BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak dan Kontribusinya Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Berikut adalah data jumlah wajib pajak yang berhasil dihimpun dari hasil ekstensifikasi dan jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok: Tabel IV. 1 Jumlah Wajib Pajak terdaftar Sebelum Ekstensifikasi dan Sesudah Ekstensifikasi Pada KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Tahun % Tahun Sebelum Ekstensifi kasi Hasil Ekstensifi kasi Tambahan WP Selain Ekstensifi kasi Tambahan WP Terdaftar per Tahun Jumlah WP terdaftar Hasil Ekstensifi kasi dari Tambahan WP Terdaftar ,31 % ,09 % ,06 % ,34 % ,02 % Sumber: KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok

2 45 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007, Wajib Pajak yang terdaftar sebelum ekstensifikasi sebesar Wajib Pajak yang terdiri dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan. Dari hasil kegiatan ekstensifikasi terdapat penambahan sebanyak 319 Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi. Tambahan Wajib Pajak selain Ekstensifikasi sebanyak WP OP dan WP Badan. Tambahan wajib pajak terdaftar selain ekstensifikasi diperoleh dari kesediaan dan kesadaran dari wajib pajak untuk mendaftarkan diri memperoleh NPWP di KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok dan dari hasil pendaftaran NPWP di KPP lain. Tambahan Wajib Pajak terdaftar per tahun diperoleh dari penjumlahan Wajib Pajak hasil ekstensifikasi dan Tambahan Wajib Pajak selain Ekstensifikasi. Untuk tahun 2007, Tambahan WP terdaftarnya sebanyak WP yang didapat dari hasil penjumlahan WP ekstensifikasi sebanyak 319 dan WP selain ekstensifikasi sebanyak Total WP terdaftar tahun 2007 sebanyak WP. Tahun 2008, Wajib Pajak yang terdaftar sebelum ekstensifikasi sebesar Wajib Pajak yang terdiri dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan. Dari hasil kegiatan ekstensifikasi terdapat penambahan sebanyak 171 Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi. Data ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2007 yang tercatat sebesar 319 Wajib Pajak. Penurunan ini disebabkan karena kegiatan ekstensifikasi tidak berjalan secara optimal, salah satunya karena faktor SDM yang kurang. Tambahan Wajib Pajak selain Ekstensifikasi sebanyak WP OP dan WP Badan. Tambahan wajib pajak terdaftar selain ekstensifikasi diperoleh dari kesediaan dan kesadaran dari wajib pajak untuk mendaftarkan diri memperoleh NPWP di KPP

3 46 Pratama Jakarta Tanjung Priok dan dari hasil pendaftaran NPWP di KPP lain. Tambahan Wajib Pajak terdaftar per tahun diperoleh dari penjumlahan Wajib Pajak hasil ekstensifikasi dan Tambahan Wajib Pajak selain Ekstensifikasi. Untuk tahun 2008, Tambahan WP terdaftarnya sebanyak WP yang didapat dari hasil penjumlahan WP ekstensifikasi sebanyak 171 dan WP selain ekstensifikasi sebanyak Total WP terdaftar tahun 2008 sebanyak WP. Pada 2009, Wajib Pajak yang terdaftar sebelum ekstensifikasi sebesar Wajib Pajak yang terdiri dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan. Dari hasil kegiatan ekstensifikasi terdapat penambahan sebanyak 285 Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi. Jumlah ini mengalami kenaikan dibanding tahun Ini disebabkan karena ada usaha peningkatan program penyuluhan Wajib Pajak dari seksi ekstensifikasi. Tambahan Wajib Pajak selain Ekstensifikasi sebanyak 951 WP OP dan WP Badan. Tambahan wajib pajak terdaftar selain ekstensifikasi diperoleh dari kesediaan dan kesadaran dari wajib pajak untuk mendaftarkan diri memperoleh NPWP di KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok dan dari hasil pendaftaran NPWP di KPP lain. Tambahan Wajib Pajak terdaftar per tahun diperoleh dari penjumlahan Wajib Pajak hasil ekstensifikasi dan Tambahan Wajib Pajak selain Ekstensifikasi. Untuk tahun 2009, Tambahan WP terdaftarnya sebanyak WP yang didapat dari hasil penjumlahan WP ekstensifikasi sebanyak 285 dan WP selain ekstensifikasi sebanyak Total WP terdaftar tahun 2009 sebanyak WP. Selama tahun 2010, Wajib Pajak yang terdaftar sebelum ekstensifikasi sebesar Wajib Pajak yang terdiri dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan.

4 47 Dari hasil kegiatan ekstensifikasi terdapat penambahan sebanyak 256 Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi. Jumlah ini mengalami penurunan sedikit dibanding tahun Ini disebabkan karena ada usaha peningkatan program penyuluhan Wajib Pajak yang dilakukan oleh seksi ekstensifikasi sedikit kendor. Tambahan Wajib Pajak selain Ekstensifikasi sebanyak 841 WP OP dan WP Badan. Tambahan wajib pajak terdaftar selain ekstensifikasi diperoleh dari kesediaan dan kesadaran dari wajib pajak untuk mendaftarkan diri memperoleh NPWP di KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok dan dari hasil pendaftaran NPWP di KPP lain. Tambahan Wajib Pajak terdaftar per tahun diperoleh dari penjumlahan Wajib Pajak hasil ekstensifikasi dan Tambahan Wajib Pajak selain Ekstensifikasi. Untuk tahun 2010, Tambahan WP terdaftarnya sebanyak WP yang didapat dari hasil penjumlahan WP ekstensifikasi sebanyak 256 dan WP selain ekstensifikasi sebanyak 841. Total WP terdaftar tahun 2010 sebanyak WP. Untuk tahun 2011, Wajib Pajak yang terdaftar sebelum ekstensifikasi sebesar Wajib Pajak yang terdiri dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan. Dari hasil kegiatan ekstensifikasi terdapat penambahan sebanyak Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi. Jumlah ini mengalami kenaikan dibanding tahun Ini disebabkan karena usaha luar biasa yang dilakukan oleh tim ekstensifikasi dalam menjaring wajib pajak baru. Tambahan Wajib Pajak selain Ekstensifikasi sebanyak WP OP dan WP Badan. Tambahan wajib pajak terdaftar selain ekstensifikasi diperoleh dari kesediaan dan kesadaran dari wajib pajak untuk mendaftarkan diri memperoleh NPWP di KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok dan dari hasil pendaftaran

5 48 NPWP di KPP lain. Tambahan Wajib Pajak terdaftar per tahun diperoleh dari penjumlahan Wajib Pajak hasil ekstensifikasi dan Tambahan Wajib Pajak selain Ekstensifikasi. Pada tahun 2011, Tambahan WP terdaftarnya sebanyak WP yang didapat dari hasil penjumlahan WP ekstensifikasi sebanyak dan WP selain ekstensifikasi sebanyak Total WP terdaftar tahun 2011 sebanyak Wajib Pajak. Tambahan wajib pajak hasil ekstensifikasi sebesar 319 wajib pajak di mana memberikan kontribusi sebesar 18,31 % apabila dibandingkan dengan tambahan wajib pajak yang terdaftar pada tahun yang bersangkutan.. Di tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011 secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 10,09 %, 23,06 %, 23,34 %, dan 27,02 %. Jika ditampilkan dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut :

6 49 Grafik IV.A Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Hasil Ekstensifikasi Pajak dan Wajib Pajak Terdaftar Per Tahun WP Hasil Ekstensifikasi Tambahan WP Terdaftar per Tahun Sumber : KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Dari grafik di atas, terlihat bahwa jumlah wajib pajak yang terdaftar dari hasil ekstensifikasi memberikan kontribusi dalam meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok. Ini bisa dilihat dari grafik yang cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

7 50 B. Analisis Pelaksanaan Intensifikasi Pajak dan Kontribusinya Terhadap Penerimaan Pajak Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, pelaksanaan intensifikasi pajak di KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok sebagai berikut: a. Kegiatan pemeriksaan yang menghasilkan Surat Tagihan Pajak (STP) dan atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dalam hal ditemukannya data baru tentang kewajiban Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran PPh atau PPn dalam tahun berjalan. b. Usul Pemeriksaan Khusus dalam hal ditemukannya data tentang kewajiban perpajakan tahun-tahun sebelumnya (sebelum melewati batas daluarsa penetapan pajak). c. Melakukan Penagihan Aktif mulai dari penerbitan surat teguran sampai dengan diadakannya pelelangan.

8 51 Pelaksanaan intensifikasi dari hasil kegiatan pemeriksaan sederhana dapat dilihat dalam tabel berikut: Thn SPT diperiksa Tabel IV. 2 Kegiatan Pemeriksaan Sederhana KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Tahun Kegiatan Selesai %Selesai Koreksi Pajak (Dalam Jutaan Rp) , , , , , Jumlah , Sumber: KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Tahun 2007, sebanyak 537 SPT diperiksa. SPT diperiksa karena adanya lebih bayar pajak dari wajib pajak. Bisa juga terjadi karena SPT yang dilaporkan oleh wajib pajak mengalami rugi usaha. Oleh karena itu, untuk mengawasi kebenaran dari pelaporan wajib pajak tersebut, dilakukan pemeriksaan oleh kantor pajak. Dari 536 SPT yang diperiksa, sebanyak 524 bisa diselesaikan dengan baik. SPT yang belum selesai dimungkinkan karena SPT yang diperiksa SPT rugi usaha di mana mempunyai jangka waktu 5 tahun. Apabila dibuat persentase, sebesar 97,76%.

9 52 Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan pada tahun 2007 menghasilkan koreksi pajak sebesar Rp juta. Tahun 2008, sebanyak 479 SPT diperiksa. Dari 479 SPT yang diperiksa, sebanyak 453 bisa diselesaikan dengan baik. SPT yang belum selesai dimungkinkan karena SPT yang diperiksa SPT rugi usaha di mana mempunyai jangka waktu 5 tahun. Apabila dibuat persentase, sebesar 94,57%. Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan pada tahun 2008 menghasilkan koreksi pajak sebesar Rp juta. Tahun 2009, sebanyak 487 SPT diperiksa. Dari 487 SPT yang diperiksa, sebanyak 465 bisa diselesaikan dengan baik. SPT yang belum selesai dimungkinkan karena SPT yang diperiksa SPT rugi usaha di mana mempunyai jangka waktu 5 tahun. Apabila dibuat persentase, sebesar 97,08%. Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan pada tahun 2009 menghasilkan koreksi pajak sebesar Rp juta. Tahun 2010, sebanyak 359 SPT diperiksa. Dari 359 SPT yang diperiksa, sebanyak 346 bisa diselesaikan dengan baik. SPT yang belum selesai terjadi karena SPT yang diperiksa SPT rugi usaha di mana mempunyai jangka waktu 5 tahun. Apabila dibuat persentase, sebesar 96,38%. Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan pada tahun 2010 menghasilkan koreksi pajak sebesar Rp juta. Tahun 2011, sebanyak 581 SPT diperiksa. Jumlah ini mengalami kenaikan hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya (2010) karena kasus yang ditangani meningkat untuk SPT lebih bayar dan SPT nihilnya. Dari 581 SPT yang

10 53 diperiksa, sebanyak 572 bisa diselesaikan dengan baik. SPT yang belum selesai terjadi karena SPT yang diperiksa SPT rugi usaha di mana mempunyai jangka waktu 5 tahun. Apabila dibuat persentase, sebesar 98,45%, meningkat apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan pada tahun 2011 menghasilkan koreksi pajak sebesar Rp juta. Kegiatan intensifikasi dari penagihan pajak dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel IV. 3 Rencana dan Realisasi Penerimaan Tunggakan Pajak KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Tahun (Dalam Jutaan) Tahun Posisi Per 1 Jan Rencana Pencairan Penambahan Posisi Per 31 Des Realisasi Pencairan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,59 Sumber: KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok

11 54 Tahun 2007, posisi awal tahun menunjukkan tunggakan pajak sebesar Rp 6.857,17 juta. Rencana pencairan pajak diperoleh dari hasil rapat antara Seksi Penagihan Pajak dengan Tim Kanwil DJP Jakarta Utara dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Dalam tahun 2007, rencana pencairan pajaknya sebesar Rp 2.245,15 juta. Penambahan tunggakan pajak sebesar Rp 5.248,42 juta. Penambahan tunggakan pajak tahun 2007 disebabkan adanya wajib pajak yang belum membayar atau melunasi kewajiban perpajakannya, sehingga timbul tunggakan pajak dalam tahun berjalan. Posisi per 31 Desember atau posisi akhir tahun menunjukkan jumlah tunggakan pajak yang masih tersisa dalam tahun yang bersangkutan. Angkanya didapat dari menjumlahkan saldo awal tahun (Posisi per 1 Januari) ditambah dengan penambahan tunggakan pajak, dikurangi dengan realisasi pencairan. Pada tahun 2007, tunggakan akhir tahun sebesar Rp 8.558,47 juta. Penagihan pajak berhasil mencatat realisasi pencairan sebesar Rp 3.547,12 juta. Pencairan tunggakan pajak terjadi karena wajib pajak sudah melakukan kewajiban pembayaran pajak ke kas negara yang dibayar melalui bank persepsi atau kantor pos terdekat. Tahun 2008, posisi awal tahun menunjukkan tunggakan pajak sebesar Rp 8.558,47 juta. Dalam tahun 2008, rencana pencairan pajaknya sebesar Rp 3.215,46 juta. Penambahan tunggakan pajak sebesar Rp ,53 juta. Pada tahun 2008, tunggakan akhir tahun sebesar Rp ,13 juta. Penagihan pajak berhasil mencatat realisasi pencairan sebesar Rp 5.214,87 juta. Tahun 2009, posisi awal tahun menunjukkan tunggakan pajak sebesar Rp ,13 juta. Dalam tahun 2009, rencana pencairan pajaknya sebesar Rp

12 ,78 juta. Penambahan tunggakan pajak sebesar Rp ,75 juta. Pada tahun 2009, tunggakan akhir tahun sebesar Rp ,35 juta. Penagihan pajak berhasil mencatat realisasi pencairan sebesar Rp 3.951,53 juta. Tahun 2010, posisi awal tahun menunjukkan tunggakan pajak sebesar Rp ,35 juta. Dalam tahun 2010, rencana pencairan pajaknya sebesar Rp ,88 juta. Penambahan tunggakan pajak sebesar Rp 5.214,63 juta. Pada tahun 2010, tunggakan akhir tahun sebesar Rp ,51 juta. Penagihan pajak berhasil mencatat realisasi pencairan sebesar Rp ,47 juta. Tahun 2011, posisi awal tahun menunjukkan tunggakan pajak sebesar Rp ,51 juta. Dalam tahun 2011, rencana pencairan pajaknya sebesar Rp 6.548,47 juta. Penambahan tunggakan pajak sebesar Rp 5.241,15 juta. Pada tahun 2011, tunggakan akhir tahun sebesar Rp ,07 juta. Penagihan pajak berhasil mencatat realisasi pencairan sebesar Rp 7.753,59 juta. Untuk mengetahui berapa besarnya rencana dan realisasi penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanjung Priok dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat diliat pada tabel berikut:

13 56 Tabel IV. 4 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Tahun Thn PPh PPN Pajak Lainnya Jumlah Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Sumber: KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok *dalam jutaan rupiah Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tahun 2007, kolom rencana yang ada pada PPh, PPN, dan Pajak Lainnya adalah estimasi penerimaan pajak yang diberikan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak kepada KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok sebagai target penerimaan pajak yang harus dicapai dalam tahun yang bersangkutan. Untuk tahun 2007, rencana penerimaan dari PPh (Pajak Penghasilan) sebesar Rp 200,015 Milyar. Rencana penerimaan dari PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar Rp 185,257 Milyar. Sedangkan rencana penerimaan pajak dari pajak lainnya (di luar PPh dan PPN) sebesar Rp 53 Juta. Dari total rencana penerimaan pajak tersebut, jika dijumlahkan antara rencana PPh, PPN, dan Pajak Lainnya, untuk tahun 2007 sebesar Rp 385,325 Milyar.

14 57 Realisasi penerimaan pajak untuk tahun 2007 didapatkan dari data MPN (Monitoring Penerimaan Nasional) yang dihimpun oleh Seksi Pengolah Data dan Informasi (Seksi PDI) di KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok. Realisasi penerimaan PPh untuk tahun 2007 sebesar Rp 198,641 Milyar. Realisasi Penerimaan PPN sebesar Rp 195,541 Milyar. Realisasi penerimaan dari pajak lainnya sebesar Rp 64 Juta. Sehingga jika dijumlahkan, total realisasi penerimaan tahun 2007 dari PPh, PPN dan Pajak Lainnya sebesar Rp 394,246 Milyar. Untuk tahun 2008, rencana penerimaan dari PPh (Pajak Penghasilan) sebesar Rp 151,788 Milyar. Rencana penerimaan dari PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar Rp 269,346 Milyar. Sedangkan rencana penerimaan pajak dari pajak lainnya (di luar PPh dan PPN) sebesar Rp 79 Juta. Dari total rencana penerimaan pajak tersebut, jika dijumlahkan antara rencana PPh, PPN, dan Pajak Lainnya, untuk tahun 2008 sebesar Rp 418,549 Milyar. Realisasi penerimaan PPh untuk tahun 2008 sebesar Rp 131,236 Milyar. Realisasi Penerimaan PPN sebesar Rp 287,245 Milyar. Realisasi penerimaan dari pajak lainnya sebesar Rp 68 Juta. Sehingga jika dijumlahkan, total realisasi penerimaan tahun 2008 dari PPh, PPN dan Pajak Lainnya sebesar Rp 418,549 Milyar. Tahun 2009, rencana penerimaan dari PPh (Pajak Penghasilan) sebesar Rp 199,322 Milyar. Rencana penerimaan dari PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar Rp 356,784 Milyar. Sedangkan rencana penerimaan pajak dari pajak lainnya (di luar PPh dan PPN) sebesar Rp 108 Juta. Dari total rencana penerimaan pajak tersebut, jika dijumlahkan antara rencana PPh, PPN, dan Pajak Lainnya, untuk tahun

15 sebesar Rp 556,214 Milyar. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2008 karena memang dalam APBN juga mengalami peningkatan pengeluaran negara, sehingga pemasukan dari sektor pajak juga harus meningkat. Realisasi penerimaan PPh untuk tahun 2009 sebesar Rp 193,478 Milyar. Realisasi Penerimaan PPN sebesar Rp 369,451 Milyar. Realisasi penerimaan dari pajak lainnya sebesar Rp 92 Juta. Sehingga jika dijumlahkan, total realisasi penerimaan tahun 2009 dari PPh, PPN dan Pajak Lainnya sebesar Rp 563,021 Milyar. Meningkat dibandingkan tahun Tahun 2010, rencana penerimaan dari PPh (Pajak Penghasilan) sebesar Rp 162,071 Milyar. Rencana penerimaan dari PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar Rp 487,254 Milyar. Sedangkan rencana penerimaan pajak dari pajak lainnya (di luar PPh dan PPN) sebesar Rp 152 Juta. Dari total rencana penerimaan pajak tersebut, jika dijumlahkan antara rencana PPh, PPN, dan Pajak Lainnya, untuk tahun 2010 sebesar Rp 649,477 Milyar. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2009 untuk menutup pengeluaran negara yang juga semakin besar. Realisasi penerimaan PPh untuk tahun 2010 sebesar Rp 108,633 Milyar. Realisasi Penerimaan PPN sebesar Rp 499,578 Milyar. Realisasi penerimaan dari pajak lainnya sebesar Rp 141 Juta. Sehingga jika dijumlahkan, total realisasi penerimaan tahun 2010 dari PPh, PPN dan Pajak Lainnya sebesar Rp 608,352 Milyar. Meningkat dibandingkan tahun Tahun 2011, rencana penerimaan dari PPh (Pajak Penghasilan) sebesar Rp 272,125 Milyar. Rencana penerimaan dari PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

16 59 sebesar Rp 498,258 Milyar. Sedangkan rencana penerimaan pajak dari pajak lainnya (di luar PPh dan PPN) sebesar Rp 84 Juta. Dari total rencana penerimaan pajak tersebut, jika dijumlahkan antara rencana PPh, PPN, dan Pajak Lainnya, untuk tahun 2010 sebesar Rp 770,467 Milyar. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2010 untuk membiayai pengeluaran negara yang juga juga semakin besar. Realisasi penerimaan PPh untuk tahun 2011 sebesar Rp 237,188 Milyar. Realisasi Penerimaan PPN sebesar Rp 521,487 Milyar. Realisasi penerimaan dari pajak lainnya sebesar Rp 79 Juta. Sehingga jika dijumlahkan, total realisasi penerimaan tahun 2011 dari PPh, PPN dan Pajak Lainnya sebesar Rp 758,754 Milyar. Meningkat dibandingkan tahun Dari tabel-tabel yang sudah dipaparkan sebelumnya, untuk mengetahui seberapa besar jumlah penerimaan pajak dari hasil intensifikasi pajak dibandingkan dengan realisasi penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanjung Priok dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel berikut:

17 60 Tabel IV. 5 Jumlah Penerimaan Pajak dari Hasil Intensifikasi Wajib Pajak Dibandingkan dengan Total Penerimaan Pajak Tahun Tahun Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak Hasil Intensifikasi Pajak % Penerimaan Hasil Intensifikasi dengan Penerimaan Pajak Pemeriksaan Penagihan Jumlah , ,12 2,08 % , ,87 2,52 % , ,53 0,92 % , ,47 2,99 % , ,59 2,07 % Sumber: KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok *dalam jutaan rupiah Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2007, penerimaan pajak yang berhasil dihimpun melalui data MPN (Monitoring Penerimaan Nasional) sebesar Rp 394,246 Milyar. Penerimaan pajak dari hasil intensifikasi pajak, terdiri dari pemeriksaan pajak sebesar Rp 4,648 Milyar, dan penagihan sebesar Rp 3,54712 Milyar, sehingga menghasilkan jumlah Rp 8,19512 Milyar. Apabila dibuat persentase, dari hasil perhitungan persentase perbandingan penerimaan pajak hasil ekstensifikasi dan total

18 61 penerimaan pajak dari tahun 2007 adalah sebesar Rp 8,19512 Milyar dibagi dengan Rp 394,246 Milyar dikali 100%, menghasilkan nilai 2,08%. Tahun 2008, penerimaan pajak yang berhasil dihimpun melalui data MPN (Monitoring Penerimaan Nasional) sebesar Rp 418,549 Milyar. Penerimaan pajak dari hasil intensifikasi pajak, terdiri dari pemeriksaan pajak sebesar Rp 5,348 Milyar, dan penagihan sebesar Rp 5,21487 Milyar, sehingga menghasilkan jumlah Rp 10,56287 Milyar. Apabila dibuat persentase, dari hasil perhitungan persentase perbandingan penerimaan pajak hasil ekstensifikasi dan total penerimaan pajak dari tahun 2008 adalah sebesar Rp 10,56287 Milyar dibagi dengan Rp 418,549 Milyar dikali 100%, menghasilkan nilai 2,52%. Meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2009, penerimaan pajak yang berhasil dihimpun melalui data MPN (Monitoring Penerimaan Nasional) sebesar Rp 563,021 Milyar. Penerimaan pajak dari hasil intensifikasi pajak, terdiri dari pemeriksaan pajak sebesar Rp 1,248 Milyar, dan penagihan sebesar Rp 3,95153 Milyar, sehingga menghasilkan jumlah Rp 5,19953 Milyar. Apabila dibuat persentase, dari hasil perhitungan persentase perbandingan penerimaan pajak hasil ekstensifikasi dan total penerimaan pajak dari tahun 2009 adalah sebesar Rp 5,19953 Milyar dibagi dengan Rp 563,021 Milyar dikali 100%, menghasilkan nilai 0,92%. Hasil ini lebih rendah dari tahun sebelumnya. Tahun 2010, penerimaan pajak yang berhasil dihimpun melalui data MPN (Monitoring Penerimaan Nasional) sebesar Rp 608,352 Milyar. Penerimaan pajak dari hasil intensifikasi pajak, terdiri dari pemeriksaan pajak sebesar Rp 1,024 Milyar,

19 62 dan penagihan sebesar Rp 17,21847 Milyar, sehingga menghasilkan jumlah Rp 18,24247 Milyar. Apabila dibuat persentase, dari hasil perhitungan persentase perbandingan penerimaan pajak hasil ekstensifikasi dan total penerimaan pajak dari tahun 2010 adalah sebesar Rp 18,24247 Milyar dibagi dengan Rp 608,352 Milyar dikali 100%, menghasilkan nilai 2,99%. Hasil ini meningkat hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Tahun 2011, penerimaan pajak yang berhasil dihimpun melalui data MPN (Monitoring Penerimaan Nasional) sebesar Rp 758,754 Milyar. Penerimaan pajak dari hasil intensifikasi pajak, terdiri dari pemeriksaan pajak sebesar Rp 7,984 Milyar, dan penagihan sebesar Rp 7,75359 Milyar, sehingga menghasilkan jumlah Rp 15,73759 Milyar. Apabila dibuat persentase, dari hasil perhitungan persentase perbandingan penerimaan pajak hasil ekstensifikasi dan total penerimaan pajak dari tahun 2011 adalah sebesar Rp 15,73759 Milyar dibagi dengan Rp 758,754 Milyar dikali 100%, menghasilkan nilai 2,07%. Hasil ini sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya. Dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, persentase penerimaan hasil intensifikasi dengan penerimaan pajak berturut-turut yaitu: 2,08%, 2,52%, 0,92%, 2,99%, dan 2,07%. Ini menunjukkan bahwa ada kontribusi dari pelaksanaan intensifikasi pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanjung Priok terhadap penerimaan pajak dari tahun ke tahun, meskipun nilainya kecil.

20 63 Jika ditampilkan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti berikut: Grafik IV. B Penerimaan Pajak Hasil Intensifikasi dari Tahun ke Tahun Jumlah Penerimaan Intensifikasi Pajak (dalam ribuan rupiah) Sumber : KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa hasil dari kegiatan intensifikasi pajak dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 cenderung meningkat.

21 64 C. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak Prosedur pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak yang sudah dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok, setelah dianalisis dengan SOP intensifikasi dan ekstensifikasi pajak, dapat diketahui bahwa prosedur tersebut telah berjalan dengan baik, namun dalam pelaksanaannya banyak terdapat kendala-kendala yang dihadapi. Dari wawancara yang dilakukan penulis dengan Kepala Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanjung Priok, diketahui adanya kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak, kendala-kendala tersebut ada yang berasal dari internal KPP dan eksternal KPP. 1. Kendala internal yang timbul dari dalam KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok a. Kurangnya sumber daya manusia Pada Seksi Ekstensifikasi yang menangani ekstensifikasi pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanjung Priok pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 hanya berjumlah 5 (lima) orang dimana 1 (satu) orang sebagai koordinator dan 4 (empat) orang petugas pelaksana. Mengingat wilayah KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok yang cukup rumit, jumlah petugas tersebut sangat kurang sehingga kegiatan ekstensifikasi wajib pajak tidak dijalankan secara optimal.

22 65 b. Sarana dan prasarana yang kurang memadai Dalam pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dibutuhkan sarana dan prasarana khususnya biaya dan alat transportasi yang akan digunakan. Sampai saat ini pada KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok tidak terdapat alat transportasi (kendaraan) khusus untuk pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak, serta biaya untuk pelaksanaan penagihan (intensifikasi) tidak mencukupi, sehingga pelaksanaan penagihan belum berjalan secara optimal. 2. Kendala eksternal yang timbul dari luar KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok a. Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok yang rumit Telah dijelaskan dalam pembahasan bab sebelumnya bahwa wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok meliputi Kelurahan Tanjung Priok, Kebon Bawang, dan Warakas, di mana merupakan pemukiman padat penduduk dan terkadang banyak wilayah yang hampir tidak bisa dilewati oleh kendaraan karena sempitnya jalan masuk gang dan tempatnya terselubung. b. Alamat wajib pajak yang tidak jelas atau lengkap Alamat wajib pajak yang tidak jelas dan tidak lengkap membuat pelaksanaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak mengalami kesulitan dalam proses pemanfaatan data yang didapat. Dimana pada saat Wajib Pajak mendaftarkan diri alamat yang digunakan sering berbeda hal ini dapat diketahui setelah dilaksanakannya proses ekstensifikasi dan intensifikasi (penagihan). Dan

23 66 banyaknya surat untuk wajib pajak yang kembali dari pos yang disebabkan alamat Wajib Pajak tidak jelas atau Wajib Pajak telah pindah. c. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya Kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya pada KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok sangat rendah, hal ini disebabkan karena banyaknya Wajib Pajak yang belum mengerti arti penting pajak bagi pembangunan dan bagi masyarakat.

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang paling besar kontribusinya. Penerimaan negara yang diterima dari pajak cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak sebagai sumber penerimaan negara digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Pada mulanya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanjung Priok adalah kantor bank yang digunakan oleh Belanda. Setelah

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK. 54 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 PENYAJIAN DATA 4.1.1 GAMBARAN UMUM INSTANSI 4.1.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Instansi Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Gresik Selatan berdiri berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR KANWIL DJP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2011

DAFTAR KANWIL DJP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2011 Lampiran 1 Nomor : SE-18/PJ/2011 Tanggal : 18 Pebruari 2011 NO DAFTAR KANWIL DJP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2011 URAIAN Target Rasio Tahun 2010 (%) SPT Tahunan PPh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Prinsip dasar utama dari Sunset Policy adalah penegakan sistem self assessment seutuhnya, yang berarti

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-06/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-06/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-06/PJ/2012 TENTANG TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PADA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-06/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-06/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-06/PJ/2012 TENTANG TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PADA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam upaya meningkatkan penerimaan dari sektor pajak pemerintah gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan yang sangat tinggi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Sawah Besar Dua dibentuk

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Membangun perekonomian yang lebih baik tidak terlepas dari rakyat yang ikut serta berperan aktif dalam membangun perekonomian. Untuk membangun perekonomian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan yaitu: 1. Analisis tingkat efektivitas penagihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian dan Daerah Operasi Objek Penelitian Dalam menyusun skripsi ini, peneliti melakukan penelitian di KPP Pratama Tangerang Timur yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab IV, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. bab IV, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : a. Penagihan pajak penghasilan dengan

Lebih terperinci

PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBINAAN, EDUKASI DAN PELAYANAN TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU OLEH SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN DI KPP PRATAMA

PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBINAAN, EDUKASI DAN PELAYANAN TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU OLEH SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN DI KPP PRATAMA LAMPIRAN I PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBINAAN, EDUKASI DAN PELAYANAN TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU OLEH SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN DI KPP PRATAMA Prosedur Kerja : 1. Kepala Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sistem perpajakan di Indonesia sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari beberapa suku bangsa, budaya dan adat istiadat. Pancasila dan Undangundang Dasar 1945 merupakan landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu potensi penerimaan dalam negeri terbesar yang menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun 2006-2011 pajak memberi kontribusi

Lebih terperinci

WAWANCARA NARASUMBER KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

WAWANCARA NARASUMBER KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN WAWANCARA NARASUMBER KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN 1. Apakah penagihan pajak sesuai dengan alur / sesuai dengan peraturan perpajakan? 2. Kalau belum efektif, dampak, dan solusinya bagaimana?

Lebih terperinci

Jumlah Pajak yang telah dibayar (Rp) Jumlah Pajak yang masih harus dibayar (Rp)

Jumlah Pajak yang telah dibayar (Rp) Jumlah Pajak yang masih harus dibayar (Rp) Nomor : KEP -228/PJ.1999 DAFTAR PIUTANG YANG DIPERKIRAKAN TIDAK DAPAT ATAU TIDAK MUNGKIN DITAGIH LAGI UNTUK DILAKUKAN PENELITIAN SETEMPAT, ATAU PENELITIAN ADMINISTRASI TENTANG DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pajak sebagai sumber penerimaan negara digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan penerimaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Boyolali. Ekstensifikasi Pajak merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Objek penelitian yang dipilih oleh penulis dalam melakukan penelitian adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber-sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar didunia. Dengan besar dan luasnya wilayah Negara Republik Indonesia yang dimiliki, pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha. kepada Wajib Pajak menjadi lebih optimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha. kepada Wajib Pajak menjadi lebih optimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jakarta Pesanggrahan berdiri sejak 5 Oktober 2015, KPP Jakarta Pessanggrahan ini merupakan pisahan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA BEKASI SELATAN

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA BEKASI SELATAN EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA BEKASI SELATAN PENDAHULUAN Latar Belakang Penerimaan pajak mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan menjaga kepentingan rakyat, baik dari segi kesejahteraan, keamanan, dan pertahanan. Salah

Lebih terperinci

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DIMAS WIBISONO Jalan Taruna III no. 8 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, 08561808586,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. sebelumnya. Pembahasan meliputi aspek-aspek penting yang perlu. diperhatikan dan selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut:

BAB IV PEMBAHASAN. sebelumnya. Pembahasan meliputi aspek-aspek penting yang perlu. diperhatikan dan selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut: 30 BAB IV PEMBAHASAN Bab ini akan membahas dan membandingkan antara teori-teori mengenai tindakan penagihan pajak aktif dengan data dan proses pelaksanaan penagihan yang terjadi pada obyek penelitian sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sebenarnya memiliki banyak potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Tetapi pada kenyataannya, Indonesia belum bisa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Sejarah KPP Pratama Salatiga Pada awalnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Salatiga merupakan Kantor Dinas Luar Tingkat I di bawah Kantor Inspeksi Pajak Semarang Barat, seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri awal negara ini adalah menyejahterakan rakyat dan menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Belanja Negara (APBN), sumber pembiayaannya berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Belanja Negara (APBN), sumber pembiayaannya berasal dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang utama untuk membiayai pembangunan, karena hampir 70 persen sampai dengan 75 persen Anggaran Pendapatan Belanja

Lebih terperinci

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-29/PJ/2012 Tanggal : 11 Mei 2012 TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK TINGKAT RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PARAMETER BOBOT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan negara dengan melakukan tax reform. Tax reform adalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan negara dengan melakukan tax reform. Tax reform adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap tahunnya pemerintah mengharapkan adanya penambahan pendapatan negara khususnya dari sektor pajak. Untuk itu, berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Nomor : SE-29/PJ/2012 Tanggal : 11 Mei 2012 TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK TINGKAT RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PARAMETER BOBOT Rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan Negara dan Bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK PADA KPDJP A. KOMPILASI PERATURAN PELAKSANAAN PBB-P2, SOP PBB-P2, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DI LINGKUNGAN DJP SERTA APLIKASI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara Setiap tahun, target realisasi tunggakan pajak yang lunas selalu mengalami perubahan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada tuntutan perkembangan berbagai bidang agar dapat menjaga stabilitas negara. Pemenuhan tuntutan tersebut diwujudkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA CIKARANG SELATAN. 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Cikarang Selatan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA CIKARANG SELATAN. 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Cikarang Selatan BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA CIKARANG SELATAN 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Cikarang Selatan Sebelum berubah nama menjadi Kantor Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cikarang Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Usaha yang dilakukan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Usaha yang dilakukan pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Perkembangan yang dilakukan Indonesia berupa peningkatan pembangunan yang direncanakan sesuai kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, pajak merupakan sumber terbesar pendapatan negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak menyumbang lebih dari separuh total pendapatan

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-61/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PERSIAPAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SEBAGAI PAJAK TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor migas dan sektor non migas. Salah satu penerimaan negara yang bersumber dari sektor non migas adalah

Lebih terperinci

REKAPITULASI DATA SSP NTPN

REKAPITULASI DATA SSP NTPN LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-81/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PENELITIAN SURAT SETORAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak BAB 4 PEMBAHASAN Analisis data yang digunakan peneliti dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa tahun

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Penyebab Terjadinya Piutang Pajak Pada Bab ini akan dibahas mengenai laporan perkembangan piutang pajak pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Laporan perkembangan piutang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis 4.1.1 Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Tabel 4.1 Total Wajib Pajak, Realisasi dan Rencana Penerimaan Pajak (dalam rupiah)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung. 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta berdiri pada tanggal 1 April 1989, yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Instansi 1. Sejarah KPP Pratama Kebumen Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Kebumen bermula dari Kantor Dinas Luar Tingkat I yang merupakan cabang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 Account. mengimplementasikan Organisasi Modern.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 Account. mengimplementasikan Organisasi Modern. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 Account Representative (AR) adalah pegawai yang diangkat pada setiap Seksi Pengawasan dan Konsultasi di Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) menyebutkan bahwa, Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

Lebih terperinci

KANWIL DJP. Jakarta Utara. Seminar Nasional KEBIJAKAN PERPAJAKAN. pasca tax. amnesty. Jakarta, 10 Mei 2017

KANWIL DJP. Jakarta Utara. Seminar Nasional KEBIJAKAN PERPAJAKAN. pasca tax. amnesty. Jakarta, 10 Mei 2017 KANWIL DJP Jakarta Utara Seminar Nasional KEBIJAKAN PERPAJAKAN pasca tax amnesty Jakarta, 10 Mei 2017 Rp4.881T deklarasi HARTA BERSIH Rp147T Repatriasi Rp1.036T Deklarasi LN Rp3.698T Deklarasi DN Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang didunia. Sehingga isu mengenai pembangunan nasional merupakan fokus utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 BAB IV PEMBAHASAN IV.I Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara besar yang terdiri dari banyak pulau dan lautan yang membentang luas dari sabang sampai merauke. Wilayah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menjalankan pemerintahan, diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya tidak terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan yang memerlukan banyak dana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang berkembang, sebenarnya Indonesia memiliki berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada kenyataannya Indonesia

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Grogol Petamburan didirikan pada tanggal 1 Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah terjadi kenaikan tax ratio yang cukup besar. 14,8 trilyun, tahun 2000 sebesar Rp.16,9 trilyun.

BAB I PENDAHULUAN. Telah terjadi kenaikan tax ratio yang cukup besar. 14,8 trilyun, tahun 2000 sebesar Rp.16,9 trilyun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya reformasi perpajakan, penerimaan negara dari sektor pajak terus meningkat. Telah terjadi kenaikan tax ratio yang cukup besar semenjak dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN A. Data Jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Semarang Gayamsari Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Efektif di KPP Pratama Semarang Gayamsari Tahun 2014 dan 2015

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menerus dalam rangka menjamin pembangunan nasional yang berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. menerus dalam rangka menjamin pembangunan nasional yang berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang sedang kita laksanakan ini memerlukan tersedianya dana pembangunan yang sangat besar, yang senantiasa tersedia secara terus menerus dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu Negara membutuhkan dana yang cukup untuk melakukan pembangunan infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Wilayah KPP

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Wilayah KPP IV.1 BAB IV PEMBAHASAN Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Wilayah KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) dilakukan karena ditemui wajib pajak yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penggunaan E-SPT Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB IV PEMBAHASAN. Penggunaan E-SPT Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penggunaan E-SPT Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Penggunaan Aplikasi E-SPT di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga secara resmi dapat digunakan pada tahun 2007. Wajib

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Jumlah Kepemilikan NPWP Terdaftar dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah L 1 Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung

Lebih terperinci

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem Pendahuluan Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self Assesment System yang dimulai sejak reformasi perpajakan tahun 1983 menuntut wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan dalam pelayanan publik, pembiayaan, subsidi, pembangunan dan proyekproyek pemerintah. Peran dalam

Lebih terperinci

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan A. Latar Belakang Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan sistem perpajakan dari official assessment menjadi self assessment diharapkan kesadaran Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber-sumber penerimaan negara Indonesia berasal dari berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (PPh OP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PATI

KONTRIBUSI PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (PPh OP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PATI KONTRIBUSI PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (PPh OP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PATI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. 1. Apa yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak? Yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak yaitu Wajib Pajak harus mengetahui

HASIL WAWANCARA. 1. Apa yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak? Yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak yaitu Wajib Pajak harus mengetahui L-1 HASIL WAWANCARA 1. Apa yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak? Jawab: Yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak yaitu Wajib Pajak harus mengetahui hak dan kewajibannya terlebih dahulu. Kewajiban

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Pencairan Tunggakan Pajak, Penagihan Pajak. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : Pencairan Tunggakan Pajak, Penagihan Pajak. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan tanpa adanya kontraprestasi langsung sehubungan tugas negara melaksanakan pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

BAB III. III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman KPP ini merupakan pecahan dari KPP Jakarta Timur I yang telah

BAB III. III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman KPP ini merupakan pecahan dari KPP Jakarta Timur I yang telah BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Matraman merupakan Kantor Pajak Type A yang berdiri pada bulan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 1. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan 4.1.1 Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box Alur penyampaian SPT Tahunan melalui Drop Box sesuai dengan PER- 19/2009

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KANTOR PELAYANAN PAJAK

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KANTOR PELAYANAN PAJAK BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN KOTA Sebelum merubah namanya, Kantor Pelayanan Pajak disebut Kantor Inspeksi Pajak. Perubahan tersebut dilakukan

Lebih terperinci