Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.

dokumen-dokumen yang mirip
9 KESIMPULAN DAN SARAN

7 SIMULASI MODEL DINAMIS

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

BAB IV ANALISA SISTEM

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4 METODOLOGI PENELITIAN

MIMPI MANIS SWASEMBADA GULA

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Lembar Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.3. PENGEMBANGAN MODEL

KEMENTERIAN PERTANIAN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Sistem Manajemen Basis Data

KAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

LAPORAN AKHIR KAJIAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDUSTRI GULA UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

4.3. PENGEMBANGAN MODEL

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

30 V. TINJAUAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional

Tabel 6.1 Neraca Daging Indonesia Tahun Berdasarkan pada Kondisi Eksisting...

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

Menuju Kembali Masa Kejayaan Industri Gula Indonesia Oleh : Azmil Chusnaini

PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS GULA

III. METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

KETAHANAN PANGAN I. PENDAHULUAN

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja disektor pertanian (Husodo, dkk, 2004:23- meningkatnya peranan sektor-sektor industri.

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

PENDEKATAN KLASTER BISNIS UKM DAN RELEVANSINYA

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

M.Ikhlas Khasana ( ) Mengetahui berbagai dampak kebijakan persawitan nasional saat ini. Pendahuluan. ekspor. produksi.

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penelitian Rancang Bangun Model Dinamis Pengelolaan Agroindustri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung

Transkripsi:

52 6 PENGEMBANGAN MODEL 6.1 Analisis model sistem dinamis agroindustri gula tebu Sesuai dengan metodologi, maka rancang bangun sistem dinamis bagi pengambilan keputusan kompleks pada upaya pengembangan agroindustri gula tebu akan dilakukan dengan pendekatan sistem yang tahapanya seperti pada Gambar 16. Berdasarkan tahapan pendekatan sistem tersebut, diharapkan dapat membangun model sistem dinamis agroindusti gula tebu yang dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan yang kompleks dalam rangka pengembanan. Konsep sistem ini diutarakan seperti Gambar 15. Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu. Sistem utama di atas diurai menjadi beberpa model sub-sistem yaitu: 1. Model Sub-sistem Petani Tebu 2. Model Sub-sistem Pabrik Gula 3. Model Sub-sistem Distribusi 4. Model Sub-sistem Kebijakan Pemerintah Selanjutnya tahapan pendekatan sistem akan dirinci seperti berikut: (1) anlisis kebutuhan, (2) formulasi permasalahan, (3) identifikasi sistem, (4) rancang bangun model,

53 (5) pengujian model, dan (6) penerapan model yang secara skematis diuraikan pada Gambar 16. 6.1.1 Analisis kebutuhan Dalam tahapan analisis kebutuhan akan diuraikan tentang kebutuhan dan kepentingan yang utama bagi tiap-tiap elemen pembentuk sistem. Tiap-tiap elemen memiliki kebutuhan dankepentingan yang berbeda. Kumpulan semua kebutuhan dan kepentingan ini akan saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain di dalam sistem dalam rangka sistem tersebut mencapai tujuan. Berkenaan dengan sistem dinamis pengembangan agroindustri gula tebu, kebutuhan dan atau kepentingan masing-masing elemen dapat diuraikan sebagai berikut: b. Petani Tebu sebagai pihak pada tingkat awal dari rangkaian sistem yang panjang, membutuhkan kondisi lingkungan usaha yang mendukung, seperti kebutuhan perilaku harga tebu dan gula yang relatif tidak bergejolak sehingga pendapatan dapat meningkat. Selain itu petani tebu berharap biaya operasional dan input produksi yang wajar dan tidak mahal. Setelah panen, petani tebu mengharapkan adanya pengaturan proses oleh pihak pabrik sehingga tebu terangkut dengan baik, dan penentuan rendemen dapat dilakukan dengan benar, transparan dan obyektif. Disamping itu mereka perlu diberdayakan agar dapat meningkatkan produksi tebu melalui ketersediaan lahan yang lebih luas dan subur, serta bibit yang baik. Mereka memerlukan informasi pasar yang mudah dan dari sumber yang sahih sehingga dapat mengurangi resiko yang sangat merugikan (irriversible risk) dan memudahkan kepastian dalam pengambilan keputusan. Akhirnya petani tebu membutuhkan kemudahan dalam rangka meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup. c. Dinas Pertanian dan jajaranya hingga induk organisasi Kementerian Pertanian memerlukan peningkatan kinerja di bidang produktifitas dan kualitas tebu secara makro, sehingga peningkatan ini dapat menjamin kelangsungan supply bahan baku pabrik gula dan tercapainya target produksi. d. Dinas Perdagangan dan jajaranya hingga induk organisasi Kementerian Perdagangan berkebutuhan untuk menjaga harga gula nasional yang stabil dinamis, mengurangi impor gula sebagai penutup defisit supply dalam negeri, dan berkeperluan dengan

54 kualitas gula yang tinggi agar dapat berdaya saing dengan produk gula pesaing dari luar negeri Gambar 16 Tahapan pendekatan sistem

55 e. Dinas Perdagangan dan jajaranya hingga induk organisasi Kementerian Perdagangan berkebutuhan untuk menjaga harga gula nasional yang stabil dinamis, mengurangi impor gula sebagai penutup defisit supply dalam negeri, dan berkeperluan dengan kualitas gula yang tinggi agar dapat berdaya saing dengan produk gula pesaing dari luar negeri. f. Lembaga keuangan bank, non-bank, koperasi, dan asuransi dalam sistem ini berkebutuhan agar bila menyalurkan fasilitas kredit maka para penerima kredit dapat mengembalikan pinjaman dengan lancar. Hal ini disertai dengan penetapan biaya bunga yang wajar dan dapat diterima dengan baik oleh sektor keuangan dan pelaku usaha. g. Pemerintah Daerah dan jajaranya hingga tingkat pemerintahan nasional membutuhkan agar agroindustri gula tebu dapat memberikan lapangan kerja yang lebih banyak, dapat mendorong pencapaian swa sembada pangan dan pertumbuhan ekonomi yang baik, serta pada akhirnya berkepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui re-alokasi pendapatan pajak, pungutan legal serta retribusi industri gula tebu. h. Industri pabrik gula dalam sistem ini membutuhkan kecukupan supply bahan baku tebu, peningkatan keuntungan pabrik, efisiensi biaya operasional yang sejajar dengan peningkatan produktifitas, ketersediaan sumber dana untuk modal kerja dan investasi baru baik bagi peremajaan peralatan maupun investasi pembangunan pabrik gula baru. i. Perusahaan perdagangan sebagai importir, eksportir, dan distributor membutuhkan peningkatan keuntungan, kemudahan tata niaga importasi dan distribusi, serta tingkat nilai tukar yang relatif stabil dan terkendali, j. Pihak Fiskus, Bea Cukai di bawah kordinasi Kementerian Keuangan berkebutuhan agar dalam agroindustri gula tebu ini dapat meningkat pendapatanya sehingga pendapat pemerintah dari sektor pajak dapat meningkat. Di samping itu berkebutuhan agar praktek penyelundupan gula ilegal dapat ditekan serendah mungkin agar potensi kerugian pajak dapat ditekan.

56 6.1.2 Formulasi permasalahan Secara teoritis setelah mengetahui prioritas kebutuhan masing-masing elemen pembentuk sistem diketahui adalah permasalahan endogen akibat dari konflik kepentingan antar elemen. Selain itu agroindustri gula tebu baik pada tingkat mikro maupun nasional, menghadapi permasalahan dan tantangan generik berupa: a. Permasalahan pada ranah perkebunan - Keterbatasan informasi, pengetahuan, permodalan petani tebu khususnya pada kegiatan khas bidang pembenihan yaitu saat bongkar ratoon dan rawat ratoon - Kurangnya penciptaan dan persediaan bibit unggul baru yang adaptif terhadap lingkungan hidupnya (lahan, cuaca, hama) - Permasalahan input sarana produksi yang menyimpang dari kewajaran biaya, kualitas, dan waktu sedia (Cost, Quality, Time delivery) - Fasilitas irigasi yang semakin menurun kualitas dan efisiensi - Kelangkaan tenaga kerja di beberapa tempat b. Permasalahan pada ranah pabrik pengolahan - Keterbatasan kapasitas giling pabrik, menurunkan daya saing - Permasalahan generik efisiensi pabrik yang semakin menurun karena penuaan mesin tidak diimbangi peremajaan - Kualitas gula rendah dengan ICUMSA > 150 IU sehingga mendekati kualitas gula mentah impor. - Biaya produksi pabrik merangkak naik - Belum berkembangnya pilihan alternatif produk baru (diversifikasi) barbasis bahan baku tebu. c. Tantangan revitalisasi dan rancangan revitalisasi - Perluasan lahan tanam dan peningkatan produktifitas sehingga hasil panen tebu dapat meningkat dari rata-rata 80 ton/ ha di tahun 2010 menjadi 85 ton/ hektar di tahun 2014 - Peningkatan rendemen dari rata-rata 6% menjadi 8.5% pada tahun 2014 - Restrukturisasi pabrik gula dengan proses penggabungan operasional dan managerian sehingga efisiensi meningkat - Peningkatan peran Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan kualitas SDM

57 6.1.3 Identifikasi sistem (1) Causal Loop Dalam identifikasi sistem akan digambarkan hubungan sebab akibat. Penelitian ini menggunakan alat bantu software Netica yang mengoperasikan jejaring hubungan sebab akibat disertai probabilitasnya seperti pada Gambar 17. Gambar 17 Diagram sebab akibat menggunakan software Netica Penelitian ini secara rinci akan memfokuskan hubungan sebab akibat pada subsistem petani tebu sebagai titik awal yang akan mempengaruhi rangkaian kinerja subsistem selanjutnya. Tingkat produktifitas dan peningkatan tingkat produktifitas akan dijadikan sebagai akibat akhir dari hubungan sebab-akibat subsistem petani tebu. Hal ini sesuai dengan hasil prioritas utama simulasi ISM yang menempatkan Peningkatan Produktifitas sebagai titik awal upaya pengembangan agroindustri gula tebu. Dengan demikian penggunaan alat penelitian ini dapat saling mengisi kait terkait saling mempertajam proses pengambilan keputusan yang kompleks. Pemodelan jejaring keyakinan Bayesian menempatkan Peningkatan Produktifitas sebagai tujuan. Dalam penelitian ini peningkatan produktifitas didefinisikan sebagai peningkatan hasil panen tebu yang dinyatakan dengan ton/ hektar dan tingkat rendemen, meskipun keduanya tidak dihitung secara rinci. Produktifitas merupakan akibat dari elemen-elemen:

58 a. Subsidi input produksi b. Konservasi tanah c. Irigasi buatan d. Input benih (ratoon) e. Perluasan lahan f. Kecocokan lahan tanam g. Kondisi alam dan cuaca h. Ketersediaan dan tingkat kemempuan SDM i. Pemberantasan gulma tanaman pengganggu j. Pemberantasan hama tanaman k. Tata kelola pemupukan (2) Diagram input-output Tahap lanjutan setelah tahap hubungan sebab akibat adalah tahap membuat diagram input-output, seperti pada Gambar 18. Dalam penelitian ini ada kebaruan yaitu dimasukanya peubah kondisi cuaca yang sebelumnya diperlakukan sebagai peubah input eksogen tak terkendali (Chaidir, 2007) ke dalam peubah input terkendali dan di dalam pemodelan Jejaring Keyakinan Bayesian diklasifikasi sebagai Faktor Pengendali. Gambar 18 Diagram input output sistem dinamis pengembangan agroindustri gula tebu

59 Pada Gambar 18 di atas menunjukan peubah Pengelolaan Cuaca dimasukan ke dalam input terkendali dan peubah ini dimasukan ke dalam pemodelan Jejaring Keyakinan Bayesian sebagai upaya pengelolaan resiko (risk mitigation). 6.2 Rancang Bangun Model Setelah rangkaian tahapan identifikasi sistem perihal hubungan sebab-akibat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan rancang bangun model berbasis sistem dinamis dengan menggunakan software Stella. 6.2.1 Rancang bangun model peningkatan swasembada produksi gula tebu Model peningkatan produksi gula tebu dalam rangka menuju swasembada gula dapat dilihat dalam rancang bangun formulasi di Gambar 19. Gambar 19 Model matematis sistem dinamis pengembangan agroindustri gula tebu

60 6.3 Pengujian model 6.3.1 Verifikasi model Proses verifikasi dilakukan dengan meyakinkan bahwa proses pemodelan dengan Stella sudah benar dan sesuai prosedur. Sebagai langkah pertama, verifikasi akan menguji dan mengecek keabsahan tanda-tanda persamaan pada Gambar 19. Proses verifikasi model komputer dilakukan sebelum model divalidasi dan setelah model divalidasi. Proses verifikasi dilakukan secara berulang dan bila perlu memodifikasi model sehingga dapat dicapai hasil yang paling memuaskan sesuai dengan tujuan pemodelan. 6.3.2 Validasi model Validasi model dilakukan untuk menguji substansi model, termasuk menguji tingkat akurasi model komputer apakah sesuai dengan tujuan model yang ingin dicapai (Sargent, 1998). Proses validasi yang ideal diuji dengan memasukan data peubah yang dapat diobservasi (observable system) dan atau yang tidak dapat diobservasi (non observable system). Dalam kasus penelitian ini, banyak data riel lapangan yang tidak mungkin didapatkan sepenuhnya. Validasi model dalam penelitian ini dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan simulasi. 6.3.3 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk mengetahui peubah mana yang memeberikan dampak sensitif terhadap tujuan model. Dalam penelitian ini dilakukan analisis sensitifitas atas alternatif perubahan harga terhadap pendapatan, sensitifitas perubahan luas lahan terhadap produktifitas dan contoh sensitifitas peremajaan mesin terhadap produktifitas. 6.3.4 Analisis Stabilitas Analisis stabilitas dilakukan untuk menguji sejauh mana model tetap stabil bila diinput dengan berbagai nilai yang berbeda. Dalam penelitian ini dilakukan analisis stabilitas dengan merubah secara ekstrim peubah harga dan pengaruhnya terhadap sistem secara keseluruhan.

61 6.4 Penggunaan model Penggunaan model yang dihasilkan oleh penelitian ini diupayakan semudah mungkin dapat dioperasikan oleh pengguna tanpa harus memiliki kemahiran khusus. Keseluruhan model dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 8. Sebagai contoh halaman muka model sistem dinamis hasil penelitian dapat dilihat di Gambar 20. Gambar 20 Tampilan interface