BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan

Transkripsi

1 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dalam bahasa politik Nelson Mandela, penulis banyak menemukan penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan metaforis linguistik penuh makna pada petikan-petikan pidatonya yaitu pidato kesaksian Nelson Mandela di persidangan tahun 1964, pidato kebebasan Nelson Mandela, dan pidato inagurasi Nelson Mandela. Terbukti dari hasil analisis yang diperoleh dari dua bab dan beberapa sub-bab sebelumnya bahwa metafora memegang peranan penting dan sangat efektif dalam merefleksikan ide atau pemikiran-pemikiran Mandela terhadap berbagai hal yang terjadi. Kepekaan dan kepeduliannya terhadap sesama dan kehidupan membuat Mandela mencantumkan segala yang dilihat, dirasakan, dipikirkan, dan dilakukan ke dalam metafora tersebut dengan kemasan yang unik berdasarkan pemetaan ranah yang bervariasi dan konseptualisasi yang inspiratif. Berikut adalah beberapa poin kesimpulan yang menunjukkan fenomena metafora sebagai salah satu cara yang dapat membantu Nelson Mandela untuk membangkitkan kesan atau suasana tertentu, dan menciptakan wawasan baru, pencerahan, dan motivasi akan pandangannya terhadap Afrika Selatan dan dunia, atau semua yang berlaku di dalam kehidupannya: 1. Nelson Mandela merupakan seorang tokoh besar, pelopor perjuangan kulit hitam Afrika Selatan, dan presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan yang 183

2 184 terpilih dalam sebuah pemilu multiras terbuka yang sangat disegani oleh siapapun baik oleh warga Afrika Selatan itu sendiri maupun dunia mancanegara melalui ungkapan-ungkapan metaforis linguistiknya yang kreatif, efektif, dan persuasif telah berhasil meyakinkan rakyat Afrika Selatan bahwa kebebasan dan kemerdekaan pasti dapat dicapai dengan kerja keras, tanggung jawab, kekuatan, perencanaan/strategi yang baik dan sistematis, keyakinan, kejujuran, keberanian, relasi, dan kebersamaan yang tercermin dalam konsep-konsep metafora Mandela. Selain itu, Mandela juga berhasil meyakinkan rakyat Afrika Selatan tentang rencananya untuk masa depan yang lebih baik yaitu adanya rekonsiliasi nasional, pembangunan Afrika Selatan secara terpadu agar dapat terbentuk sebuah negara baru yang merdeka, makmur dan sejahtera. 2. Kategori penanda metafora dalam naskah pidato Nelson Mandela bervariasi yaitu verba, nomina, preposisi, adjektiva, dan adeverbia dalam bentuk kata, frase, klausa, dan juga kalimat. 3. Pemetaan ranah dalam pidato Nelson Mandela yaitu ranah sumber dan ranah sasaran menggambarkan hampir semua aspek kehidupan manusia antara lain: politik, ekonomi, bahkan masalah-masalah sosial seperti pendidikan, mata pencaharian, kekerasan, kesehatan, kemiskinan, dan penderitaan. Source domain ranah sumber tersebut terdiri dari 64 metafora yang mencakup ke- 13 total ranah secara keseluruhan berdasarkan teori Kövecses (2002:16-20). Namun, terdapat satu ranah yang paling dominan kemunculannya yaitu Buildings and Construction Bangunan dan Konstruksi dengan jumlah 19

3 185 metafora dan persentase sebesar 29,69% dan empat ranah yang jarang digunakan yaitu Machine and Tools Mesin dan Peralatan, Games and Sport Permainan dan Olahraga, Cooking and Food Kegiatan Memasak dan Makanan, serta Heat and Cold Panas dan Dingin dengan jumlah metafora yang teridentifikasi sebanyak 1 dan persentase yang diperoleh sebesar 1,56%. Ranah Bangunan dan Konstruksi menempati urutan teratas dari keseluruhan ranah sumber karena ranah ini merujuk pada suatu kekuatan yang tersembunyi untuk menyokong kekokohan visi dan misi Nelson Mandela dalam perjuangannya. Mandela memiliki sebuah impian untuk membangun kehidupan Afrika Selatan yang lebih baik dan kuat/kokoh. Sementara, untuk target domain ranah sasaran terdiri dari 58 ungkapan metaforis linguistik, namun hanya 12 ranah saja yang digunakan oleh Nelson Mandela. Religion agama tidak dimasukkan ke dalam petikan pidatonya karena permasalahan yang berkembang di Afrika Selatan adalah tentang perbedaan warna kulit antara kulit hitam dan kulit putih. Berdasarkan penelitian, ditemukan satu ranah sasaran yang paling dominan yaitu Events and Actions Peristiwa dan Aksi dengan jumlah 20 metafora dan persentase sebesar 34,48%, serta dua ranah sasaran yang memiliki nilai terkecil yaitu Desire Nafsu dan Communication Komunikasi yang berjumlah 1 metafora untuk masingmasing ranah dengan persentase sebesar 1,72%. Ranah Peristiwa dan Aksi menempati posisi teratas karena kenyataannya pada masa perjuangan Nelson Mandela memang banyak terdapat peristiwa-peristiwa bersejarah dan aksiaksi heroik yang bisa dijadikan contoh oleh pemimpin lain di dunia.

4 Pengkajian pemetaan ranah metafora pada pidato Nelson Mandela ini memberikan tantangan dan mempengaruhi penulis dalam menentukan entitasentitas yang sesuai dengan pengalaman atau cara pandang Mandela sebagai cerminan kehidupan, serta situasi dan kondisi Afrika Selatan. Entitas-entitas yang dimaksud adalah entitas abstrak dan konkrit. Mandela melalui ungkapan-ungkapan metaforis linguistiknya mengindikasikan bahwa entitas abstrak lebih mendominasi di setiap kalimatnya daripada entitas konkrit, baik itu sebagai subyek maupun obyek, berbentuk kata maupun frase. Misal: terrorism, life, opportunity, hope, the underground resistance movements, dan sebagainya. Namun, metafora yang terdata lebih banyak berupa metafora dalam ranah sumber. 5. Setelah ranah metafora terpetakan, tahap selanjutnya adalah memusatkan pembahasan pada pandangan konseptual terhadap ungkapan metaforis linguistik yang digunakan oleh Nelson Mandela dalam pidato-pidatonya. Berdasarkan hasil analisis, penulis menemukan 50 konsep metafora yang terbentuk dengan melibatkan realitas sebagai gambaran nyata pemikiran Mandela selama proses perjuangannya melawan rasisme. Analisis metafora konseptual tersebut disajikan menurut tingkat kemunculan masing-masing konsep. Dua konsep dengan nilai tertinggi yaitu: pertama, konsep metafora yang memandang kehidupan adalah benda yang berharga LIFE IS A WORTHY OBJECT dan kedua, PROGRESS IS MOTION FORWARD yang memandang perkembangan itu merupakan suatu gerak maju. Dengan kata lain, Mandela ingin menyampaikan bahwa Hidup dan kehidupan merupakan

5 187 sesuatu yang tak ternilai harganya bagi manusia. Jika manusia menginginkan hidupnya lebih bermanfaat, bermakna, dan berkembang, manusia tersebut harus terus bergerak dan berinovasi dengan maksimal. Dua konsep utama yang merepresentasi Mandela dalam perjalanan hidupnya terutama pada saat perjuangannya melawan apartheid. Hidup merdeka dan bebas, serta perubahan negara yang rasis menjadi negara yang humanis dan multikultural adalah pencapaian di masa depan. Mandela menyajikan pidatonya secara keseluruhan dengan nuansa filosofi kehidupan berdasarkan pengalamannya yang dapat dijadikan acuan atau pegangan hidup bagi siapa saja. 4.2 Saran Penelitian mengenai metafora pada ungkapan-ungkapan metaforis dalam pidato Nelson Mandela ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan penelitian-penelitian serupa dengan melakukan analisis-analisis atau interpretasi yang lebih berkembang, tajam, dan mendalam. Pidato yang bersifat formal dan non-formal ternyata memiliki keunikan tersendiri sama halnya dengan teks atau bacaan yang bersifat sastra atau puitis. Oleh karena itu, penulis menyampaikan beberapa saran yang ditujukan kepada para peneliti bahasa dan para mahasiswa jurusan bahasa (pendidikan dan sastra) atau linguistik. Penulis menyarankan bahwa masih banyak fenomena kebahasaan lain yang dapat digali dari berbagai macam sumber teks tidak hanya berupa pidato maupun karya sastra. Penelitian sebuah pidato formal atau teks yang berasal dari seorang presiden dan tokohtokoh terkenal dunia lainnya sebagai sumber inspirasi dapat dilakukan dengan

6 188 lebih memfokuskan pada keberagaman konsep-konsep metafora yang terbentuk karena dapat menunjukkan perbedaan mencolok yang tergambar dari pola pikir antara satu sama lain atau elaborasi tentang satu topik tertentu, atau dapat dilakukan dengan mencari unsur bahasan lain seperti idiom yang juga memiliki kekhasan seperti metafora. Peneliti juga dapat menambah dengan kajian analisis wacana atau bidang ilmu lain pada sumber data yang sama sehingga hasilnya lebih lengkap dan luas atau pengkajian dengan konsep multidisplin terhadap metafora atau budaya sebuah negara/daerah.