BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi, juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya pariwisata yang menarik, baik keindahan alam maupun keanekaragaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Indonesia Tahun

2014 ANALISIS MEAL EXPERIENCE TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Destiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pesat bisnis usaha restoran cepat saji, secara globalisasi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan usaha restoran di Indonesia sejak tahun 2008 hingga. Tabel 1-1 Pertumbuhan Restoran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. konsep makanan siap saji (fast food) dan restoran atau rumah makan. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rohayati, 2013

Pusat pembangunan sekaligus pusat pertumbuhan ekonomi nasional telah berkembang begitu pesat terutama pada industri restoran. Data di atas menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. harus siap menghadapi situasi yang semakin bersaing. Perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati oleh orang-orang yang relatif kaya pada awal abad

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Barat, 2013.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing untuk menjadi pemenangnya. Begitu juga di dunia bisnis, seluruh perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri saat ini mengalami peningkatan yang cukup

(Diferentiated Marketing)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya menjanjikan

PERILAKU MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT MAKAN BERCIRI INTERNASIONAL. Oleh : Muliasari Pinilih 1, Intan Shaferi 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tempat tujuan wisata yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya teknologi dan bertumbuhnya perekonomian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata. Oleh karena itu, bisnis-bisnis

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Industri Restoran di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki peran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa sangatlah pesat di negara-negara maju begitu pula,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya pada skala nasional, pertumbuhan ekonomi provinsi DI. Yogyakarta juga mengalami pertumbuhan positif.

BAB I PENDAHULUAN. tarik wisatawan domestik maupun asing. Selain itu Jakarta juga sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. diciptakannya dapat dipertahankan selamanya. Hal ini bukanlah tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan usaha yang paling menguntungkan dalam. menghasilkan devisa negara yang harus dikembangkan dan dipertahankan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Biaya Pengeluaran Rata-rata Per Hari Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di Jawa Barat Tahun 2006 dan 2008

BAB I PENDAHULUAN. mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup

UKDW BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis retail saat ini mengalami persaingan yang sangat ketat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku usaha untuk berlomba-lomba memberikan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA RUMAH MAKAN SAUNG POJOK DADAHA KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau pelaku bisnis adalah mempertahankan pelanggannya. Untuk

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Restoran dan Rumah Makan 2.2 Jenis-jenis Restoran atau Rumah Makan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internet dalam kebutuhan masyarakat sehari-hari. Hampir setiap masyarakat

Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT NPM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Industri Kuliner di Yogyakarta. dibanding tahun sebelumnya (Hermawan,2013).

BAB I PENDAHULUAN. sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pariwisata dalam kegiatan ekonomi, meningkatkan investasi di bidang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS. makan di mana hidangan secara lengkap dari hidangan pembuka sampai hidangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP REVISIT INTENTION WISATAWAN SAUNG ANGKLUNG UDJO

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan manusia yang selalu tidak puas itulah yang membuat sebuah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan pariwisata di dunia sudah sangat maju dan terus dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian masyarakat suatu Negara (UN-WTO, 2008). Akibatnya industri pariwisata menjadi generik dan bersifat komoditi seperti yang diungkapkan oleh RG. Soekadijo (1997:8) Pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Dimana setiap negara termasuk didalamnya para pengusaha, baik yang berskala internasional, regional, nasional maupun lokal mampu untuk membuat, mengoperasikan, serta mengembangkan bisnis ini. Di Indonesia sektor pariwisata kini sudah mulai menjadi perhatian pemerintah didalam meningkatkan pendapatan negara, karena mendatangkan pendapatan yang cukup besar dan melibatkan banyak industri baik industri besar maupun industri kecil didalamnya seperti industri perjalanan, industri perhotelan, industri penerbangan, industri transportasi darat, MICE, dan lain- lain. Untuk meningkatkan jumlah kunjungan dan daya saing pariwisata, maka pemerintah mengusung program Visit Indonesia Year tahun 2010 dan berlanjut pada tahun 2011 dengan menggunakan nama program yang sama yaitu Visit Indonesia Year 2011 optimis menargetkan 9 juta jiwa wisatawan, hal ini dikarenakan kesuksesan yang diraih Visit Indonesia Year 2010 mendatangkan 0,4% dari 7,4 juta wisatawan (Depbudpar, 2011). Berikut merupakan Tabel 1.1 1

2 mengenai statistik kunjungan wisatawan ke Jawa Barat periode tahun 2008 sampai 2010: TABEL 1.1 STATISTIK KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA DI INDONESIA TAHUN 2008-2010 TAHUN WISNUS (000 Orang) PERJALANAN (000) RATA-RATA PERJALANAN PENGELUARAN PER-PERJALANAN (000 Rupiah) TOTAL PENGELUARAN (Triliun Rupiah) 2008 115.335 222.389 1.99 406,35 102,01 2009 117.213 225.042 2.23 414,43 123,17 2010 119.150 229.950 2.45 418,38 128,77 www.bpshq.go.id, 2011 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah wisatawan nusantara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Meskipun peningkatannya tidak terlalu signifikan tetapi secara perlahan pendapatannya terus meningkat, jika dilihat terjadi pendapatan yang cukup besar yakni pada tahun 2010 meningkat sebesar 2,18% menjadi 119.150.000 orang dari tahun 2009 dengan pencapaian sebesar 128,77 triliun. Bisnis pariwisata merupakan usaha yang menyediakan barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata (RUU RI, 2008). Industri pariwisata di dalamnya terdapat usaha-usaha seperti hotel, restoran dan transportasi. Menurut Marsum (1994:7) mendefinisikan bahwa Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersil, yang menyatakan pelayanan dengan baik kepada semua tamu, berupa makanan maupun minuman. Berikut tabel mengenai jumlah dan klasifikasi restoran di Indonesia pada tahun 2010:

3 TABEL 1.2 JUMLAH DAN KLASIFIKASI RESTORAN DI INDONESIA TAHUN 2010 No Klasifikasi Jumlah 1 Restoran Indonesia 3.213 2 Restoran Eropa dan Amerika 307 3 Restoran china 358 4 Restoran Jepang 271 5 Restoran Timur Tengah 19 6 Restoran Thailand 8 7 Restoran Italia 23 8 Restoran International 70 9 Sea Food 169 10 Fast Food 337 11 Middle East 13 12 Other Asian 70 13 Vegetarian 54 Total 4.912 Sumber: www.wisatanet.com, 2011 Berdasarkan pada Tabel 1.2 terlihat bahwa secara keseluruhan total restoran di Indonesia sebanyak 4.912. Restoran Eropa dan Amerika berjumlah 307 restoran, sedangkan restoran yang mendominasi pasar Indonesia yaitu restoran Indonesia sejumlah 3.213 restoran dan restoran Thailand hanya terdapat 8 restoran. Perhimpunan hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan bahwa pada tahun 2009 pendapatan restoran sebesar 32 triliun, dan pada tahun 2010 pendapatan restoran meningkat 10%, selain itu PHRI memprediksi pertumbuhan atau pendapatan restoran sepanjang 2011 akan lebih baik yang diperkirakan mencapai 15%-20% dibandingkan dengan sektor perhotelan (www.phrikotabandung.com, 2011). Tetapi lain halnya dengan pertumbuhan dan pendapatan hotel dan restoran di Provinsi Jawa Barat mengalami pertumbuhan yang cukup baik, seperti yang disajikan pada Tabel 1.3 mengenai pertumbuhan

4 dan pendapatan industri hotel dan restoran di Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2010: Januari Juni 2008 TABEL 1.3 PERTUMBUHAN DAN PENDAPATAN INDUSTRI HOTEL DAN RESTORAN DI JAWA BARAT 2008-2010 Pendapatan (Triliun Rupiah) Juli 2008 Maret 2009 April 2009 Desember 2010 Pertumbuhan 2008 2010 Januari Desember 2010 (%) (%) 0,78 1, 20 3,20 8,51 1,63 Sumber: jabar.bps.go.id, 2011 Pada tahun 2008-2010 industri hotel dan restoran mengalami pertumbuhan yang sangat baik sebesar 6,51%. Sedangkan pada Januari-Maret 2010, sektor industri hotel dan restoran mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 0,63. Pertumbuhan hotel dan restoran Provinsi Jawa Barat mengalami pertumbuhan yang cukup baik, dan salah satu kota di Jawa Barat yaitu Kota Bandung memiliki perkembangan yang sangat baik terutama sektor industri hotel dan restoran yang merupakan penyumbang terbesar pada kegiatan ekonomi sebesar 37,87 persen (BPS Kota Bandung, 2011). Berikut ini tabel mengenai daftar restoran berdasarkan kategori yang berlokasi di daerah Kota Bandung: TABEL 1.4 KATEGORI DAN JUMLAH RESTORAN DI KOTA BANDUNG No Kategori Jumlah 1 Restoran Sunda 74 2 Restoran Indonesia 179 3 Restoran Asia 80 4 Restoran Eropa 115 5 Bar dan Café 85 6 Restoran Siap Saji 10 Total 543 Sumber: Disbudpar Kota Bandung, 2011 Pada Tabel 1.4 dapat dideskripsikan secara keseluruhan jumlah restoran di Kota Bandung sebanyak 543 restoran. Kategori restoran yang mendominasi di

5 Kota Bandung yaitu restoran umum sebanyak 186 restoran. Kategori kedua didominasi oleh restoran khas Indonesia sebanyak 171 restoran. Sedangkan ketiga diduduki oleh restoran berkategori internasional sebanyak 107 restoran. Banyaknya kategori restoran di Kota Bandung membuat persaingan semakin tinggi, mengingat Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki keanekaragaman makanan. Salah satu keragaman makanan di Kota Bandung yaitu makanan Jepang atau Japanese Food. Makanan Jepang atau Japanese food sekarang ini sudah sangat dikenal oleh masyarakat terutama pada kalangan anak muda, makanan Jepang atau Japanese food adalah makanan yang biasanya berbahan dasar daging, seperti daging sapi, daging ayam dan sea food dan ada juga yang berbahan sayur-sayuran (www.cyber travel.com, 2011). Sebuah restoran yang spesialisasi dalam makanan tersebut adalah restoran Jepang. Saat ini restoran Jepang ramai diminati oleh pelanggan di Kota Bandung (www.bandungtourism.com, 2011), sehingga membangkitkan para pebisnis mendirikan restoran Jepang. Tingginya tingkat persaingan restoran Jepang di Kota Bandung mendorong setiap perusahaan untuk dapat menarik perhatian pelanggan dan mendapatkan kepuasan pelanggannya dengan berbagai strategi agar tetap bertahan. Dengan semakin banyaknya restoran-restoran Jepang yang sekarang bermunculan di Kota Bandung menyebabkan persaingan yang cukup tinggi, untuk menghadapi persaingan restoran Jepang memiliki strategi tersendiri. Strategi itu tidak lain adalah untuk tetap mempertahankan restoran berkategori Japanese Food dengan menawarkan nilai yang lebih kepada pelanggan seperti dengan

6 adanya berbagai variasi produk, suasana yang nyaman, aksebilitas yang baik hingga pelayanan yang sangat baik, sehingga pelanggan akan merasakan kepuasan tersendiri. Pelanggan yang merasa puas akan datang berkunjung kembali dan merekomendasikannya kepada orang lain, dan pelanggan akan merasa nyaman bila dilayani dengan baik sehingga pelanggan akan merasa terpuaskan (Cook Sarah, 2004). Salah satu restoran Japanese food di Kota Bandung yaitu Restoran Hanamasa, Restoran Hanamasa adalah sebuah restoran Jepang yang merupakan franchise merek restoran terkenal yang berasal dari Negara Jepang. Restoran Hanamasa sangat memperhatikan akan adanya persaingan restoran berkategori Japanese food di Kota Bandung. Restoran Hanamasa mempunyai dua outlet di Kota Bandung yaitu berada di jalan Pasirkaliki dan jalan Dago. Restoran Hanamasa yang berada di jalan Pasirkaliki berada di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Bandung yaitu Istana Plaza. Outlet Restoran Hanamasa di Istana Plaza merupakan strategi untuk meraih pangsa pasar terutama segmen anak muda dan keluarga. Berikut ini terdapat Tabel 1.5 mengenai harga produk makanan dan minuman serta kunjungan pelanggan Restoran Hanamasa di Istana Plaza tahun 2008-2010.

7 TABEL 1.5 HARGA PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN RESTORAN HANAMASA DAN KUNJUNGAN KONSUMEN PERIODE 2008-2010 HanamasaMakan Sepuasnya Menu Paket Dewasa Yakiniku Shabu- Shabu Menu Paket Anak-anak Yakiniku Shabu- Shabu Harga 2008 87.500,- 87.500,- Harga 2008 71.500,- 71.500,- Jumlah kunjungan 2008 38765 Hanamasa Makan Sepuasnya Menu Paket Dewasa Yakiniku Shabu-Shabu Menu Paket Anak-anak Yakiniku Shabu-Shabu Sumber: Marketing Restoran Hanamasa, 2011 Harga 2009 98.500,- 98.500,- Harga 2009 81.500,- 81.500,- Jumlah kunjungan 2009 43540 Hanamasa Makan Sepuasnya Menu Paket Dewasa Yakiniku Shabu-Shabu Menu Paket Anak-anak Yakiniku Shabu-Shabu Harga 2010 98.500,- 98.500,- Harga 2010 81.500,- 81.500,- Jumlah kunjungan 2010 42886 Berdasarkan tabel 1.5 di atas terjadi penurunan jumlah kunjungan konsumen pada tahun 2010. penurunan jumlah konsumen Restoran Hanamasa tersebut dikarenakan banyaknya pesaing-pesaing atau bermunculannya restoranrestoran baru yang berada di Istana Plaza Bandung dan terjadi market share antar kedua outlet Restoran Hanamasa Istana Plaza dan Restoran Hanamasa yang berada di jalan Dago. Tingkat kunjungan pelanggan yang dimiliki Restoran Hanamasa tidaklah selamanya akan berlangsung sesuai dengan keinginan. Hal ini disebabkan akan hadirnya restoran-restoran Jepang yang saat ini sudah mulai bermunculan mengingat Kota Bandung adalah salah satu tujuan wisata kuliner di Jawa Barat. Masyarakat Kota Bandung sangat sensitif terhadap harga, sedikit restoran menaikan harga tidak menutup kemungkinan untuk pelanggan beralih ke restoran lainnya (www. wisatanet. com, 2011). Restoran Hanamasa dituntut untuk terus memberikan pelayanan yang baik terhadap pelanggannya, sebagai restoran Jepang yang mengutamakan kepuasan

8 pada pelanggannya guna memperoleh kepercayaan, sehingga pelanggan akan menjadi puas dan loyal sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan yang maksimal. Menurut Griffin (2005: 5) mengemukakan bahwa Pelanggan yang puas akan merekomendasikan apa yang dialaminya kepada pelanggan yang lain untuk berkunjung dan memutuskan untuk membeli. Jika tidak mempertahankan tingkat kepuasan pelanggannya maka Restoran Hanamasa akan kehilangan pelanggannya dan hal ini dapat berdampak buruk bagi kelangsungan restoran. Berikut ini gambar yang menjelaskan mengenai presentase tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan dan produk pada di Restoran Hanamasa Istana Plaza pada tahun 2008 sampai tahun 2010. 50% 40% 30% 20% 10% 0% 27% 43% 38% 2008 2009 2010 2010 2009 2008 Sumber: Marketing Restoran Hanamasa, 2011 GAMBAR 1.1 TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN RESTORAN HANAMASA 2008 SAMPAI 2010 Pada Gambar 1.1 secara keseluruhan pada tahun 2010 tingkat kepuasan pelanggan Restoran Hanamasa yang berada di Istana Plaza mengalami penurunan sebesar 5% dari 43% menjadi 38% (marketing restoran hanamasa 2011). Hal tersebut dikarenakan akses dan lokasi yang kurang strategis serta kurangnya ventilasi di Restoran Hanamasa Istana Plaza terkadang menyebabkan ruang

9 makan penuh dengan kepulan asap serta pelayanan greeter yang ramah tidak diikuti dengan pelayanan waiters yang kurang ramah, dan bila memesan makanan khusus di meja teriyaki terkadang membutuhkan waktu lama hingga makanan tiba di meja konsumen, dan konsumen kurang mengetahui adanya Restoran Hanamasa yang berada di Istana Plaza Bandung (Restoran Hanamasa, 2011). Strategi pemasaran yang digunakan Restoran Hanamasa untuk meningkatkan kembali tingkat kepuasan pelanggannya yaitu dengan menambah variasi menu makanan secara buffet mulai dari appetizer, soup, main course, dessert, coffe/tea serta menyediakan nasi, penjaminan kualitas makanan dengan pengolahan yang higienis serta juga strategi harga yang unik dimana konsumen dapat membayar harga paket dan minum sepuasnya atau lebih dikenal dengan dengan istilah all you can eat (manajer restoran hanamasa, 2011). Adapun strategi-strategi lain Restoran Hanamasa yaitu melakukan pelayanan prima kepada pelanggan melakukan informasi tentang produknya melalui publikasi kepada publik baik internal maupun eksternal, melakukan pelatihan kepada para pegawai sehingga dapat menciptakan produk dan pelayanan yang baik bagi pelanggan, serta mamberikan pernyataan bahwa restoran berkompeten dalam menjual produk dan menyampaikan jasanya melalui media. Perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada pelanggannya, misalnya dengan memberikan produk yang mutunya lebih baik, penyerahan produk yang lebih cepat dan pelayanan yang lebih baik. Restoran Hanamasa memiliki strategi tersendiri untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya yaitu pelanggan yang akan makan di Restoran Hanamasa dengan cara melayani sendiri (self

10 service) atau buffet line (manajer restoran hanamasa 2011), sehingga pelanggan akan mendapatkan kepuasan tersendiri dan bila pelanggan yang merasa puas akan memutuskan untuk berkunjung kembali ke restoran tersebut. Untuk meningkatkan kepuasan pelanggannya sesuai dengan harapan, Restoran Hanamasa mempromosikan perusahaannya dengan menjanjikan pengalaman yang akan didapatkan oleh pelanggan, dengan produk utamanya yaitu YAKINIKU (makanan yang dibakar) dihidangkan dengan saus tare(saus berwijen) dan SYABU-SYABU (makanan yang direbus) yang dapat dinikmati dengan memasaknya sendiri dengan atmosphere yang mendukung dan tempat yang sangat nyaman (restoran hanamasa, 2011) sehingga membuat suatu pengalaman tersendiri bagi para pelanggannya yang hendak berkunjung ke Restoran Hanamasa. Oleh karena itu dalam meningkatkan kepuasan pelanggannya, Restoran Hanamasa berusaha untuk membangun image yang baik dibenak pelanggan dengan berbagai program citra perusahaan, seperti yang diungkapkan oleh Jasfar (2005:183) yang menekankan bahwa Membangun dan mempertahankan suatu citra perusahaan yang kuat sangat penting artinya bagi suatu organisasi jasa jika ingin menarik pelanggan dan meningkatkan kepuasan pada pelanggannya. Sebagai bentuk corporate credibility, Restoran Hanamasa selalu mempertahankan produk dan jasanya dengan baik diantaranya menyajikan hidangan dengan kualitas yang baik dan diolah secara higienis, mulai dari daging sapi, ayam, sea food maupun sayuran segar. Dalam operasionalnya Restoran Hanamasa paham betul kebutuhan para pelanggannya, oleh karena itu Restoran

11 Hanamasa dituntut untuk selalu jujur dan hormat serta dituntut untuk memberikan pelayanan yang memuaskan sehingga akan mendapatkan kepercayaan dari para pelanggan. Dengan adanya Standard Operasional Procedure (SOP) membantu para waiter dalam melaksanakan tugasnya, mulai dari ucapan salam hingga ucapan terima kasih tidak lain hanya untuk mendapatkan suatu kepercayaan dari para pelanggan dengan didukung oleh produk-produk yang berkualitas tinggi. Hal-hal tersebut dilakukan Restoran Hanamasa dengan tujuan untuk mempertahankan bahkan memperhatikan kepuasan pelanggannya, sehingga pihak restoran selalu memperhatikan image perusahaan yang dibutuhkan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya dari para kompetitornya. Untuk mengetahui seberapa efektif program- program image perusahaan Restoran Hanamasa telah sesuai dan dapat diterima masyarakat dan pelanggan khususnya. Berdasarkan latar belakang di atas perlu diadakan penelitian tentang PENGARUH CITRA RESTORAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN (Survei Pada Konsumen Restoran Hanamasa Istana Plaza Bandung). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran citra Restoran Hanamasa di Istana Plaza. 2. Bagaimana gambaran tingkat kepuasan konsumen di Restoran Hanamasa di Istana Plaza.

12 3. Sejauh mana pengaruh citra Restoran Hanamasa terhadap tingkat kepuasan konsumen di Istana Plaza. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Bagaimana gambaran citra Restoran Hanamasa di Istana Plaza 2. Bagaimana gambaran tingkat kepuasan konsumen di Restoran Hanamasa di Istana Plaza 3. Seberapa besar pengaruh citra restoran terhadap tingkat kepuasan konsumen di Istana Plaza. 1.4 Kegunaan Penelitian Penulisan penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat kegunaan teoritis maupun kegunaan praktis. 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen pemasaran pariwisata khususnya mengenai citra restoran dan tingkat kepuasan konsumen. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi pihak restoran hanamasa sebagai bahan pengambilan kebijakan pengelolaan dalam melaksanakan strategi pemasaran khususnya mengenai pengaruh citra restoran terhadap tingkat kepuasan konsumen.