INTERLEUKIN-31 SERUM PADA DERMATITIS ATOPIK ANAK SERUM OF INTERLEUKIN-31 IN PAEDIATRIC ATOPIC DERMATITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA

BAB 1 PENDAHULUAN. selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan. peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga

BAB III METODE PENELITIAN

PREVALENSI WHITE DERMOGRAPHISM PADA DERMATITIS ATOPIK DI POLI ANAK KLINIK PRATAMA GOTONG ROYONG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas,bersifat kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik, kambuhan, dan sangat gatal yang umumnya berkembang saat

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Dermatitis Atopik. Factors that Influence The Level of Quality of Life Atopic Dermatitis Patients

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik atau eksema atopik merupakan penyakit inflamasi kulit

ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI DI RSU HERMINA KOTA BOGOR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT STRES TERHADAP PENINGKATAN RISIKO TERJADINYA DERMATITIS ATOPIK PADA REMAJA DI SMP NEGERI 8 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dermatitis yang paling umum pada bayi dan anak. 2 Nama lain untuk

SKRIPSI GAMBARAN TINGKAT KEPARAHAN DERMATITIS ATOPIK DAN KUALITAS HIDUP PASIEN DI KLINIK PRATAMA GOTONG ROYONG I SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Dermatitis Atopik (DA) merupakan penyakit inflamasi kulit kronik, berulang. serta predileksi yang khas (Patrick, 2008).

Relationship between the Degree of Severity Atopic Dermatitis with Quality of Life Patiens in Abdul Moeloek Hospital Lampung

RIWAYAT ATOPI PADA PASIEN DENGAN KELUHAN GATAL DI POLI PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI

VISI (2015) 23 (3)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. usia anak. Anak menjadi kelompok yang rentan disebabkan masih. berpengaruh pada tumbuh kembang dari segi kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. dermatitis atopik. White Dermographism pertama kali dideskripsikan oleh Marey

HUBUNGAN KADAR IgE SPESIFIK DENGAN DERAJAT KEPARAHAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Kelamin Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya Periode 16 Juni. 2. Pada 6 orang pasien yang memiliki riwayat Rinitis Alergi,

BAB 3. METODOLOGI. Uji klinis acak tersamar tunggal untuk membandingkan efek vitamin

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dapat mengalami keluhan gatal, nyeri, dan atau penyakit kuku serta artritis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi masyarakat yang menderita alergi. Suatu survei yang dilakukan oleh World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan lingkungan (Nanko, 2004). Dermatitis okupasional adalah kondisi inflamasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi merupakan penyakit peradangan pada. sistem pernapasan yang disebabkan oleh reaksi alergi

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit. peradangan kulit kronik spesifik yang terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi barier epidermal, infiltrasi agen inflamasi, pruritus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 3. METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan potong

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit kulit. kronis kambuh-kambuhan yang disertai dengan gatal,

KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Profil Kadar Interleukin-31 Serum pada Pasien Dermatitis Atopik. (Profile of Serum Interleukin-31 Levels in Atopic Dermatitis)

BAB VI PEMBAHASAN. Pada penelitian ini didapatkan insiden terjadinya dermatitis atopik dalam 4 bulan pertama

HUBUNGAN ANTARA IMUNOGLOBULIN G DAN IMUNOGLOBULIN M ANTI HELICOBACTER PYLORI DENGAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK DEWASA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada

BAB l PENDAHULUAN. disebut juga eksema atopik, prurigo besnier, neurodermatitis

BAB 4 HASIL. 24 Universitas Indonesia. Hubungan kadar..., Krishna Pandu W., FK UI., 2009

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TINGKAT KEJADIAN DERMATITIS ATOPI PADA BALITA DI RSUD DR. SOEDJATI PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang

BAB I PENDAHULUAN. Reaksi alergi dapat menyerang beberapa organ dan pada setiap kelompok usia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. proliferasi dan diferensiasi keratinosit yang abnormal, dengan gambaran klinis

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki

HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KLINIK URTIKARIA DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA URTIKARIA KRONIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA

SURAT PERSETUJUAN (INFORM CONSENT) 1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian yang berjudul

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Royong I Surabaya terhadap 75 anak umur 2-14 tahun sejak 8 Juni-9 Agtustus

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

Jumlah Kolonisasi Staphylococcus aureus dan IgE Spesifik terhadap Enterotoksin Staphylococcus aureus pada Dermatitis Atopik

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. 1. manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di TPA/PAUD dan TK di wilayah kota Semarang pada

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insidensi dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat setiap tahunnya dan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alergi merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Prevalensi

Transkripsi:

INTERLEUKIN-31 SERUM PADA DERMATITIS ATOPIK ANAK SERUM OF INTERLEUKIN-31 IN PAEDIATRIC ATOPIC DERMATITIS Shinta Novianti Barnas, Farida Tabri, Faridha S.Ilyas Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi : dr. Shinta Novianti Barnas Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar Hp.081943200777 Email: shinta_nb@yahoo.com 1

Abstrak Interleukin-31 adalah salah satu sitokin yang diduga mempunyai peran dalam mencetuskan gatal pada dermatitis atopik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya ekspresi IL-31 serum pada dermatitis atopik (DA) anak. Penelitian dilakukan di poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirousodo dan RS jejaring di Makassar dengan metode cross-sectional deskriptif. Sampel penelitian sebanyak 10 pasien DA anak dan 20 anak sehat dengan riwayat atopi yang ikut dalam penelitian ini, dilakukan Pengambilan darah vena untuk kemudian diperiksa kadar IL-31 serum dengan menggunakan teknik ELISA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar IL-31 serum pada anak dengan DA secara signifikan lebih tinggi (rerata 13.5738 ± 3.66894 pg/ml, median 12.3818 pg/ml) dibandingkan kadar IL-31 serum pada anak sehat (rerata 10.4369 ± 0.78864 pg/ml dan median 10.6042) dengan p<0,05. Namun hal ini harus diteliti lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih bervariasi. Kata kunci: Dermatitis atopik, kadar IL-31 serum, SCORAD ABSTRACT Interleukin-31 is a cytokine that is suspected to have role in triggering pruritus in atopic dermatitis. This aim of the study is to find out the expression of IL-31 serum in paediatric atopic dermatitis. The research was conducted at the pediatric dermatology clinic of the Dermatology and Venereology Department, Dr. Wahidin Sudirohusodo hospital; and hospital networks in Makassar with crosssectional descriptive. Research sample DA 10 patients healthy children and 20 children with a history of atopy who participated in the study, conducted for the collection of venous blood was examined serum levels of IL-31 using ELISA technique. The results of this study showed IL-31 serum levels in children with DA were significantly higher (mean ± 3.66894 13.5738 pg / ml, median 12.3818 pg / ml) compared to IL-31 serum levels in healthy children with p <0.05. However, this should be investigated further with more variation sample. Keywords: atopic dermatitis, IL-31 serum level, SCORAD 2

PENDAHULUAN Dermatitis atopik (DA) atau eksema merupakan penyakit kulit inflamasi, sangat gatal, kronis yang umum terjadi dan sangat mempengaruhi kualitas kesehatan. Sifat peradangan kulit yang timbul khas, menahun dan kumat-kumatan, umumnya muncul pada masa bayi, kanak- kanak atau remaja.(wuthrich et al., 2007) DA dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan berkaitan erat dengan faktor atopi pada organ lain seperti rhinitis alergika, asma pada penderita sendiri ataupun keluarganya. (Abramovits, 2005) DA ini biasanya ditemukan mulai dari umur 2 bulan dan sekitar 1 tahun pada 60% pasien, 30% terlihat pertama kali pada usia 5 tahun, dan hanya 10% timbul DA antara usia 6 sampai 20 tahun. DA sangat jarang muncul pada usia dewasa. Sebanyak 60% orangtua yang menderita DA, mempunyai anak yang juga menderita penyakit yang sama. Prevalensi pada anak tinggi, yaitu sekitar 80% apabila kedua orangtuanya menderita DA. Survey di negara berkembang menunjukkan 10-20% anak menderita DA.(Leung et al., 2008) Angka prevalensi DA di Indonesia sendiri juga bervariasi. Pada tahun 2005 dari 10 RS besar di seluruh Indonesia menemukan angka 36% dari seluruh kasus. Data lainnya pada tahun 2010 di RS Wahidin makassar menemukan angka 16,34% dari seluruh kasus kunjungan penyakit kulit anak. RS Restu di Makassar menemukan peningkatan jumlah kasus DA anak; 68 anak di tahun 2009, 92 anak di tahun 2010. Etiologi dan patogenesis DA sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Banyak faktor yang mempengaruhi, baik eksogen atau endogen, maupun keduanya. Faktor-faktor yang berperan antara lain faktor genetik, disfungsi sawar kulit, imunologis, lingkungan, dan psikologis. (Leung et al., 2008) Pruritus merupakan salah satu gejala yang dominan pada DA. Rasa gatal dan garukan merupakan awal dari suatu timbulnya DA dan merupakan faktor penting dalam inflamasi pada DA yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seorang penderita DA. Interleukin-31 meupakan salah satu sitokin yg dihasilkan oleh sel T yang 3

menginduksi pruritus yang hebat. Sitokin ini merupakan sitokin yang baru-baru ini ditemukan dan memegang peranan penting pada penyakit kulit yang dimediasi oleh sel T. Serum IL-31 pada suatu study ditemukan mengalami overekspresi pada dewasa yang menderita DA.(Raap et al., 2008) Pada study yang dilakukan Dilon, et al., (2004) memperlihatkan adanya overekspresi sitokin IL-31 pada limfosit menginduksi gatal yang hebat dan dermatitis pada tikus.(dillon et al., 2004) Zhanga et al., (2008) menemukan IL-31 diekspesikan oleh sel T dan berikatan dengan reseptor heterodinamik yang terdiri dari IL-31RA dan reseptor onkostatin (OSMR) yang diekspresikan pada sel epitel dan keratinosit.(zhang et al., 2008) Penelitian sebelumnya Raap, et al., (2008) menemukan bahwa terjadi peningkatan kadar IL-31 pada serum penderita DA dewasa. Ezaat et al., (2010) juga menemukan hubungan antara kadar IL-31 serum dengan derajat keparahan DA pada anak, dan dapat menjadi marker bagi tingkat keparahan suatu DA, dimana kadar IL- 31 serum pada penderita DA anak derajat berat lebih tinggi dibandingkan dengan kadar IL-31 serum pada penderita DA anak derajat ringan-sedang. (Ezzat et al., 2010) Berdasarkan data data tersebut di atas, perlu dipikirkan adanya penelitian untuk melihat adanya ekspresi IL-31 pada serum penderita dermatitis atopik anak karena jika hal ini dapat dibuktikan maka akan dapat membantu mengurangi gatal yang merupakan gejala utama DA, disamping itu sepanjang penelusuran kami belum didapatkan penelitian tentang hal ini di Indonesia. METODE PENELITIAN Subyek Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui ekspresi IL-31 pada penderita DA Anak. Jumlah sampel dihitung berdasarkan tabel Izaac dan Michael yaitu kelompok kasus sebanyak 10 subjek dan kelompok kontrol 20 subjek. Setelah mendapatkan persetujuan dari komite etik penelitian didapatkan 30 4

subjek yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam penelitian ini. Kriteria Inklusi untuk kasus DA anak yaitu : (a) Penderita DA yang memenuhi kriteria William, (b)tidak menderita penyakit kulit lain, (c) Penderita berusia 2-12 tahun, (d) tidak sedang mendapat terapi antihistamin dan kortikosteroid. (e) tidak menderita penyakit atopik lainnya, dermatitis kontak alergi dan penyakit sistemik lainnya (ISPA, demam, gangguan saluran cerna), (f) menyetujui dan menandatangani informed consent. Metode Seluruh subjek yang telah memenuhi kriteria penelitian diminta mengisi kuesioner mengenai data pribadi dan riwayat penyakit, dilakukan pengambilan darah pada vena cubiti dan dilakukan pemotretan menggunakan kamera sony. Kemudian darah dipisahkan serumnya untuk kemudian dilakukan pemeriksaan ELISA Analisis statistik Data diolah menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 20. Metode statistik yang digunakan adalah perhitungan nilai rerata, simpang baku, sebaran frekuensi dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Mann Whitney U dan Fisher Exact test dengan tingkat kemaknaan p>0,05. HASIL Penelitian dilakukan di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS Jejaring Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar, selama tiga bulan dengan subjek penelitian adalah penderita DA dan riwayat atopi yang telah memenuhi kriteria inklusi, serta bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent. Jumlah subyek penelitian sebanyak 30 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang anak yang terdiri dari 20 orang anak sebagai kontrol dan 10 orang anak sebagai kelompok kasus. Adapun distribusi jenis kelamin responden pada kelompok pembanding (kontrol) yaitu laki- 5

laki 11 orang (55%) dan perempuan 9 orang (45%). Sedangkan umur termuda dari kelompok kontrol adalah 6 tahun sebanyak 1 orang anak (5.0%), sedangkan umur tertua adalah 11 tahun sebanyak 13 orang (65.0%). Sedangkan distribusi jenis kelamin responden pada kelompok kasus terdapat 3 orang (30%) laki-laki dan 7 orang (70%) perempuan pada kelompok kasus. Dan umur termuda dari kelompok kasus adalah 5 tahun sebanyak 2 orang anak (20%), sedangkan umur tertua adalah 11 tahun sebanyak 4 orang (40%). Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 20 orang (100%) anak yang sehat (kelompok kontrol) tidak ada satupun yang kadar IL-31 serum yang tinggi. Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar IL-31 yang tinggi lebih banyak yaitu sebanyak 6 orang (60%) dan kadar IL-31 serum yang rendah sebanyak 4 orangpada anak yang sedang menderita DA (kelompok kasus) Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 6 (60%) anak yang menderita dermatitis atopik sedang dan 4 orang (40%) anak yang menderita dermatitis atopik berat. Analisis bivariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan kadar IL-31 pada anak sehat dengan riwayat atopi dan kadar IL-31 pada DA anak. Pada kelompok kontrol didapatkan nilai mean 10.4369, nilai median rank 10.6042, nilai minimal 8.83 dan nilai maksimal 11.34. Sedangkan pada kelompok kasus didapatkan nilai mean 13.5738, nilai median rank 12.3818, nilai minimal 10.50 dan nilai maksimal 23.47. Uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat ini adalah Uji Mann Whitney U. Tabel 4 menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar IL-31 pada anak sehat dengan riwayat atopi dan kadar IL-31 pada anak yang sedang mengalami dermatitis atopik, p=0.000<0.05. (nilai p dengan uji fisher) Tabel 5 menunjukkan terdapat 2 orang anak dermatitis atopik berat, tetapi ekspersi IL-31 rendah, tidak terdapat hubungan antara ekspresi IL-31 dengan tingkat keparahan DA pada anak p=1.000>0.05. 6

PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan kasus DA lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan laki-laki, dimana DA pada anak perempuan 7 orang (70%) dan DA pada anak laki-laki 3 orang (30%). Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Widjaya, 2004 mengenai karakteristik penderita DA bayi dan anak di RSCM Jakarta dengan prevalensi DA anak perempuan 12 orang (54,5%) dan laki-laki 10 orang (45,5%).(Widjaya et al., 2004) Hal ini disebabkan karena kemungkinan seorang anak laki-laki untuk terpajan cacing usus lebih tinggi dibanding anak perempuan. Tabri F, 2010 menjelaskan bahwa insiden infeksi cacing usus dapat menurunkan resiko terjadinya DA pada anak. Kecacingan menekan terjadinya DA pada anak tetapi tidak secara langsung, dengan meningkatkan IL-10. (Tabri, 2011) Pada penelitian ini, digunakan pembanding sebagai kontrol yaitu sebanyak 20 responden anak sehat dengan riwayat atopi untuk dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu penderita DA anak. Dermatitis atopik adalah penyakit peradangan kulit yang ditandai rasa gatal yang hebat, bersifat kronik, residif. Penyakit ini sering dihubungkan dengan dengan tingginya kadar immunoglobulin E (IgE) serum dan terdapatnya riwayat penyakit atopi, misalnya asma bronkial, rhinitis alergik, dan DA pada penderita maupun keluarga. (Leung et al., 2008) Untuk menegakkan diagnosis DA digunakan kriteria William. Derajat beratnya penyakit DA pada penelitian ini dengan menilai luas penyakit yang memakai rule of nine, intensitas yang dinilai yaitu eritema, edema/papul, eksudasi/krusta, ekskoriasi, likenifikasi, dan kulit kering yang dinilai dengan intensitas ringan, sedang dan berat. Gejala subyektif berupa gatal dan gangguan tidur dinilai dengan visual analog scale (VAS) dalam rentang 0 sampai 10. Dikategorikan DA ringan jika indeks SCORAD 15, DA sedang 15-40, dan DA berat jika indeks SCORAD >40. (Lewis et al., 2005) 7

Syarat utama kriteria William adalah harus adanya rasa gatal atau adanya riwayat menggaruk untuk menegakkan suatu DA. Pruritus/gatal merupakan gejala utama yang terjadi pada pasien DA, yang secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Sehingga salah satu tujuan utama pengobatan DA adalah manajemen gatal. Akhir-akhir ini ditemukan sebuah sitokin yang diduga berhubungan dengan gatal yang terjadi pada DA yaitu IL-31.(Kim et al., 2011) Dillon et al., menemukan IL-31 adalah bagian dari family sitokin gp130/interleukin-6 yang diproduksi oleh beberapa sel misalnya sel limfosit T helper 2 dan cutaneous lymphocyte antigen positive homing T cell. menyebabkan terjadinya lesi kulit akibat garukan yang terus menerus, sebuah kondisi yang sama terlihat pada pasien DA. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ditemukan adanya peningkatan kadar IL-31 serum pada anak sehat dengan riwayat atopi. Sepanjang penelusuran penulis, belum ada penelitian mengenai kadar IL-31 serum pada anak sehat dengan riwayat atopi. Pada penelitian ini kadar IL-31 serum pada DA anak,hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ezaat, et al. 2010 yang menemukan bahwa terjadi peningkatan kadar IL-31 serum pada anak yang mengalami DA. Penelitian sebelumnya juga oleh Raap et al., (2008) menemukan bahwa terjadi overekspresi IL- 31 pada DA dewasa dan penelitian yang dilakukan oleh Neis, et al. (2006) menemukan peningkatan IL-31 yang tidak hanya terdapat pada DA namun juga terdapat pada dermatitis kontak alergi, namun tidak meningkat pada psoriasis.(ezzat et al., 2010) Hasil uji statistik hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar IL-31 antara kelompok DA anak dibandingkan kelompok anak sehat dengan riwayat atopi. Hal ini sesuai yang dilakukan oleh Ezaat, et al. (2010) dimana melakukan perbandingan kadar IL-31 serum pada DA anak dan anak sehat. Namun, berdasarkan penelitian ini menunjukkan tidak didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan DA dengan peningkatan kadar 8

IL-31 serum. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ezaat et al., (2010) menemukan hubungan antara kadar IL-31 serum dengan derajat keparahan DA pada anak, dan dapat menjadi marker bagi tingkat keparahan suatu DA, dimana kadar IL- 31 serum pada penderita DA anak derajat berat lebih tinggi dibandingkan dengan kadar IL-31 serum pada penderita DA anak derajat ringan-sedang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan pada penelitian ini adalah kadar IL-31 serum pada anak sehat dengan riwayat atopi rendah, kadar IL-31 serum pada pasien DA anak tinggi, terdapat perbedaan yang bermakna kadar IL-31 serum pada anak sehat dengan riwayat atopi dengan pasien DA anak dan tidak ada hubungan antara SCORAD dengan kadar IL-31 serum pada DA anak. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih bervariasi dengan memperhatikan adanya perbedaan genetik. 9

DAFTAR PUSTAKA Abramovits, W. 2005 Atopic Dermatitis. J Am Acad Dermtol. 53: 86-93. Dillon, S. R., Sprecher, C., Hammond, A., Bilsborough, J., Rosenfeld-Franklin, M. & Presnell, S. R. 2004 Interleukin 31, a cytokine produced by activated T cells, induces dermatitis in mice. Nat Immunol 5: 752 60. Ezzat, M., Hasan, Z. & Shaheen, K. 2010 Serum measurement of interleukin-31 (IL- 31) in paediatric atopic dermatitis : elevated levels correlate with severity scoring. JEADV. Kim, S., Kim, H.-J., Yang, H. S., Kim, E., Huh, I.-S. & Yang, J.-M. 2011 IL-31 Serum Protein and Tissue mrna Levels in Patients with Atopic Dermatitis. Ann Dermatol. 23: 468-72. Leung, D., Eichenfield, L. & Boguniewcz, M. 2008 Atopic Dermatitis ( Atopic Eczema). dalam Freedberg, I., Eisen, A., Wolff, K., Austen, F., Goldsmith, L. & Katz, S. (Eds.) Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine. 6th ed. NewYork Mc GrawHill. Raap, U., Wichmann, K., Bruder, M., Strader, S., Wedi, B., Kaap, A. & Werfel, T. 2008 Correlation of IL-31 serum level with severity of atopic dermatitis. J Allergy Clin Immunol. 12: 421-3. Tabri, F. 2011 Aspek Imunogenetik Dermatitis Atopik pada Anak: Kontribusi gen CTLA-4, kecacingan dan IL-10. Makassar, Universitas Hasanuddin. Widjaya, I., Pusponegoro, E. H. D. & Indriatmi, W. E. 2004 Pengaruh pemberian lotion Pelembab Kombinasi Asam Laktat 5% + Natrium Karboksilat Pirolidon 2,5% Terhadap Perubahan Nilai ph Kulit Pasien Dermatitis Atopik Bayi dan Anak. MDVI. 31(2): 61-4. Wuthrich, B., Cozzio, A., Roll, A., Senti, G. & Kundig, T. 2007 Atopic Eczema : Genetic or environment? Ann Agric Environ Med. 14: 195-201. Zhang, Q., Putheti, P., Zhou, Q., Liu, Q. & Gao, W. 2008 Structures and biological functions of IL-31 and IL-31 receptors. Cytokine Growth Factor Rev. 19: 347-56. 10

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Ekspresi IL-31 Pada Anak Sehat (Kelompok Kontrol) Ekspresi IL Jumlah Persen IL-31 > 12.00 pg/ml 0 0% Il-31 < 12.00 pg/ml 20 100% Total 20 100% Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Ekspresi IL-31 Pada DA anak (kelompok kasus) Ekspresi IL Jumlah Persen IL-31 > 12.00pg/ml 6 60 Il-31 < 12.00pg/ml 4 40 Total 10 100 Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan DA Tingkat Keparahan DA Jumlah Persen Dermatitis Atopik Sedang 6 60 Dermatitis Atopik Berat 4 40 Total 10 100 11

Tabel 4 Perbandingan kadar IL-31 serum pada anak sehat dengan riwayat atopi dan kadar IL-31 serum pada DA anak IL-31 Kontrol Kasus p N % N % 0.000 >12.00pg/dl 0 0 6 60 <12.00pg/ml 20 20 4 40 Tabel 5 Hubungan ekspresi IL-31 serum dengan tingkat keparahan DA anak. Ekspresi Tingkat Keparahan DA Jumlah p IL-31 Dermatitis atopik sedang Dermatitis atopik berat N % N % N % Tidak Meningkat 2 20 2 20 4 40 1.000 12