Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

dokumen-dokumen yang mirip
Katalog BPS :

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PAREPARE TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA PAREPARE 2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Katalog BPS :

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUWU

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

Katalog BPS:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

pareparekota.bps.go.id

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II ASPEK STRATEGIS

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. 1 Apriliyah S. Napitupulu, Pengaruh Indikator Komposit Indeks

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014


BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

Indeks Pembangunan Manusia

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH


KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

INDIKATOR EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT 2013

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

Indikator Kinerja Utama Kabupaten CilacapPeriode

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BANTAENG (HUMAN DEVELOPMENT ANALISIST BANTAENG REGENCY)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

Transkripsi:

Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju 2012 No. Publikasi : 76045.13.05 Katalog BPS : 4102002.7604 Ukuran buku Jumlah Halaman Naskah/Editor Diterbitkan oleh : 21 Cm x 27 Cm : ix + 48 Halaman : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik : Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya. May be cited with reference to source

SAMBUTAN BUPATI MAMUJU Kebutuhan data statistik untuk mendukung setiap perencanaan pembangunan menjadi sesuatu hal yang mutlak dan semakin kompleks. Salah satu data yang dimaksud adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan. Publikasi IPM Kabupaten Mamuju 2012 ini dapat diwujudkan atas kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Mamuju dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memberikan gambaran mengenai tingkat kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat untuk mengukur pencapaian keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Mamuju. Buku ini diharapkan dapat memberi manfaat, terutama untuk melihat perkembangan dari berbagai kegiatan pembangunan manusia yang telah dicapai selama ini dan yang akan dilaksanakan di masa mendatang. Mamuju, September 2013 BUPATI Drs. H. SUHARDI DUKA, MM iii

KATA PENGANTAR Kebutuhan konsumen data akan data statistik semakin kompleks, khususnya data sosial. Untuk memenuhi kebutuhan data tersebut Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju bekerja sama dengan Bappeda Kabupaten Mamuju telah menerbitkan publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012. Publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai tingkat kesejahteraan rakyat dan indikator yang berfungsi sebagai ukuran pencapaian keberhasilan Pembangunan di Kabupaten Mamuju. Data yang digunakan untuk menganalisa dua hal tersebut di atas adalah hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2011 dan 2012, serta data sekunder yang berkaitan dengan pembangunan manusia. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga terbitnya publikasi ini diucapkan banyak terima kasih. Saran dan kritik sangat kami harapkan untuk perbaikan publikasi IPM selanjutnya. Mamuju, September 2013 BAPPEDA KABUPATEN MAMUJU K e p a l a, BPS KABUPATEN MAMUJU K e p a l a, RAKHMAT THOHIR, ST. M.Si NIP 19721103 200212 1 005 MARKUS UDA, SE NIP. 19670522 1993011001 iv

DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI MAMUJU... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GRAFIK...viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penulisan.... 3 1.3. Sistematika Penulisan... 4 BAB II. METODOLOGI... 5 2.1. Konsep dan Definisi: Indeks Pembangunan Manusia (IPM)... 6 2.1.1. Angka Harapan Hidup (e 0)... 7 2.1.2. Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah... 8 2.1.3. Purchasing Power Parity (PPP)... 9 2.2. Sumber Data... 10 BAB III. GAMBARAN UMUM... 11 3.1. Letak Geografis... 11 3.2. Kependudukan... 11 3.3. Ekonomi ( PDRB )... 13 3.4. Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam... 15 BAB IV. POSISI PEMBANGUNAN MANUSIA... 16 4.1. Komponen-Komponen Indeks Pembangunan Manusia... 17 4.1.1. Indeks Kesehatan... 17 4.1.2. Indeks Pendidikan... 18 4.1.3. Indeks Paritas Daya Beli... 19 4.2. Indeks Pembangunan Manusia... 19 BAB V. KESEHATAN... 21 5.1. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup... 22 5.2. Pemerataan Pelayanan Kesehatan... 23 5.3. Status Kesehatan Masyarakat... 25 v

BAB VI. PENDIDIKAN... 26 6.1. Sarana dan Prasarana Pendidikan... 27 6.2. Tingkat Pendidikan... 28 6.2.1. Angka Melek Huruf.... 28 6.2.2. Rata Rata Lama Sekolah... 29 6.2.3. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan... 29 6.3. Tingkat Partisipasi Sekolah... 30 BAB VII. KETENAGAKERJAAN... 32 7.1. Angkatan Kerja... 33 7.2. Lapangan Pekerjaan Utama... 34 7.3. Sektor Informal... 34 7.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)... 35 BAB VIII. P E N U T U P... 37 8.1 Kesimpulan... 37 8.2 Implikasi Kebijakan... 38 vi

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 3.1. Tabel 4.1. Tabel 6.1. Tabel 6.2. Tabel 7.1. Tabel 7.2. Halaman Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM yang Digunakan dalam Penghitungan... 7 Jenjang Pendidikan dan Skor yang Digunakan untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah... 9 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mamuju Tahun 2012-2012... 14 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Beberapa Wilayah di Sulawesi Barat Tahun 2011 dan 2012... 20 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 30 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah (7-24 Tahun), Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 30 Jumlah Penduduk dan Persentase Angkatan Kerja Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 33 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 34 vii

DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 5.1. AKB dan AHH Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 22 Grafik 5.2. Persentase Penduduk yang Mengeluh Sakit Menurut wilayah di Kabupaten Mamuju Tahun 2012... 25 Grafik 6.1. Angka Melek Huruf di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 28 Grafik 7.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun 2012... 35 viii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5a. Tabel 5b. Tabel 6. Indikator Kependudukan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 42 Beberapa Indikator Dasar Kependudukan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 43 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen IPM Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 44 Beberapa Indikator Kesehatan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 45 Beberapa Indikator Pendidikan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 46 Beberapa Indikator Pendidikan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 47 Beberapa Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012... 48 ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu mengenai pembangunan manusia di Indonesia, sebenarnya bukan hal yang baru. Isu tersebut secara eksplisit maupun implisit menempati posisi sangat penting dalam falsafah negara Pancasila dan dokumen-dokumen kenegaraan lainnya yang strategis seperti UUD 1945, GBHN dan Repelita. Walaupun demikian, karena masalah prioritas, aksentuasinya baru dimulai dalam GBHN 1993 dan dijabarkan dalam Repelita VI. Tampaknya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Concern mengenai pembangunan manusia sejak awal telah melandasi mainstrem model pembangunan Indonesia paling tidak pada tataran ideal atau normatif. Pada tahun 60-an banyak negara melaporkan bahwa di satu sisi berhasil mencapai pendapatan perkapita tinggi, namun di sisi lain penduduk miskin makin bertambah jumlahnya. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi akan sulit mencapai masyarakat yang makmur, aman dan terbebas dari tekanan hidup yang merupakan tujuan pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya keberhasilan pembangunan tidak dapat diukur dari berhasilnya membangun sarana dan prasarana/infrastruktur serta jalan-jalan yang mulus akan tetapi harus diukur dari keberhasilan mengangkat harkat dan martabat rakyat ke tempat yang lebih tinggi. Ini berarti pembangunan harus difokuskan pada manusia sebagai titik sentralnya. Model-model alternatif pembangunan yang ditawarkan adalah pembangunan sumber daya manusia, kebutuhan 1

dasar, dan kesejahteraan manusia, akan tetapi ketiga model pembangunan ini dinilai masih bersifat parsial belum bersifat holistik. Pembangunan sumber daya manusia memandang manusia sebagai input dalam proses produksi, seperti halnya dengan faktor-faktor produksi lainnya yaitu, tanah, modal dan mesin. Manusia diperalat untuk mengejar tingkat output yang tinggi namun dalam proses ini manusia bukan sebagai pewaris dari apa yang dihasilkan. Pembangunan yang mempunyai pendekatan kebutuhan dasar hanya berorientasi pada kebutuhan dasar manusia agar dapat keluar dari kemelut kemiskinan. Model ini telah mengiring manusia terpasung hingga tidak memiliki pilihan-pilihan lain. Sedangkan pembangunan dengan kesejahteraan manusia memandang manusia dalam proses pembangunan sebagai penerima bukan sebagai peserta yang berpartisipasi aktif atau dengan perkataan lain manusia tidak mengambil bagian untuk berperan dalam pembangunan. Dengan demikian, pada tahun 1990 UNDP dalam laporannya Global Human Development Report memperkenalkan konsep Pembangunan Manusia (Human Development), sebagai paradigma baru model pembangunan. Konsep ini lebih komprehensif dan bersifat holistik yang mencakup ketiga model sebelumnya. Berbagai pergeseran dalam kebijaksanaan pembangunan menyebabkan pengukuran terhadap hasil-hasil pembangunan yang ada harus disesuaikan. Kebutuhan untuk melihat fenomena atau masalah dalam perspektif waktu dan tempat sering menuntut adanya ukuran baku. Upaya untuk mengangkat manusia sebagai tujuan utama pembangunan, sebenarnya telah muncul dengan lahirnya konsep basic need development. Paradigma ini mengukur keberhasilan pembangunan dengan menggunakan Indeks Mutu Hidup (Physical Quality of Life Index), yang memiliki tiga parameter yaitu angka kematian bayi, angka harapan hidup waktu lahir dan tingkat melek huruf. 2

Kemudian dengan muncul dan berkembangnya paradigma baru pembangunan manusia, sejak tahun 1990 UNDP menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) untuk mengukur keberhasilan atau kinerja pembangunan manusia suatu negara atau wilayah. Sejalan dengan itu, perlu dilakukan pengukuran kinerja pembangunan di Kabupaten Mamuju untuk melihat kinerja pembangunan di wilayah ini. 1.2. Tujuan Penulisan. Laporan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju Tahun 2012 disusun dalam kerangka untuk menempatkan dimensi manusia sebagai titik sentral dalam pembangunan, dengan bercirikan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sehingga diharapkan daerah mempunyai indikator yang berfungsi sebagai ukuran pencapaian pembangunan, terutama yang terkait erat dengan upaya-upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Disamping itu, IPM berfungsi sebagai input dalam penyusunan Rencana Strategi (Renstra) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), agar jiwa pembangunan pada era reformasi ini terimplementasi dalam dokumen perencanaan dan untuk penajaman prioritas pembangunan. Penggunaan salah satu indikator komposit (Indeks Pembangunan Manusia) dalam tulisan ini diharapkan pula dapat memberikan gambaran umum kinerja pembangunan Kabupaten Mamuju selama periode 2011-2012. 3

1.3. Sistematika Penulisan Penulisan laporan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab Pertama, menguraikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan, Bab Kedua, membahas tentang metodologi, yang meliputi pengertian konsep, metode yang digunakan dan penjelasan komponenkomponen dan cara penghitungan indeks masing-masing komponen serta sumber data yang digunakan, Bab Ketiga, membahas mengenai gambaran umum Kabupaten Mamuju yang diuraikan atas letak geografis, kependudukan, ekonomi (PDRB), serta potensi dari pemanfaatan sumber daya alam, Bab Keempat, membahas mengenai posisi pembangunan manusia yang meliputi; Indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan, dan Indeks Paritas Daya Beli serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Bab Kelima, membahas masalah kesehatan yang meliputi; angka kematian bayi dan harapan hidup, pelayanan kesehatan, dan status kesehatan masyarakat. Bab Keenam, membahas mengenai pendidikan yang meliputi; sarana dan prasarana pendidikan, tingkat pendidikan yang ditamatkan serta partisipasi sekolah, Bab Ketujuh, membahas mengenai ketenagakerjaan yang meliputi; angkatan kerja, lapangan pekerjaan utama dan pengangguran, dan Bab Kedelapan, adalah penutup, yang berisi kesimpulan dan saran implikasi kebijakan. 4

BAB II METODOLOGI Kebutuhan untuk melihat fenomena atau masalah sering menuntut adanya ukuran baku dengan menyusun indeks agregat yang memungkinkan diturunkannya satu angka yang merangkum berbagai dimensi masalah yang sedang menjadi topik bahasan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh upaya pemberdayaan yang telah dicapai masyarakat secara cepat adalah indikator komposit. Beberapa indikator komposit yang telah dikembangkan dan direkomendasi UNDP adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Jender (IPJ), Indeks Pemberdayaan Jender (IDJ), dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Indikator tersebut digunakan dalam perspektif yang berbeda, dan dalam penyajian laporan ini secara khusus hanya menyajikan IPM. IPM digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan manusia secara keseluruhan dan bersifat agregatif. Meskipun demikian ukuran komposit ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran bagi para perencana pembangunan di daerah tentang kualitas pembangunan manusia yang telah dicapai selama ini. Secara umum, langkah yang ditempuh dalam menghadapi pengembangan tolak ukur fenomena yang sifatnya kuantitatif, selalu di mulai dengan memahami konsep dan definisi dan batasan baku masalah yang hendak diukur. Maka dalam laporan ini disajikan konsep dan definisi dari beberapa indikator yang digunakan serta sumber data yang dibutuhkan dalam penyusunan buku ini. 5

2.1. Konsep dan Definisi: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup (e 0), indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan indeks standar hidup layak, yang dirumuskan sebagai berikut: IPM = 1/3 [ X(1) + X(2) + X(3) ]. (1) dimana: X(1): Indeks harapan hidup X(2): Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah). X(3): Indeks paritas daya beli. Nilai indeks hasil hitungan masing-masing komponen tersebut adalah antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik). Dalam laporan ini indeks tersebut dinyatakan dalam ratusan (dikalikan 100) untuk mempermudahkan penafsiran, seperti yang disarankan oleh BPS (BPS- UNDP, 1996). Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut: Indeks X (i) = X(i) X(i) min X (i) maks X(i) min.. (2) dimana X(i) : Indikator ke-i (i=1,2,3) X(i) maks : Nilai maksimum X(i) X(i) min : Nilai minimum X(i) 6

Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM yang digunakan dalam penghitungan Indikator Komponen IPM [=X(i)] Maksimum Nilai Minimum Catatan (1) (2) (3) (4) Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP) Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global (UNDP) Rata-rata lama sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP) Sumber : Indonesia Human Development Report 2001-Towards a new consensus (Democrazy and Human Development in Indonesia) - BPS, BAPPENAS, UNDP Seperti dalam rekomendasi UNDP, meskipun telah muncul berbagai kritik dan masukan berkaitan dengan rumusan indikator variabel IPM, hingga saat ini masih digunakan ketiga komponen di atas, yaitu komponen kesehatan (longevity) yang diwakili dengan usia harapan hidup (life expectancy at Age 0; e 0), komponen pengetahuan atau kecerdasan diwakili oleh dua buah indikator yaitu angka melek huruf (literacy rate/ Lit) dan ratarata lama sekolah (Mean Years of Schooling/ MYS) dan indikator hidup layak (decent living) atau kemakmuran yang diwakili oleh purchasing power parity/paritas daya beli. 2.1.1. Angka Harapan Hidup (e 0) Seperti yang disebutkan dalam BPS-UNDP (1996: 8) bahwa sebenarnya agak berlebihan mengatakan variabel e 0 dapat mencerminkan lama hidup sekaligus hidup sehat, mengingat angka morbiditas tampaknya lebih valid dalam mengukur hidup sehat. Meskipun demikian, 7

karena keterbatasan data dan hanya sedikit negara yang memiliki data morbiditas yang dapat dipercaya maka variabel tersebut tidak digunakan untuk tujuan perbandingan. Penggunaan angka harapan hidup (AHH) didasarkan atas pertimbangan bahwa angka ini merupakan resultante dari berbagai indikator kesehatan. AHH merupakan cerminan dari ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, sanitasi lingkungan, pengetahuan ibu tentang kesehatan, gaya hidup masyarakat, pemenuhan gizi ibu dan bayi, dan lainlain. Oleh karena itu AHH benar-benar merupakan resultanse dan mewakili dari berbagai indikator yang ada. 2.1.2. Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah dihitung berdasarkan data Susenas Kor, dalam tulisan ini menggunakan penduduk 10 tahun ke atas. Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis baik huruf latin maupun huruf lainnya. Penghitungan indikator rata-rata lama sekolah dilakukan dengan cara penghitungan tidak langsung. Langkah pertama adalah memberikan bobot variabel ijazah/sttb tertinggi yang dimiliki sebagaimana disajikan pada Tabel 2.2. Langkah selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai bobotnya. Secara sederhana prosedur penghitungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: MYS 10 i 1 10 fi* LSi i 1 fi 8

dimana : MYS : rata-rata lama sekolah (dalam tahun) fi : frekuensi penduduk yang berumur 10 tahun ke atas untuk jenjang pendidikan i. Si : skor masing-masing jenjang pendidikan i. LSi : 0 (bila tidak/belum pernah sekolah) LSi : Si (bila tamat) LSi : Si + kelas yang diduduki 1 (bila masih bersekolah dan pernah tamat) LSi : kelas yang diduduki 1 (bila jenjang yang diduduki SD/SR/MI/Sederajat) i : jenjang pendidikan (1,2,3,..,10): Tabel 2.2. Jenjang Pendidikan dan Skor yang Digunakan untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Jenjang Pendidikan Skor (1) (2) Tidak punya 0 SD/MI/Sederajat 6 SLTP/MTs/Sederajat/Kejuruan 9 SMU/MA/Sederajat/Kejuruan 12 Diploma I/II 14 Diploma III/Sarjana Muda 15 Diploma IV/S1 16 S2 18 S3 21 2.1.3. Purchasing Power Parity (PPP) Komponen standar hidup layak atau dikenal juga sebagai Purchasing Power Parity (PPP) yang digunakan dalam laporan ini komponen yang lebih baik yaitu dengan menggunakan konsumsi riil perkapita dari hasil Susenas Modul Konsumsi yang disesuaikan dengan 9

indeks PPP. Cara menghitung PPP didasarkan pada 27 komoditi dengan memperhatikan Indeks Harga Konsumen (IHK) provinsi yang bersangkutan. Adapun cara menghitung PPP dengan menggunakan rumus: PPP E( i, j) j P( i, j) Q ( i, j) j dimana: E (i,j) = pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten i P (i,j) = harga komoditi j di Jakarta Selatan Q (i,j) = volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kabupaten i 2.2. Sumber Data Pengukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah yang disajikan dalam tulisan ini menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011 (Susenas 2011) dan Susenas 2012. Selain data survei tersebut sebagai pembanding juga disajikan data Sensus Penduduk dan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011 dan 2012. Yang diungkap dalam penyajian laporan ini sebagai indikator atau data basis adalah data yang dihasilkan dari kor Susenas 2011, Susenas 2012, Sakernas 2011, dan Sakernas 2012 terutama yang berkaitan dengan indikator pendukung, seperti indikator kependudukan, indikator bidang kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan perumahan. 10

BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Letak Geografis Luas wilayah Kabupaten Mamuju adalah sekitar 7.942,76 km 2. Daerah ini terdiri dari 16 kecamatan dengan 155 desa/kelurahan. Secara geografis daerah ini terdiri dari 3 desa atau 1,94 persen adalah daerah lembah, 62 desa atau sekitar 40 persen merupakan daerah lereng/bukit, 50 desa (32,26 persen) dataran dan 25,81 persen (40 desa) adalah daerah pantai. Kemudian berdasarkan topografinya 89 desa atau sekitar 57,42 persen adalah daerah datar dan 66 desa (42,58 persen) merupakan daerah yang berbukit - bukit. Kabupaten Mamuju yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Barat terletak pada posisi antara 1 0 38 110 2 0 54 552 Lintang Selatan dan 11 0 54 47 13 0 5 35 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Tana Toraja (Provinsi Sulawesi Selatan), sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara (Provinsi Sulawesi Selatan) dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. 3.2. Kependudukan Penduduk Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 sebesar 349.571 jiwa yang terdiri dari 179.896 laki-laki dan 169.675 perempuan. Menurut hasil Sensus Penduduk, angka tersebut meningkat menjadi 358.527 jiwa pada tahun 2012 dengan komposisi 183.748 laki-laki dan 174.779 perempuan. 11

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Mamuju selama kurun waktu 2000-2012 rata-rata sebesar 3,88 persen pertahun, kemudian pada kurun waktu 2011-2012 turun menjadi 2,56 persen. Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi oleh banyak pihak merupakan suatu hal yang merisaukan apalagi bila tidak dibarengi pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. Dengan kata lain apabila pertumbuhan penduduk lebih besar dibanding dengan pertumbuhan ekonomi maka dipandang bahwa pertumbuhan penduduk akan menjadi masalah, karena masyarakat bertambah beban ekonominya. Namun, pertumbuhan penduduk juga sangat menguntungkan karena akhirnya akan memperluas pemanfaatan lahan hunian dan memperluas lahan usaha baru bagi penduduk itu sendiri yang akhirnya produksi akan meningkat. Indikator ini dapat ditujukan dari kepadatan penduduk Kabupaten Mamuju yaitu dari 44 orang/km 2 pada tahun 2011 menjadi 45 orang/km 2 pada tahun 2012. Peningkatan kepadatan penduduk tentunya akan menyulitkan pemerintah dalam penyediaan berbagai macam fasilitas. Akan tetapi jika hal tersebut diikuti dengan peningkatan potensi penduduk, terutama dari segi ekonomi, maka peningkatan kepadatan penduduk sedikit akan mengurangi masalah yang dirisaukan. Jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) pada tahun 2012 adalah sekitar 37,44 persen, penduduk usia 15-64 tahun berjumlah 59,86 persen yang disebut dengan usia produktif dan mereka yang berusia lanjut (65 tahun lebih) sekitar 2,70 persen. Setelah dihitung maka angka beban tanggungan adalah sebesar 67,06 persen atau secara hipotesis bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 menanggung beban ekonomi sekitar 67 orang usia tidak produktif. Angka beban tanggungan ini tidak terlalu banyak mengalami perubahan dibanding tahun 2011. 12

3.3. Ekonomi ( PDRB ) Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB (atas dasar harga konstan) yang berhasil diperoleh pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar harga konstan ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan harga. Perubahan yang diukur adalah perubahan produksi sehingga menggambarkan pertumbuhan riil ekonomi. Sejak Tahun 2000 pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional provinsi dan kabupaten/kota dihitung dengan menggunakan harga konstan 2000 sebagai tahun dasar. Bila diperhatikan selama periode 2010-2012, terlihat bahwa perekonomian Kabupaten Mamuju tumbuh cukup signifikan bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2012 yaitu 11,48 persen, bila dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata 11,19 persen selama periode 2010-2012. Bila dibandingkan dengan Sulawesi Barat, kinerja perekonomian Kabupaten Mamuju melaju lebih cepat. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan yang semakin membaik, pada tahun 2010 tumbuh sekitar 10,59 persen dan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju tumbuh lebih cepat menjadi 11,48 persen. 13

Tabel. 3.1. Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mamuju Tahun 2012-2012 Tahun PDRB adh Berlaku (juta Rp) Perkembangan (persen) PDRB adh Konstan (Juta Rp) Pertumbuhan (persen) ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) 2010 3.327.886,64 16,05 1.375.662,80 10,59 2011 3.905.860,02 17,37 1.534.035,28 11,51 2012 4.516.216,80 15,63 1.710.169,35 11,48 Rata-rata xxx 16,35 xxx 11,19 Sumber : BPS Kabupaten Mamuju Selanjutnya struktur ekonomi Kabupaten Mamuju pada kurun waktu tahun 2010-2012 tampaknya mulai mengalami pergeseran. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian daerah ini masih besar yakni sekitar 47,72 persen pada tahun 2010, kemudian menjadi 46,08 persen pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian di Mamuju sudah mulai berkembang lebih pesat, walaupun demikian perekonomiannya masih mengandalkan sektor pertanian. Selain sektor pertanian, sektor lain yang mempunyai kontribusi cukup besar adalah sektor jasa-jasa dengan kontribusi sekitar 23,06 persen menyusul sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor bank & lembaga keuangan dengan kontribusi masing-masing sebesar 9,00 persen dan 7,17 persen. Sedangkan sektor yang mempunyai andil terkecil terhadap PDRB Kabupaten Mamuju adalah sektor listrik, gas dan air dengan kontribusi sebesar 0,52 persen. Setiap tahun PDRB perkapita Kabupaten Mamuju mengalami peningkatan. Dalam tiga tahun terakhir misalnya, dari 9.875.826 rupiah 14

pada tahun 2010 menjadi 12.596.588 rupiah pada tahun 2012, berarti dalam kurun waktu 2010-2012 PDRB perkapita terjadi peningkatan yang cukup signifikan. 3.4. Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Kondisi geografis Kabupaten Mamuju terdiri dari 1,94 persen merupakan daerah lembah, 40 persen daerah lereng/bukit, 32,26 persen dataran dan 25,81 persen daerah pantai. Kondisi geografis yang demikian menyimpan sumber daya alam yang melimpah. Walaupun bukan daerah lumbung beras, tetapi daerah ini merupakan daerah potensial pada subsektor pertanian tanaman pangan dengan produksi padi pada tahun 2011 sebesar 150.558 ton naik menjadi 162.211 ton pada tahun 2012. Selain potensi padi, subsektor perkebunan khususnya tanaman kelapa sawit dan kakao maupun subsektor hortikultura merupakan potensi andalan yang harus lebih ditingkatkan. Berdasarkan hasil Sakernas 2012 diketahui penduduk yang bekerja di sektor pertanian di Kabupaten Mamuju sekitar 63,97 persen, namun dari sisi produktivitas mereka masih tergolong rendah karena umumnya masih mengandalkan cara-cara pertanian tradisional. 15

BAB IV POSISI PEMBANGUNAN MANUSIA Model pembangunan masyarakat telah menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan yang berarti bahwa pembangunan yang dilaksanakan adalah dari rakyat (of people), untuk rakyat (for people), dan oleh rakyat (by people). Pembangunan dari rakyat mengandung makna pemberdayaan yaitu peningkatan kapabilitas melalui pendidikan, pelatihan, pemeliharaan kesehatan yang lebih baik, perumahan layak huni dan perbaikan gizi. Pembangunan untuk rakyat berarti hasil pembangunan benar-benar diterima semua rakyat secara adil, buah pertumbuhan ekonomi harus terlihat pada kehidupan rakyat sehari-hari, tidak terjadi ketimpangan dalam masyarakat. Proses ini biasanya tidak secara otomatis tampak, akan tetapi memerlukan waktu serta manajemen kebijakan yang hati-hati. Pembangunan oleh rakyat berarti rakyat harus benar-benar ikut mengambil bagian dan berperan aktif dalam pembangunan, bukan sebagai penonton dan penerima hasil pembangunan. Dengan berperan aktif berarti ikut serta berkontribusi dalam pengambilan keputusan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupannya. Dua hal yang ditekankan pada konsep pembangunan manusia yaitu; (1) peningkatan kapabilitas atau pemberdayaan dan (2) penciptaan peluang dimana antara kapabilitas dan peluang harus imbang. Bila kapabilitas berhasil ditingkatkan melalui pembangunan SDM, namun tidak ada peluang atau sebaliknya maka akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik. IPM dapat digunakan sebagai ukuran kebijakan khususnya upaya pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Namun indeks ini hanya akan 16

memberikan gambaran perbandingan antar waktu serta antar wilayah dengan besaran-besaran yang sifatnya relatif. Sebelum pembahasan mengenai perbandingan IPM antar waktu, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai gambaran masing-masing indikator (komponen) pembentuk IPM. Komponen-komponen tersebut adalah indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks paritas daya beli. 4.1. Komponen-Komponen Indeks Pembangunan Manusia Model pembangunan merupakan model yang memiliki konsep lebih luas terkait pilihan-pilihan manusia yang tidak terbatas jumlahnya dan bahkan cenderung berubah setiap waktu. Namun, dari sejumlah pilihan tersebut, ada 3 pilihan yang sangat esensial untuk dipenuhi yaitu: (1) pilihan untuk hidup sehat dan berumur panjang; (2) pilihan untuk memiliki ilmu pengetahuan, dan (3) pilihan untuk mempunyai akses ke berbagai sumber yang diperlukan agar mampu memenuhi standar kehidupan yang layak. Apabila ketiga pilihan mendasar ini dapat terpenuhi, maka seseorang dapat dengan mudah meningkatkan kemampuannya dalam aktivitas sehari-hari serta memiliki kemampuan untuk meraih pilihan-pilihan lain yang tidak kalah pentingnya seperti pilihan berpartisipasi dalam bidang politik, kebebasan mengeluarkan pendapat dan sebagainya. Ketiga pilihan yang esensial tersebut di atas dapat tercermin dari komponen-komponen indeks pembangunan manusia sebagai berikut: 4.1.1. Indeks Kesehatan Indeks kesehatan diwakili dengan Angka Harapan Hidup (e o) merupakan refleksi pembangunan manusia di bidang kesehatan. Pada tahun 2011 angka harapan hidup Kabupaten Mamuju baru mencapai 68,76 tahun dan mengalami peningkatan menjadi sekitar 69,02 tahun pada tahun 17

2012. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan bertambahnya angka harapan hidup tersebut, kondisi kesehatan masyarakat Mamuju mengalami peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya. Sementara itu, pada kurun waktu yang sama, angka harapan hidup Kabupaten Mamuju tahun 2012 relatif lebih tinggi dibandingkan capaian angka harapan hidup Provinsi Sulawesi Barat, dimana angka harapan hidup Sulawesi Barat sebesar 68,27. Walaupun angka harapan hidup di Kabupaten Mamuju sedikit mengalami peningkatan, masih diperlukan perhatian dari Pemerintah setempat di bidang ini. 4.1.2. Indeks Pendidikan Indeks pendidikan merupakan gabungan dari dua indikator yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Indeks pendidikan di Kabupaten Mamuju yang diwakili dua indikator tersebut selama periode 2011-2012 mengalami peningkatan dari angka 75,06 pada tahun 2011 menjadi 76,58 di tahun 2012. Hal ini disebabkan komponen-komponen penyusun indeks pendidikan yang mengalami peningkatan. Peningkatan komponen rata-rata lama sekolah tidak terlalu signifikan dimana pada tahun 2011 sebesar 7,01 tahun dan naik menjadi 7,47 tahun pada tahun 2012. Hal tersebut menggambarkan bahwa secara rata-rata pendidikan masyarakat di Kabupaten Mamuju baru setara dengan duduk di bangku kelas dua SLTP. Untuk komponen angka melek huruf pun mengalami sedikit peningkatan dari 89,23 di tahun 2011 menjadi 89,97 pada tahun 2012. Walaupun berbagai program pendidikan termasuk pendidikan gratis terus diupayakan, sektor pendidikan di daerah ini masih perlu mendapat perhatian secara serius dan menjadi prioritas, terutama di era otonomi daerah dan era globalisasi seperti sekarang ini, kualitas pendidikan 18

menjadi icon tersendiri dalam menghadapi persaingan kualitas SDM dalam penyerapan tenaga kerja. 4.1.3. Indeks Paritas Daya Beli Komponen PPP (Purchasing Power Parity) atau dikenal sebagai kemampuan daya beli atau standar hidup layak, menggunakan data rumahtangga perkapita hasil Susenas Modul Konsumsi. Penggunaan data tersebut cukup ideal karena tingkat estimasi memang telah diperuntukkan sampai pada level kabupaten/kota. Data hasil Susenas khususnya pengeluaran rumah tangga mencerminkan kondisi ekonomi penduduk, serta dianggap sangat relevan untuk menggambarkan tingkat pendapatan sebagai indikator standar hidup layak. Daya beli penduduk Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 sekitar 625,54 ribu rupiah dan pada tahun 2012 sekitar 629,76 ribu rupiah. Sementara itu, rata-rata daya beli penduduk Sulawesi Barat pada tahun 2012 sekitar 639,56 ribu rupiah. Ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan penduduk Kabupaten Mamuju secara umum masih berada di bawah Provinsi Sulawesi Barat. Tingkat daya beli yang meningkat tersebut berimplikasi pada indeks PPP di Kabupaten Mamuju sekitar 61,37 pada tahun 2011, dan mengalami kenaikan menjadi 62,34 pada tahun 2012. 4.2. Indeks Pembangunan Manusia Perbandingan indikator-indikator (komponen-komponen IPM) pada sub bab sebelumnya) merupakan tinjauan parsial, artinya tingkat keberhasilan pembangunan baru digambarkan masing-masing komponen saja. Akan tetapi, adanya indikator tunggal IPM (Indeks Pembangunan Manusia) merupakan suatu jawaban untuk menilai tingkat kinerja pembangunan manusia secara keseluruhan menurut tingkat pencapaian pembangunan manusia. Indikator ini juga secara mudah dapat memberikan 19

posisi kinerja pembangunan (output pembangunan) yang dapat digambarkan oleh suatu daerah. Makin tinggi nilai IPM suatu daerah, makin tinggi pula tingkat kinerja pembangunan yang dicapai wilayah tersebut. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 sebesar 70,76. Angka IPM tersebut sedikit lebih baik dibanding tahun 2011 sebesar 69,78. Namun, selisih peningkatan tersebut kurang signifikan mengingat posisi IPM Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 tidak beranjak pada peringkat ke-4 seperti pada tahun 2011. Berdasarkan kriteria UNDP nilai IPM kurang dari 51 digolongkan sebagai IPM sedang, nilai IPM antara 51 sampai dengan 79 (51-79) digolongkan sebagai IPM menengah dan nilai IPM di atas 79 (> 79) digolongkan tinggi. Dengan demikian sesuai dengan kriteria tersebut, IPM Kabupaten Mamuju tergolong IPM menengah, baik pada tahun 2011 maupun pada tahun 2012. Tabel 4.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Beberapa Wilayah di Sulawesi Barat Tahun 2011 dan 2012 2011 2012 Kabupaten/Kota IPM Peringkat IPM Peringkat [1] [2] [3] [4] [5] 01. Mamuju 69,78 4 70,76 4 02. Majene 71,86 1 72,41 1 03. Polman 67,88 5 68,44 5 04. Mamasa 71,62 2 72,07 2 05. Mamuju Utara 70,41 3 70,79 3 Sulawesi Barat 70,11 xxx 70,73 xxx Sumber: Badan Pusat Statistik 20

BAB V KESEHATAN Menurut Undang-Undang Kesehatan Indonesia tahun 1992, kesehatan diartikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hidup sehat merupakan kebutuhan dasar manusia dan setiap insan mempunyai hak untuk menikmati derajat kesehatan yang tinggi bagi kehidupannya. Agar dapat mencapai derajat kesehatan yang tinggi, penduduk juga harus mendapatkan hak-haknya atas kecukupan dalam memperoleh makanan, air minum, pakaian, pemukiman, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial. Pemerintah mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan penduduk, karena kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan SDM. Disamping itu, setiap individu bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya, keluarganya dan lingkungannya. Kemajuan dalam pembangunan kesehatan akan mempunyai pengaruh terhadap pembangunan nasional dan pembangunan nasional akan mempunyai dampak penting terhadap derajat kesehatan penduduk. Pada hakekatnya derajat kesehatan penduduk sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor perilaku masyarakat, lingkungan hidup, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Oleh sebab itu, pembangunan kesehatan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat guna mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi perlu dijalankan antar intersektoral dengan menyertakan peran serta masyarakat dan swasta. Untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dapat dilihat dari derajat kesehatan dan gizi penduduk, meningkatnya 21

pelayanan, dan bertambah baiknya lingkungan kesehatan masyarakat. 5.1. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Salah satu indikator kesejahteraan rakyat di bidang kesehatan adalah angka kematian bayi (AKB) dalam setiap seribu kelahiran hidup. Tingginya AKB merupakan indikator buruknya derajat kesehatan masyarakat secara umum, sebagai dampak dari rendahnya pelayanan kesehatan dan ketidakmampuan secara ekonomi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju, selama dua tahun terakhir AKB di Kabupaten Mamuju menunjukkan perubahan dari 13 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011 menjadi 18 per kelahiran hidup pada tahun 2012 (Grafik 5.1). 75 60 45 30 15 0 Grafik 5.1. AKB dan AHH Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012 13 18 AKB kesehatan tersebut. 68.76 69.02 AHH 2011 2012 Dengan meningkatnya AKB, pembangunan di bidang kesehatan masih perlu mendapat perhatian khusus bagi pemerintah terutama peningkatan jumlah sarana kesehatan dan tenaga kesehatan, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses fasilitas Selanjutnya Angka Harapan Hidup (AHH) mengalami kenaikan dari 68,76 tahun 2011 menjadi 69,02 tahun pada tahun 2012 (Grafik 5.1). Sedangkan AHH Sulawesi Barat tahun 2011 sekitar 68,00 naik menjadi 68,27 pada tahun 2012. Besar kecilnya AHH dipengaruhi oleh banyak variabel baik yang bersifat endogen (kondisi bawaan) maupun eksogen (pengaruh dari luar). Khusus untuk variabel eksogen dapat dibuat daftar 22

yang cukup panjang diantaranya mencakup input makanan, upaya kesehatan dan kondisi lingkungan yang juga dipengaruhi oleh variabel lainnya. Pengaruh variabel-variabel tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, dapat seketika maupun dengan tenggang waktu (time lag) tertentu. Pengaruh variabel-variabel tersebut bekerja secara tersendiri maupun bersinergi dengan variabel lain. Sementara itu, terdapat beberapa variabel yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berpengaruh terhadap AHH/e 0. Secara umum diharapkan bahwa dengan semakin tingginya persentase balita yang ditolong kelahirannya oleh tenaga kesehatan akan semakin tinggi kemungkinan kelangsungan hidupnya. Tetapi hubungan tersebut dapat menyimpang jika pertolongan tenaga kesehatan digunakan untuk proses kelahiran yang abnormal dan dengan penanganan yang sudah terlambat. Persalinan yang ditolong oleh nakes/medis di Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 hanya sekitar 42,26 persen. Peranan tenaga kesehatan (nakes)/medis sebagai penolong proses persalinan yang relatif masih rendah tersebut merupakan salah satu fakta masih relatif tingginya AKB dan berpengaruh langsung terhadap AHH. Salah satu hal yang dikhawatirkan adalah masih ada kematian bayi yang belum terlapor. 5.2. Pemerataan Pelayanan Kesehatan Fasilitas dan tenaga kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya peningkatan dan penanggulangan kesehatan masyarakat. Fasilitas yang tersedia tanpa didukung dengan tenaga yang mengerti di bidangnya tentunya akan kurang bermakna, begitu juga sebaliknya tenaga yang tersedia tanpa fasilitas yang memadai akan mendapatkan hasil yang kurang optimal. 23

Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat disamping telah tersedianya 2 (dua) Rumah Sakit Umum dan 1 Rumah Sakit Swasta yang berada di Kabupaten Mamuju, pada tahun 2012 terdapat sebanyak 30 Puskesmas yang tersebar di 16 kecamatan. Pada tahun 2011 rasio penduduk per puskesmas adalah sekitar 12.054 orang, kemudian rasio ini mengalami penurunan menjadi sekitar 11.951 orang pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan peningkatan di bidang kesehatan karena semakin sedikit masyarakat yang harus dilayani di setiap Puskesmas(lampiran, tabel 4). Untuk menjangkau semua penduduk dalam wilayah kerja masingmasing rasanya agak sulit dilakukan oleh Puskesmas, apalagi mengingat beberapa daerah mempunyai kondisi geografis yang cukup sulit. Oleh sebab itu harus ditunjang dengan fasilitas layanan kesehatan lainnya yang setingkat di bawahnya seperti puskesmas keliling (Puskel). Pada tahun 2012, Pustu telah berubah menjadi Poskesdes dan terdapat sebanyak 173 poskesdes di seluruh wilayah Kabupaten Mamuju tahun 2012. Keberadaan poskesdes ini sangat berarti dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan di tengah-tengah masyarakat. Tenaga kesehatan yang selanjutnya disebut tenaga medis dan paramedis di Kabupaten Mamuju cenderung mengalami penurunan, di lain pihak kabupaten Mamuju sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Barat masih sangat membutuhkan pelayanan kesehatan yang memadai. Untuk lebih rincinya tenaga medis dokter (dokter ahli, dokter umum dan dokter gigi) pada tahun 2011 berjumlah 36 orang, kemudian berkurang menjadi 33 orang pada tahun 2012. 24

5.3. Status Kesehatan Masyarakat Data Susenas menunjukkan bahwa persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan di Kabupaten Mamuju sekitar 39,26 persen pada tahun 2011, kemudian turun menjadi 30,84 persen dari total penduduk pada tahun 2012. Penurunan ini tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara kalau dilihat dari wilayah perkotaan dan pedesaan, maka persentase penduduk yang memiliki keluhan kesehatan di perkotaan sekitar 33,25 persen dan penduduk yang memiliki keluhan di pedesaan sekitar 30,09 persen pada tahun 2012. Grafik 5.2 Persentase Penduduk yang Mengeluh Sakit Menurut Wilayah di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012 25

BAB VI PENDIDIKAN Sumber daya manusia sangat penting peranannya dalam proses pembangunan. Untuk itu, pembangunan yang dilakukan bermuara pada pembangunan manusia. Salah satu komponen dalam pembangunan manusia adalah peningkatan di bidang pendidikan, karena merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, Kabupaten Mamuju sangat konsisten dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini tertuang dalam Arah Kebijakan Umum Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Mamuju yang dikenal dengan KOMITMEN LIMA. Salah satu komitmennya adalah peningkatan kesejahteraan rakyat yang menyebutkan salah satu strateginya dicapai dengan pendidikan yang murah dan maju. Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional. Hal ini disadari karena pendidikan dipandang sebagai unsur utama dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pendidikan telah diupayakan pemerintah melalui berbagai program, di antaranya pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, program wajib belajar, beasiswa, dan lain-lain. Program pendidikan mempunyai andil yang sangat besar terhadap kemajuan bangsa, ekonomi, dan sosial. Keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat. 26

6.1. Sarana dan Prasarana Pendidikan. Ketersediaan fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar merupakan dua hal yang memegang peranan penting terhadap maju mundurnya dunia pendidikan. Salah satu hal yang selama ini masih menjadi kendala adalah kelangkaan jumlah guru pada daerah daerah terpencil. Isu yang masih sering terdengar bahwa banyaknya guru yang enggan ditempatkan pada daerah terpencil tersebut sehingga mengakibatkan menumpuknya jumlah guru di daerah-daerah perkotaan. Untuk melihat ketersediaan guru pada suatu daerah dapat dilihat dengan membandingkan jumlah guru. Walaupun belum ada angka ideal sebagai patokan namun semakin kecil angka ini maka akan menggambarkan beban seorang guru yang semakin kecil pula. Di Kabupaten Mamuju pada kurun waktu 2011-2012 rasio murid terhadap guru SD/MI sedikit mengalami perubahan yaitu sekitar 16 di tahun 2011 dan sekitar 14 pada tahun 2012, ini berarti ada sekitar 14 murid SD yang harus ditangani oleh seorang guru pada sebuah sekolah tempat dia mengajar sehingga dapat dikatakan kegiatan belajar mengajar semakin intensif dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, rasio murid guru SLTP/MTs tahun 2012 tidak mengalami perubahan yang berarti dibandingkan tahun 2011, yaitu sekitar 13 siswa per guru. Namun, sama halnya dengan SMA/MA, rasio murid guru SMA/MA dari tahun 2011 masih sama dengan tahun 2012 yaitu sebesar 12 siswa per guru. Untuk melihat rata-rata banyaknya murid yang bersekolah dalam setiap jenjang pendidikan dapat diketahui dengan membandingkan jumlah murid terhadap sekolah. Salah satu kegunaannya adalah untuk melihat apakah sudah waktunya pemerintah atau pihak swasta membangun sekolah baru pada suatu tempat. 27

Rasio murid-sekolah SD/MI di Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 sekitar 138 murid per sekolah, dan pada tahun 2012 tidak mengalami perubahan, kemudian rasio murid SLTP/MTs sebesar 175 siswa per sekolah pada tahun 2011 dan menjadi 185 siswa per sekolah pada tahun 2012. Sedangkan rasio siswa SMA/MA dari 263 siswa per sekolah pada tahun 2011 turun menjadi sekitar 262 siswa pada tahun 2012 (lampiran, tabel 5a). 6.2. Tingkat Pendidikan 6.2.1. Angka Melek Huruf. 90 85 80 75 70 65 60 Grafik 6.1. Angka Melek Huruf di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012 89.23 89.97 2011 2012 Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011. Hal ini terlihat pada tahun 2011 angka melek huruf sebesar 89,23 persen kemudian pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 89,97 persen. Walaupun angka melek huruf di Kabupaten Mamuju masih relatif rendah, namun menunjukkan perubahan yang membaik dari waktu ke waktu. Dengan demikian, angka buta huruf di daerah ini dapat diturunkan dari yaitu 10,77 persen pada tahun 2011 menjadi 10,03 persen pada tahun 2012. 28

6.2.2. Rata Rata Lama Sekolah Indikator ini dapat memberikan informasi tentang sejauh mana tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduk. Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 sekitar 7,01 tahun dan naik menjadi 7,47 tahun pada tahun 2012. Dengan melihat angka tersebut maka dapat dikatakan bahwa pada tahun 2011 dan 2012 tingkat pendidikan penduduk secara rata-rata masih setara dengan kelas 2 (satu) SLTP. Hal ini dapat menjadi dorongan bahwa bidang pendidikan di Kabupaten Mamuju masih perlu mendapat prioritas. 6.2.3. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Potensi sumber daya manusia (SDM) di suatu daerah antara lain dapat dilihat dari jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk. Peningkatan pendidikan yang ditamatkan penduduk merupakan syarat mutlak untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya akan meningkatkan kinerja baik dari sudut sosial maupun ekonomi. Berdasarkan data hasil Susenas 2011 penduduk Kabupaten Mamuju umur 10 tahun ke atas yang berpendidikan SLTP ke atas hanya sekitar 35,05 persen kemudian mengalami kenaikan menjadi sekitar 35,99 persen pada tahun 2012. Hal ini perlu menjadi perhatian Pemerintah setempat karena hal ini merupakan salah satu penopang pembangunan. 29

Tabel. 6.1. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012 Tingkat pendidikan tertinggi 2011 2012 ( 1 ) ( 2) ( 3 ) Tdk/Belum Tamat SD 32,53 31,96 SD/Sederajat 32,43 32,05 SLTP/Sederajat 15,49 13,72 SMU/ Sederajat 14,03 15,55 Perguruan Tinggi 5,53 6,72 Sumber : Susenas 2011 dan 2012 Pada tahun 2011 penduduk yang berpendidikan tamat SLTP/sederajat sebanyak 15,49 persen kemudian menurun menjadi 13,72 persen pada tahun 2012, SMU/sederajat dari 14,03 persen tahun 2011 menjadi 15,55 persen tahun 2012, sedangkan penduduk yang berpendidikan D-I ke atas sekitar 5,53 persen pada tahun 2011 meningkat menjadi 6,72 persen pada tahun 2012. 6.3. Tingkat Partisipasi Sekolah Gambaran secara umum mengenai penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah tanpa memandang atau tanpa memperhatikan jenjang Tabel 6.2 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah (7-24 Tahun), Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012 Penduduk Usia Sekolah 2011 2012 (1) (2) (3) SD (7 12) 96,99 95,36 SLTP (13 15) 79,20 80,92 SLTA (16 18) 53,74 49,02 PT (19 24) 10,58 10,96 Sumber : Susenas 2011 dan 2012 pendidikan yang sedang diikuti ditunjukkan oleh suatu indikator yang disebut Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS Sekolah Dasar misalnya, diperoleh dengan membagi jumlah penduduk usia Sekolah Dasar (7-12) yang masih/sedang bersekolah dengan jumlah penduduk usia 30

Sekolah Dasar. Begitu pula perlakuan selanjutnya terhadap jenjang pendidikan di atasnya. Keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan antara lain dapat juga dilihat dengan meningkatnya APS. APS disini adalah persentase penduduk pada kelompok umur tertentu yang masih sekolah terhadap seluruh penduduk usia tersebut. APS pada tiap jenjang usia di Kabupaten Mamuju cenderung mengalami penurunan. APS untuk usia sekolah dasar (7-12) di Kabupaten Mamuju dari 96,99 persen pada tahun 2011 menjadi 95,36 persen pada tahun 2012. Demikian halnya dengan APS Sekolah Lanjutan Tingkat Atas juga mengalami penurunan sekitar 4,72 point pada tahun 2012 dari 53,74 persen di tahun sebelumnya, sedangkan APS untuk umur 19 24 tahun (D1- SI) sebesar 10,58 pada tahun 2011 menjadi 10,96 persen pada tahun 2012. Tampak bahwa dari seluruh indikator pendidikan di Kabupaten Mamuju menunjukkan hal yang konsisten bahwa tantangan di bidang pendidikan masih merupakan hal yang perlu mendapat prioritas dalam pembangunan. 31

BAB VII KETENAGAKERJAAN Pengukuran pembangunan manusia dikaitkan dengan bebarapa aspek, diantaranya adalah aspek daya beli masyarakat. Aspek daya beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pertumbuhan ekonomi, sementara pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan. Masalah ketenagakerjaan bukan saja hanya pengangguran, tetapi mereka yang bekerja juga mengalami permasalahan antara lain menyangkut tingkat upah yang rendah, produktivitas yang rendah, tidak adanya jaminan sosial dan lain sebagainya. Umumnya mereka yang bekerja di sektor formal mempunyai tingkat upah, produktivitas dan jaminan sosial yang lebih baik dibanding mereka yang bekerja di sektor informal. Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Setiap upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Salah satu sasaran utama pembangunan terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai sehingga dapat menyerap tambahan angkatan kerja setiap tahun. 32

7.1. Angkatan Kerja Secara umum penduduk dikelompokkan menjadi penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (sekolah, Tabel. 7.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Mamuju Tahun 2011 dan 2012 Tahun Jumlah Angkatan Kerja Jumlah penduduk usia kerja TPAK (1) (2) (3) (4) 2011 160.155 221.970 72,15 2012 165.974 224.926 73,79 Pertum-buhan 3,63 1,33 xxx Sumber : Sakernas 2011 dan 2012 mengurus rumah tangga, dll). Persentase angkatan kerja terhadap total penduduk 15 tahun ke atas disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK adalah salah satu ukuran yang dapat menggambarkan partisipasi penduduk usia kerja dalam kegiatan ekonomi sehingga penduduk usia 15 tahun ke atas yang bukan angkatan kerja dianggap tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi, yaitu penduduk yang sekolah, mengurus rumah tangga dan atau lainnya. TPAK Kabupaten Mamuju selama kurun waktu tahun 2011-2012 mengalami peningkatan sebesar 1,64 poin, dari 72,15 persen pada tahun 2011 menjadi 73,79 persen pada tahun 2012. 33