BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa dekade yang lalu, pola konsumsi relatif tidak banyak berubah. Pada tahun 1973, tiga per empat (75,8 persen) sumber energi yang dikonsumsi masyarakat dunia berasal dari bahan bakar fosil. Konsumsi minyak bumi saat itu hampir mencapai setengah konsumsi energi dunia yaitu 48,1 persen. Gas alam dan batu bara berkontribusi sebesar 14,0 dan 13,7 persen. Pada tahun 2011 pangsa bahan bakar fosil menurun menjadi 66,4 persen. Minyak bumi masih menjadi bahan bakar fosil yang paling banyak dikonsumsi yaitu sebesar 40,8 persen dari total konsumsi energi dunia, kemudian diikuti berturut-turut oleh gas alam sebesar 15,5 persen, dan batu bara sebesar 10,1 persen. (IEA, 2013a). Pangsa konsumsi bahan bakar fosil diproyeksikan akan terus menurun hingga tahun 2040 seiring dengan meningkatnya perhatian terhadap isu ketahanan energi, dampak emisi bahan bakar fosil terhadap lingkungan dan melambungnya harga minyak 1 Bahan bakar fosil merupakan kelompok energi tak terbarukan yang berasal dari fosil organisme berusia jutaan tahun. Secara umum bahan bakar fosil dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan bentuk dan warnanya yaitu batu bara, minyak bumi, dan gas alam. 1
dunia, namun demikian bahan bakar fosil masih tetap menjadi pilihan utama permintaan energi dunia (EIA, 2013). Dalam usaha menjaga pertumbuhan ekonomi, konsumsi energi dibutuhkan untuk merubah material bahan dasar menjadi barang dan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat (Budiarto, 2013). Secara sektoral, pemakaian bahan bakar fosil dibagi menjadi beberapa sektor pengguna yaitu transportasi, industri, pertanian, layanan komersial dan publik, rumah tangga serta sektor lainnya. Pada tahun 2011, sektor transportasi menyerap 62,3 persen konsumsi minyak bumi sementara sektor industri menyerap 36,7 persen konsumsi gas alam dan 80,7 persen konsumsi batu bara dunia (IEA, 2013a). Adapun secara kewilayahan sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 1.1, preferensi jenis bahan bakar yang dikonsumsi berbeda-beda untuk tiap kawasan ekonomi. Konsumsi batu bara dominan di kawasan Asia Pasifik, besarnya mencapai 51,8 persen dari seluruh sumber energi. Akan tetapi di kawasan Uni Eropa dan Eurasia, gas alam serta minyak bumi mendominasi konsumsi energi yaitu sebesar 33,9 persen dan 30,7 persen. Hal yang sama juga terjadi di kawasan Timur Tengah, konsumsi minyak bumi mencapai 49,3 persen sedangkan gas bumi sebesar 48,8 persen. Sementara di kawasan lain, minyak bumi menjadi sumber energi yang dominan (BP,2013). 2
Pangsa Konsumsi 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Amerika Utara Amerika Latin Eropa dan Eurasia Timur Tengah Afrika Asia Pasifik Minyak Bumi Gas Alam Batu Bara Gambar 1.1 Pangsa Konsumsi Bahan Bakar Fosil per Kawasan, 2011 Sumber: Diolah dari BP Statistical Review of World Energy, 2014 Ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil menimbulkan dampak yang serius bagi lingkungan. Emisi karbon dioksida (CO 2 ) yang dilepaskan oleh bahan bakar fosil menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global (Ozturk dan Acaravci, 2010; Zhang dan Cheng, 2009). Tahun 2011, sebanyak 83 persen gas rumah kaca yang 93 persennya berupa emisi CO 2 berasal dari sektor energi. Di sektor energi sendiri emisi CO 2 sebagian besar dihasilkan oleh proses oksidasi karbon (pembakaran) dalam bahan bakar 2 (IEA, 2013b). 2 Sumber emisi dalam sektor energi dibagi menjadi dua jenis yatu emisi yang berasal dari proses pembakaran (fuel combustion) dan pengadaan (fugitive emissions) bahan bakar. Proses pengadaan meliputi berbagai kegiatan seperti penambangan, pengolahan, dan penyimpanan. 3
50% 40% Kontribusi terhadap Tingkat Emisi CO 2 30% 20% 10% 0% 1971 1976 1981 1986 1991 1996 2001 2006 2011 Minyak Bumi Batu Bara Gas Alam Bahan Bakar Lainnya Gambar 1.2 Kontribusi Bahan Bakar Fosil terhadap Tingkat Emisi CO 2 Dunia, 1971-2011 Sumber: Diolah dari BP Statistical Review of World Energy, International Energy Agency, 2014 Secara disagregat jenis bahan bakar, kontribusi bahan bakar fosil terhadap tingkat emisi CO 2 pada tahun 2011 adalah sebesar 92,4 persen dengan kontribusi terbesar adalah batu bara (40,82 persen), diikuti minyak bumi (32,81 persen) dan gas alam (18,77 persen). Dilihat dari Gambar 1.2, besarnya kontribusi bahan bakar fosil terhadap tingkat emisi CO 2 cenderung tidak berubah dari tahun ke tahun meskipun telah terjadi penurunan pada kontribusi minyak bumi. Hal ini disebabkan adanya peningkatan permintaan yang tinggi terhadap batu bara dari negara-negara berkembang seperti Cina dan India untuk mengembangkan perekonomiannya (IEA, 2013b). 4
Sampai saat ini berbagai macam studi empiris telah dilakukan para akademisi dan praktisi untuk menjelaskan hubungan antara konsumsi energi, pencemaran lingkungan dan pertumbuhan ekonomi di tingkat domestik maupun regional. Berbagai studi empiris yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang bervariasi dikarenakan terjadinya perbedaan dalam objek studi, periode penelitian, dan metode analisis yang digunakan para peneliti (Hwang dan Yoo, 2012). Oleh karena itu studi lebih lanjut dengan objek studi, periode penelitian, dan metode analisis yang berbeda perlu dilakukan untuk membuktikan hubungan ketiga hal di atas. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, Indonesia dipilih sebagai objek studi kasus. Pemilihan ini didasarkan pada tiga hal. Pertama, pola konsumsi energi primer di Indonesia dari tahun 1965 hingga tahun 2012 masih didominasi oleh bahan bakar fosil sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1.3. Pangsa konsumsi bahan bakar fosil terhadap energi primer di Indonesia secara rata-rata tahunan (1965-2012) adalah 96,5 persen, bahkan pernah mencapai angka 98,98 persen pada tahun 1981. Kedua, tingkat emisi CO 2 di Indonesia terus menunjukkan tren yang menaik. Pada tahun 1965, Indonesia memiliki tingkat emisi CO 2 hanya sebesar 20,35 juta metrik ton tetapi pada tahun 2012 sudah mencapai 495,21 juta metrik ton atau tumbuh sebesar 2.333 persen. United States Energy Information Administration (EIA) menempatkan Indonesia sebagai peringkat ketujuh belas negara penghasil emisi CO 2 di tahun 2011. 5
Pangsa Konsumsi Ketiga, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tergabung dalam forum G20 3 dan memiliki populasi penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hal ini mengindikasikan Indonesia memiliki kebutuhan yang besar terhadap energi khususnya bahan bakar fosil. 100% 80% 60% 40% 20% 0% 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 Minyak Bumi Gas Alam Batu Bara Kumulatif Bahan Bakar Fosil Gambar 1.3 Pangsa Konsumsi Bahan Bakar Fosil Indonesia terhadap Energi Primer, 1965-2012 Sumber: BP Statistical Review of World Energy, 2014 Dengan memperhatikan ketiga hal di atas, penelitian tentang keterkaitan hubungan antara konsumsi bahan bakar fosil, tingkat emisi CO 2, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menjadi relevan untuk dilakukan. Selain itu proyeksi mendatang terhadap tingkat konsumsi energi, khususnya bila pemerintah menerapkan kebijakan konservasi 3 G20 adalah forum koordinasi perekonomian-perekonomian terbesar di dunia dilihat dari Pendapatan Domestik Bruto. Saat ini G20 beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, Turki, Korea Selatan, Afrika Selatan, Arab Saudi, Rusia, Meksiko, Jepang, Italia, Indonesia, India, Jerman, Cina, Kanada, Brazil, Australia, Argentina, Perancis, dan Uni Eropa. 6
energi, perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkat konsumsi yang mungkin terjadi. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diuraikan oleh peneliti, maka pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan kausalitas antara tingkat konsumsi bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam), tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat emisi CO 2 di Indonesia? 2. Bagaimana dampak penerapan kebijakan konservasi energi di Indonesia terhadap tingkat konsumsi energi masyarakat? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan kausalitas antara tingkat konsumsi bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam) dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat emisi CO 2 Indonesia. 2. Mengetahui proyeksi tingkat konsumsi energi di Indonesia bila terdapat kebijakan konservasi energi. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat sebagai berikut: 1. Menjadi sumber referensi bagi kegiatan penelitian berikutnya yang mengangkat tema tentang permintaan energi di negara berkembang atau pengaruh kebijakan konservasi energi terhadap tingkat konsumsi energi di masyarakat. 7
2. Menjadi dasar pemikiran penulis terkait isu konsumsi energi, kerusakan lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 3. Memberikan bukti empiris tentang hubungan tingkat konsumsi energi dengan tingkat emisi CO 2 dan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 1.6 Pembatasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal. Pertama, periode waktu data yang digunakan dalam penelitian ini berada pada rentang waktu tahun 1965 hingga tahun 2012. Kedua, jenis energi yang diteliti mencakup seluruh bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Ketiga, penelitian ini hanya melihat hubungan antara tingkat konsumsi bahan bakar fosil dengan tingkat emisi CO 2 dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Keempat, proyeksi tingkat konsumsi energi masyarakat hanya dilakukan pada sektor industri, rumah tangga, transportasi, komersial, dan pertanian (termasuk kehutanan dan perikanan). 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan bagian utama dari penelitian ini disajikan sebagai berikut: Bab I sebagai bab pendahuluan akan memaparkan tentang hal-hal yang menjadi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan, tujuan, manfaat, pembatasan, dan sistematika penulisan penelitian. 8
Bab II sebagai bab landasan teori dan metodologi akan memaparkan tentang tinjauan pustaka dari judul penelitian, penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, model, hipotesis, dan alat analisis penelitian. Bab III sebagai bab hasil dan pembahasan akan memaparkan tentang statistik deskriptif dari data yang digunakan dalam model, tahapantahapan analisis, pembahasan hasil dan temuan penelitian. Bab IV sebagai bab kesimpulan dan saran akan memaparkan tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah serta saran untuk penelitian selanjutnya. 9