PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMPN 33 PADANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Intan Permata Sari 1, Rina Widiana 2, Diana Susanti 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. permatasariintan076@gmail.com ABSTRACT This research is based on the low learning outcomes of students of class VII SMPN 33 Padang. This is because the learning process is still less active, where teachers still often use the lecture method. Lack of self-disclosure and exchanging student opinions. Learning media is less varied. When the teacher explains the lesson of many students that fussed. Students have not been able to solve problems related to real life. This study aims to determine the application of cooperative learning model Group Investigation (GI) with video media on learning outcomes, attitudes and psychomotor students of class VII SMP Negeri 33 Padang. This research type is experiment with Randomized Control Group Posttest Only Design research design. The population of this study is all students of class VII, sampling using Purposive Sampling technique obtained experimental class VII.3 and control class VII.2. The mean value of all three experimental class domains are higher than the control class. Hypothesis tests showed that the application of cooperative learning model of Group Investigation (GI) along with video media can improve the result of biology, attitude and psychomotor learning of class VII students at SMPN 33 Padang in the 2016/2017 Lesson Year. Keywords: Cooperative Learning, Learning Outcomes of Cognitif, Affective and Psychomotor Domains. PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan hal membelajarkan, yang artinya mengacu kesegala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa belajar di dalam diri orang tersebu. Guru sebagai orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sesungguhnya dapat mengupayakan banyak hal untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, diantaranya dengan menggunakan model atau metode pembelajaran yang tepat, menyenangkan dan membangkitkan antusias siswa. Hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru IPA kelas VII di SMP Negeri 33 Padang pada bulan
Desember 2016 diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran masih kurang aktif, dimana guru masih sering menggunakan metode ceramah. Bukan berarti metode ceramah tidak baik, akan tetapi jika terlalu lama digunakan membuat siswa merasa bosan di dalam kelas karena proses pembelajaran didominasi oleh guru, metode ceramah hanya menguntungkan siswa yang bersifat auditif sementara akan merugikan siswa yang bersifat visual. Siswa hanya menerima apa yang diterangkan guru, tanpa mau bertanya tentang apa yang belum mereka mengerti. Kurangnya keterbukaan diri dan bertukar pendapat antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru sehingga siswa kurang terlatih dalam berfikir, akibatnya siswa sulit untuk menganalisis suatu permasalahan. Guru lebih sering menggunakan media papan tulis sehingga media pembelajaran kurang bervariasi. Ketika guru menerangkan pelajaran banyak siswa yang meribut menceritakan halhal yang tidak berkaitan dengan materi yang diajarkan. Salah satu materi yang sulit dipahami siswa kelas VII adalah Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan adalah materi yang menuntut siswa untuk mampu mengidentifikasi berbagai macam bentuk dari pencemaran lingkungan beserta cara penanggulangannya. Materi ini menuntut contoh-contoh yang konkrit. Namun kenyataannya siswa masih belum mampu memecahkan masalah dalam pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan nyata, akibatnya tujuan pembelajaran pada materi ini tidak tercapai. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil belajar biologi siswa yang masih rendah dan tidak mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMP Negeri 33 Padang untuk mata pelajaran IPA kelas VII adalah 80. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas adalah perlu diterapkannya suatu strategi atau model pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Model pembelajaran Group Investigation
(GI) merupakan model pembelajaran yang bercirikan adanya tahapan penyelidikan terhadap suatu topik permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa berfikir kritis, memperoleh informasi dan pengetahuan serta melibatkan keaktifan siswa dalam proses pem-belajaran. Menurut Istarani (2014:87) kelebihan model pembelajaran Group Investigation (GI) menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu model ini dapat memadukan siswa yang berbeda kemampuan melalui kelompok yang heterogen, melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok serta menemukan ide baru dari berbagai sumber yang dipelajari dalam kelompok. Untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran digunakan berbagai media, salah satunya adalah media video. Media video merupakan sarana yang dapat membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar, dengan menggunakan media, diharapkan bisa mengurangi kebosanan siswa dalam belajar dan menyebabkan siswa menjadi tertarik dengan pelajaran. Menurut Arsyad (2014: 50) video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, meningkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis telah melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) disertai media video terhadap hasil belajar biologi, sikap dan psikomotor siswa kelas VII SMPN 33 Padang tahun pelajaran 2016/2017. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan bulan April sampai bulan Mei Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Randomized Control Group Posttest Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang terdaftar pada tahun
pelajaran 2016/2017 di SMPN 33 Padang yang terdiri atas 6 kelas, sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh kelas eksperimen VII.3 kontrol VII.2. dan kelas Instrumen penilaian ranah kognitif berupa soal pilihan ganda melalui tes akhir. Ranah afektif berupa lembar observasi sikap oleh observer. Ranah psikomotor berupa penilaian produk. Uji Hipotesis menggunakan uji-t (Sudjana,2005:239). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Ranah Kognitif Hasil penilaian tes akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kotrol dapat dilihat pada Gambar 1. Kelas Sampel Gambar 1. Histogram Rata-rata Nilai Kognitif Kelas Sampel Hasil uji normalitas ranah kognitif kelas eksperimen didapatkan Lo=0,046 < Lt=0,161 sedangkan kelas kontrol Lo=-0,0036 < Lt=0,156 sehingga data berdistribusi normal, hasil uji homogenitas F hitung =0,86 < F tabel = 1,85 sehingga kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen, dan hasil uji hipotesis didapatkan Thitung = 2,35 > Ttabel=1,67 ini berarti hipotesis ranah kognitif diterima. Proses pembelajaran kelas eksperimen dilihat dari segi ketuntasan jumlah siswa yang mengikuti tes akhir sebanyak 30 orang dari 36 orang siswa, yang mncapai KKM adalah 16 orang siswa (53,33% ) dan yang tidak mencapai KKM sebanyak 14 orang siswa (46,67%). Sedangkan kelas kontrol jumlah siswa yang mengikuti tes sebanyak 32 orang dari 36 orang siswa, yang mencapai KKM sebanyak 10 orang siswa (31,25%) dan yang tidak mencapai KKM sebanyak 22 orang siswa (68,75%). Tingginya ketuntasan pada kelas eksperimen karena dalam proses pembelajaran menggunakan model Group Investigation (GI) membuat siswa lebih aktif dan bertanggung
jawab selama proses pembelajaran, karena siswa saling menginvestigasi sub topik yang mereka pilih baik secara individu maupun berkelompok, siswa juga saling bekerja sama dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber yang relevan untuk memecahkan masalah. Siswa lebih menghargai pendapat orang lain dalam proses pembelajaran, mereka saling memberikan pendapat dan tanggapan saat investigasi maupun presentasi kelompok. Selain itu siswa lebih bertanggung jawab dalam menuliskan laporan hasil investigasi kelompok dan mengeluarkan ide-ide yang mereka temukan selama proses pembelajaran berlangsung karena mereka hanya membahas sub topik yang mereka pilih sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih terarah. Menurut Aunurrahman (2009:150-151) keaktifan siswa melalui investigasi kelompok dari kegiatan merencanakan sampai pada pelaksanaan pemilihan topik-topik investigasi akan memberikan dorongan yang besar bagi siswa untuk belajar menghargai pemikiranpemikiran dan kemampuan orang lain, serta saling melengkapi pengetahuan dan pengalaman masing-masing. Rata-rata nilai kognitif kelas eksperimen (78,59) lebih tinggi dari kelas kontrol (72,78) (Gambar 1). Tingginya rata-rata nilai kognitif kelas eksperimen disebabkan karena dalam penerapan pembelajaran Group Investigation (GI) pada kelas eksperimen siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam mengerjakan laporan diskusi hasil investigasi kelompok, laporan yang mereka buat lebih lengkap dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Realita dilapangan siswa kelas eksperimen lebih aktif dalam pembelajaran, mereka bersemangat ketika belajar. Pada tahap menginvestigasi sub topik, siswa diwajibkan memiliki beberapa buku sumber yang relevan sehingga mereka menginvestigasi secara individu yang mereka buat dalam kertas buram lalu mendiskusikannya bersama anggota kelompok lainnya. Ketika tahap mempresentasikan laporan akhir banyak siswa dari kelompoknya yang berebut untuk mempresentasikan hasil diskusi
mereka terlebih dahulu di depan kelas. Banyak siswa yang ingin menambahkan pendapatnya sehingga mereka percaya diri dalam beragumentasi. Hal ini sesuai pendapat Kurniasih (2016:73) kelebihan dari model kooperatif tipe Group Investigatin (GI) adalah pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya. Selain itu tingginya nilai kognitif kelas eksperimen juga disebabkan karena pada kelas eksperimen guru memberikan reward/penghargaan kepada kelompok yang paling aktif dalam proses pembelajaran, dengan begitu siswa termotivasi untuk memberikan yang terbaik dengan harapan kelompok merekalah yang mendapatkan penghargaan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2010:107) dimana didalam kegiatan pembelajaran, guru dapat memberikan hadiah berupa apa saja kepada anak didik yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas, benar dalam menjawab tugas ulangan formatif yang diberikan, dapat meningkatkan disiplin dalam mengajar, taat pada tata tertib sekolah dan lain sebagainya. Selain penggunaan model pembelajaran pada proses pembelajaran di kelas eksperimen juga menggunakan media video. Pada tahapan menginvestigasi guru memutarkan video pembelajaran yang berkaitan dengan sub topik yang dibahas, sehingga perhatian siswa tertuju pada video yang diputarkan. Selain itu dengan adanya video memudahkan siswa dalam proses pengamatan dan investigasi. Pada tahap investigasi siswa kelas eksperimen tidak hanya melakukan investigasi topik melalui buku sumber yang ada tetapi juga berdasarkan video yang mereka amati, sehingga wawasan dan pengetahuan mereka lebih luas, mereka mencari dan menemukan pengetahuan sendiri. Siswa tidak hanya menunggu konsep-konsep yang diberikan guru, tetapi aktif bertanya pada guru maupun sesama siswa dalam kelompoknya. Siswa saling bertukar pendapat satu sama lain,
berinteraksi untuk mencari dan memecahkan permasalahan, sehingga setiap siswa dalam kelompoknya memiliki tugas yang sama, yaitu sama-sama mencari solusi dari permasalahan yang mereka temukan dalam kelompok. Rendahnya hasil belajar pada kelas kontrol disebabkan dalam proses pembelajaran hanya sebagian siswa saja yang aktif dalam belajar. Pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga siswa merasa cepat bosan dan perhatian siswa pada materi yang diajarkan oleh guru menjadi kurang. Beberapa orang siswa masih banyak diam dan malu untuk menyampaikan pendapatnya serta menjawab pertanyaan dari guru meskipun guru sudah memotivasi siswa untuk bertanya. Hal tersebut disebabkan karena pada kelas kontrol siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan pembelajaran dan mencatat apa yang dijelaskan guru, sehingga beberapa orang saja siswa yang memperhatikan guru dan serius mengerjakan resume yang diperintahkan guru. Hal ini juga dapat dilihat dari resume siswa yang masih kurang lengkap dan kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2006: 220-221) manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. 2. Ranah Afektif Hasil pencapaian setiap indikator ranah afektif (%) disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Persentase Pencapaian Masing-masing Indikator Ranah Afektif Hasil uji normalitas ranah afektif kelas eksperimen didapatkan Lo= 0,0975 < Lt=0,151 sedangkan kelas kontrol Lo=0,1088 < Lt=0,149 sehingga data berdistribusi normal, hasil uji homogenitas Fhitung= 0,66 < Ftabel= 1,84 sehingga kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen, dan hasil uji hipotesis Thitung
= 3,86 > Ttabel 1,67 ini berarti hipotesis ranah afektif diterima. Rata-rata nilai ranah afektif kelas eksperimen (80,64) lebih tinggi dari kelas kontrol (64,29). Tingginya rata-rata nilai afektif kelas eksperimen disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa kelas eksperimen terbiasa berdiskusi dan bekerja sama dalam menginvestigasi permasalahan yang ditemukan dalam kelompok, siswa lebih aktif memberikan ide dan pendapatnya, sehingga mereka lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan laporan diskusi hasil investigasi kelompok. Hal ini juga dapat dilihat dari pencapaian persentase tiap indikator, dimana persentase pencapaian kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. a. Menghargai orang lain dalam proses pembelajaran Hasil penilaian indikator menghargai orang lain dalam proses pem-belajaran siswa kelas eksperimen (84,63%) lebih tinggi dari kelas kontrol (77,88%) (Gambar 2). Tingginya persentase pencapaian indikator menghargai kelas eksperimen disebabkan karena siswa lebih aktif bertanya baik dengan guru maupun dengan teman anggota kelompok, berani dalam memberikan ide dan pendapat, seperti saat menginvestigasi sub topik maupun saat tanya jawab. Kemudian pada tahap presentasi laporan akhir siswa yang tidak tampil memberikan komentar maupun pertanyaan kepada kelompok siswa yang tampil, kemudian di akhir pembelajaran siswa dapat menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Sementara untuk kelas kontrol siswa cenderung banyak diam, hanya beberapa orang saja siswa yang memperhatikan guru menerangkan pelajaran dan mengemukakan pendapatnya maupun menanggapi pendapat orang lain. Sehingga penilaian sikap untuk indikator menghargai pendapat orang lain pada kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen. Menurut Latisma (2011:193) menghargai merupakan afektif yang tinggi dalam kaitannya dalam proses belajar mengajar, peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi kemampuan untuk menilai konsep atau fenomena baik atau buruk.
b. Bertanggung jawab Persentase pencapaian indikator bertanggung jawab kelas eksperimen (90,79%) lebih tinggi dari kelas kontrol (79,97%) (Gambar 2). Tingginya persentase pencapaian aspek bertanggung jawab kelas eksperimen dari kelas kontrol karena dalam proses pembelajaran siswa harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan laporan diskusi kelompok dan menyampaikan hasil diskusi berupa hasil investigasi sesuai sub topik yang didapat dan tujuan pembelajaran, anggota kelompok harus paham dan mengerti dengan hasil diskusi kelompok mereka, karena setelah penyampaian hasil diskusi nantinya akan diminta beberapa pertanyaan atau tanggapan dari kelompok lainnya sehingga membuat siswa lebih aktif. Selain itu siswa kelas eksperimen umumnya mengerjakan laporan diskusi dengan baik dan mengumpulkannya tepat waktu. Sementara untuk kelas kontrol siswa mengerjakan tugas resume yang diberikan oleh guru, umumnya siswa sudah mengerjakan resume sesuai perintah, namun ada beberapa siswa yang mengerjakan resume asal-asalan dan terlambat mengumpulkan resume. Hal ini terjadi karena rendahnya motivasi dan semangat belajar siswa sehingga banyak siswa yang malas untuk mengerjakan resume dan hanya mencontoh resume temannya. Hal ini sesuai pendapat Kunandar (2013:100) sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada suatu pelajaran tentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. 3. Ranah Psikomotor Hasil pencapaian setiap indikator ranah psikomotor (%) disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Persentase Pencapaian Masing-masing Indikator Ranah Psikomotor Hasil uji normalitas ranah psikomotot kelas eksperimen didapat-
kan Lo=0,1364 < Lt= 0,151 sedangkan kelas kontrol Lo=0,0724 < Lt= 0,149 sehingga data berdistribusi normal, hasil uji homogenitas Fhitung= 0,33 < Ftabel=1,84 sehingga kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen, dan hasil uji hipotesis Thitung =4,28 > Ttabel 1,67 ini berarti hipotesis ranah psikomotor diterima. Rata-rata nilai psikomotor kelas eksperimen (79,90) lebih tinggi dari kelas kontrol (61,31). Tingginya rata-rata nilai psikomotor kelas eksperimen disebabkan karena siswa kelas eskperimen membuat laporan secara berkelompok dari hasil investigasi sub topik, mereka hanya menuliskan hasil investigasi sub topik kelompoknya sehingga dalam penulisan laporan diskusi siswa kelas eksperimen lebih terarah dan sesuai tujuan pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol siswa membuat resume secara individu. Hal ini sesuai pendapat Sanjaya (2006: 249) bahwa salah satu kelemahan pembelajaran kooperatif adalah Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok, nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya karena merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya. Sedangkan pada kelas kontrol siswa membuat resume secara individu. Aspek-aspek yang dinilai yaitu:aspek-aspek yang dinilai yaitu: a. Kelengkapan isi laporan atau resume Hasil penilaian aspek kelengkapan isi laporan atau resume siswa kelas eksperimen (89,52%) lebih tinggi dari kelas kontrol (71,59%) (Gambar 3). Tingginya persentase pencapaian indikator kelengkapan isi laporan kelas eksperimen disebabkan karena siswa kelas eksperimen menuliskan laporan dari hasil menginvestigasi sub topik, dari hasil investigasi sub topik siswa mencari dan menemukan permasalahan sendiri dalam kelompok, sehingga siswa kelas eksperimen tidak kesulitan dalam menuliskan laporan. Pada kelas kontrol banyak siswa yang menuliskan resume kurang sesuai dengan yang ditugaskan guru. Hal ini terjadi karena banyak siswa yang mengerjakan resume kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran, ini disebabkan karena siswa menuliskan resume secara individu dari penjelasan yang telah diajarkan guru dan buku sumber. Selain itu tujuan pembelajaran yang cukup banyak, sehingga waktu yang tersedia untuk siswa mengerjakan resume kurang. Banyak siswa yang akhirnya malas
dan menulis resume secara asal-asalan dan terlambat saat mengumpulkan resume. Menurut susanto (2013: 6) seberapa besar siswa mampu menerima, sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang dibaca, dilihat dan yang dirasakan maka akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. b. Kerapian, kebersihan dan kejelasan laporan atau resume Persentase pencapaian indikator kerapian, kebersihan dan kejelasan laporan kelas eksperimen (83,33%) lebih tinggi dari kelas kontrol (79,58%) (Gambar 3). Tingginya persentase pencapaian aspek ini pada kelas eksperimen dikarenakan siswa menuliskan laporan dengan baik, tidak hanya asal selesai. Dalam penulisan laporan diskusi terlihat lebih rapi, bersih, hanya ada sedikit coretan dan tulisan jelas. Sementara pada kelas kontrol memiliki persentase pencapaian indikator yang lebih rendah dari kelas eksperimen, hal ini disebabkan karena beberapa siswa membuat resume asalasalan, banyak coretan yang tidak penting dan tidak memperhatikan aspek yang dinilai. Hal ini sesuai pendapat Sugono (2009: 23) bahwa teknik penulisan dikatakan baik apabila itu mudah dipahami sesuai dengan topik yang dibicarakan dan di tata rapi. Dari penilaian ketiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor dapat dilihat bahwa umumnya siswa yang mendapatkan penilaian afektif dan psikomotor yang bagus juga mendapatkan penilaian hasil belajar kognitif yang bagus. Ini berarti bahwa ranah kognitif, afektif dan psikomotor merupakan suatu kesatuan penilaian yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Asnelly (2006: 45) hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik menunjukkan prilaku atau perbuatan sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) disertai media video dapat meningkatkan hasil belajar
ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa kelas VII SMP N 33 Padang Tahun Pelajaran 2016/2017. DAFTAR PUSTAKA Aunurahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Arsyad, A. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Sugono. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Susanto, A. 2013. Teori Belajar Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.. Asnelly, I. 2006. Evaluasi Pendidikan. Batusangkar: STAIN Press. Djamarah, S.B. dan Zain A. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada. Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: Grafindo Persada. Kurniasih, I. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena. Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP. Lufri. 2007. Metodelogi Penelitian. Padang: UNP Press. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.