EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 I. Pelayanan RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang termasuk kategori Rumah Sakit Tipe C dan satu-satunya sarana pelayanan kesehatan rujukan di kabupaten Lombok Barat dan sekitarnya. Rumah Sakit ini telah beroperasi selama 10 tahun sejak 2005, telah terakreditasi penuh pada tanggal 15 April 2010 dan sejak 1 Januari 2012 telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Rumah Sakit ini telah menjalankan jasa kesehatan yang bersifat sosioekonomi dan lebih menekankan pada pelayanan sosial kepada masyarakat termasuk masyarakat tidak mampu. Upaya yang telah dilakukan oleh RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat untuk mendukung hal tersebut di atas dilakukan dengan memberikan beberapa layanan publik baik berupa kegiatan administrasi, pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan nonmedik, pelayanan keperawatan, pelayanan rujukan, sebagai tempat pendidikan dan pelatihan, dan sebagai sarana penelitian dan pengembangan kesehatan. Berhubungan dengan hal tersebut terdapat beberapa pelayanan yang diberikan oleh RSUD Patut Patuh Patju kepada masyarakat, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenias Pelayanan RSUD Patut Patuh Patju kepada Masyarakat No Pelayanan Jenis Pelayanan yang diberikan 1 Instalasi Rawat Jalan Gigi, Umum, Kebidanan dan Kandungan, Anak, Bedah, PD, Mata, THT, KK, Gizi 2 Instalasi Rawat Inap Kelas I, II, III, Ibu dan Anak, ICU, Bangsal Anak 3 Instalasi Gawat Darurat Triase, Perawatan Kegawatdaruratan, Observasi 4 Pelayanan Penunjang Lab 24 jam, Rontgen, USG, ECG, EKG, Farmasi 24 Diagnostik jam, Ambulance dan Mobil Jenazah 24 jam 5 Pelayanan Non Medis Instalasi Pengelolaan Limbah, Instalasi CSSD, Laundry Sumber: Data diolah dari RSB 2014-2019 RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat. II. Evaluasi Kinerja RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat Keberhasilan implementasi Rencana Strategi Bisnis (RSB) 2014-2019 RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat tidak terlepas dari kegiatan evaluasi yang secara berkala dilakukan. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mencegah kegagalan, memperkecil penghambat dan cepat memperbaiki jika terjadi masalah. Evaluasi RSB 2014-2019 RSUD Patut Patuh Patju dilakukan secara rutin dan berkala setiap 1 tahun sekali oleh tim evaluasi yang dibentuk oleh RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat. Seluruh hasil evaluasi ini akan dilaporkan kepada direktur dan diteruskan ke satuan kerja terkait. Hasil tersebut dapat digunakan oleh pihak manajemen untuk 1
menetapkan keputusan serta langkah-langkah lebih lanjut, kemudian diumpanbalikkan ke masingmasing satuan kerja untuk segera ditindaklanjuti. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses manajemen untuk melihat tingkat keberhasilan dari suatu proses dan untuk menentukan langkah ke depan. Dalam rangka mengevaluasi kinerja tahun pertama implementasi RSB 2014-2019 RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat dilakukan dari berbagai aspek, yaitu: 1. Tingkat pemanfaatan sarana pelayanan 2. Mutu pelayanan 3. Tingkat efisiensi pelayanan Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan diperlukan berbagai indikator dan parameter sebagai nilai banding antara fakta dengan standar yang diinginkan. Terdapat banyak indikator yang dipakai untuk menilai kinerja sebuah Rumah Sakit dan yang paling sering digunakan adalah: 1. BOR (Bed Occupancy Rate) yaitu persentase pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit; 2. ALOS (Average Length of Stay) yaitu rata-rata lama rawatan seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat memberikan gambaran tentang mutu pelayanan. 3. BTO (Bed Turn Over) yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur berapa kali dalam satuan waktu tertentu. Indikator ini memberi gambaran tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur. 4. TOI (Turn Over Interval) yaitu rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi berikutnya. Indikator ini memberi gambaran tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur. 5. NDR (Net Death Rate) yaitu angka kematian >48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini dapat memberi gambaran mutu pelayanan RS. 6. GDR (Gross Death Rate) yaitu angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini dapat memberi gambaran mutu pelayanan RS. 7. Akreditasi yaitu pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan terhadap mutu pelayanan sesuai Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan. 8. Jumlah Dokter Spesialis yaitu jumlah Dokter Spesialis sesuai Standar Rumah Sakit Tipe B berdasarkan PMK No 340/2010 tetang klasifikasi Rumah Sakit. 9. Jenis Dokter Spesialis yaitu jenis Dokter Spesialis sesuai Standar Rumah Sakit Tipe B berdasarkan PMK No 340/2010 tetang klasifikasi Rumah Sakit. 10. Jumlah Unit Pelayanan yaitu jumlah unit pelayanan sesuai Standar Rumah Sakit Tipe B berdasarkan PMK No. 340/2010 tetang klasifikasi Rumah Sakit. 2
11. Tingkat Kepuasan Pasien yaitu tingkat kepuasan pasien rawat inap dan rawat jalan yang mengukur perasaan senang, puas karena terpenuhinya harapan atau keinginan pasien dalam menerima jasa pelayanan rumah sakit. Tabel 2 berikut ini adalah hasil evaluasi kinerja sampai dengan bulan Oktober 2015 menggunakan indikator seperti di tersebut diatas yang tertuang dalan RSB 2014-2019 RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat. 3
Tabel 2 Hasil Evaluasi Kinerja RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat Tahun 2015 TARGET TAHUN NO INDIKATOR PELAYANAN RAWAT INAP SATUAN KONDISI AWAL 2014 TARGET AKHIR 2015 REALISASI*) PER OKTOBER 2015 2015 KETERANGAN 2016 2017 2018 2019 1 BOR % 73.8 65-80 56,36 2 ALOS Hari 5 7 5 3 TOI Hari 1 2 2 4 BTO Kali ( x ) 77 45 57 BOR belum mencapai target, karena Penurunan jumlah pasien tahun 2015 menyebabkan BOR menjadi turun. LOS masih belum mencapai batas target yang ditetapkan (dalam area yang aman) TOI masih sesuai dengan target yang ditetapkan BTO dipengaruhi oleh jumlah pasien sehingga mengalami penurunan dari tahun 2014, namun masih lebih tinggi dari target yang ditetapkan (BTO terbaik 40-50 kali pertahun) 65-80 65-80 65-80 65-80 7 7 7 7 2 2 2 2 45 45 45 45 4
Tabel 2 Lanjutan. TARGET TAHUN NO INDIKATOR PELAYANAN RAWAT INAP SATUAN KONDISI AWAL 2014 TARGET AKHIR 2015 REALISASI *) (Per Okt. 2015) 2015 KETERANGAN 2016 2017 2018 2019 5 GDR Per 1.000 24 20 31 6 NDR Per 1.000 8 15 15 7 8 Akreditasi / Sertifikasi Jumlah Spesialis Unit 5 Program Khusus Orang 13 18 15 Program Khusus GDR masih di atas target (GDR terbaik <45 per 1000) NDR sesuai dengan target yang ditetapkan (NDR terbaik < 25 per 1000) Akreditasi telah terlaksana melalui program khusus ; akreditasi rumah sakit versi tahun 2012 Jumlah dokter spesialis sudah bertambah sebanyak 2 orang 20 20 20 20 15 15 15 15 Paripurna Paripurna Paripurna Paripurna 18 18 18 18 9 Jenis Spesialisasi Spesialis 11 18 12 Jenis spesialis sudah bertambah 1 jenis spesialis 18 18 18 18 10 11 Jumlah Unit Pelayanan yang dibangun Tingkat kepuasan pasien Keteragan: *) Indikator Rumah Sakit Tipe B Unit 2 3 1 % 80 85? Unit pelayanan yang dibangun adalah 1 unit Poli Paru Survey Kepuasan Pasien terlaksana pada Bulan Desember 2015 hasilnya belum diketahui 1 3 2 2 86 87 88 89 5
1. BOR (Bed Occupancy Rate) Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Dari target yang ditetapkan pada akhir tahun 2015 sebesar 65-80 %, dalam realisasinya terjadi penurunan dari kondisi awal tahun 2014 sebesar 73,8 % menjadi 56,36 %. Dengan demikian telah terjadi penurunan yang cukup signifikan sebesar 8,64-23,64 % dari target standar sebesar 65-80% (Depkes RI, 2005). Fakta ini mengindikasikan bahwa capaian BOR masih belum memenuhi standar yang dipersyaratkan, bahkan kondisi sebelumnya yaitu pada awal tahun 2014 masih dalam kondisi standar akan tetapi capaian sampai denga akhir 2015 terjadi penurunan yang cukup signifikan. 2. ALOS (Average Length of Stay) Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Dalam hal ini kondisi awal tahun 2014 sebesar 5 hari dan target yang ditetapkan pada akhir tahun 2015 sebsar 7 hari. Capaian yang diperoleh pada bulan Oktober 2015 yaitu selama 5 hari, hal ini berarti belum mencapai target yang sudah ditetapkan dan masih dibawah kisaran yang ditetapkan sesuai Depkes RI 2005 yaitu antara 6-9 hari. 3. BTO (Bed Turn Over) Menurut Depkes RI (2005), BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Kondisi awal tahun 2014 sebanyak 77 kali dan target akhir tahun 2015 sebanyak 45 kali, sedangkan capaian sampai dengan bulan Oktober 2015 sebanyak 57 kali. Dengan demikian, telah terjadi penurunan 20 kali (77-57) meskipun belum mencapai target sebanyak 45 kali atau belum memenuhi standar sesuai Depkes RI, 2005 yaitu kisaran antara 40-50 kali. 4. TOI (Turn Over Interval) Menurut Depkes RI (2005), TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 6
1-3 hari. Kondisi awal tahun 2014 selama 1 hari dan target akhir tahun 2015 selama 2 hari, sedangkan capaian sampai dengan bulan Oktober 2015 selama 2 hari. Dengan demikian, telah mencapai target dan memenuhi standar sesuai Depkes RI, 2005 yaitu kisaran antara 1-3 hari. 5. NDR (Net Death Rate) NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Kondisi awal tahun 2014 sebanyak 8/1000 dan target akhir tahun 2015 sebanyak 15/1000, sedangkan capaian sampai dengan bulan Oktober 2015 sebesar 15/1000. Dengan demikian, telah mencapai target dan memenuhi standar sesuai Depkes RI (2005) yaitu dibawah 25/1000. 6. GDR (Gross Death Rate) GDR yaitu angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini dapat memberi gambaran mutu pelayanan RS. Kondisi awal tahun 2014 sebanyak 24/1000 dan target akhir tahun 2015 sebanyak 20/1000, sedangkan capaian sampai dengan bulan Oktober 2015 sebesar 31/1000. Dengan demikian, masih belum mencapai target akan tetapi sudah memenuhi standar sesuai Depkes RI (2005) yaitu dibawah 45/1000. 7. Akreditasi/Sertifikasi Merupakan pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan terhadap mutu pelayanan sesuai Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan. Indikator untuk aspek Akreditasi yang digunakan sebelumnya (2010-2014) pada saat penyusunan RSB adalah 5 unit pada awal tahun 2014, akan tetapi target yang ditetapkan pada akhir tahun 2015 adalah akreditasi peringkat Madya, kemudian disesuaikan dengan peringkat Program Khusus. Dalam perjalanan waktu sampai dengan bulan Oktober 2015, capaian yang diperoleh adalah peringkat Program Khusus, dengan kata lain bahwa target sudah terpenuhi dan sesuai dengan capaian. Bertitik tolak pada hasil capaian kinerja pelayanan sampai dengan bulan Oktober 2014, dalam RSB 2014-2019 RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat telah 7
ditetapkan indikator kinerja tambahan disamping keenam indikator yang disebutkan diatas, yaitu jumlah Dokter Spesialis, Jenis Spesialisasi, jumlah Unit/Sarana yang dibangun, dan tingkat kepuasan pasien. Gambaran kinerja berdasarkan keempat indikator tersebut adalah sebagai berikut: 8. Jumlah Spesialis Jumlah Dokter Spesialis yang sesuai dengan Standar Rumah Sakit Tipe B berdasarkan PMK No 340/2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit. Kondisi pada tahun 2014 adalah sebanyak 13 Dokter Spesialis dengan target capaian pada akhir tahun 2015 sebanyak 18 Dokter Spesialis. Capaian yang diperoleh sampai dengan bulan Oktober 2015 adalah 15 Dokter Spesialis atau masih lebih rendah dari target sebanyak 18 Dokter Spesialis. 9. Jenis Spesialisasi Jenis Spesialisasi yang sesuai dengan Standar Rumah Sakit Tipe B berdasarkan PMK No 340/2010 tetang klasifikasi Rumah Sakit. Kondisi pada tahun 2014 terdapat 11 jenis Spesialisasi dengan target capaian pada akhir tahun 2015 sebanyak 18 Spesialisasi. Capaian yang diperoleh sampai dengan bulan Oktober 2015 adalah 12 Spesialisasi atau masih jauh lebih rendah dari target sebanyak 18 Spesialisasi. 10. Jumlah Unit Pelayanan Jumlah unit pelayanan sesuai Standar Rumah Sakit Tipe B berdasarkan PMK No. 340/2010 tetang klasifikasi Rumah Sakit. Kondisi pada tahun 2014 terdapat 2 unit pelayanan yang dibangun dengan target capaian pada akhir tahun 2015 sebanyak 3 unit pelayanan yang dibangun. Capaian yang diperoleh sampai dengan bulan Oktober 2015 adalah 1 unit pelayanan yang dibangun atau masih lebih rendah dari target sebanyak 3 unit pelayanan yang dibangun. 11. Tingkat Kepuasan Pasien Tingkat kepuasan pasien rawat inap dan rawat jalan dengan mengukur perasaan senang, puas karena terpenuhinya harapan atau keinginan pasien dalam menerima jasa pelayanan rumah sakit. Kondisi awal pada tahun 2014 berdasarkan hasil survei, tingkat kepuasan pasien terhadapa pelayanan rumah sakit adalah 80 %, sedangkan target pada akhir tahun 2015 adalah sebesar 85 %. Berhubung survei dilakukan pada bulan Desember 2015, maka belum bisa diketahui hasilnya, sehingga capaian kinerja tingkat kepuasan;pasien terhadap pelayanan rumah sakit baru dapat diketahui pada akhir bulan Desember 2015. 8
III. Kesimpulan dan Saran Analisis terhadap capaian kinerja tahun pertama implementasi RSB 2014-2019 RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat telah dilakukan dari berbagai aspek, yaitu: (1) tingkat pemanfaatan sarana pelayanan; (2) mutu pelayanan; dan (3) tingkat efisiensi pelayanan. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan diperlukan berbagai indikator dan parameter sebagai nilai banding antara fakta dengan standar yang diinginkan. Evaluasi dilakukan menggunakan 11 (sebelas) indikator kinerja pelayanan rawat inap rumah sakit dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 340/2010 tentang persyaratan klasifikasi Rumah Sakit Umum Tipe B. Dari 11 (sebelas) indikator tersebut capaian kinerja sampai dengan akhir tahun 2015 untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut: 1. BOR, ALOS, dan BTO masih belum memenuhi target dan standar yang ditetapkan dan dipersyaratkan untuk memenuhi klasifikasi Rumah Sakit Tipe B sesuai PMK No 340/2010, sehingga diperlukan perhatian yang lebih khusus pada 3 indikator tersebut agar capaiannya lebih tertuju pada pencapaian target RSB pada tahun 2019 mendatang. 2. TOI, NDR, dan GDR sudah mencapai target dan standar yang ditetapkan dan dipersyaratkan untuk memenuhi klasifikasi Rumah Sakit Tipe B sesuai PMK No 340/2010, sehingga perlu tetap dipertahankan agar capaiannya konsisten dan mengarah pada pencapaian target RSB pada tahaun 2019 mendatang. 3. Jumlah Dokter Spesialis dan Jenis Spesialisasi masih belum mencapai target yang ditetapkan dan dipersyaratkan untuk memenuhi klasifikasi Rumah Sakit Tipe B sesuai PMK No 340/2010, sehingga diperlukan upaya yang lebih serius terutama dari pihak manajemen Rumah Sakit untuk mencarai terobosan-terobosan agar jumlah Dokter Spesialis dan Jenis Spesialissi dapat memenuhi target RSB pada tahun 2019 mendatang. 4. Jumlah Unit Pelayanan yang dibangun dan Tingkat kepuasan Pasien masih belum sesuai dengan persyaratan yang tertuang dalam PMK No. 340/2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit Tipe B. Oleh karena masih diperlukan lagi upaya untuk mengembangakan jumlah unit pelayanan yang dibangun dan meningkatkan tingkat kepuasan pasien rumah sakit agar mencapai 89% seperti yang ditargetkan dalam RSB 2014-2019 RSUD Patut Patuh Patju meskipun survei yang dilakukan pada bulan Desember 2015 dan belum bisa 9
mengetahui hasilnya, akan tetapi peningkatan kualitas pelayanan harus terus ditupayakan agara pencapaian visi dan misi pelayanan bermutu dan terpercaya dapat dicapai. Akan tetapi berdasarkan hasil evaluasi kinerja menunjukkan bahwa RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat secara garis besar menunjukkan trend yang baik. Berarti pihak RSUD telah berusaha memperbaiki kinerjanya sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam RSB 2014-2019 serta telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. 10
LAMPIRAN Petikan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 340/2010 Pasal 10 dan 11 terkait persyaratan fasilitas layanan dan ketersediaan tenaga kesehatan untuk klasifikasi Rumah Sakit Tipe B. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/2010 Pasal 10, Rumah Sakit Tipe B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar. Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Tipe B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. 1) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi, Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. 2) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. 3) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. 4) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik. 5) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas) pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik. 6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi, dan Periodonti. 7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. 11
8) Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi : Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi. 9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik. 10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/2010 Pasal 11 dikatakan bahwa ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan, yaitu: 1) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. 2) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap. 3) Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. 4) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. 5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap. 6) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai tenaga tetap. 7) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit. 8) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. 12