ANALISA PERHITUNGAN PENILAIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SESUAI PSAK dan IFRS DENGAN METODE FIFO dan RATA- RATA TERTIMBANG PADA TOKO ENNY BAKERY Yuni Ahlamiah Fatillah 27212957
Latar Belakang Persediaan adalah aktiva lancar yang mempunyai peranan penting dalam proses kelangsungan operasional perusahaan. Persediaan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha yang berbentuk bahan baku atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. (PSAK No. 14 paragraf 7). Persediaan merupakan komponen utama dari aktiva yang sifatnya bernilai tinggi. Lebih dari 80% perusahaan khususnya dibidang manufaktur memiliki aktiva dan Harga Pokok Penjualan yang paling tinggi.
Rumusan Batasan dan Tujuan Masalah Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, penulis ingin mengetahui bagaimana ENNY BAKERY melakukan penilaian persediaan bahan baku dengan metode FIFO dan rata- rata Tertimbang serta bagaimana pengaruhnya terhadap nilai persediaan dan harga pokok penjualan serta laba kotornya. Batasan Masalah Karena banyak bahan baku yang mungkin terdapat dalam proses pembuatan kue, maka penulis berusaha memperkecil ruang lingkup permasalahan dalam penulisan ilmiah ini dan membatasi mengenai penilaian persediaan bahan baku terhadap terigu, gula dan mentega dengan metode FIFO dan Rata- rata Tertimbang pada ENNY BAKERY untuk bulan Mei tahun 2015 Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui perhitungan nilai persediaan bahan baku yang dilakukan oleh ENNY BAKERY 2. Mengevaluasi penentuan penilaian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh ENNY BAKERY berdasarkan metode FIFO dan Rata- rata Tertimbang serta dampaknya terhadap harga pokok penjualan dan laba kotor.
Hasil Penelitian Tabel persediaan bahan baku bulai mei 2015 Tanggal Keterangan bahan baku Q (kg) Harga jumlah 1 persediaan awal terigu 35 6,700 234,500 gula 40 11,555 462,200 mentega 99 14,500 1,435,500 2 pemakaian terigu 15 gula 13 mentega 17 3 pemakaian terigu 15 gula 12 mentega 19 4 pembelian terigu 100 6,640 664,000 gula 125 11,500 1,437,500 mentega 100 14,333 1,433,300 5 pemakaian terigu 25 gula 19 mentega 28 6 pemakaian terigu 70 gula 60 mentega 68 7 pembelian terigu 150 6,640 996,000 gula 110 11,500 1,265,000 mentega 85 14,500 1,232,500 8 pemakaian terigu 17 gula 11 9 pemakaian terigu 27 gula 21 mentega 24
7 pembelian terigu 150 6,640 996,000 gula 110 11,500 1,265,000 mentega 85 14,500 1,232,500 8 pemakaian terigu 17 gula 11 9 pemakaian terigu 27 gula 21 mentega 24 10 pemakaian terigu 19 gula 9 mentega 24 11 pemakaian terigu 30 gula 21 mentega 35 12 pemakaian terigu 5 gula 3 mentega 7 13 pembelian terigu 145 6,640 962,800 gula 100 11,500 1,150,000 mentega 116 14,333 1,662,628 14 pemakaian terigu 30 gula 26 mentega 28 15 pemakaian terigu 25 gula 19 mentega 30 16 pemakaian terigu 23 gula 18 18 pemakaian terigu 17 gula 13 13 pembelian terigu 145 6,640 962,800 gula 100 11,500 1,150,000 mentega 116 14,333 1,662,628 14 pemakaian terigu 30 gula 26 mentega 28 15 pemakaian terigu 25 gula 19 mentega 30 16 pemakaian terigu 23 gula 18 18 pemakaian terigu 17 gula 13 mentega 15 20 pemakaian terigu 19 gula 15 21 pembelian terigu 70 6,700 469,000 gula 25 11,555 288,875 mentega 125 14,333 1,791,625 21 pemakaian terigu 50 gula 40 mentega 45 23 pemakaian terigu 15 gula 10 mentega 18 25 pemakaian terigu 10 gula 7 mentega 12 28 pemakaian terigu 21 gula 15
Perbandingan HPP metode FIFO dan Rata- rata Tertimbang perpetual dan periodik periodik Keterangan Terigu Gula Mentega (Rp.) (Rp.) (Rp.) Persediaan Awal 234,500 462,200 1,435,500 Pembelian 3,091,800 4,141,375 6,120,053 Persediaan Akhir 448,900 783,375 1,074,975 HPP 2,877,400 3,820,200 6,480,578 periodik Bahan baku (Rp.) Keterangan Terigu Gula Mentega Persediaan awal 234,500 462,200 1,435,500 Pembelian 3,091,800 4,141,375 6,120,053 Bahan Baku Siap Pakai 3,326,300 4,603,575 7,555,553 Persediaan Akhir 446,622 782,748 1,075,575 HPP 2,879,678 3,820,827 6,479,978 Perpetual Terigu Gula Mentega Keterangan (Rp.) (Rp.) (Rp.) Persediaan Awal 234,500 462,200 1,435,500 Pembelian 3,091,800 4,141,375 6,120,053 Persediaan Akhir 448,900 783,375 1,074,975 HPP 2,877,400 3,820,200 6,480,578 Perpetual Terigu Gula Mentega Keterangan (Rp.) (Rp.) (Rp.) Persediaan Awal 234,500 462,200 1,435,500 Pembelian 3,091,800 4,141,375 6,120,053 Persediaan Akhir 446,622 782,748 1,075,575 HPP 2,879,701 3,820,862 6,479,898
Tabel perbandingan laba kotor Metode Terigu (Rp.) Gula (Rp.) Mentega (Rp.) FIFO Periodik 17,122,600 16,179,800 13,519,422 FIFO Perpetual 17,122,600 16,179,800 13,519,422 Rata- rata Tertimbang Periodik 17,120,322 16,179,173 13,520,022 Rata- rata Tertimbang Perpetual 17,120,299 16,179,138 13,520,102
KESIMPULAN 1. Persediaan akhir metode FIFO periodik dan perpetual bahan baku terigu Rp. 448.900 Rata- rata Tertimbang periodik dan perpetual diperoleh Rp.446.622 HPP dengan metode FIFO periodik dan perpetual adalah Rp. 2.877.400 Rata- rata Tertimbang periodik sebesar Rp. 2.879.678 dan perpetual Rp. 2.879.701. Laba kotor metode FIFO periodik dan perpetual adalah sebesar Rp. 17.122.600 Rata- rata Tertimbang periodik diperoleh laba kotor Rp. 17.120.322 dan perpetual Rp. 17.120.299. 2. Persediaan akhir metode FIFO periodik dan perpetual bahan baku gula Rp. 783.375 Rata- rata Tertimbang periodik dan perpetual diperoleh Rp. 782.748 HPP dengan metode FIFO periodik dan perpetual adalah Rp. 3.820.200 Rata- rata Tertimbang periodik sebesar Rp. 3.820.678 dan perpetual Rp. 3.820.862 Laba kotor metode FIFO periodik dan perpetual adalah sebesar Rp. 16.179.800 Rata- rata Tertimbang periodik diperoleh laba kotor Rp. 16.179.173 dan perpetual Rp. 16.179.138 3. Persediaan akhir metode FIFO periodik dan perpetual bahan baku mentega Rp. 1.074.975 Rata- rata Tertimbang periodik dan perpetual diperoleh 1.075.575 HPP dengan metode FIFO periodik dan perpetual adalah Rp. 6.480.578 Rata- rata Tertimbang periodik sebesar Rp. 6.479.978 dan perpetual Rp. 6.479.898 Laba kotor metode FIFO periodik dan perpetual adalah sebesar Rp. 13.519.422 Rata- rata Tertimbang periodik diperoleh laba kotor Rp. 13.520.022 dan perpetual Rp. 13.520.102
Saran 1. Berdasarkan hasil perhitungan dari kedua metode tersebut dan hasil kesimpulan maka penulis menyarankan sebaiknya Toko ENNY Bakery menggunakan perhitungan dengan metode FIFO karena metode ini merupakan metode yang sesuai dengan PSAK dan IFRS juga sesuai karena harga pokok persediaan dibebankan sesuai dengan urutan kejadian terjadinya transaksi serta menghasilkan laba kotor yang lebih besar ketimbang perusahaan menggunakan merode Rata- rata Tertimbang. 2. Dengan menggunakan metode FIFO maka nilai persediaan dinilai menurut harga pokok sekarang sehingga disaat harga bahan baku mengalami pasang surut atau kenaikan dan penurunan, nilai persediaan akhir tetap seperti awal dan tidak ada kemungkinan terjadinya manipulasi harga bahan baku. Selain itu juga memperkecil biaya pemeliharaan penyimpanan bahan baku karena bahan baku yang pertama masuk akan pertama pula dipakai sehingga resiko kerusakan bahan baku hanya sedikit.