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua untuk tahun

19 Tabel 5.7 Pembayaran Surat Teguran di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun Surat Teguran terbit Surat Teguran bayar Tingkat Efektivitas Nilai Nilai ,21% ,03% ,22% Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013) Berdasarkan data dari tabel diatas pada tahun 2010 KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua menerbitkan Surat teguran dengan jumlah nominal Rp dan pembayaran yang terjadi atas penerbitan Surat Teguran tersebut tersebut Rp atau sekitar 6,21% dari total seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi di tahun 2010 tidak efektif. Pada tahun 2011, jumlah nominal dari penerbitan Surat Teguran yang dilakukan sebesar Rp dengan pembayaran yang dilakukan atas penerbitan Surat Teguran sebesar Rp atau sekitar 55,03% dari jumlah seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi pada tahun 2011 tidak efektif. Sedangkan, pada tahun 2012 penerbitan Surat Teguran dengan jumlah nominal Rp dan nilai pembayaran sebesar Rp atau sekitar 19,22% dari total tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator efektivitas penagihan pada tahun 2012 tidak efektif Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Efektivitas penerbitan Surat Paksa diukur dengan membandingkan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan Surat 67

20 Paksa dengan potensi pencairan tunggakan pajak dengan Surat Paksa yang dalam hal ini merupakan Surat Paksa yang diterbitkan dalam rangka tindakan penagihan tunggakan pajak. Pengukuran efektivitas ini dilakukan dengan asumsi bahwa semua tunggakan pajak yang diterbitkan Surat Paksa dapat ditagih seluruhnya. Efektivitas penagihan tunggakan pajak dengan Surat Paksa dihitung dengan rumus berikut : Efektivitas = x 100% Tabel berikut akan menunjukan penerbitan Surat Paksa, pembayaran Surat Paksa, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut berdasarkan data di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua untuk tahun Tabel 5.8 Pembayaran Surat Paksa di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun Surat Paksa terbit Surat Paksa bayar Tingkat Efektivitas Nilai Nilai ,95% ,27% ,60% Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013) Berdasarkan data dari tabel diatas, pada tahun 2010 KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua menerbitkan Surat Paksa dengan jumlah nominal Rp dan pembayaran yang terjadi atas penerbitan Surat Paksa tersebut tersebut Rp atau sekitar 10,95% dari total seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi di tahun 2010 tidak efektif. Pada tahun 2011, jumlah nominal dari penerbitan Surat Paksa yang dilakukan sebesar Rp dengan pembayaran yang dilakukan atas 68

21 penerbitan Surat Paksa sebesar Rp atau sekitar 23,27% dari jumlah seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi pada tahun 2011 tidak efektif. Sedangkan, pada tahun 2012 penerbitan Surat Paksa dengan jumlah nominal Rp dan nilai pembayaran sebesar Rp atau sekitar 9,60% dari total tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator efektivitas penagihan pada tahun 2012 tidak efektif Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Pemblokiran Rekening Efektivitas atas dilakukannya pemblokiran rekening diukur dengan membandingkan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui pemblokiran rekening dengan potensi pencairan tunggakan pajak dengan pemblokiran rekening dalam rangka tindakan penagihan tunggakan pajak. Pengukuran efektivitas ini dilakukan dengan asumsi bahwa semua tunggakan pajak yang atasnya dilakukan pemblokiran rekening dapat ditagih seluruhnya. Efektivitas penagihan tunggakan pajak dengan Pemblokiran Rekening dihitung dengan rumus berikut : Efektivitas = x 100% Tabel berikut akan menunjukan jumlah pemblokiran rekening, pembayaran akibat pemblokiran rekening, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Pemblokiran Rekening tersebut berdasarkan data di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua untuk tahun Tabel 5.9 Pembayaran atas Pemblokiran Rekening di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun Pemblokiran Rekening Pembayaran Tingkat Efektivitas Nilai Nilai ,14% 69

22 ,10% ,59% Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013) Berdasarkan data dari tabel diatas, pada tahun 2010 KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua pemblokiran rekening dengan jumlah nominal Rp dan pembayaran yang terjadi atas pemblokiran rekening tersebut tersebut Rp atau sekitar 10,14% dari total seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi di tahun 2010 tidak efektif. Pada tahun 2011, jumlah nominal dari pemblokiran rekening yang dilakukan sebesar Rp dengan pembayaran yang dilakukan atas penerbitan Surat Paksa sebesar Rp atau sekitar 32,10% dari jumlah seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi pada tahun 2011 tidak efektif. Sedangkan, pada tahun 2012 pemblokiran rekening dengan jumlah nominal Rp dan nilai pembayaran sebesar Rp atau sekitar 4,59% dari total tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator efektivitas penagihan pada tahun 2012 tidak efektif. Hal yang menyebabkan tidak seluruh tindakan penagihan yang dilakukan ditindaklanjuti dengan pelunasan oleh Wajib Pajak, sehingga hasil analisisnya tidak efektif adalah : 1. Penanggung pajak sedang mengalami kondisi keuangan yang tidak baik sehingga pelunasan tunggakan pun sulit untuk itu biasanya 2. Wajib Pajak menunggak atau mengangsur pembayaran tunggakan. 70

23 3. Terkait dengan pemblokiran rekening Wajib Pajak, pelunasan tunggakan tidak dapat dilakukan karena saldo rekening Wajib Pajak tidak cukup untuk melunasi tunggakan dan akan ditindaklanjuti dengan mengangsur Kontribusi Penagihan Pajak Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Kontribusi Surat Teguran Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar kontribusi penerbitan Surat Teguran terhadap pencairan tunggakan pajak yang terjadi. Rasio ini diperoleh dengan membandingkan pencairan tunggakan pajak di KPP dengan jumlah seluruh pencairan tunggakan pajak di KPP. Kontribusi ini diukur dengan perincian rumus sebagai berikut: Kontribusi Surat Teguran = x 100% Tabel 5.10 Pencairan Tunggakan dengan Surat Teguran KPP Pratama Jakarta Taman Sari DuaTahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun Jumlah Pencairan Tunggakan Pencairan Tunggakan Rasio Kontribusi Nilai Nilai Presentase ,03% ,61% ,30% Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013) Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Surat Teguran di tahun 2010 sebesar 13,03%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh Surat Teguran terhadap pencairan tunggakan pajak tergolong kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak. 71

24 Pada tahun 2011, penerbitan Surat Teguran memberikan kontribusi sebanyak 56,61% dalam pencairan tunggakan pajak. Dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan pencairan tunggakan pajak yang merupakan peran aktif Juru Sita Pajak untuk meningkatkan penerimaan negara. Berdasarkan kinerja keuangan negara, maka pencairan tunggakan tersebut tergolong baik dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran. Sedangkan di tahun 2012, pencairan tunggakan kembali mengalami penurunan menjadi 43,30%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pencairan tunggakan pajak dengan peneritan Surat Teguran di tahun tersebut tergolong baik Kontribusi Surat Paksa Terhadap Pencairan Piutang Pajak Tabel 5.11 Pencairan Tunggakan dengan Surat Paksa KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun Jumlah Pencairan Tunggakan Pencairan Tunggakan Rasio Kontribusi Nilai Nilai ,54% ,65% ,21% Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013) Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Surat Paksa di tahun 2010 sebesar 21,54%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak tergolong sedang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak. 72

25 Pada tahun 2011, penerbitan Surat Paksa memberikan kontribusi sebanyak 9,65% dalam pencairan tunggakan pajak. Dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan pencairan yang hampir setengahnya dari tahun sebelumnya yang dilakukan dengan penerbitan Surat Paksa. Berdasarkan kinerja keuangan negara, maka pencairan tunggakan tersebut tergolong sangat kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak dengan Surat Paksa. Sedangkan di tahun 2012, pencairan tunggakan kembali mengalami peningkatan menjadi 17,21%. Meskipun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, berdasarkan kriteria kinerja keuangan, pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Surat Paksa di tahun tersebut tergolong kurang Kontribusi Pemblokiran Rekening Terhadap Pencairan Piutang Pajak Tabel 5.12 Pencairan Tunggakan dengan Pemblokiran KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun (Dalam Rupiah Penuh) Tahun Jumlah Pencairan Tunggakan Pencairan Tunggakan Rasio Kontribusi Nilai Nilai % ,11% ,42% Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013) Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan Pemblokiran Rekening di tahun 2010 sebesar 17%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh Pemblokiran Rekening terhadap pencairan tunggakan pajak tergolong kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak. 73

26 Pada tahun 2011, Pemblokiran Rekening milik WP memberikan kontribusi sebanyak 6,11% dalam pencairan tunggakan pajak. Dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan pencairan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan kinerja keuangan negara, maka pencairan tunggakan tersebut tergolong sangat kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak. Dan, di tahun 2012 pencairan tunggakan kembali mengalami penurunan yang cukup megecewakan menjadi 0,42%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Pemblokiran Rekening di tahun tersebut tergolong sangat kurang. Hal yang menyebabkan tidak seluruh tindakan penagihan yang dilakukan ditindaklanjuti dengan pelunasan oleh Wajib Pajak, sehingga kontribusinya tidak terlalu baik bagi penerimaan pajak KPP tersebut antara lain : 1. Surat yang dikirimkan terkait dengan tindakan penagihan pajak aktif tidak dapat disampaikan kepada Wajib Pajak karena petugas pos tidak dapat menemukan alamat Wajib Pajak yang dimaksud. 2. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran tunggakan setelah surat surat terkait diterima oleh Wajib Pajak Hambatan-Hambatan Dan Alternatif Pemecahan Masalah Dalam Penagihan Pajak Petugas seksi penagihan berupaya semaksimal mungkin agar dapat mencapai target pencairan tunggakan pajak. Namun, dalam menjalankan tugasnya petugas seksi penagihan juga menghadapi hambatan yang mengganggu proses penagihan tunggakan pajak. Hambatan hambatan yang ada sudah menjadi bagian dari tugas 74

27 penagihan tunggakan pajak. Oleh karena itu, agar kendala tersebut dapat diperkecil pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan sehingga mengganggu proses penagihan tunggakan pajak, maka berikut hambatan hambatan yang dihadapi sekaligus dengan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah : 1. Hambatan : Jumlah Juru Sita Pajak yang masih kurang. Seksi Penagihan Pajak di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua hanya memiliki dua orang Juru Sita Pajak. Jika dilihat jumlah tunggakan pajak yang nilainya sangat besar maka dengan hanya dua orang Juru Sita pelaksanaan penagihan tunggakan pajak menjadi tidak terlalu efektif disertai dengan adanya proses yang sulit dan tidak sederhana. Karena pelaksanaan penagihan pajak dilakukan dengan cara membagi rata Wajib Pajak yang akan diproses dalam tindakan penagihan. Hambatan dari kurangnya Juru Sita Pajak ini disampaikan secara langsung oleh salah seorang Juru Sita Pajak di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua, Riky Haryanto : Ada kendala mengenai jumlah juru sita yang hanya dua orang sementara tunggakan pajak dan Wajib Pajaknya sangat banyak. Kita sebenarnya butuh satu orang Juru Sita lagi kalau melihat kondisi di lapangan. Alternatif Pemecahan masalah : Perekrutan Petugas Penagihan Pajak yang Baru Perekrutan ini seharusnya lebih diutamakan bagi penambahan Juru Sita Pajak. Agar banyak yang berminat maka perlu adanya pemberian insentif khusus bagi Juru Sita Pajak karena tugas Juru Sita Pajak yang berat dan sulit. 75

28 2. Hambatan : Kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran pajak masih rendah. Tidak adanya kesadaran atau kurangnya pengetahuan Wajib Pajak mengenai pajak berdampak besar dalam kepatuhan memenuhi kewajiban pembayaran pajaknya. Wajib Pajak akan mengelak ketika disampaikan bahwa pembayaran pajak yang dilakukan masih memiliki tuggakan pajak. Akibatnya, dari surat-surat penagihan yang diterbitkan bahkan tidak setengahnya dibayar oleh Wajib Pajak. Hal ini diungkapkan juga oleh Juru Sita Pajak, Riky Haryanto : Kepatuhan Wajib Pajak masih tergolong rendah, bisa juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan Wajib Pajak. Jika dibandingkan, Wajib Pajak Orang Pribadi lebih tidak patuh. Alternatif pemecahan masalah : Sosialisasi perpajakan, sangat penting untuk memberikan pembekalan materi pajak kepada Wajib Pajak guna menunjang pelaksanaan kewajiban Wajib Pajak. Dengan adanya pemahaman yang baik tentang pajak maka diharapkan Wajib Pajak dapat membayar pajak dengan sukarela. Juru Sita Pajak sendiri harus diberi pembekalan materi pajak sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya secara berkala untuk meningkatkan kemampuannya. Mengingat Juru Sita Pajak akan bertemu secara langsung dengan Wajib Pajak. 3. Hambatan : Akses SIDJP mengalami error. Terbatasnya bandwidth (volume data yang dapat ditransfer) SIDJP memperlambat akses data sehingga memperlambat proses pekerjaan sehingga 76

29 waktu terbuang. Apabila sistem sedang mengalami masalah maka pegawai tidak dapat bekerja dengan sebagaimana mestiya. Kendala ini juga diutarakan secara langsung oleh Riky Haryanto selaku salah seorang Juru Sita Pajak di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua : Kalau error hal itu terjadi. Tapi, biasanya hari itu juga langsung bisa diakses kembali. 4. Hambatan : Data yang ditampilkan SIDJP belum menunjukan keadaan yang sebenarnya. Dengan adanya jaringan intranet yang terhubung dengan SIDJP seharusnya data lebih mudah untuk diakses dan lebih cepat untuk diperbaharui. Pembaharuan data baru akan terjadi setelah data diinput oleh petugas penagihan. Tapi, dalam beberapa pencatatan masih dilakukan secara manual, misalnya untuk data pelunasan tunggakan pajak. Selain memiliki resiko yang lebih besar, pencatatan secara manual juga kurang efektif karena akan lebih lama dari segi waktu. Alternatif pemecahan masalah : Pendidikan dan pelatihan kepada pegawai tentang SIDJP Meskipun SIDJP dalam pemrogramannya sudah dibuat sedemikian rupa, apabila penggunaannya kurang kompeten maka sistem tersebut tidak akan berfungsi secara optimal. SIDJP tidak akan menunjukan keadaan yang sebesnarnya apabila tidak adanya input data oleh pegawai sesuai dengan kewenangannya. Oleh karena itu, perlu adanya pendidikan dan pelatihan agi pegawai terkait dengan SIDJP. 77

30 5. Hambatan : Wajib Pajak atau Penanggung pajak tidak dapat ditemukan oleh Juru Sita Pajak. Apabila Juru Sita tidak dapat menemukan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak maka proses penagihan akan terhenti. Kendala ini salah satunya terjadi karena alamat yang diberikan Wajib Pajak kurang lengkap atau pindah alamat dan tidak adanya. Pemberitahuan kembali oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak kepada pihak KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Apabila hal ini terjadi, nama Wajib Pajak akan masuk ke DPO (Daftar Pencarian Orang). Sehingga pada waktu pelaporan SPT Masa / Tahunan tiba Wajib Pajak harus menghadap ke seksi penagihan terlebih dahulu. Alternatif pemecahan masalah : Pemutakhiran data Wajib Pajak secara berkala Apabila terjadi perubahan data mengenai Wajib Pajak, maka seksi PDI maupun pegawai pajak yang lain yang saling terkait harus tanggap dalam memuktakhirkan data tersebut. Sehingga masalah seperti alamat Wajib Pajak dapat diminimalisir. 6. Hambatan : Juru Sita Pajak sulit mengidentifikasi objek sita. Hal ini terutama terkait dengan pemblokiran rekening Wajib Pajak. Faktor penghambat dalam proses ini antara lain : a. Kelengkapan berkas STP/SKP atau SP yang tidak lengkap. b. Tidak mengetahui bank Wajib Pajak memiliki rekening. c. Terdapat bank yang tidak selalu menanggapi surat permintaan blokir. Alternatif pemecahan masalah : 78

31 Peningkatan kerja sama dengan pihak pihak terkait. Dalam Undang-undang Tahun 2000 Pasal 5 ayat (4) tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Juru Sita Pajak berwenang dapat melibatkan pihak lain untuk meminta bantuan dengan pihak Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang-undang, Pemerintah Daerah Stempat, Badan Pertanahan Nasional, Direktorat Jenderak Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau Pihak lain. Dalam hal pemblokiran rekening Wajib Pajak, kerjasama dengan pihak Bank sangat penting untuk dilakukan untuk mempermudah Juru Sita Pajak dalam bertugas. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang menghalangi Juru Sita dalam melaksanakan tugasnya diancam dengan hukuman pidana berdasarkan KUHP dalam Buku Kedua tentang Kejahatan Terhadap Penguasa Umum Pasal 216 yang berbunyi : (1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undangundang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah. 79

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU DUA

ANALISIS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU DUA ANALISIS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU DUA Mochammad Taufik Aminuddin Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27

Lebih terperinci

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP REALISASI PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TAMAN SARI DUA

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP REALISASI PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TAMAN SARI DUA PENGARUH PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP REALISASI PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TAMAN SARI DUA Novialia Universitas Bina Nusantara Jalan Duri Raya No.73, Duri Kepa

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama

BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama 22 BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek 3.1.1 Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama Subang Dalam melaksanakan Kuliah Kerja

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 BAB IV PEMBAHASAN IV.I Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama merupakan penggabungan dari

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DHAFIN FAKHRIY AZIZ Jalan Curug Cempaka No. 35 Jaticempaka Pondok Gede, 089653511162, dhafin.aziz@yahoo.com Maya Safira

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. sebelumnya. Pembahasan meliputi aspek-aspek penting yang perlu. diperhatikan dan selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut:

BAB IV PEMBAHASAN. sebelumnya. Pembahasan meliputi aspek-aspek penting yang perlu. diperhatikan dan selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut: 30 BAB IV PEMBAHASAN Bab ini akan membahas dan membandingkan antara teori-teori mengenai tindakan penagihan pajak aktif dengan data dan proses pelaksanaan penagihan yang terjadi pada obyek penelitian sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB IV PEMBAHASAN IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pandeglang Dari tahun ke tahun, target realisasi tunggakan pajak yang lunas di setiap kantor pajak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan

BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan BAB III GAMBARAN DATA 3.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang

BAB 3 OBJEK PENELITIAN Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga adalah instansi vertikal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Instansi 4.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo dibentuk melalui Keputusan Direktur

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara Setiap tahun, target realisasi tunggakan pajak yang lunas selalu mengalami perubahan begitu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan a. Petugas menagih secara pasif dengan menyampaikan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari : BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR A. Timbulnya Utang Pajak Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasar dan telah terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus dilewati dan harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Bab IV PEMBAHASAN IV.1 Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. Oleh karena itu dalam hal ini petugas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sistem perpajakan di Indonesia sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Penagihan Pajak Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. prosedur penagihan piutang pajak secara aktif. Selama kegiatan kerja praktek

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. prosedur penagihan piutang pajak secara aktif. Selama kegiatan kerja praktek BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pada kegiatan kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang penulis ditempatkan pada Seksi Penagihan. Sesuai

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut: 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Perpajakan 1. Pengertian Pajak Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1003, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penagihan. Bea Masuk. Cukai. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PMK 111/PMK.04/2013 TENTANG

Lebih terperinci

bahwa Penggugat memiliki tunggakan pajak sebagai berikut:

bahwa Penggugat memiliki tunggakan pajak sebagai berikut: Putusan Pengadilan Pajak : Put.37588/PP/M.III/99/2012 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : pokok sengketa dalam perkara gugatan ini mengenai penerbitan Surat Tergugat Nomor:

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar Hukum Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan di KPP Pratama

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar Hukum Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan di KPP Pratama BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Dasar Hukum Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu Seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, Indonesia sebagai negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN Salah satu upaya Pemerintah untuk mengamankan penerimaan Negara adalah dengan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi dan membayar pajak. Pada Bab I telah disampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendapatan negara adalah semua penerimaan dalam negeri dan penerimaan pembangunan yang digunakan untuk membiayai belanja negara, dimana penerimaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran dan surat paksa pada KPP Pratama Makassar Selatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Wilayah KPP

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Wilayah KPP IV.1 BAB IV PEMBAHASAN Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Wilayah KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) dilakukan karena ditemui wajib pajak yang

Lebih terperinci

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI.

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI. - 2 - e. bahwa dalam rangka penagihan bea masuk dan/atau cukai perlu pengaturan khusus dengan berdasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Lebih terperinci

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan A. Latar Belakang Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan sistem perpajakan dari official assessment menjadi self assessment diharapkan kesadaran Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Penyebab Terjadinya Piutang Pajak Pada Bab ini akan dibahas mengenai laporan perkembangan piutang pajak pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Laporan perkembangan piutang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-05/PJ/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu Tahun 2010-2012)

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.045/2007 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.045/2007 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.045/2007 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Dalam rangka mendukung tercapainya rencana penerimaan pajak, perlu dilaksanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 24/PMK.04/2011 TENTANG : TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 24/PMK.04/2011 TENTANG : TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 24/PMK.04/2011 TENTANG : TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI I. PENERBITAN STCK-I PETUNJUK PELAKSANAAN PENAGIHAN UTANG CUKAI YANG TIDAK DIBAYAR PADA WAKTUNYA,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak BAB 4 PEMBAHASAN Analisis data yang digunakan peneliti dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa tahun

Lebih terperinci

LAMPIRAN M DATA WAWANCARA. 1. Kendala kendala apa saja yang di hadapi oleh KPP Pratama Jakarta Taman

LAMPIRAN M DATA WAWANCARA. 1. Kendala kendala apa saja yang di hadapi oleh KPP Pratama Jakarta Taman L194 LAMPIRAN M DATA WAWANCARA 1. Kendala kendala apa saja yang di hadapi oleh KPP Pratama Jakarta Taman Sari Satu menghadapi wajib pajak yang tidak patuh dalam melakukan pelaksanaan penagihan pajak? Jawaban

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK PADA KPDJP A. KOMPILASI PERATURAN PELAKSANAAN PBB-P2, SOP PBB-P2, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DI LINGKUNGAN DJP SERTA APLIKASI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penagihan Pajak Aktif 1. Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2000:31) Pajak adalah iuran yang berupa uang dari rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan

Lebih terperinci

2013, No. 1003

2013, No. 1003 33 2013, No. 1003 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.04/2013 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI 2013, No. 1003 34 35 2013, No. 1003 2013, No. 1003

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-61/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PERSIAPAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SEBAGAI PAJAK TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan yaitu: 1. Analisis tingkat efektivitas penagihan

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO Kepala Kantor Fungsional Penilai Fungsional Pemeriksaan Kepala Sub Bagian Umum Seksi Pelayanan Seksi PDI Seksi Waskon I Seksi Waskon II Seksi

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PERSIAPAN PENGALIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN SEBAGAI PAJAK DAERAH DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem Pendahuluan Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self Assesment System yang dimulai sejak reformasi perpajakan tahun 1983 menuntut wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI PURWAKARTA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Surat Teguran 1. Pelaksanaan Surat Teguran Menurut Rudy Suhartono dan Wirawan B Ilyas (KUP) Penerbitan Surat Teguran, Surat peringatan, atau Surat lain yang sejenis merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA Ester Hervina Sihombing Politeknik Unggul LP3M Medan Jl.Iskandar Muda No.3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pajak menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5899) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor perpajakan ialah sumber pendapatan utama negara, pendapatan ini didistribusikan kepada lembaga-lembaga pemerintah guna pembelanjaan rutin dan pembangunan

Lebih terperinci

MONITORING PENERBITAN SPMKP BULAN... TAHUN... SKPKPP KONSEP SPMKP SPMKP SP2D No

MONITORING PENERBITAN SPMKP BULAN... TAHUN... SKPKPP KONSEP SPMKP SPMKP SP2D No LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-17/PJ/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.04/2013 tentang Tata Cara Penagihan Bea Ma

2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.04/2013 tentang Tata Cara Penagihan Bea Ma No.1656, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penagihan Bea Masuk dan/atau Cukai. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah sebuah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan saling berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa penulis melaksanakan kerja praktek di KPP (Kantor Pelayanan Pajak)

Lebih terperinci

BAB V. Simpulan dan Saran. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan peneliti pada bab

BAB V. Simpulan dan Saran. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan peneliti pada bab BAB V Simpulan dan Saran 1.1 Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan peneliti pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Semua prosedur kerja penagihan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : Jawatan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak 3.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidag tersebut memberikan berbagai definsi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Pajak Untuk dapat memahami mengenai pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, DIREKTORAT JENDEAL BEA DAN CUKAI Jalan Jenderal A. Yani Telepon : 4890308 Jakarta 13230 Faksimili: 4890871 Kotak Pos 108 Jakarta 10002 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP - 04/BC/1999

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat

Lebih terperinci

SURAT, DAFTAR, FORMULIR, DAN LAPORAN YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA FORMULIR LAMA KODE BARU KODE

SURAT, DAFTAR, FORMULIR, DAN LAPORAN YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA FORMULIR LAMA KODE BARU KODE Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-04/PJ/2016 Tanggal : SURAT, DAFTAR, FORMULIR, DAN LAPORAN YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA NO. FORMULIR LAMA

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Banten. telah menuntut perubahan undang-undang perpajakan dan struktur

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Banten. telah menuntut perubahan undang-undang perpajakan dan struktur BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Kosambi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kosambi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : KEP-04/BC/1999 Tanggal : 28 Januari 1999

Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : KEP-04/BC/1999 Tanggal : 28 Januari 1999 Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : KEP-04/BC/1999 Tanggal : 28 Januari 1999 BENTUK-BENTUK FORMULIR PENAGIHAN PIUTANG BEA MASUK, CUKAI, DENDA, DAN BUNGA DALAM RANGKA IMPOR BERDASARKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa pajak merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih

BAB II KAJIAN TEORITIS. Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih BAB II KAJIAN TEORITIS 1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Sistem Pemungutan Pajak Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut. 1. Self Assessment Sistem

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau

BAB II LANDASAN TEORI. melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penagihan Pajak Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Planned Behavior Menurut Ajzen (1991), Theory of Planned Behavior menjelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN A. Data Jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Semarang Gayamsari Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Efektif di KPP Pratama Semarang Gayamsari Tahun 2014 dan 2015

Lebih terperinci

EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG. RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar

EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG. RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem penagihan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT

ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT AHMAD ZACKY, HANGGORO PAMUNGKAS Universitas Bina Nusantara, Jalan Musa No. 55, Jakarta Barat 11540, 087877348585 / (021)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN Pada pembahasan berikut ini, penulis akan mendeskripsikan mengenai pelaksanaan penagihan pajak aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Data yang digunakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR

BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR A. Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Pajak Penghasilan Kepada Wajib Pajak Orang Pribadi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahwa berdasarkan Pasal 36 Undang-Undang

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya menggantungkan dana dari luar negeri saja, melainkan harus menggali sendiri terutama dari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI INDRAGIRI HULU

BUPATI INDRAGIRI HULU BUPATI INDRAGIRI HULU PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 88 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS DAN PELAKSANAAN SURAT PAKSA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK. 54 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 PENYAJIAN DATA 4.1.1 GAMBARAN UMUM INSTANSI 4.1.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Instansi Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Gresik Selatan berdiri berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan Undang-Undang

Lebih terperinci

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH LAMPIRAN PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 59 Tahun 2014 TANGGAL : 31 Desember 2014 1. FORMULIR PENDAFTARAN WAJIB PAJAK Jalan Drs H. Soejoed no 14 A Tlp. (0265) 771032 Fax (0265 )773570 Ciamis FOMULIR PENDAFTARAN

Lebih terperinci