BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TEGANGAN VON MISES DAN TEKANAN INTERNAL YANG DIIZINKAN PADA SUPERHEATER TUBE BOILER WANSON MATERIAL SA 106 GRADE B

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menjadi uap (steam) untuk berbagai keperluan. Air di dalam ketel dipanaskan dari

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

OLEH: RIZKY HIJRAH PERMANA DOSEN PEMBIMBING : Ir. Witantyo. M.Eng. Sc

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

Gambar 1.1 Konstruksi Boiler

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CYLINDER BLOCK DAN CRANKCASE MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65CC

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR ABSTRAK

Journal of Mechanical Engineering Learning

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF)

ANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

TransformasiTegangan Keadaantegangansecaraumum

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA KEGAGALAN MATERIAL SA-210C PADA APLIKASI BOILER STEAM PIPE

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

E V A P O R A S I PENGUAPAN

NAJA HIMAWAN

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V METODOLOGI. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT 2 MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN PADA KETEL UAP PABRIK TAHU BERDASARKAN STANDAR MEGYESY DENGAN BANTUAN SOFTWARE CATIA

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

Jurnal MEKINTEK ISSN ANALISA BULGING TUBE SUPERHEATER BOILER PADA MATERIAL SA 213 Gr.T11

DESAIN BASIS DAN ANALISIS STABILITAS PIPA GAS BAWAH LAUT

BAB VII PENUTUP Perancangan bejana tekan vertikal separator

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.


BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR. Oleh TOMI SANTOSO. Ir. SOEWEIFY M. Eng.

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE

Gambar 1.1 Sistem perpipaan steam 17 bar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DESAIN TANGKI DAN TINJAUAN KEKUATANNYA PADA KAPAL PENGANGKUT COMPRESSED NATURAL GAS (CNG)

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Stress Analysis Pada Sudu Tetap Turbin Uap Bab III Metodologi BAB III METODOLOGI

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER PADA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS 30 TON TBS/JAM

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga listrik adalah Boiler (Steam Generator) atau yang biasanya disebut ketel

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

Udara. Bahan Bakar. Generator Kopel Kompresor Turbin

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB II LANDASAN TEORI. Ribuan tahun yang lalu, sistem pipa sudah dikenal dan digunakan oleh

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Transkripsi:

32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PELAKSANAAN Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 28 februari 2017 pada unit boiler PPSDM MIGAS Cepu Kabupaten Blora, Jawa tengah. 4.1.1 Tahapan kegiatan Berikut merupakan tahapan kegiatan dalam proses pelaksaan kerja praktek di PPSDM Migas Cepu. 1. Pengenalan Boiler atau ketel uap adalah bejana tertutup pada ujung pangkalnya digunakan untuk memproduksi uap. Dalam perkembangan ketel uap dilengkapi dengan pipa air dan api. Pada pipa api fluida mengalir dalam pipa adalah gas hasil nyata hasil pembakaran yang membawa energi panas yang segera mentransfer ke air ketel melalui bidang pemanas (heating surface) sedangkan pipa air fluida mengalir dalam pipa, energi panas ditransfer pada luar pipa. 2. Pengamatan Pengamatan dilakukan untuk mengetahui, spesifikasi boiler, proses kerja boiler, unit pendukung boiler, hasil steam yang terbentuk dan kebutuhan steam boiler yang digunakan di PPSDM MIGAS Cepu

33 3. Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui mengecek kondisi boiler tiap harinya, meliputi : tekanan & temperatur uap boiler, tekanan & temperatur bahan bakar, tekanan & suhu air feed water dari Dearator. 4. Pengukuran Pengukuran yang dilakukan untuk memenuhi data yang masih kurang seperti diameter, panjang & ketebalan superheater tube. 5. Proses Analisis data Proses analisa data dilakukan dengan cara memperoses data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan, pemeriksaan & pengukuran yang dibutuhkan untuk menghitung besarnya tegangan von misses dan juga menentukan tegangan yang diizinkan pada pipa superheater tube boiler wanson. 6. Faktor-Faktor Pendukung 1. Pembimbing lapangan boiler selalu membimbing dalam melakukan analisis, penyediaan data-data dan menjelasakan proses-proses yang berlangsung pada boiler Wanson. 2. Kelengkapan referensi yang disediakan di perpustakaan PPSDM MIGAS. 3. Kelengkapan alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran dan pengujian. 7. Faktor-Faktor Penghambat 1. Banyaknya waktu yang terbuang dalam melakukan analisa karena menundanunda waktu. 2. Ketersediaan alat-alat pengukuran mekanik yang tersedia pada unit boiler, sehingga harus meminjamannya dahulu di lab mekanik PPSDM MIGAS Cepu.

34 4.1.2 Data lapangan 1. Spesifikasi kerja Boiler Tabel 4.1 Spesifikasi boiler wanson PPSDM MIGAS Cepu Tipe Tekanan maksimal Kapasitas maksimum Temperatur internal maksimal boiler fire tube 980665 Pa 6,6 ton/jam 190 o C Tabel 4.2 Operasi harian boiler wanson PPSDM MIGAS Cepu Tipe Tekanan operasi Kapasitas Steam Temperatur Steam boiler fire tube 196133 Pa 3 ton/jam 140 o C 2. Spesifikasi Superheater Tube Gambar 4.1 Diameter luar superheater tube boiler wanson (Sumber: unit boiler PPSDM MIGAS Cepu) Dari Gambar 4.1 diatas didapatkan diameter luar 70,21 mm 28 mm = 42,21 mm, untuk ketebalan superheater tube diperoleh dari pemeriksaan yang dilakukan

35 PPSDM MIGAS Cepu sebesar 3,1 mm, sehingga didapatkan Diameter dalam sebesar 39,1 mm. Tabel 4.3 Dimensi superheater tube boiler wanson Jumlah 20 Diameter Dalam 39,1 mm Diameter Luar 42,2 mm Tebal 3,1 mm Panjang 3000 mm Bahan SA 106 Grade B 3. Pengamatan harian unit pendukung Boiler Tabel 4.4 Pengamatan harian boiler, bahan bakar, dan dearator Boiler Bahan bakar Dearator Tanggal Tekanan Tekanan Tekanan Temp. uap Temperatur uap pasok air Temp. air (Kgf/cm 2 ) o C (Kgf/cm 2 ) o C (Kgf/cm 2 ) o C 06/02/2017 2 130 11 60 0,1 60 07/02/2017 3 140 12 60 0,1 60 08/02/2017 2 140 12 60 0,1 60 09/02/2017 2 140 12 60 0,1 60 10/02/2017 2 140 12 60 0,1 60 11/02/2017 3 140 10 60 0,1 60 12/02/2017 3 140 10 60 0,1 60 13/02/2017 2 140 10 60 0,1 60 14/02/2017 3 140 10 60 0,1 60 15/02/2017 3 140 10 60 0,1 60 16/02/2017 2 140 9 60 0,1 60

36 4.2 ANALISIS DATA 4.2.1 Analisis tegangan pada tube superheater Sistem perpipaan (tube) pada instalasi ketel sebagai transportasi aliran fluida, karena itu desain sistem struktur tube harus diperhatikan. Tegangan yang bekerja pada pipa yang mengalami tekanan dalam (internal pressure) meliputi tegangan melingkar (circumferential atau hoop stress), tegangan radial (radial stress) dan tegangan memanjang (longitudinal stress). Superheater tube yang berada pada boiler wanson termasuk dinding tebal (thick wall) ; dengan syarat ri/t 20 a. Tegangan Tangensial (Hoop Stress) Menggunakan Persamaan 3.12 untuk menghitung tegangan tangensial pada superheater tube sebagai berikut : 1 Dari rumus diatas dapat kita hitung tegangan tangensial pada superheater tube dengan data yang diperoleh dari Tabel 4.1 & 4.3 : 980665 x 0,019550,0211 0,02111 0,01955 0,01955 980665 3,822 10 4,4521 10 4,4521 10 1 3,822 10 3,822 10 3748101,63 1 1,165 0,63 5949376 2,165 12880381 Pa 12880 KPa 12,88 MPa Dari perhitungan diatas didapatkan tegangan tangensial sebesar 12,88 MPa

37 b. Tegangan Radial Menggunakan Persamaan 3.11 untuk menghitung besarnya tegangan radial pada superheater tube : 1 Dari rumus diatas dapat kita hitung tegangan radial pada superheater tube dengan data yang diperoleh dari Tabel 4.1 & 4.3; 980665 x 0,019550,0211 0,02111 0,01955 0,01955 980665 3,822 10 4,4521 10 4,4521 10 1 3,822 10 3,822 10 3748101,63 1 1,165 0,63 5949376 0,165 981647,04 Pa 982 KPa 0,982 MPa Dari perhitungan diatas didapatkan tegangan radial sebesar 0,982 MPa c. Tegangan Longitudinal Menggunakan Persamaan 3.10 untuk menghitung besarnya tegangan longitudinal pada superheater tube ; Dari rumus diatas dapat kita hitung tegangan longitudinal pada superheater tube dengan data yang diperoleh dari Tabel 4.1 & 4.3, namun terlebih dahulu kita tentukan besarnya gaya axial yang bekerja pada superheater tube akibat laju aliran yang timbulkan oleh steam dengan Persamaan 3.1.

38 980665 (3,14 x 19,55 2 x 10-6 ) 980665 1200.12 x 10-6 1176,9 N Menghitung besarnya tegangan longitudinal akibat gaya axial dengan Persamaan 3.2 : 1176,9 3,14 4 39,1 42,2 10 1176,9 197,84 10 5948746 Pa 5949 Kpa Menghitung besarnya tegangan longitudinal akibat tekanan dalam pipa dengan Persamaan 3.4 : 4 980665 x 42,2 x 10 4 3,1 10 3337424,435 Pa 3337,4 KPa Menghitung tegangan logitudinal akibat momen lentur dengan Persamaan 3.7. Namun terlebih dahulu menghitung massa steam tiap detiknya, didapatkan dari Tabel 4.1 bahwa massa steam perjamnya adalah 6600 kg, sehingga untuk setiap 1 detik massa steam sebesar 6600/3600 =1,833 kg, sehingga didapatkan load (w) sebesar 1,833 x 9.8 = 17,96 N. /12 4

39 17,96 3 /12 3,14 4 21,1 10 21,1 10 19,55 10 13,47 1,94 10 6943299 Pa = 6943,3 KPa Didapatkan tegangan longitudinal pada superheater tube sebesar : 5949 3337 6943,3 16229,3 KPa = 16,23 MPa Dari perhitungan diatas didapatkan tegangan longitudinal sebesar 16,23 MPa 4.2.2 Prediksi peluluhan pertama pada superheater tube dengan Tegangan Von Mises Kriteria von mises menyatakan bahwa peluluhan pertama kali terjadi bila energy regangan maksimum terjadi pada sistem tegangan komplek sama dengan tegangan maksimal (kekuatan luluh σ y ). Sehingga tegangan von mises harus lebih kecil dari tegangan luluh (σy), σ vm < σy, Bila σ vm σ y maka telah terjadi peluluhan pada material superheated tube. a. Mencari Tegangan Luluh (σ y ) Diketahui bahan yang digunakan pada superheater tube boiler wanson adalah SA 106 Grade B. Berdasarkan Tabel 3.2 di dapatkan tegangan luluh (σ y ) Bahan SA 106 Grade B pada temperatur tekan 1000 o F adalah sebesar 2500 Psi atau sebesar 17,24 MPa (1 Psi = 0,00689MPa).

40 b. Mencari Tegangan Von Mises (σ vm ) Tengangan von mises dapat dihitung dengan persamaan 3.13 dibawah ini; 2σ vm 2 = (σ1 σ 2 ) 2 + (σ 2 σ 3 ) 2 + (σ 3 σ 1 ) 2 Dari rumus diatas dapat kita hitung tegangan von mises pada superheater tube dengan menghubungkan ketiga sumber tegangan utama, pada sumbu x, y, z seperti pada Gambar 3.3, sehingga nilai σ 1 = σh, σ 2 = σr, σ 2 = σl. Data yang diperoleh dari perhitungan tegangan sebelumnya, yakni : σy = 17,24 MPa σ 1 = 12,88 MPa σ 2 = 0,982 MPa σ 3 = 16,23 MPa maka ; 2 2 12,88 0,982 0,982 16,23 16,23 12,88 2 11,898 15,248 3,35 2 141,56 232,5 11,22 385,26 2 13,88 MPa Dari perhitungan diatas didapatkan tegangan von mises sebesar 13,88 MPa Sehingga diketahui bahwa tegangan von mises superheater tube boiler wanson lebih kecil dari pada tegangan luluhnya, yakni; σvm < σy ; 13,88 MPa < 17,24 MPa Dari data diatas dapat disimpulkan tekanan maksimum dari steam boiler wanson yang terjadi dalam pipa superheater tube yakni 980665 Pa, masih dalam batas aman dan tidak menyebabkan peluluhan pada superheater tube saat ini.

41 4.2.3 Analisis tekanan yang diizinkan pada superheater tube Perhitungan tekanan internal dilakukan untuk mengetahui tekanan maksimum yang diizinkan terhadap ketebalan suatu pipa berdasarkan persamaan berikut : Dimana: Y = 0,4 karena t < d/6, berdasarkan Tabel 3.3 Nilai koefisien Y Eq = Ec Ej Es = 1.0 x 0,6 x 0,92 = 0,552. Faktor kualitas (Eq) adalah produk dari faktor kualitas pencetakan Ec, faktor kualitas join Ej, dan faktor kualitas grade struktur Es ketika pengaplikasian. Hasil dari Ec pada rentangan 0,85 sampai 1,0 dan berdasar pada metode pengujian kualitas pencetakan (Tabel 3.4 Faktor Kualitas Cetak, Ec). hasil dari Ej mempunyai rentangan 0,6-1,0 (Tabel 3.5 Faktor kualitas sambungan, Ej) dan berdasar pada tipe weld joint. Hasil dari Es diasumsikan 0,92. Ec melalui uji type 1 dan 3. Ej type joint furnance butt weld. A = mechanical + corrosion + erosion allowances -> 0,02 inch = 0,508 mm S = Tegangan yang diizinkan pada temperatur desain (tabel 3.2), dengan bahan SA 106 grade B pada suhu 1000 o F didapatkan S sebesar 2500 Psi atau dikaonversikan menjadi 17,24 MPa (1 Psi = 0,00689 MPa) 4.2.4 Tekanan yang diizinkan pada pipa superheater tube Dengan data yang diperoleh dari Tabel 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 4.1, & 4.3, dapat dihitung persamaan dibawah ini : 3,1 10 3,1 10 42,2 10 0,508 10 2 17,24 0,552 0,4 42,2 10 0,508 10 2 9,52 0,4 3,1 10 0,508 10 42,2 10 19 0,8 2,592 10 42,2 10 19 0,8

42 42,2 10 2,592 10 19 0,8 42,2 10 49,248 10 2,07 10 40,13 10 49,248 10 1,227 MPa = 1227000 Pa Dari perhitungan diatas didapatkan tekanan maksimum yang diijinkan untuk superheater tube SA 106 grade B dengan ketebalan 3,1 mm adalah sebesar 1227000 Pa, yaitu 1,25x dari tekanan maksimum yang diizinkan pada boiler wanson (980665 Pa), hal ini merupakan jarak aman dari superheater tube yang rentan dari pada korosi dan kerak yang mengikis ketebalan pipa, tekanan temperatur yang tinggi (long term overheating), dan lain sebagainya. 4.3 KEBERMANFAATAN HASIL ANALISIS DATA Pada analisis perhitungan mengenai tegangan dan tekanan maksimum yang bekerja pada superheater tube kita dapat mengetahui besaran tegangan dan tekanan maksimum. Hasil perhitungan ini dapat menjadi informasi & spesifikasi superheater tube apabila diperlukan kedepanya dalam analisis yang memerlukan informasi mengenai tegangan dan tekanan maksimum yang bekerja pada superheater tube boiler wanson dengan material SA 106 grade B. Hasil perhitungan mengenai tegangan pada superheater tube meliputi, tegangan tangensial, tegangan radial, tegangan longitudinal & tegangan von mises. Dari hasil perhitungan tegangan tersebut kita dapat memprediksi keluluhan yang terjadi pertama kali pada pipa, keluluhan inilah yang menjadi bibit timbulnya kegagalan pada superheater tube. Hasil perhitungan mengenai tekanan yang diizinkan pada superheater tube, didapatkan nilai tekanan maksimum yang dapat ditoleransi oleh material, apabila dalam pengoperasian, tekanan yang terjadi pada superheter tube melewati tekanan izin maka pipa dapat mengalami kegagalan. Data hasil perhitungan tekanan yang diizinkan dapat menjadi informasi dalam analisis kegagalan pada superheater tube agar tidak mengulangi kegagalan yang sama.