BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
|
|
- Leony Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fast food adalah sebuah istilah yang digunakan secara umum untuk menggambarkan konsep mengenai industri restoran layanan cepat saji. Pada awalnya, fast food yang berkembang di Amerika Serikat adalah suatu bentuk sistem restoran waralaba yang menyediakan makanan secara cepat, murah, serta enak, dalam sebuah standar yang sama di setiap cabangnya. Bersamaan dengan tumbuhnya perekonomian AS pasca Perang Dunia II yang mendorong pekerja untuk bekerja lebih cepat dan efisien, fast food kemudian menjadi populer dan berkembang dengan sangat pesat. Salah satu perusahaan fast food yang paling mencolok perkembangannya adalah McDonald s, di mana antara tahun 1960 dan 1973, jumlah cabangnya tumbuh dari sekitar 250 menjadi gerai. Dengan perkembangan yang begitu pesatnya industri fast food menjadi sebuah rangkaian korporasi besar di Amerika Serikat, dan kemudian dengan cepat mengekspansi dunia, menjadi korporasi-korporasi multinasional. McDonald s, sebagai contohnya, menjadi waralaba fast food terbesar dengan lebih dari restoran yang tersebar di 123 negara di seluruh dunia. Ekspansi global fast food ini bukannya tanpa kritik. Semenjak tahun dekade 1980-an mulai bermunculan kritik yang menilai bahwa fast food memiliki banyak sisi negatif yang membahayakan dunia secara global, mulai dari sisi kesehatan, munculnya tren konsumerisme yang berlebihan melalui peran media, hingga eksploitasi pasar global dari industri ini yang berpotensi membunuh banyak produsen makanan lokal yang lemah dan tidak terlindungi dalam liberalisasi perdagangan internasional. Pada tahun 1986 Carlo Petrini, seorang jurnalis dan aktivis kiri Italia, melakukan aksi kampanye untuk mencegah didirikannya gerai Mc Donald s di area x
2 Piazza di Spagna di Roma, yang berakhir dengan kegagalan. Kegagalannya dalam menggagalkan pendirian gerai McD s ini kemudian mendorong Petrini untuk membentuk sebuah gerakan masyarakat untuk melawan hegemoni McD s dan antekantek fast food lainnya terhadap dunia global. Gerakan yang diberi nama Slow Food ini didirikan pada tahun 1986, dan kemudian menghasilkan Manifesto of the International Slow Food Movement yang ditandatangani di Paris tahun 1989 oleh delegasi dari 15 negara. Melalui penandatanganan manifesto inilah Slow Food berkembang sebagai gerakan yang secara internasional melawan tren global fast food sebagai bagian dari usaha melakukan protes dan perlawanan terhadap kepentingankepentingan industri kapitalis global yang mengancam produk lokal. Pada dasarnya, Slow Food diperkenalkan oleh Petrini sebagai alternatif terhadap fast food, di mana berlawanan dengan fast food, Slow Food berjuang untuk lebih memilih dan melestarikan kulinari tradisional dan regional, serta mendorong masyarakat lokal untuk melakukan pertanian dan peternakan sesuai dengan karakteristik ekosistem lokal. Hingga kini, Slow Food berkembang sebagai sebuah gerakan kuliner global, di mana gerakan ini memiliki lebih dari 100,000 anggota yang berasal dari lebih 800 kota besar dari 132 negara di dunia. Anggota-anggota Slow Food beragam, meskipun sebagian besar memiliki latar belakang dunia kuliner, seperti pemilik restoran, koki, petani, peternak, hingga kaum akademisi dan penikmat kuliner. Beberapa selebriti juga tergabung dalam Slow Food, di antaranya Alice Waters, dan Eric Schlosser, penulis buku best-seller Fast food Nation. Tercatat pula keanggotaan Slow Food di Indonesia, yaitu di dua buah restoran di daerah Ubud dan Cikarang, Jakarta. B. Rumusan Masalah Skripsi ini akan meneliti dan menjawab pertanyaan bagaimana gerakan Slow Food dalam usahanya melawan hegemoni industri fast food global diidentifikasi sebagai sebuah bentuk counter-hegemony? 2
3 C. Landasan Konseptual Untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan, penulisan skripsi ini akan menggunakan konsep-konsep Neo-Gramscian yang menjelaskan mengenai dinamika hegemoni dan counter-hegemony, untuk memahami kehadiran dan peran fast food sebagai hegemoni global, serta pilihan-pilihan aksi yang dilakukan Slow Food dalam perlawanannya melawan fast food secara global melalui definisi Gramsci terhadap bentuk counter-hegemony. Hegemoni merupakan sebuah ide yang dikembangkan Antonio Gramsci mengenai bentuk dominasi satu kelas terhadap kelas lainnya, terutama secara tidak langsung, tanpa paksaan/kekuatan yang bersifat memaksa. Ketidak hadiran kekerasan fisik dalam dominansi yang dilakukan membuat hegemoni lebih sering muncul dalam bentuk-bentuk budaya, yang kemudian dikenal sebagai cultural hegemony yang memfokuskan perilaku dominansi hegemonik antara satu kelas sosial yang berkuasa terhadap kelas-kelas sosial lain dengan beragam budaya. Bentuk dominasi ini bisa dilakukan melalui manipulasi kultur sosial (kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan nilai) sehingga cara pandang kelas yang berkuasa secara sadar diterima kelas-kelas lainnya sebagai norma umum dan ideologi yang berlaku secara universal yang dikenal sebagai common sense, di mana nilai-nilai tersebut pada dasarnya hanya akan menguntungkan satu kelas yang berkuasa. Mekanisme penerimaan nilai-nilai oleh kelas-kelas yang didominasi ini didasarkan melalui bentuk konsensus masyarakat 1 yang bersifat sukarela secara individual. Selain itu, Gramsci menggambarkan bentuk konsensus masyarakat terhadap hegemonnya sebagai bentuk hubungan antara buruh pabrik dan pemilik pabrik, yang dikenal sebagai Fordism - mengacu pada perusahaan Ford Motor Company di mana terjadi pembatasan peran-peran dari masing-masing buruh untuk mencegah buruh memahami secara kolektif sistem pabrik tersebut dan 1 Nezar Patria & Andi Arief, Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003),
4 dengan demikian meminimalisir sikap kritis dan kesadaran politik 2. Dalam Prison Notebooks, Gramsci menjelaskan bahwa sebuah hegemoni berfungsi melalui dua tingkatan utama superstruktur, yaitu masyarakat sipi dan masyarakat politik, atau the State yang mendominasi melalui masyarakat secara persuasif dan di lini lain melalui direct domination yang bersifat koersif 3. Di sisi lain, usaha untuk melawan pengaruh hegemoni ini dijelaskan Gramsci sebagai counter-hegemony, yang memunculkan satu pandangan dan nilai-nilai alternatif pada masyarakat yang bertujuan untuk menentang cara pandang dominan yang melanggengkan marjinalisasi kelas dominan terhadap kelas subaltern. Gramsci memandang bahwa counter-hegemony sebenarnya merupakan satu bentuk penciptaan hegemoni tandingan terhadap hegemoni dominan yang ada, sehingga bentuk-bentuk aksi yang muncul dalam counter-hegemony juga dikembangkan melalui cara-cara yang persuasif. Pergerakan counter-hegemony pada awalnya bukanlah kelompok radikal atau ekstremis yang memilih menggunakan cara-cara kekerasan atau paksaan dalam melawan hegemoni yang ada. Mereka, justru memulainya dengan usaha persuasi, kampanye, hingga propaganda untuk meyakinkan dan menyadarkan masyarakat bahwa sebenarnya mereka berada dalam penindasan hegemoni oleh kelas yang dominan yang kemudian harus dilawan. Proses penyadaran buruh pabrik ini dijelaskan Gramsci sebagai War of Position. Apabila pergerakan ini telah memperoleh dukungan yang dibutuhkan serta meraih konsensus dari masyarakat untuk melawan hegemoni yang ada, maka mereka akan berusaha mengambil alih posisi kelas hegemoni dominan tersebut, bisa melalui kekerasan maupun cara damai. Usaha perebutan posisi dominan tersebut digambarkan Gramsci sebagai War of Manouvre, yang secara umum dapat dipandang sebagai satu bentuk revolusi politik dan sosial 4. Gramsci menggambarkan bahwa dalam sebuah bentuk counter-hegemony akan terdapat dua tataran proses aksi, yaitu tahap national-popular, dan tahap internationalist. Gramsci menilai, bahwa setiap gerakan counter-hegemony yang efektif akan terlebih dahulu menggunakan lingkup nasional untuk memperoleh kekuatan 2 Antonio Gramsci, Selection from the Prison Notebooks (New York: International Publishers, 1971), Gramsci, Prisoner Notebooks, Gramsci, Prisoner Notebooks,
5 massa. Apabila gerakan tersebut telah memiliki prasyarat yang dibutuhkan serta kesadaran untuk tidak hanya meraih kekuatan dari negara asalnya, akan tetapi juga dari negara-negara lainnya 5, maka kemudian gerakan tersebut akan naik ke tahapan counterhegemony yang kedua, yaitu sebagai gerakan internationalist. Dalam setiap (hegemoni dan) gerakan counter-hegemony, terdapat aktor utama yang memiliki peran paling utama, yaitu kaum intelektual. Kaum intelektual inilah yang pertama kali mengalami kesadaran kelas dan mengenali adanya bentuk hegemoni yang sedang menindas suatu kelas, dan kemudian menjadi bagian terpenting dalam war of position di mana kaum intelektual-lah yang melanjutkan kesadaran kelas terhadap seluruh kelas yang ditindas, dan kemudian memilih strategi dan memimpin war of manouvre dalam upaya menjatuhkan kelas dominan yang berkuasa. Gramsci menilai, there is no organization without intellectuals 6, dan menjelaskan ketiadaan aktor intelektual sebagai hilangnya aspek teoritis yang merupakan dasar pergerakan dari semua organisasi yang efektif. Gramsci membagi kaum intelektual berdasar dua tipe. Tipe pertama adalah intelektual tradisional, yang merupakan intelektual otonom yang bebas dari kelompok sosial dominan dan memisahkan intelegensia dari tatanan borjuis. Mereka dideskripsikan sebagai pihak-pihak yang tugas-tugas kepemimpinan intelektual dalam suatu given society. Gramsci mencontohkannya dengan golongan rohaniawan, filsuf, artis, hingga public figure. Tipe kedua adalah intelektual organik, yang berlawanan dengan para tradisionalis, justru berasal dari kelas tertentu dan memiliki keterikatan identitas dengan kelas yang dibelanya. Berbeda dengan para tradisionalis yang otonom dan independen, mereka berpihak pada salah satu kelas (baik dominan maupun perjuangan buruh), dan berperan menciptakan homogenitas dan kesadaran akan fungsinya; tipe kedua ini bergerak untuk mewujudkan adanya kemajuan intelektual massa. Konsep hegemoni dan counter-hegemony akan digunakan dalam skripsi ini untuk mengidentifikasi dan memetakan pergerakan dan pilihan-pilihan aksi counterhegemony dari Slow Food. 5 Gramsci, Prisoner Notebooks, Gramsci, Prisoner Notebooks,
6 D. Asumsi Dasar Melalui definisi yang dipaparkan oleh Gramsci, dapat ditemui pola aksi counter-hegemony dalam gerakan Slowfood. Pertama, bahwa ketimbang melakukan perlawanan dan penentangan frontal terhadap jaringan industri fast food global, Slowfood memiliki kecenderungan pilihan aksi yang mengarah pada pola persuasi terhadap kelas-kelas sosial yang menjadi sasaran eksploitasi fast food itu sendiri. Ini berkesesuaian dengan konsep War of Position yang dijelaskan oleh Gramsci sebagai bentuk awal suatu counter-hegemony. Di sisi lain, ketimbang langsung melakukan konsolidasi internasional seperti umumnya kelompok anti-globalisasi lain (seperti Greenpeace dan ATTAC), Slowfood memilih untuk menanamkan pengaruh kuat terlebih dahulu terhadap pemerintahan di negara asalnya, Italia. Inilah yang kemudian dijelaskan oleh Gramsci sebagai fase national-popular sebelum kemudian melakukan counter-hegemony dalam skala internasional. Kedua, Slowfood melihat bahwa kehadiran intelektual sebagaimana paparan Gramsci merupakan aktor kunci dalam memenangkan counter-hegemony. Inilah yang kemudian diimplementasikan dengan pendirian University of Gastronomical Sciences di Parma serta Colorno, Italia. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan kualitatif melalui pengumpulan data-data yang dbutuhkan. Sumber literatur terutama akan berangkat dari buku-buku teks yang membahas mengenai globalisasi, hegemoni, serta pergerakan perlawanan anti globalisasi, khususnya Slow Food. Selain itu, data-data sekunder akan menggunakan berbagai teks yang bersumber dari jurnal, artikel internet, maupun artikel surat kabar. 6
7 F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup skripsi ini akan dimulai dari rentang waktu kelahiran industri fast food modern hingga G. Sistematika Penulisan Tulisan ini akan dibagi menjadi beberapa bab untuk memudahkan pembahasannya dengan sistematika sebagai berikut: Bab I adalah pendahuluan yang akan menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka konseptual, asumsi dasar, metode penelitian, ruang lingkup, dan sistematika penulisan penelitian ini. Bab II akan membahas mengenai perkembangan industri fast food modern. Bab ini berargumen bahwa melalui bentuk intervensinya dalam kebijakan negara, dukungan modal lintas negara, serta penetrasi media yang masif terhadap konsumennya, industri fast food modern berkembang menjadi sebuah kekuatan hegemoni dunia. Bab ini juga memaparkan kemunculan perlawanan global terhadap industri fast food modern sebagai bentuk penentangan terhadap hegemoni tersebut. Bab III akan memaparkan perkembangan gerakan internasional Slow Food, manifesto gerakan, beserta struktur keanggotaan internasional gerakan tersebut. Argumen bab ini adalah bahwa jejak kecenderungan counter-hegemony dari Slow Food terutama mengenai konsep superstruktur dan the State, dapat ditelusuri dari latar belakang berdirinya Slow Food, penjabaran tekstual Manifesto delloslow Food, serta pola organisasional Slow Food. Bab IV akan mengidentifikasi kehadiran karakter counter-hegemony dalam berbagai pilihan aksi gerakan Slow Food. Bab ini berargumen bahwa garis besar berbagai pilihan aksi gerakan Slow Food memiliki kesesuaian dengan karakteristikkarakteristik dasar counter-hegemony yang dijelaskan Gramsci. 7
8 Bab V merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya, serta paparan singkat mengenai jawaban dari rumusan masalah yang diajukan serta manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini. 8
RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.
RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada
Lebih terperinciMovement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi
BAB IV KESIMPULAN Pemahaman masyarakat global terhadap istilah globalisasi dewasa ini didominasi oleh definisi-definisi yang merujuk pada pengertian globalisasi dari atas. Globalisasi dari atas merupakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan
138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia
68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan
Lebih terperinciHEGEMONI DAN KONTRA HEGEMONI: PRAKTEK KEKUASAAN SISTEM KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI FRANCHISE MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DI KOTA SURABAYA
HEGEMONI DAN KONTRA HEGEMONI: PRAKTEK KEKUASAAN SISTEM KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI FRANCHISE MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DI KOTA SURABAYA SKRIPSI Disusun oleh ISTIANATUL MAULIDDIA NIM: 071211332003
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Mubarak. Berdasarkan dengan pandangan bahwa dalam setiap wilayah ditingkat
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini telah menjelaskan mengenai perjuangan Ikhwanul Muslimin (IM) dalam proses Counter Hegemony terhadap sekularisme di masa pemerintahan Hosni Mubarak. Berdasarkan
Lebih terperinciRESUME. Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment. Organization) internasional yang bergerak dalam bidang
RESUME Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment Organization) internasional yang bergerak dalam bidang lingkungan. Salah satu perjuangan Greenpeace adalah menyelamatkan kelestarian lingkungan dunia. Dalam
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang
134 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Globalisasi ekonomi adalah proses pembentukan pasar tunggal bagi barang, jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang juga sebagai
Lebih terperinciPENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE
PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE Pandangan Freire tentang Netralitas Kelompok Netralitas yang memiliki ideologi yang sama Netralitas gereja yang berkaitan dengan sejarah dan politik
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami
BAB VI KESIMPULAN Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami perubahan. Pada awalnya strategi perlawanan yang dilakukan PPLP melalui tindakan kolektif tanpa kekerasan (nonviolent).
Lebih terperinciBAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN
BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan ini akan membahas mengenai MST ( Movimiento dos Trabalhadores Rurais sem Terra) atau Landless Workers Movement sebagai gerakan counter hegemony (kontra hegemoni)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panjang. Karya sastra ditulis berdasarkan proses observasi lapangan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra hadir dalam masyarakat melalui sebuah proses penghayatan yang panjang. Karya sastra ditulis berdasarkan proses observasi lapangan dalam masyarakat.
Lebih terperinciSOSIOLOGI PENDIDIKAN
SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi secara umum merupakan istilah yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan peningkatan integrasi ekonomi, politik, komunikasi, dan budaya. Dalam konteks yang
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciANATOMI TEORI HEGEMONI ANTONIO GRAMSCI
ANATOMI TEORI HEGEMONI ANTONIO GRAMSCI Endah Siswati Universitas Islam Balitar Jl. Majapahit No.4 Blitar, Jawa Timur 66139 Email: endah.siswati@yahoo.co.id ABSTRACT Antonio Gramsci is a great intellectual
Lebih terperinciMEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume
EKONOMI MEDIA MATA KULIAH EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.
KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi
Lebih terperinciREPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI
REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI Bangga Pramesti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI bangga_108@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
15 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, Penulis ingin menjabarkan usaha kekerasan negara dalam menyebarkan kebencian terhadap Lekra, yang selanjutnya akan menimbulkan stigmatisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai fenomena perluasan peran korporasi multinasional (MNC) dalam hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ide awal topik penelitian ini berangkat dari besarnya minat penulis terhadap kajian mengenai fenomena perluasan peran korporasi multinasional (MNC) dalam hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu cipta karya masyarakat, sedangkan masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam karya sastra. Keduanya merupakan totalitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Penulisan sejarah Amerika Latin merupakan sebuah tantangan bagi peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan
201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkapkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan kualitatif ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah akumulasi kapital berkembang seiring dengan aktivitas manusia yang terus berproduksi. Sistem ekonomi yang bertumpu pada kapital dan keuntungan ini terus tumbuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu
Lebih terperinciBAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,
BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, yaitu: 1. Tahapan dan Bentuk Gerakan Lingkungan di
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME
PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali
Lebih terperinciNew Media & Society ADI SULHARDI. Media Baru sebagai Teknologi yang Berbudaya. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Penyiaran
Modul ke: New Media & Society Media Baru sebagai Teknologi yang Berbudaya Fakultas ILMU KOMUNIKASI ADI SULHARDI. Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Tiga level definisi pendekatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
I.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Media Televisi merupakan media massa yang sangat akrab dengan masyarakat umum. Oleh sebab itu pula, televisi menjadi media yang memiliki penetrasi yang paling
Lebih terperinci2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk
Lebih terperinciPendekatan Historis Struktural
Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK A. Pengertian Konflik Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan kekerasan seperti kerusuhan, kudeta terorisme, dan reformasi. Konflik mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun
Lebih terperinciInternalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak
Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Dengan telah dimulainya ASEAN Community tahun 2015 merupakan sebuah perjalanan baru bagi organisasi ini. Keinginan untuk bisa mempererat
Lebih terperinciPolitik Global dalam Teori dan Praktik
Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai
BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi, nilai-nilai,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Praktik penyelenggaraan pendidikan dalam masyarakat dilatarbelakangi oleh adanya pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi,
Lebih terperinciTEORI POLITIK DAN IDEOLOGI DEMOKRASI
9 TEORI POLITIK DAN IDEOLOGI DEMOKRASI Pengantar Setelah memperbicangkan hakekat kekuasaan dan negara, kuliah selanjutnya akan memperdalam beberapa perdebatan yang berkaitan dengan konseo-konsep demokrasi.
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan lapangan, terdapat beberapa persoalan mendasar yang secara teoritis maupun praksis dapat disimpulkan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian.
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciTeori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme
Studi Media Perspektif Media Krititis MIKOM Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri
Lebih terperinciBAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari
BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan PKI lahir sebagai organisasi kepartaian yang memiliki banyak tujuan. Di samping untuk menguasasi politik domestik negara, PKI juga memiliki misi untuk menghapus pengaruh kapitalisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciGLOBALISASI MATAKULIAH KEWARGANEGARAAN. Muhamad Rosit, M.Si. Modul ke: Fakultas ILMU TEKNIK. Program Studi TEKNIK ELEKTRO.
Modul ke: GLOBALISASI MATAKULIAH KEWARGANEGARAAN Fakultas ILMU TEKNIK Muhamad Rosit, M.Si. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id Globalisasi,SMA XII IPA/IPS Pengertian Kata "globalisasi" diambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan ekspresi yang kreatif dari sebuah ide, pikiran, atau perasaan yang telah dialami oleh seseorang dan diungkapkan melalui bahasa. Sastra adalah bentuk
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dari temuan penelitian di lapangan dan didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas penguasaan tanah ulayat oleh negara sejak masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Pertama
BAB V PENUTUP Tesis ini adalah media sosial sebagai strategi gerakan dalam konteks demokrasi. Peneliti memandang media sosial dengan cara pandang teknorealis. Artinya, media sosial bagai pedang bermata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia
Lebih terperinci9 Penyebaran hate..., Gloria Truly Estrelita, FISIP UI, 2009
9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah mengenai peristiwa G30S adalah tema yang sudah banyak digarap dan diangkat. Walau begitu, tema yang berkaitan dengan Lekra belumlah banyak. Padahal para anggota Lekra yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep
Lebih terperinciKAJIAN POSTKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI MASYARAKAT TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER)
KAJIAN POSTKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI MASYARAKAT TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER) Definisi Postkolonialisme Mendefinisikan istilah postkolonialisme sama susahnya dengan mendefinisikan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Fenomena internasional yang menjadi tren perdagangan dewasa ini adalah perdagangan bebas yang meliputi ekspor-impor barang dari suatu negara ke negara lain.
Lebih terperinciHubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni
Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni INDUSTRIALISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Industrialisasi menjadi salah satu strategi pembangunan ekonomi nasional yang dipilih sebagai
Lebih terperinci2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak
Lebih terperinciGLOBALISASI, KAPITALISME DAN PERLAWANAN ERIC HIARIEJ
GLOBALISASI, KAPITALISME DAN PERLAWANAN ERIC HIARIEJ KATA PENGANTAR Dalam kurang lebih sepuluh tahun terakhir penulis menghabiskan salah satu aktivitas akademiknya untuk mempelajari dan memahami fenomena
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Ilmu Hubungan Internasional mempelajari dinamika kasus negara
BAB V KESIMPULAN Ilmu Hubungan Internasional mempelajari dinamika kasus negara berkembang. Salah satu kawasan yang sangat dinamis dalam perkembangan politik dan ekonomi adalah kawasan Asia Tenggara. Asia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eksistensi dan penyebaran ideologi neoliberal dengan ide pasar bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi yang terjalin antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pemikiran itu Takano Fusataro, salah satu pelopor Gerakan Buruh Jepang, mengemukakan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Buruh merupakan fondasi bagi perkembangan industri serta perkembangan suatu negara pada umumnya. George Gunton mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Wealth and Progress
Lebih terperincipembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga
BAB V KESIMPULAN Sejak sejarah pembentukannya di awal tahun 2000 lalu, Forum Sosial Dunia sudah mendeklarasikan diri sebagai wacana kontrahegemoni terhadap globalisasi ekonomi neoliberal, terutama tandingan
Lebih terperinciBAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11
24 BAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11 3.1 Mahasiswa dan Media Televisi Mahasiswa merupakan salah satu unsur penting dalam masyarakat
Lebih terperinciWHAT IS GLOBALIZATION?
WHAT IS GLOBALIZATION? Thomas I Friedman (New York Times, 2000) Globalisasi Memiliki Tiga Dimensi : Pertama, dimensi idea atau ideologi, yaitu kapitalisme. Dalam pengertian ini termasuk seperangkat nilai
Lebih terperinciBAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN
BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN Disampaikan pada acara Workshop E-Learning. Oleh : Tatik Rohmawati,S.IP. Staf Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan 1 15 Desember 2007 GLOBALISASI Kata "globalisasi" diambil dari kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun
Lebih terperinciTabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak
PERANG ASIMETRIS (Disarikan dari Nugraha, A & Loy, N 2013, Pembangunan Kependudukan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Asymmetric War, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan,
Lebih terperinciISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis
ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di
Lebih terperinci4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer
Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan
Lebih terperinciImaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU
RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J
Lebih terperinciPemberdayaan KEKUASAAN (POWER)
1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA
PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA (STUDI KASUS DI RESTORAN CEPAT SAJI Mc DONALD S DAN STEAK MAS MBONG) SKRIPSI Disusun dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini memaparkan kegiatan kolektif anti sampah visual di Yogyakarta. Sampah visual yang dimaksud adalah media promosi atau iklan yang berada di luar ruangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala
Lebih terperinciManifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini
Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk mendapatkan informasi serta perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat dunia jurnalistik berkembang pesat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dewasa ini membentuk perubahan pola pikir dan gaya hidup manusia, yang menyebabkan manusia mempunyai standard lebih tinggi dalam setiap barang dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad ke-19, sebagian besar negara-negara di Asia merupakan daerah kekuasan negara-negara Eropa. Pada abad tersebut khususnya di negara-negara Asia yang
Lebih terperinciRUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak
RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO Oleh : Wahyu Ishardino Satries Abstrak This writing is an adaption from the book of Suwarsono and Alvin Y. So Social
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani
Lebih terperinciDEMOKRASI DAN RADIKALISME
l i m e m o k r a t i s EMOKRASI AN RAIKALISME i g i t a AGAMA m o k r a t i s. c o m l Rumadi Edisi 009, Agustus 2011 1 emokrasi dan Radikalisme Agama Prof. John O Voll, guru besar sejarah di Georgetown
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara study literatur yang data-datanya diperoleh dari buku, jurnal, arsip, maupun artikel
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan
BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada
Lebih terperinciRuang Lingkup Studi Gerakan Sosial
Ruang Lingkup Studi Gerakan Sosial Mind Map Ruang lingkup studi gerakan sosial Definisi dan posisi studi gerakan sosial Cakupan gerakan sosial Pengertian Gerakan Sosial Berikut ini dipaparkan beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinci