BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional. Pembangunan. secara material dan spiritual (Todaro dan Smith, 2012: 16).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan yaitu suatu kondisi dimana tidak terpenuhinya hak-hak dasar

BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 kabupaten di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pendapatan masyarakat. Muara dari semua upaya tersebut adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2013 SEBESAR 15,43 PERSEN RINGKASAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. utama pembangunan. Salah satu target dari Millenium Development Goals

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

MANUAL RUJUKAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa -Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dibahas adalah masalah kemiskinan. Baik di negara maju atau negara

BAB I PENDAHULUAN. dan kebijakan publik yang rasional dan para pembuat kebijakan publik

PERKEMBANGAN DAN KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP EKONOMI DAERAH DAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas dan. buatan serta sumberdaya sosial (Maulidyah, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Hasil dari pembangunan ekonomi

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

SEMINAR HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. DINAMIKA KABUPATEN/KOTA PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMP

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk.

I. PENDAHULUAN. Agenda penanggulangan kemiskinan telah disepakati oleh Perserikatan

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4.3 Pengaruh Ketimpangan Wilayah Terhadap Kondisi Hunian BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...

LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu terjadi dalam proses pembangunan di negara berkembang. Sebagian besar negara berkembang memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011: 250). Hal ini yang kemudian menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang diakibatkan oleh kemiskinan itu sendiri. Permasalahan kemiskinan menjadi sumber dari banyak permasalahan sosial lainnya seperti, kebodohan, tingkat kesehatan yang rendah, kriminalitas, hingga permasalahan trafficking. Sebagian besar negara di dunia telah mampu menurunkan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan secara relatif, namun jumlah penduduk miskin secara absolut tidak berubah secara signifikan karena adanya pertambahan penduduk yang pesat. Penurunan angka kemiskinan dalam suatu negara lebih merupakan fenomena pergeseran penduduk kategori sangat miskin ke kategori kurang miskin (Arsyad, 2010: 280). Bulan September tahun 2000, negara-negara anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) melakukan persetujuan terhadap delapan Tujuan Pembangunan Millenium atau yang disebut dengan Millenium Development Goals (MDGs), yang tujuan pertamanya adalah mengurangi kemiskinan dan kelaparan ekstrem menjadi setengahnya pada tahun 2015 (Todaro dan Smith, 2011: 29). Pemerintah Indonesia merespon kesepakatan tersebut dengan mempertajam fokus pengurangan kemiskinan dalam RPJMN 2010-2014, yaitu menurunkan 1

kemiskinan dari angka 14,15 persen pada tahun 2009 menjadi 12 persen-13,5 persen pada tahun 2010 dan mencapai angka 8 persen pada tahun 2014 (Suryahadi et al., 2012). Berdasarkan target yang akan dicapai dalam RPJMN 2010-2014 serta pencapaian MDGs pada tahun 2015, maka dibuatlah Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang mengamanatkan dibentuknya Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada tingkat Nasional dan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) pada tingkat daerah yang keduanya berada dibawah koordinasi Wakil Presiden. Peraturan Presiden tersebut disusun sebagai landasan hukum yang memperkuat keinginan pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2, yang secara administratif terbagi menjadi empat kabupaten dan satu kota. Jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2009-2012 menunjukkan kondisi yang cenderung mengalami penurunan yaitu dari 574,92 ribu jiwa pada bulan Maret tahun 2009 menjadi 562,11 ribu jiwa di bulan September tahun 2012, dengan persentase penduduk miskin yang mengalami penurunan secara terus menerus, dari angka 16,86 persen pada tahun 2009 hingga mencapai 15,88 persen pada tahun 2012. Besaran nilai Garis Kemiskinan DIY mengalami peningkatan, yaitu pada bulan Maret 2009 sebesar 220.830 rupiah per bulan menjadi 260.173 rupiah per bulan di tahun 2012 pada periode bulan yang sama (SPKD DIY, 2013: 27). Jumlah penduduk miskin dan garis kemiskinan DIY tahun 2009-2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1. 2

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan DIY Tahun 2009-2012 Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Penduduk Miskin (ribu orang) Persentase Penduduk Miskin (persen) Maret 2009 220.830 574,92 16,86 Maret 2010 234.282 540,40 15,63 Sept 2011 257.909 564,30 16,14 Maret 2012 260.173 565,32 16,05 Sept 2012 270.110 562,11 15,88 Sumber: RPJMD DIY, 2013 Berbagai program telah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah untuk menurunkan kemiskinan antara lain Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, Raskin, Jamkesmas, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) dan Jamkesos. Namun upaya-upaya tersebut belum mampu menunjukkan hasil yang maksimal karena adanya permasalahan koordinasi lintas sektoral yang kurang baik. Masing-masing sektor yang seharusnya bekerja sama dan berbagi tugas melakukan intervensi, menjadi seperti melakukan tugasnya masing-masing secara parsial dalam menangani kemiskinan, sehingga program yang dilakukan oleh pemerintah daerah menjadi tidak efektif. Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Daerah DIY kemudian menyusun inisiatif semangat penanggulangan kemiskinan dengan melibatkan seluruh komponen di dalam masyarakat yang dikenal dengan konsep Segoro Amarto (Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta). Segoro Amarto adalah gerakan secara bersama-sama dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat yang berfokus pada perubahan sikap, perilaku, gaya hidup, dan wujud kebersamaan dalam kegiatan menanggulangi kemiskinan ( SPKD DIY, 2013). Dengan adanya penerapan semangat Segoro Amarto yang telah dicanangkan oleh 3

Pemerintah DIY, maka diharapkan seluruh komponen masyarakat menjadi sadar bahwa program penurunan kemiskinan bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja, melainkan merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat secara bersama-sama. Berdasarkan data selama kurun waktu 2008-2012, angka kemiskinan di DIY menunjukkan perubahan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Meskipun mengalami penurunan kemiskinan di DIY masih berada di atas rata-rata Nasional, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. Perbandingan Kemiskinan Nasional dan Kemiskinan DIY 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 18.02 16.86 15.42 15.63 16.14 15.88 14.15 13.33 12.36 11.66 2008 2009 2010 2011 2012 Nasional DIY Gambar 1.1 Perbandingan Kemiskinan Nasional dan Kemiskinan DIY Tahun 2008-2012 Sumber: SPKD DIY, 2013 Melihat kondisi tersebut, maka intervensi pemerintah daerah dalam menurunkan angka kemiskinan perlu dilakukan secara lebih intensif dan terarah, agar Pemerintah DIY mampu memenuhi sasaran target MDGs yang tercantum di 4

dalam RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2017, yaitu menurunkan tingkat kemiskinan hingga mencapai 10,3 persen pada tahun 2015. Sesuai dengan target tersebut, maka setiap kabupaten dan kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta berkewajiban menurunkan tingkat kemiskinan yang mengarah pada pencapaian RPJMD DIY tersebut. Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 1.485,36 km 2 atau sebesar 46,63 persen. Sebagai kabupaten yang memiliki wilayah terluas di DIY, jumlah penduduk di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012 sebanyak 684.740 jiwa, yang berarti menjadi wilayah yang kepadatan penduduknya terendah di DIY, yaitu dihuni rata-rata 461 jiwa per km 2. Penduduk Kabupaten Gunungkidul terdistribusi ke dalam 18 kecamatan, yaitu Kecamatan Panggang, Kecamatan Purwosari, Kecamatan Paliyan, Kecamatan Saptosari, Kecamatan Tepus, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Rongkop, Kecamatan Girisubo, Kecamatan Semanu, Kecamatan Ponjong, Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Playen, Kecamatan Patuk, Kecamatan Gedangsari, Kecamatan Nglipar, Kecamatan Ngawen, dan Kecamatan Semin (BPS, 2013). Peta administrasi Kabupaten Gunungkidul dapat dilihat pada Gambar 1.2. 5

Sumber: BPS, 2013 Gambar 1.2 Peta Administrasi Kabupaten Gunungkidul 6 6

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2008-2012 mengalami fluktuasi, menurun dari tahun 2008 sebesar 173.520 jiwa hingga tahun 2010 menjadi 148.730 jiwa, kemudian mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada tahun 2011 menjadi 157.090 jiwa, lalu kembali turun pada tahun 2012 menjadi 156.500 jiwa. Kondisi kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul ini terutama disebabkan karena kondisi wilayah geografisnya yang berupa daerah pertanian dengan produktifitas lahan yang rendah karena tanahnya tandus dan ketersediaan air yang terbatas (Bappeda, 2013: 34). Perkembangan jumlah penduduk miskin selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 seluruh kabupaten dan kota di DIY dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2008-2012 (jiwa) Kabupaten 2008 2009 2010 2011 2012 Kulon Progo 97.920 89.910 90.060 92.760 92.400 Bantul 164.330 158.520 146.890 159.380 158.800 Gunungkidul 173.520 163.670 148.730 157.090 156.500 Sleman 125.050 117.530 117.020 117.320 116.800 Yogyakarta 48.110 45.290 37.830 37.340 37.600 DIY 608.930 574.920 540.540 564.300 562.100 Sumber: SPKD DIY, 2013 Tabel 1.3 menunjukkan tingkat kemiskinan Kabupaten dan Kota di DIY dari tahun 2008-2012. Pada tahun 2012, tingkat kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul berada di urutan nomor dua paling tinggi setelah Kabupaten Kulon Progo, dan jika dibandingkan dengan DIY, tingkat kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul masih jauh berada di atas rata-rata tingkat kemiskinan DIY. 7

Tabel 1.3 Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2008-2012 (persen) Kabupaten 2008 2009 2010 2011 2012 Kulon Progo 26,85 24,65 23,15 23,62 23,32 Bantul 18,54 17,64 16,09 17,28 16,97 Gunungkidul 25,96 24,44 22,05 23,03 22,72 Sleman 12,34 11,45 10,70 10,61 10,44 Yogyakarta 10,81 10,05 9,75 9,62 9,38 DIY 18,02 16,86 15,63 16,14 15,88 Sumber: BPS, 2008-2012 (diolah) Tingkat kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2008 hingga tahun 2012 mengalami tren yang fluktuatif dengan rata-rata penurunan sekitar 1 persen per tahun. Meskipun berbagai program telah dilakukan namun angka kemiskinan Kabupaten Gunungkidul tersebut masih berada di atas angka kemiskinan DIY. Hal ini terjadi karena kebijakan penanggulangan kemiskinan seringkali masih dilakukan tanpa memperhatikan kondisi masyarakat, sehingga menjadi tidak tepat sasaran. Program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul seharusnya memperhatikan profil kemiskinan daerah dan kondisi masyarakatnya, sehingga kebijakan yang ditetapkan mampu berjalan secara efektif dan tepat sasaran. Perbandingan tren penurunan tingkat kemiskinan di DIY dan Kabupaten Gunungkidul dapat dilihat pada Gambar 1.3. 8

30.00 25.00 Perbandingan Tingkat Kemiskinan DIY dan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2008-2012 25.96 24.44 22.05 23.03 22.72 20.00 15.00 18.02 16.86 15.63 16.14 15.88 10.00 5.00 0.00 2008 2009 2010 2011 2012 DIY Gunungkidul Gambar 1.3 Perbandingan Tingkat Kemiskinan DIY dan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2008-2012 Sumber: SPKD DIY, 2013 Kabupaten Gunungkidul memiliki target pembangunan yang tercantum dalam RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2017. Salah satu target tersebut adalah penurunan tingkat kemiskinan hingga mencapai 21,7 persen pada tahun 2017, sehingga Pemerintah Kabupaten Gunungkidul masih memiliki tugas yang cukup berat untuk dapat mencapai target tersebut (lihat Tabel 1.4). Tabel 1.4 Target Pembangunan Kabupaten Gunungkidul 2013-2017 (persen) No Indikator Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 1 IPM 71,3 71,57 71,83 72,1 72,37 2 Kemiskinan 23,23 22,85 22,47 22,08 21,7 3 Tingkat Pengangguran Terbuka 1,87 1,85 1,53 1,22 0,9 4 Pertumbuhan Ekonomi 4,66 4,78 4,89 5,01 5,12 Sumber: RPJMD DIY, 2013 Berdasarkan kondisi kemiskinan yang terjadi dan memperhatikan rencana target penurunan tingkat kemiskinan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, maka penelitian tentang kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul menjadi penting untuk 9

dilakukan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi tingkat kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang kemiskinan telah banyak dilakukan sebelumnya dengan berbagai metode dan alat analisis. Sebagai perbandingan, penulis menyampaikan beberapa penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini. Tabel 1.5 Hasil Penelitian Terdahulu No Studi Oleh Alat Analisis Kesimpulan 1. Adebayo (2013) Indeks Foster Greer and Thorbecke (FGT) Profil kemiskinan di daerah Irewole, Nigeria menunjukkan hasil 36,36 persen dari jumlah responden berada di bawah garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (P 1 ) adalah sebesar 0,072 dan indeks keparahan kemiskinan (P 2 ) adalah sebesar 2,79. 2. Amrullah (2013) ADePT Profil kemiskinan keluarga di Provinsi Banten lebih banyak terjadi di perkotaan dan sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Tangerang. Kondisi kemiskinan di Provinsi Banten terkait dengan posisinya sebagai daerah satelit Jakarta. 3. Backiny-Yetna, et al. (2013) Indeks Foster Greer and Thorbecke (FGT) 1. Sebesar 63,8 persen dari populasi penduduk berada di bawah garis kemiskinan. 2. Kemiskinan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. 3. Jenis pekerjaan kepala rumah tangga tidak memiliki dampak signifikan terhadap konsumsi dan tingkat kemiskinan. 4. Ukuran rumah tangga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. 10

Tabel 1.5 Lanjutan No Studi Oleh Alat Analisis Kesimpulan 4. Annim, et al. (2012) 5. Puspitasari (2012) Indeks Theil dan Regresi Least Square Indeks Entropi Theil dan regresi data panel Ketimpangan daerah berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga sedangkan ketimpangan antardaerah meningkatan ketimpangan Nasional. Variabel PDRB per kapita, berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat kemiskinan. 6. Susiati (2012) Regresi data panel Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM), belanja publik dan akses terhadap air bersih berpengaruh negatif dan siginfikan terhadap tingkat kemiskinan. Variabel PDRB per kapita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan, yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi saja belum cukup untuk menurunkan tingkat kemiskinan. 7. Dayioglu (2011) Parametric dan Semi-Parametric Logit Model Faktor yang paling menentukan kemiskinan rumah tangga di Turki pada tahun 2008 adalah status pekerjaan kepala rumah tangga, pendapatan dan rasio pekerja di rumah tangga dan daerah. 8. Magdalena (2011) ADePTdan SWOT Kemiskinan di Kota Dumai terkonsentrasi di wilayah perkotaan disebabkan oleh penduduk usia produktif yang tidak bekerja. Respon terhadap inflasi lebih tinggi pada kemiskinan di perkotaan dibandingkan kemiskinan di perdesaan. Berdasarkan analisis SWOT, disimpulkan bahwa Kota Dumai memiliki faktor kekuatan yang berpotensi untuk dikembangkan. 9. Anwar (2010) Indeks Foster, Greer dan Thorbecke (FGT) dan Growth Incidence Curve (GIC) Pertumbuhan ekonomi menjadi faktor yang penting dalam program pengurangan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi dan harus disertai dengan pemerataan distribusi pendapatan agar dapat menjadi efektif dalam mengurangi kemiskinan. 10. Suliswanto (2010) Regresi data panel PDB dan IPM berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap kemiskinan. 11

Perbedaan penelitian ini dengan berbagai penelitian tersebut diatas adalah pada lokasi dan waktu penelitian. Beberapa penelitian tentang kemiskinan sudah pernah dilakukan di Kabupaten Gunungkidul, namun penelitian menggunakan ADePT di Kabupaten Gunungkidul belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan ADePT untuk mengetahui profil kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul dan waktu penelitian adalah tahun 2012. Selain menggunakan ADePT untuk menyusun profil kemiskinan, penelitian ini melakukan analisis tipologi wilayah untuk merumuskan kebijakan penurunan tingkat kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul masih berada di atas tingkat kemiskinan DIY, dan selama periode tahun 2009-2012 hanya mengalami sedikit penurunan, sedangkan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memiliki target penurunan angka kemiskinan pada tahun 2017 hingga sebesar 21,7 persen. 2. Kebijakan pemerintah belum mampu secara signifikan menurunkan tingkat kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul. 1.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah profil kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012? 2. Bagaimanakah kondisi tipologi wilayah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul 12

dilihat dari pendapatan per kapita dan tingkat kemiskinan tahun 2012? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi dan melakukan analisis profil kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012. 2. Menyusun tipologi wilayah Kabupaten Gunungkidul tahun 2012 berdasarkan pendapatan per kapita dan tingkat kemiskinan kemudian merumuskan kebijakan untuk menurunkan tingkat kemiskinan pada masing-masing kuadran. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam menyusun kebijakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan guna mencapai target penurunan angka kemiskinan yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. 2. Sebagai bahan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut pada masalah sejenis. 3. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi penulis tentang kemiskinan dan perencanaan pembangunan daerah. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang diuraikan dalam sistematika sebagai berikut. Bab I pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, 13

manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, menguraikan tentang landasan teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, dan kerangka penelitian. Bab III Metoda Penelitian, menguraikan tentang desain penelitian, metoda pengumpulan data, definisi operasional, instrumen penelitian dan metoda analisis data. Bab IV Analisis, menguraikan tentang deskripsi data yang digunakan, dan pembahasan penelitian. Bab V Simpulan dan Saran, menguraikan hasil kesimpulan penelitian, implikasi yang ditujukan untuk Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka menetapkan kebijakan untuk menurunkan tingkat kemiskinan, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya. 14