BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insidensi dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat setiap tahunnya dan

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insidensi dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat setiap tahunnya dan"

Hadi Tedjo
6 tahun lalu
Tontonan:

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Insidensi dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat setiap tahunnya dan membutuhkan biaya yang tinggi. Data tahun menyatakan insiden penyakit ini diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat 8% setiap tahunnya. GGK disebabkan oleh etiologi yang beragam, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal terminal (GGT) (Suwitra, 2009). Pruritus uremia (PU) merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal. PU ditemukan pada 15-49% pasien gagal ginjal kronik dan 50-90% pada pasien dialisis (Kurban et al., 2008). Penelitian cross sectional terhadap pasien hemodialisis, 42% diantaranya mengalami PU sedang dan berat, yang mengakibatkan gangguan tidur, depresi, penurunan kualitas hidup, hingga kematian. Penelitian Patel et al.(2007) menemukan PU tidak dipengaruhi oleh karakteristik sosiodemografi pasien seperti jenis kelamin, umur, etnis, status ekonomi, status pendidikan, penyakit penyebab gagal ginjal, lama dialisis, penyakit hepar, dan penggunaan obat rutin gagal ginjal. Penelitian Kurban et al.(2008) menemukan PU lebih sering pada pasien hemodialisis daripada dialisis peritoneal (42% vs 32%). 1

2 2 Pruritus uremia masih kurang diperhatikan dan tidak ada pengobatan yang efektif. Para ahli telah melakukan upaya untuk memperbaiki faktor risiko pruritus uremia dengan memberikan dialisis memadai dan pengendalian hiperparatiroidisme, hiperfosfatemia, dan anemia (Mathur et al., 2010). Patofisiologi PU masih belum jelas. Manenti et al.(2009) menemukan kulit xerotik, produksi sitokin pruritogenik, uremia, hipotesis opioid, hipotesis neuropati uremia, dan hipotesis inflamasi imun sebagai patofisiologi PU. Teori mikroinflamasi persisten menganggap bahwa inflamasi mungkin berhubungan dengan asal usul dari PU, salah satunya kadar feritin serum (Manenti et al., 2009; Kimmel et al., 2006; Patel et al., 2007). Penelitian Giovambattista et al. (2002) menemukan kadar feritin serum yang lebih tinggi berhubungan secara signifikan dengan tingkat keparahan pruritus. Modalitas terapi spesifik untuk pruritus uremia merupakan tantangan. Pengobatan PU seperti antihistamin, steroid, emolien dan fototerapi ultra violet B (UVB) belum banyak diteliti, obat untuk PU belum ada yang disetujui oleh Food and Drug Administration karena kurangnya data tentang penyebab PU dan alat pengukuran yang tepat (Mathur et al., 2010). Fototerapi broad band ultraviolet B (BBUVB) dan narrow band ultraviolet B (NBUVB) menunjukkan hasil yang efektif pada manajemen PU (Patel et al., 2007). NBUVB lebih baik dibandingkan BBUVB karena meiliki risiko minimal, antara lain: eritemogenik, pruritogenik dan karsinogenik (Ada et al., 2002).

3 3 Efektivitas fototerapi NBUVB pada PU dilihat dari perbaikan klinis dengan cara menilai intensitas pruritus dengan visual analogue scale (VAS) (Chen, 2012). NBUVB memiliki efek imunosupresif dan digunakan secara luas untuk penyakit yang dimediasi oleh sistem imun dan inflamasi. Efek imunomodulasi UV dapat menjelaskan terjadinya stabilisasi dari respon imun abnormal lokal maupun sistemik. NBUVB dapat mengurangi secara selektif produksi sitokin proinflamasi oleh sel T (Bulat et al., 2011). NBUVB menekan secara sistemik komponen utama dari fungsi sel yang dimediasi oleh sistem imun pada penyakit inflamasi kulit termasuk PU (Dogra dan Kanwar, 2004). Romani et al. (2012) menemukan penurunan level feritin signifikan pada pasien psoriasis yang menerima NBUVB. B. Perumusan Masalah Fototerapi NBUVB pada pasien PU yang menjalani hemodialisis rutin belum banyak diteliti terutama hubungannya dengan kadar feritin serum. C. Pertanyaan Penelitian Apakah fototerapi NBUVB dapat menurunkan kadar feritin serum pada pasien pruritus uremia yang menjalani hemodialisis rutin? D. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fototerapi NBUVB terhadap penurunan kadar feritin serum pada pasien PU yang menjalani hemodialisis rutin. Tujuan sekunder adalah untuk mengetahui pengaruh fototerapi

4 4 NBUVB terhadap penurunan derajat intesitas gatal (VAS) pada pasien PU yang menjalani hemodialisis rutin. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dokter Dokter dapat menggunakan fototerapi NBUVB untuk menurunkan kadar feritin serum pada pasien PU yang menjalani hemodialisis rutin. 2. Bagi Pasien Pasien PU yang menjalani hemodialisis rutin dapat memilih fototerapi NBUVB untuk menurunkan derajat intesitas gatal (VAS) dengan efek samping minimal. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah referensi ilmu pengetahuan tentang pengaruh fototerapi NBUVB terhadap penurunan kadar feritin serum pada pasien PU yang menjalani hemodialisis rutin. 4. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya. F. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran arsip karya tulis baik skripsi, tesis, disertasi, maupun paper yang ada di perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, penelitian mengenai pengaruh fototerapi NBUVB terhadap penurunan

5 5 kadar feritin serum pada pasien PU yang menjalani hemodialisis rutin tidak temukan. Tabel 1. Penelitian mengenai fototerapi dan kadar feritin serum pada pasien PU Peneliti Judul Hasil (Giovambattista et al., 2002) (Ada et al., 2002) (Mirosław et al., 2013) Inflammation and pruritus in haemodialysis patients Treatment of uremic pruritus with narrowband ultraviolet B phototherapy: an open pilot study. Substance P and intensity of pruritus in hemodialysis patients Penelitian cross sectional pada 68 pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis rutin didapatkan hubungan yang signifikan antara pruritus berat dengan transferrin serum dan albumin rendah serta feritin serum tinggi Penelitian pada 20 pasienspu yang menerima fototerapi selama 6 minggu, 6 orang puas dengan respon terapi, 3 orang dinyatakan sembuh, 4 orang kambuh setelah 6 bulan. Penelitian cross sectional pada 197 pasien PU yang menjalani hemodialisis menemukan konsentrasi feritin serum yang tinggi.

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pruritus uremia (PU) masih merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang signifikan ditemukan pada 15%