Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

BAB IV KESIMPULAN. dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

BAB V PENUTUP Pertama

HEGEMONI DAN KONTRA HEGEMONI: PRAKTEK KEKUASAAN SISTEM KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI FRANCHISE MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DI KOTA SURABAYA

Gerakan Sosial. -fitri dwi lestari-

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

pembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga

BAB V. Penutup. Transformasi institusi yang terjadi di Papua merupakan konsekuensi dari

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1999 TENTANG PENETAPAN PERGURUAN TINGGI NEGERI SEBAGAI BADAN HUKUM

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB VI. RINGKASAN TEMUAN, KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kasus Bojonegoro ini dapat dirumuskan bab kesimpulan dan saran, yang meliputi

GOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: GOOD GOVERNANCE. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Iklan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia

Partai Politik dan Kelompok Penekan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Internet beberapa dekade sebelumnya masih dipandang. sebagai sebuah gaya hidup. Pengguna internet masih didominasi

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe.

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

NATIONAL ROLE. Konsep Peranan Nasional dalam Politik Luar Negeri. By: Dewi Triwahyuni

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

PRINSIP-PRINSIP PRA MENURUT ROBERT CHAMBERS. . Prinsip-Prinsip PRA

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk hidup berkeluarga. Setiap calon pasangan yang akan menikah

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang

Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni

BAB V PENUTUP. Mubarak. Berdasarkan dengan pandangan bahwa dalam setiap wilayah ditingkat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu dipersepsikan akan berpengaruh negatif terhadap dirinya. Pada. lebih kuat dibandingkan dengan masa-masa biasa.

KESIMPULAN DAN SARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Piagam Tranparansi bagi Institusi Keuangan Internasional: Menagih Hak untuk Mengetahui. Pembukaan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

Membangun Insan dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dan Dilandasi Semangat Gotong Royong

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

Faktor-Faktor dalam. Perancangan Desain

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB VII PENUTUP. sosio-kultural dan struktural. Pemikiran dan aksi politik tersebut

Membangun pasar kopi inklusif

RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prihantini, 2014

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

dari modernitas ke postmodernitas secara historis.

BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY

8.1 Temuan Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1999 TENTANG PENETAPAN PERGURUAN TINGGI NEGERI SEBAGAI BADAN HUKUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1999 TENTANG PENETAPAN PERGURUAN TINGGI NEGERI SEBAGAI BADAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

Peranan Pendidikan Global dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Nina Oktarina 1

SISTEM EKONOMI PANCASILA:

Denis M c Q u a il. Teori Komunikasi Massa c Q a il

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN Pemahaman masyarakat global terhadap istilah globalisasi dewasa ini didominasi oleh definisi-definisi yang merujuk pada pengertian globalisasi dari atas. Globalisasi dari atas merupakan sebuah proses yang dikonstruksi dan disebarluaskan oleh aktor yang memiliki kekuatan skala besar, seperti negara superpower, institusi, atau perusahaan multinasional, yang ditujukan kepada aktor-aktor yang memiliki skala kekuatan di bawahnya, seperti kelompok negara dunia ketiga. Layaknya sebuah cairan yang terus mengalir bergerak dari satu ruang ke ruang lain dengan mudah dan cepat, globalisasi dari atas identik dengan sebuah arus perpindahan, percepatan, dan pendalaman berbagai aspek (ekonomi, politik, budaya) dari satu tempat ke tempat lain. Arus tersebut bergerak secara dinamis sebagai proses yang kemudian mempengaruhi struktur secara global. Dalam perubahan struktur sosial dalam skala global, aktor yang memiliki posisi super-ordinat memiliki kekuatan lebih dalam mengkonstruksi struktur sosial bagi aktor-aktor yang lainnya. Aktor super-ordinat memiliki kontrol dominan terhadap arus globalisasi, sehingga perubahan struktur selalu memberikan keuntungan yang secara otomatis akan berdampak pada kerugian di lain pihak. McDonalds dan berbagai korporasi fast food skala global lainnya merupakan salah satu contoh aktor dominan yang mampu mendiktekan struktur sosial pada masyarakat global. Gaya hidup dan pola pikir manusia secara dramatis dipengaruhi melalui produk-produk makanan siap saji yang kini dapat ditemukan hampir di seluruh negara di dunia. Efektifitas dan modernitas yang disisipkan dalam seporsi Big Mac mempengaruhi struktur sosial yang awalnya beragam di setiap tempat berbeda bergerak menjadi semakin homogen.

Terlebih lagi, globalisasi fast food yang dipimpin oleh McDonalds memberikan dampak ekonomi yang hanya menguntungkan secara sepihak dan merugikan banyak pihak. Struktur sosial yang berubah menggiring individu untuk memiliki orientasi makanan modern yang cenderung seragam, sehingga berdampak pada peningkatan permintaan produk fast food dalam skala global. Permintaan tersebut berdampak pada munculnya korporasi-korporasi dalam bidang agrikultur sebagai penyuplai pasokan yang notabene memonopoli para petani lokal dengan sistem produksi dan penjualan yang tidak adil. Proses globalisasi yang dipicu oleh industri fast food tersebut kemudian berdampak pada munculnya kesenjangan sosial dan ekonomi dalam skala global. Segmentasi kelas sosial dan ekonomi kemudian mulai terbentuk dalam struktur masyarakat global yang berdampak pada berkurangnya hak-hak demokratis mereka. Sebagai sebuah bentuk reaksi perlawanan terhadap kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh proses globalisasi dari bawah, muncul sebuah bentuk globalisasi baru yang dikenal sebagai globalisasi dari bawah. Aktor dalam globalisasi jenis ini bisa berupa individu, kelompok kecil individu, atau asosiasi dalam gerakan-gerakan sosial. Dalam pespektif globalisasi dari bawah, setiap individu merupakan agen, sehingga tetap mampu memberikan pengaruh-pengaruh terhadap struktur sosialnya. Meskipun sering diidentikkan sebagai kelompok anti-globalisasi, globalisasi dari bawah sebenarnya tidak melawan globalisasi secara keseluruhan, namun pada isu-isu spesifik yang tidak mampu diakomodir dengan baik oleh globalisasi dari atas. Output yang diharapkan dari aktor globalisasi dari bawah adalah terbentuknya sebuah struktur sosial global yang adil dan bebas dari dampak-dampak negatif globalisasi dari atas. Slow Food Movement merupakan salah satu aktor yang turut berpartisipasi dalam proses globalisasi dari bawah, terutama dalam bentuk perlawanan terhadap globalisasi korporasi fast food. Perlawanan tersebut terdapat pada perkembangan Slow Food Movement yang terus berusaha membentuk (atau mengembalikan) struktur sosial global yang berdasarkan pada filosofi good, clean, and fair. Dengan

menggunakan pendekatan persuasi dan edukasi, Slow Food Movement menjadi sebuah gerakan yang mampu mencakup aspek multidimensional, baik dari sisi ekonomi, budaya, lingkungan, hingga politik. Ratusan ribu anggota dan pendukung non-anggota dari berbagai latar belakang individu dan negara tergabung dalam satu ideologi, visi, dan gerakan membuat Slow Food Movement dapat dikatakan sebagai sebuah proses globalisasi (dari bawah), bukan hanya sekedar gerakan resistensi yang hanya menekankan pada aspek survival atau juga gerakan counter-hegemony yang terkesan hanya sebatas melawan hegemoni aktor tertentu saja. Sedangkan apa yang dilakukan oleh Slow Food Movement adalah cenderung sebagai sebuah proses aksi yang terus-menerus untuk menciptakan sebuah sistem global yang se-demokratis mungkin. Dalam rangka mengglobalkan ideologi dan visi gerakannya, Slow Food Movement memiliki strategi ideal untuk memproduksi dan mempromosikan sistem sosial yang reformatif. Strategi pertama, yaitu dengan membangun sebuah konsep solidaritas dalam sebuah gerakan. Solidaritas gerakan yang bersifat ke luar diaplikasikan dengan penggunaan visi dan program yang bersifat universal, sedangkan yang lebih bersifat ke dalam diaplikasikan dengan membentuk sub-sub jaringan gerakan. Cakupan visi dan program yang luas berfungsi sebagai jalan pembuka setiap orang dari berbagai latarbelakang untuk dapat bergabung dalam gerakan tersebut, sedangkan pembentukan sub-sub jaringan dimaksudkan agar penyampaian ide besar gerakan disampaikan melalui bahasa-bahasa umum sesuai kelompok masing-masing, sehingga menjadi mudah diterima. Strategi kedua Slow Food Movement adalah konsep self organization from below. Di dalam konsep tersebut, Slow Food Movement menunjukkan bahwa kekuatan gerakan mereka berada pada masyarakat akar rumput. Struktur operasional gerakan dibagi berdasarkan wilayah per wilayah di berbagai negara yang kemudian disebut sebagai convivia. Convivia bertanggung jawab menyampaikan visi gerakan melalui program-program persuasif kepada masyarakat lokal serta manajemen gerakan yang profesional. Selain itu, manajemen sistem informasi dan komunikasi

yang dapat diakses dan dibagikan secara luas menggunakan berbagai fasilitas daring, memudahkan distribusi informasi gerakan dari satu wilayah ke wilayah lain. Teknologi informasi yang digunakan oleh Slow Food Movement juga menandakan bahwa gerakan ini tidak sepenuhnya menolak proses globalisasi (dari atas) secara utuh, sehingga gerakan ini jauh dari label gerakan anti-globalisasi. Jika kedua strategi sebelumnya menekankan kepada efektifitas penyebaran ide dan visi gerakan ke masyarakat global, strategi Slow Food Movement yang ketiga menekankan kepada aspek integrasi seluruh elemen jaringan ke dalam sebuah agenda-agenda global. Dengan adanya agenda global, Slow Food Movement menjadi mudah untuk diidentifikasi sebagai sebuah gerakan globalisasi dari bawah, karena mereka mampu membuktikakan bahwa terdapat koneksi dan integrasi yang kuat dari perlawanan di setiap tingkat lokal dari berbagai negara. Agenda global juga memiliki fungsi dalam menarik atensi global serta sebagai langkah bersama untuk memberikan solusi terhadap masalah-masalah dalam skala global yang tidak dapat diselesaikan oleh convivia. Gerakan 10.000 Kebun untuk Afrika merupakan salah satu contoh agenda global Slow Food Movement yang fokus terhadap isu ketahanan pangan global. Sedangkan Terra Madre dan Salone del Gusto adalah contoh agenda global yang cukup efektif dalam menarik atensi publik hingga skala internasional. Kehadiran dan perkembangan Slow Food Movement merupakan sebuah fenomena yang cukup baru dalam studi globalisasi. Pengaruh dan jaringan Slow Food Movement yang mampu mencapai skala global merupakan bukti bahwa arus globalisasi tidak hanya terjadi dari atas ke bawah. Globalisasi tidak hanya dipahami sebagai sebuah persaingan dalam mengejar keuntungan ekonomi, namun juga dapat dipahami sebagai proses memperjuangkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Fenomena Slow Food Movement juga dapat dijadikan referensi bahwa dalam mengkaji fenomena globalisasi tidak dapat dilihat dari sisi hitam dan putihnya saja, layaknya Slow Food Movement yang tidak sepenuhnya menerima globalisasi (dari atas) secara utuh dan juga tidak menolak atau melawannya secara penuh. Karakter gerakan yang bersifat persuasif, edukatif, dan realistis membuat Slow Food

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi struktur sosial di sekitarnya. Tentu menjadi bahasan yang menarik nantinya tentang bagaimana kemungkinan-kemungkinan pengaruh Slow Food Movement yang terjadi dalam tahun-tahun berikutnya.