BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan berbagai kesempurnaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

AKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK TUNARUNGU

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan

BAB IV ANALISIS DATA. data tersebut. Peneliti menemukan beberapa hal mengenai bahasa harian

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB IV ANALISIS DATA.

BAB IV ANALISIS DATA. menjelaskan dan memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data

Materi Minggu 1. Komunikasi

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI EFEK KONASI UMPAN BALIK

BAB IV ANALISIS DATA. bermanfaat untuk menalaah data yang diperoleh dari beberapa informan yang. dengan proses pengumpulan data dilapangan

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

Bab 7 Memilih dan Belajar Bahasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti memberikan analisis terhadap hal-hal yang telah di

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISA DATA. memudahkan peneliti untuk menganalisa suatu permasalahan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 SKALA KOMUNIKASI INTERPERSONAL A-2 SKALA KONSEP DIRI

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

AKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK TUNARUNGU

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN LAGU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB IV ANALISIS DATA

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

Kecakapan Antar Personal

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) SEBAGAI METODE MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI SISWA TUNARUNGU. penguasaan struktur dan tata bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. saling bertukar informasi baik secara langsung ataupun tidak langsung, interaksi yang paling

Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Anak tuna rungu

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyana (2010:108), salah satu prinsip komunikasi adalah

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

BAB IV ANALISIS DATA. lapangan selama penelitian berlangsung, selain itu juga sangat berguna untuk

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dimengerti oleh penerima, dan secara nyata dapat dilaksanakan, sehingga tercipta interaksi dua arah.

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

BAB IV ANALISIS DATA KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARGA AREA WISATA PASIR PUTIH DALEGAN

BAB IV TEMUAN TENTANG POLA KOMUNIKASI VIRTUAL PENGGUNA GAME ONLINE TOWNSHIP. menghasilkan temuan-temuan penelitian yang sudah dilakukan.

KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KLIEN BERBEDA BY. NS. SRI EKA WAHYUNI, S.KEP

Selamat pagi / siang /sore, Saudara dan Saudari yang saya hormati,

Bab 5 PENUTUP. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi. bersama, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB IV ANALISIS DATA. data dalam penelitian kualitatif, yang diperoleh dari beberapa informan yang

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

Kecerdasan Emosional. Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011. Kelas :. Umur :...

KOMUNIKASI INTERPERSONAL. Rizqie Auliana

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

BENTUK KOMUNIKASI. By : Lastry. P, SST

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

PENDAHULUAN. dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Eksistensi Budaya Komunikasi Blater Di Desa Tambuko. dan memilih melakukan aksi kriminal di luar lingkungan desa mereka.

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan yang bermakna dari individu satu kepada individu lainnya

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

TEKNIK KOMUNIKASI KUNCI KESUKSESAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

A. Komunikasi Massa Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

Transkripsi:

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN A. ANALISIS DATA PENELITIAN Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk menjelaskan dan memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data ini telah dilakukan sejak awal penelitian dan bersamaan dengan proses pengumpulan data di lapangan. Adapun dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa temuan yang dapat menggambarkan mengenai komunikasi interpersonal dengan Metode Maternal Reflektif antara ibu dengan anak tunarungu yang terlihat dari hasil wawancara dan observasi. 1. Komunikasi interpersonal menggunakan Metode Maternal Reflektif anak berkebutuhan khusus tunarungu. Mengawali percakapan dengan anak berkebutuhan khusus tunarungu, sedikit berbeda dengan anak pada umumnya, jika anak saat di panggil namanya atau atau sapaan langsung bisa memberikan respon, anak berkebutuhan khusus tunarungu tidak, karena mereka memiliki pendengaran yang kurang yang menjadikannya tidak bisa langsung merespon saat terdengar suara.dengan memberikan sedikit sentuhan fisik dan kemudian melihat matanya, anak tunarungu akan 70

71 dapat membuat anak tunarungu menjadi fokus ppada orang yang mengajaknya bicara atau berinteraksi, kemudian percakapan dapat berlangsung. Anak berkebutuhan khusus tunarungu menggunakan bahasa simbol-simbol untuk berkomunikasi. Dari data yang diperoleh peneliti, kebanyakan yang digunakan adalah SIBI (Sistem Bahasa Isyarat Indonesia), karena bahasa itu lebih mudah dan gampang dicerna oleh anak berkebutuhhan khusus tunarungu. Selain itu menggunakan orang tua, guru dan anak berkebutuhan khusus tunarungu juga menggunakan kontak mata dan sentuhan untuk berkomunikasi, karena untuk bicara dengan mereka harus menggukanan kontak fisik terlebih dahulu. Seiring berjalannya waktu, cara itu sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan karena yang memahami bahasa itu hanyalah sesama tuna rungu, guru yang mengajarinya dan orang-orang tertentu. Dalam sekolah anak berkebutuhan khusus tunarungu, orang tua diberi buku SIBI agar orang tua mengerti bahasa anak tunarungu. Tapi cara itu sangat sulit karena bagi orang tua harus belajar kembali seperti huruf abjad dan lain-lain yang ada paten dalam buku. Ibu lebih nyaman menggunakan bahasa-bahasa dan simbol yang diciptakan sendiri bersama anaknya, yang terjadi secara alami ketika melakukan suatu pekerjaan dan terjadi setiap hari. Metode ini berlangsung secara alamiah dan naluriah menggunakan metode tangkap dan memainkan peran ganda yang artinya si ibu akan

72 menangkap ungkapan anak yangberkata kurang jelas dan kurang sempurna melalui mimik wajah dan tingkah laku kemudian si ibu membahasakan dengan bahasa yang biasa dilakukan. Keadaan ini berulang-ulang setiap hari dan setiap waktu sehingga perlahan akan memahami bahasa komunikasi, dan lama kelamaan antara ibu dan anak terjalin suatu ucapan percakapan yang saling menghendaki. Metode Maternal Reflektif, metode inilah yang digunakan ibu untuk berkomunikasi dengan anaknya, metode ini menjadikan anak untuk lebih cepat berlatih berbicara, metode ini juga digunakan agar anak berkebutuhan khusus tidak selalu menggunakan bahasa SIBI yang hanya orang tertentu yang belajar dan memahaminya. Metode ini juga menjadikan ibu dan anak berkebutuhan khusus dan ibu menjadi lebih aktif dalam berkomunkasi, karena dalam metode ini memang dituntut untuk selalu cepat dan tanggap dalam menerima suatu pesan. Tidak hanya bagi anak berkebutuhan khusus tapi seorang ibu juga bersama-sama melakukannya. Dalam metode ini ibu mendapat pengetahuan dari seorang wali kelas yang mendidik saat anak berkebutuhan khusus tunarungu berada di sekolah, seorang anak akan selalu diberi pesan kepada ibunya di buku tugasnya, lalu saat di rumah ibu memeriksa apa tugas yang harus dilakukan oleh anaknya, saat itulah komunikasi dimulai, sehingga ibu dan anak menjadi lebih aktif. Tidak hanya itu, metode ini juga menjadikan anak berkebutuhan khusus juga berinteraksi kepada orang

73 umum, seperti penjaga warnet saat mengerjakan tugas dari sekolah, penjual keliling dan orang-orang sekitar. Komunikasi interpersonal menggunakan Metode Maternal Reflektif ini, memudahkan seorang ibu dalam berkomunikasi dan mendidik anaknya dirumah. Meskipun anak mempunyai keterbatasan, seorang ibu tetap bisa mendidik dengan cara ini. Seorang ibu akan mengajarkan apa yang diinginkannya yang tentunya dikehendaki juga oleh anaknya yang sama-sama saling memahami. Dalam penerimaan pesan, anak berkebutuhan khusus tunarungu sangat memperhatikan lawan bicaranya dalam penelitian ini yakni seorang ibu, karena mereka sadar bahwa memiliki kekurangan pendengaran dan menggunakan matanya untuk menangkap komunikasi orang lain. Seorang ibu anak berkebutuhan khusus dalam menerima pesan akan memperhetikan mimik mulut sang anak, dan juga gerakan tangannya, karena pada dari hasil penelitian, anak tunarungu dapat berbicara, namun apa yang dikatakan dengan suara yang keluar sangat berbeda, karena kata-katanya tidak jelas. Dalam pemberian umpan balik, seorang anak tuna rungu biasanya terdiam sebentar karena mereka memperhatikan dengan seksama, barangkali ada yang ingin diungkapkan kembali oleh komunikator yakni ibu, setelah itu ia akan langsung merespon apa yang ingi di ucapkan kepada ibunya. Begitupun seorang ibu, ibu akan

74 langsung menanggapai apa yang di inginkan oleh anaknya, ibu juga tidak segan untuk bertanya kembali apabila ada sesuatu yang kurang di pahami kepada anak. Anak berkebutuhan khusus tunarungu saat memberikan efek komunikasi sama seperti anak normal lainnya, langsung diungkapkan apa yang diinginkan atau dengan menunjukkan prilaku. Hampir semua anak kecil ketika melihat sesuatu juga langsung ingin memiliki. Dalam hal ini lingkungan sangat berpengaruh terhadap efek komunikasi yang dilakukan oleh ibu dan anak nerkebutuhan khusus tunarungu, dari hasil observasi lingkungan dan orang-orang di sekitar anak berkebutuhan khusus tunarungu sangat menerima dengan baik kondisi anak tunarungu, hal itu menjadikan anaktunarungu menjadi lebih mudah untuk diberikan arahan, karena mereka merasa mendapat perhatian dan tidak diucilkan oleh lingkungan. 2. Lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus tunarungu Lingkungan sekitar sangat berpengaruh untuk perkembangan anak berkebutuhan khusus tunarungu, karena selain dari sekolah dan keluarga, lingkungan tidak bisa di jauhkan dari kehidupan sehari-hari anak berkebutuhan khusus tunarungu seperti anak pada pada umumnya yang membutuhkan teman, orang lain dan masyarakat untuk berinteraksi. Penerimaan yang baik juga membuat anak tunarungu tidak malu untuk bercengkrama seperti melakukan kegiatan-kegiatan

75 keagamaan, Peringatan hari-hari besar, atau sekedar belajar bersama. Anak tunarungu akan lebih senang jika dirinya dianggap sama seperti yang lain. Meskipun mereka sadar jika memiliki kekurangan. Tapi hal itu menjadikannya merasa di sayangi dan tidak ada batas antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya. Meski tekadang merasa minder saat merasa dirinya tidak bisa mengutarakan kalimat dengan jelas saat perkumpulan misalnya, anak berkebutuhan khusus tunarungu akan semangat kembali ketika mendapat apresiasi, walaupun apresiasi itu hanya sebatas ajungan jempol saja atau kata bagus saja. Tidak hanya penghuni rumah saja yang berinteraksi, teman sebaya, tetangga yg lebih tua dan yang muda juga sangat membantu jika setiap bertemu anak tunarungu tanggapannya baik dan tidak memandang seperti anak yang memiliki kekurangan dan juga ikut melatih interaksi dan bersosialisasi dengan sekitar. Selain orang-orang di lingkungan sekitar tempat tinggal, orangorang jauh seperti teman ayah, teman ibu, teman kakak juga perlu diajak kerjasama dengan mengajaknya berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus agar setiap anak tidak takut untuk bertemu orang baru. 3. Kesabaran orang tua Pada dasarnya semua orang tua menginginkan buah hatinya tumbuh berkembang dengan semestinya seperti pada umumnya.

76 Namun jika yang terjadi sebaliknya, sebagai orang tua hanya bisa menerima apapun pemberian dari sang pencipta. Anak merupakan titipan, sebaik-sebaik orang baik adalah yang mampu menjaga titipannya dan merawatnya dengan baik. Karena apapun yang terjadi dengan perkembangan anak adalah berawal dari keluarga terdekat yakni orang tua, terutama seorang ibu. Dari hasil penelitian dan observasi yang telah dilakukan, orang tua anak berkebutuhan khusus tunarungu sangat lapang dada menerima semua yang terjadi kepada anak. Pada saat pertama kali mengetahui bahwa anakya memiliki kekurangan, pasti ada rasa sedih terbesit dihati, ketakutan akan lingkungan, juga khawatir akan masa depan. Tapi semua itu hilang ketika melihat bahwa anak bagi ibu adalah harta paling berharga. Apapun keadaan anak, mereka tetap menjadi anak yang berhak tumbuh, bergaul dan bahagia. Orang tua terutama ibu mampu memberikan didikan yang terbaik untuk anaknya. Ibu tidak pernah malu mengakui ketika ada orang menanyakan keadaan anaknya yang memiliki kekurangan bahkan sangat bangga, karena dibalik kekurangan yang dialami banyak kelebihan yang diberikan dibandingkan anak seumuran pada umumnya. orang tua juga sadar masih banyak yang kurang beruntung diluar sana ketika melihat anaknya yang masih sempurna secara fisik jika dilihat dari luar. Karena masih banyak anak berkebutuhan khusus

77 yang tidak bisa mengucapkan satu kata pun, atau hanya sekedar berdiri pun tidak bisa. Dengan mengenalkan anak ke orang lain, anak akan merasa bahwa dirinya sangat di sayangi dan tidak ada yang perlu disembunyikan karena kekurangannya. Dengan begitu belajar dan berinteraksi anak jadi semakin luas. Lingkungan pun juga tidak hanya sebatas rumah dan kampung melainkan tempat-tempat lain yang mendukung. B. ANALISIS DENGAN TEORI Berdasarkan hasil temuan dan fakta yang ditemukan oleh peneliti saat melakukan penelitian terkait dengan Komunikasi Interpersonal BerbasisMetode Maternal Reflektif (MMR) antaraibudananakberkebutuankhusustunarungu. Penelitian ini mengacu pada teori interaksionisme simbolik, yakni sebuah pergerakan dalam sosiologi, berfokus pada cara-cara manusia membentuk makna dan susunan dalam masyarakat melalui percakapan. George Herbert Mead dipandangsebagaipembangunpahaminteraksisimbolisini.iamengajarkanbahwa maknamunculsebagaihasilinteraksi di antaramanusiabaiksecara verbal maupun nonverbal. Melaluiaksidanrespons yang terjadi, kitamemberikanmaknakedalam kata-kata atautindakan, dankarenanyakitadapatmemahamisuatuperistiwa dengancaracaratertentu.menurutpahaminimasyarakatmunculdaripercakapan yang

78 salingberkaitan di antaraindividu.karenapentingnyapercakapanbagipahaminteraksisimbolis. 1 Herbert Blumer menemukan istilah interaksionisme simbolis sebuah tindakan sosial didasari oleh sebuah proses umum, yang merupakan sebuah kesatuan tingkah laku yang tidak dapat dianalisis ke dalam bagian-bagian tertentu. Dari sebuah tindakan sosial mendasar melibatkan sebuah hubungan dari tiga bagian yakni: gerakan tubuh awal dari sebuah individu, respon orang lain terhadap gerak tubuh tersebut, dan sebuah hasil. Hasilnya adalah arti tindakan tersebut. Menurutpandanganinteraksisimbolis, maknasuatuobjeksosialsertasikapdanrencanatindakantidakmerupakansesuatau yang terisolasisatusama lain. Seluruh ide pahaminteraksisimbolismenyatukanbahwamaknamunculmelaluiinteraksi.oran g-orang terdekatmemberikanpengaruhbesardalamkehidupankita.merekaadalah orang-orang dengansiapakitamemilikihubungandanikatanemosionalseperti orang tuaatausaudara.merekamemperkenalkankitadengan kata-kata baru, konsep-konseptertentuataukategori-kategoritertentu kesemuanyamemberikanpengaruhkepadakitadalammelihatrealitas. terdekatmembantukitabelajarmembedakanantaradirikitadan yang Orang orang lainsehinggakitaterusmemiliki sense of self. 2 1 Morissan, TeoriKomunikasiIndividuHingga Massa, (Jakarta: Kencana, 2013), h.110. 2 Morissan, TeoriKomunikasiIndividuHingga Massa, (Jakarta: Kencana, 2013), h.111.

79 Anak berkebutuhan khusus tunarungu saat ini dalam berkomunikasi menggunakan Metode Maternal Reflektif untuk menyampaikan apa yang ada di fikiran mereka maupun apa yang mereka katakan. Dari penjelasan diatas terkait komunikasi interpersonal menggunakan Metode Maternal Reflektif dan interaksi simbolik memiliki kesinambungan antara perspektif dan teori yang digunakan peneliti untuk mencapai sebuah hasil dalam penelitian ini. Menurut teori interaksi simbolis, makna suatu objek atau ide akan muncul melalui interaksi. Anak berkebutuhan khusus tunarungu memiliki kesulitan untuk mendengar, yang menjadikannya untuk sulit berbicara dengan jelas, mereka harus bisa menyesuaikan cara berkomunikasi dengan lingkungan, agar tercipta suatu pemahaman yang sama. Untuk menyampaikan hal tersebut, mereka menggunkan simbol-simbol yang mereka gunakan agar mudah dimengerti dan di pahami oleh lingkungannya. Cara berkomunikasi seperti ini menjadi alasan peneliti untuk menggukan teori interaksi simbolik. Sedangkan Metode Maternal Reflektif sendiri cara penggunaannya yakni dengan penciptakan simbol-simbol tersendiri antara komunikator dan komunikan agar terjadi satu pemahaman yang sama. Mengawali percakapan dengan anak berkebutuhan khusus tunarungu ibu meggunakan sentuhan terlebuh dahulu agar anak dapat fokus dan melihat mimik mulut dan memahami apa yang diucapkan yang dan selanjutnya anak dapat merespon. Selain itu orang tua juga sedikit memahami dengan melihat mimik mulut dari anak itu sediri disertai gerakan-gerakan tangan yang

80 mencoba menjelaskan sesuatu. Hal ini berkaitan dengan paham interaksi simbolis bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi baik di antar manusia baik verbal maupun nonverbal. Dengan ibu menyentuh terlebih dahulu berarti maksudnya ibu akan mengajak berinteraksi seorang nak berkebutuhan khusus tunarungu, saat itu anak akan seksama memperhatikan apa yang dimaksud oleh ibunya. Ketika bertemu orang belum dikenal, orang tersebut pasti mengira anak berkebutuhan khusus sama seperti anak lainnya, namun saat memulai percakapan orang akan memahami bahwa anak tersebut merupakan anak tunarungu. Hal ini berkesinambungan dengan apa yang dikatatakan Mead tentang pikiran manusia yang dapat menerobos dunia luar, solah-olah mengenalnya dari balik penampilannya. Dalam komunikasi atara Ibu dan anak berkebutuhan khusus tunarungu ibu menggunakan bahasa-bahasa dan simbol yang diciptakan sendiri bersama anaknya, yang terjadi secara alami ketika melakukan suatu pekerjaan dan terjadi setiap hari. Metode ini berlangsung secara alamiah dan naluriah menggunakan metode tangkap dan memainkan peran ganda yang artinya si ibu akan menangkap ungkapan anak yangberkata kurang jelas dan kurang sempurna melalui mimik wajah dan tingkah laku kemudian si ibu membahasakan dengan bahasa yang biasa dilakukan. Dalam hal ini sangat berkesinambungan dengan teori interaksi simbolik karena karena saat ibu dan nak berinteraksi menggunakan simbol-simbol yang mereka ciptakan sendiri maka muncul suatu makna dari hasil interksi non-verbal tersebut seperti

81 menurut paham interaksi simbolik bahwa melalui aksi dan respon yang terjasi, makna akan muncul dalam kata-kata atau tindakan.